Anda di halaman 1dari 8

Budaya Westernisasi Mencederai Wajah Nusantara

Joao Fernando Dos Santos Miranda

Arsitektur tradisional memiliki perbedaan dengan arsitektur nusantara. Arsitektur nusantara berkepentingan untuk
menunjukkan jatidiri sebuah wilayah geografis (Yudohusodo, 1991)

Keberagaman adalah sebuah kebanggan budaya nusantara. Dengan


traveling kita bisa membuktikan keunikan setiap wilayah yang kita kunjungi.
Suasana, pemandangan dan keunikan baru, selalu saya impikan setiap kali saya
ingin melakukan traveling kebeberapa wilayah nusantara. Begitulah cara saya
memenuhi kepuasan batin. Ditambah era digital ini, berkunjung ke tempat-tempat
yang unik, menjadi kebiasaan masyarakat untuk diabadikan dan dipamerkan ke
sosial media.

Kekecewaan saya mulai muncul ketika saya melakukan traveling namun


saya tidak banyak menemukan pemandangan baru seperti tujuan saya. Hal ini
terjadi karena tidak adanya perbedaan pemandangan dan suasana antara tempat
yang saya kunjungi dengan keadaan sehari - hari. Saya tidak banyak melihat
identitas yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Ditambah dalam
sebuah seminar yang pernah saya ikuti, seorang narasumber berkata, “ Saya
berkecimpung di dunia arsitektur nusantara, banyak daerah di Insonesia yang
sudah saya kunjungi. Permasalahan yang terjadi adalah mulai tergantikannya
arsitektur nusantara menjadi bangunan-bangunan yang berbahan beton dan
bergaya minimalis. Lantas apa yang membedakan antara Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Papua, dan pulau lainnya?”Perasaan kecewa ternyata tidak saya
rasakan sendiri, begitu juga mereka yang mendambakan keragaman. Keinginan
melihat dan membuktikan keberagaman budaya suatu saat mungkin akan tiada
karena tak ada lagi buktinya. Identitas dan lokalitas yang unik dan menarik mulai
terlupa. Tidak perlu jauh-jauh ke Papua toh wajah nya terlihat sama dari
lingkungan kita. Istilah beragam mulai terganti dengan budaya seragam.
Keseragaman adalah oleh-oleh yang diberikan jaman penjajah untuk
menghancurkan keunikan budaya yang kita miliki. Kreativitas dan lokalitas
adalah kekuatan yang dimiliki bangsa nusantara. Kekuatan ini turut dilucuti
karena ini menjadikan kita sebagai bangsa yang besar. Kemenangan penjajah saat
ini mulai terlihat akibat wajah nusantara yang hilang berganti.
Berbicara tentang nusantara, merupakan sebuah istilah yang telah di
perkenalkan leluhur Bangsa Indonesa pada jaman keemasan Kerajaan Majapahit
untuk mendefinisikan kumpulan pulau yang sekarang kital kenal sebagai
Indonesia. Harusnya kata nusantara mengingatkan kita akan semangat berjayanya
budaya yang kita punya. Salah satu fakta keberagama nusantara bisa terlihat dari
arsitekturnya. Kita dapat membuktikannya dengan mengunjungi daerah-daerah di
pelosok nusantara. Arsitektur menjadi salah satu ekspresi setiap suku budaya
dalam mengungkapkan identitas dan keunikan. Inilah bukti bahwa identitas suku
budaya nusantara tidak sama, terlihat dari banyaknya jenis rumah bertipologi
bangunan vernakuler yang ada di pelosok nusantara. Setiap budaya punya gaya
yang berbeda dalam berarsitekturnya

Arsitektur nusantara adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang karena


pengalaman dan sosial budaya yang terjalin di masyarakat. Arsitektur nusantara
dipengaruhi beberapa faktor antara lain, kepercayaan, filosofi, kondisi
lingkungan, budaya, dan material yang tersedia di lingkungan sekitar. Beberapa
tokoh menyebutkan arsitektur nusantara adalah arsitektur tanpa arsitek atau
arsitektur vernakuler. Di wilayah nusantara, terdapat ribuan pulau dengan
keragaman suku budayanya. Keberagaman inilah yang menyebabkan banyak
bangunan dengan keunikannya masing-masing. Setiap suku menciptakan ruang-
ruang untuk memenuhi kebutuhan hidup baik individu dan kelompok berdasarkan
budaya dan kepercayaan.

