Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PEDODONSIA-4

(GIGI AVULSI)

Disusun oleh: Kelompok 1

Nama Anggota:

1. Khomisah Salimah (04031181722001) 12. Cindy Apriola Mayasari


2. Bacharudin Hasan Ismail (04031181722014)
(04031181722002) 13. Monika Prima Anugrah
3. Dwi Purnama Riszani (04031181722015)
(04031181722003) 14. Fitria Ananda Sari (04031181722016)
4. Della (04031181722005) 15. Karin Ramadhani (04031181722017)
5. Ayu Rahma Sari (04031181722