Bangunan nusantara dipengaruhi oleh konsep kosmologi, yaitu kepercayaan


masyarakat dan hubungannya dengan alam. Akhirnya memunculkan konsep
filosofis bahwa bangunan dibedakan atas tiga ruang. Ruang atas yang diyakini
sebagai konsep alam manusia dengan pencipta. Ruang atas digambarkan sebagai
atap atau kepala dari suatu bangunan nusantara. Ruang tengah, merupakan ruang
alam manusia yang berisi ruang-ruang bagi kegiatan manusia untuk tinggal dan
berinteraksi degan lingkungan. Konsep panggung juga membuat lahan resapan air
hujan tidak terhalangi. Ruang bawah adalah ruang yang menggambarkan kondisi
sengsara dimana ruang bawah biasanya digunakan untuk kegiatan berternak dan
melindungi dari bahaya hewan-hewan liar. Konsep kosmologis tersebut,
memunculkan banyak bangunan arsitektur nusantara yang memiliki konsep
panggung. Konsep panggung, memerlukan adanya tangga untuk masuk ke areal
bangunan. Tangga ini juga dibuat berbeda di setiap daerahnya.Material lokal
banyak digunakan pada bangunan arsitektur nusantara. Material tersebut
didapatkan dari apa yang telah di sediakan alam, seperti kayu, bambu dan
dedaunan. Tentunya apa yang telah di sediakan oleh alam tidak akan merusak
alam selagi tidak digunakan secara serakah, Material ini diperlakukan secara baik
oleh masyarakat dengan caranya masing-masing, misalnya pengawetan bambu
direndam di sungai sehingga memiliki daya tahanan yang lebih baik. Secara waktu
memang dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menciptakan bangunan
arsitektur nusantara namun dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Sesuatu karya yang berkualitas selalu diperlukan proses yang panjang.Dalam
sebuah karya arsitektur nusantara dibuat dengan mengambil konsep yang berasal
dari alam, karena konsep yang ada di alam telah baik adanya. misalnya atap di
buat dari dedaunan sebagai symbol daun yang dapat memberi keteduhan bari
ruang di bawahnya. Atap yang berasal dari dedaunan dapat memberikan
kesejukan bagi ruang di dalamnya. Penggunaan sambungan untuk menyambung
antar material tanpa menggunakan paku. Perlakuan material dengan alami
membuat bangunan arsitektur nusantara lebih tahan terhadap bencana yang terjadi
seperti gempa dan banjir. Kondisi lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi
bentuk pola dari bangunan arsitektur nusantara. Misalnya di daerah berawan atau
hutan, rumah dibuat berpanggung untuk meminimalisir hewan-hewan liar masuk
ke dalam rumah. Di daerah dengan kondisi dingin, rumah dibuat lebih tertutup
dan berkoloni untuk menghalau udara dingin yang masuk ke dalam rumah.
Estetika bangunan dimunculkan pada berbagai elemen yang menghiasi bangunan.
Material alam yang di ekspos menunjukkan kesederhanaanya. Ukiran-ukiran juga
dimunculkan pada dinding bangunan untuk menggambarkan identitas budaya
yang dimiliki. Penambahan elemen-elemen seperti tulang-tulang hewan juga
dipasang sebagai ungkapan kepercayaan dan memberikan nilai estetika.

Pada dasarnya, arsitektur nusantara diciptakan melalui olah rasa dan


kesabaran pada setiap prosesnya. Ungkapan kejujuran menjadi karakter bangsa.
Masyarakat belum terpengaruh akan stigma-stigma buruk yang mencederai pola
pikirnya. Teknologi yang belum berkembang meyakinkan masyarakat akan
budaya yang telah berlangsung baik adanya. Bangunan indah dan bernilai sebelum
tersentuh teknologi menunjukkan betapa hebatnya suku-suku di nusantara.
Memilukannya, kondisi hari ini mulai menciptakan keadaan yang berbeda.
Globalisasi muncul dan menyebabkan pertukaran budaya secara global antar
budaya masyarakat dunia. Promosi budaya ini juga sudah masuk hampir ke
belahan nusantara. Masyarakat luar datang membawa budaya mereka dengan
kecanggihan dan promosi yang menarik, akibatnya cukup banyak masyarakat
yang terpengaruh dan lupa akan identitas dan nilai kearifan lokal yang sebenarnya
sudah diwariskan para leluhur nusantara. Keadaan ini akan menciderai kekayaan
budaya Indonesia.

Pola pikir masyarakat Indonesia saat ini, banyak dipengaruhi oleh


kebudayaan barat (Westernisasi), karena mereka mendeklarasikan diri dengan
embel-embel negara maju dan menyebut Indonesia sebagai negara berkembang.
Stigma yang salah ini menyebabkan beberapa masyarakat merasa minder dan
menganggap sesuatu yang dibawa oleh bangsa barat adalah lebih baik, Sebagai
contoh, masuknya material bangunan seperti beton, baja dan gaya bangunan
minimalis menyebabkan masyarakat menerapkannya pada arsitekturnya. Banyak
masyarakat merasa nyaman dengan kondisi ini karena dinilai material ini lebih
praktis dan modern sehingga lambat laun, masyarakat akan lupa akan identitasnya
sebagai negara yang besar. Memilukannya, beberapa bangunan arsitektur
nusantara saat ini banyak dijual bahkan di hancurkan digantikan dengan bangunan
yang lain tanpa membawa identitasnya. Bangunan mulai diciptakan tanpa proses
yang baik, kualitas dan estetika mulai digantikan dengan instan dan praktis.

Budaya yang masuk perlu ditimbang dan disaring sebelum di gunakan.


Tidak selamanya budaya yang dibawakan oleh negara yang mendeklarasikan
diriya maju adalah baik . Hal ini dikarenakan perbedaanya kondisi lingkungan,
filosofi, dan kepercayaan masyarakat. Sebagai contoh, bangunan kolonial yang
dibangun di Indonesia dengan material beton yang tebal, tinggi dan megah justru
menciptakan ruang yang lebih panas dan terasing dengan lingkungan di
sekitarnya. Permasalahan lainnya mulai tersingkirnya material lokal dan identitas
yang sebenarnya lebih baik karena material lokal mudah di dapat, murah , ramah
lingkungan, sehingga dalam perawatan masyarakat lebih mudah melakukannya,
dan memiliki identitas berupa nilai filosofi yang bisa menciptakan interaksi dan
kerukunan antar masyarakat. Dengan arsitektur nusantara, tanpa disadari dapat
membangun watak dan kepribadian bangsa. Pada bangunan nusantara, banyak
memunculkan ruang-ruang yang memungkinkan untuk masyarakat dapat saling
bertegur sapa dengan tetangga di sekitarnya. Akhirnya rasa persaudaraan
terpupuk, toleransi terbangun, dan kepribadian bangsa yang ramah tetap tercipta.

Saya lahir di Kota kudus. Di kota ini memiliki bangunan arsitektur


nusantara, karena beberapa kali saya melihatnya secara langsung. Bangunan
tersebut terlihat di kompleks sebuah museum yang berada di Kota Kudus.
Sayangnya, saya tak pernah melihat di pelosok kudus lainnya. Fenomena yang
cukup memilukan karena bangunan arsitektur sebagai identitas Kudus yang
digunakan sebagai tempat untuk berkumpul dan berdakwah ini tidak terlihat di
lingkungan masyarakat. Nilai filosofis dan identitas kota kudus yang terwujud
dalam bangunan ini mulai terlupakan. Kudus adalah sebuah kota yang tumbuh
dalam filosofinya tentang aliran kepercayaan sehingga terjadi alkulturasi budaya
Islam dan Hindu. Wajah kota Kudus hari ini tak terlihat beda dengan wilayah-
wilayah lainnya.

Perjalanan hidup saya berlanjut di Kota Jogja. Jogja dikenal identik dengan
kota budaya. Banya orang berkunjung ke jogja untuk menikmati suasana dan
wajah yang berbeda. Mendengar kata Jogja dalam arsitektur langsung terbersit
kata joglo. Joglo merupakan rumah adat daerah Jogja. Identitas masyarakat Jogja
di gambarkan melalui konsep joglo. Ketika memasuki rumah joglo, atapnya
menjorok keluar yang membuat tamu harus menunduk ketika masuk rumah, hal
ini menggambarkan bahwa seorang tamu harus menghormati sang pemilik rumah.
Rumah joglo di buat dengan ruang-ruang yang luas atau pendopo, karena
masyarakat Jogja suka berkumpul dan bersosial bersama lingkungan. Rumah-
rumah joglo juga memiliki ukiran-ukiran yang unik menjadi nilai estetika
tersendiri. Dalam perjalanan selama di Jogja, bangunan-bangunan masih cukup
banyak yang menggambarkan tipologi rumah joglo, hanya saja gedung-gedung
tinggi merusak pemandangan indah sudut Jogja karena tidak digoreskan corak
budaya. Budaya barat juga mulai masuk ke Kota Jogja. Tidak menutup
kemungkinan keunikan ini akan tergeser oleh keseragaman. Hanya kebanggaan
masyarakat Jogja akan budayanya yang dapat melestarikan wajah Kota Jogja.

Pernah suatu hari, perjalanan membawa saya ke Pulau Bali. Pemandangan


berbeda terlihat di setiap sudut daerah. Keunikan visual, suasana, dan budaya
memberikan kesan yang berbeda dari wilayah nusantara lainnya. Arsitektur
nusantara tetap dijaga dan dilestarikan. Kepercayaan masyarakat Bali akan konsep
politeisme, menyebabkan pulau bali memiliki banyak bangunan pura untuk
kegiatan ritual pemujaan. Sampai peraturan daerahnya yang mewajibkan
pembangunan harus memenuhi unsur arsitektur bali. Hal ini merupakan salah satu
usaha masyarakat untuk menjaga warisan tradisi leluhur. Westernisasi yang
masuk ke Pulau Bali tidak bisa menghilangkan kebanggaan masyarakat akan
lokalitas dan warisan yang ada. Hal ini wajib dilestarikan dan menjadi contoh
bagi wilayah nusantara lainnya untuk menjaga identitas yang ada.

Dalam beberapa pembicaraan, sulitya merawat dan mengupayakan


bangunan arsitektur nusantara memang menjadi tantangan kekayaan Bangsa
Indonesia. Material alam pada bangunan arsitektur nusantara mulai sulit
diusahakan karena membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun identitas dari
bangunan nusantara masih mungkin diupayakan sampai hari ini. Karena secara
material dan struktur, masih bisa digantikan dengan material ramah lingkungan
lainnya. Secara konsep, dapat dilakukan revitalisasi dengan menggerakkan
masyarakat yang mengenal tentang konsep arsitektur nusantara di masing masing
daerah. Rasa bangga akan keragaman arsitektur nusantara perlu dimunculkan
untuk mengembalikan keunikan wajah nusantara.

Menjaga identitas arsitektur nusantara adalah sebuah keharusan bagi


masyarakat Indonesia. Dengan begitu kita bisa menarik warga dunia untuk
berkunjung dan mengapresiasi kekayaan nusantara. Keuntungan dari berbagai
aspek juga akan tercipta. Dari sisi ekonomi, para pengunjung yang datang dan
merasakan keunikan di suatu daerah dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
disitu. Bangunan arsitektur nusantara dapat dijadikan sebagai objek destinasi
wisata, juga dapat dibuat menjadi homestay sehingga pengunjung yang datang
dapat merasakan suasana yang berbeda. Dalam segi sosial, kerukunan dan
toleransi akan tercipta karena adanya tanggung jawab bersama untuk
melestarikan. Dari segi lingkungan, arsitektur nusantara yang membawa nilai-
nilai lokalitas dan konsep kosmologis, akan membuat sinergi manusia dan alam
menjadi lebih baik. Alhasil kesadaran dan rasa syukur manusia akan alam yang
ada semakin lebih baik.
Peran arsitek dan masyarakat yang paham akan kondisi ini memiliki peran
yang besar. Masyarakat yang telah lupa perlu untuk diingatkan kembali, supaya
sadar akan identitas dirinya sebagai suku bangsa. Revitalisasi bangunan nusantara
diperlukan supaya anak cucu tahu akan keragaman yang kita miliki dan sadar
bahwa kita adalah bangsa yang besar yang memiliki suatu kebanggaan yang
sebenarnya membuat negara lain merasa iri. Diperlukan gerakan bersama untuk
menumbuhkan kesadaran ini. Jika tidak ada usaha bersama akhirnya keberagaman
beralih menjadi keseragaman.Tugas dan tanggung jawab bersama saat ini berada
pundak kita. Keberagaman atau keseragaman adalah keputusan yang harus kita
pilih. Karena budaya bukan hanya sejarah belaka, namun dapat menggambarkan
sebuah identitas yang berupa fakta. Jika istilah arsitektur tanpa arsitek dirasa tidak
lagi cocok, peran arsitek nusantara harus masuk ke ranah budaya. Arsitek harus
mampu menjadi pelopor dalam gerakan berbudaya.

Pandangan Romo Mangun Wijaya dalam Wastu Citra, berarsitektur


merupakan ungkapan bahasa terhadap ruang dan gatra, jika kita lebih bangga jika
bisa berbahasa asing ketimbang daerah, lantas bagaimanan kita dapat berbahasa
terhadap ruang dan gatra yang menjadi identitas kita? Jika keberagama terganti
dengan keseragaman, apa yang mau dibanggakan dari arsitektur nusantara.
Berarsitektur bukan hanya soal menciptakan ruang yang berdaya guna. Rasa
sebagai bangsa yang berbudaya perlu ada disana. Oranamen dan ciri khas tetap
tidak boleh dipangkas. Jaman memang sudah berbeda, bukan berarti unsur budaya
tidak relevan. Alkurlturasi merupakan istilah yang bisa menghubungkan antara
budaya nusantara dan perkembangan era.

Masih nyamankah kita dengan kondisi hari ini? Lebih bangga terhadap
budaya luar? Jika iya merupakan pilihan, berarti kita bukanlah orang yang
merdeka, karena penjajahan budaya telah membinasakan identitas kita sebagai
seorang suku bangsa.

Mari kita bangga dengan warisan nusantara!

Anda mungkin juga menyukai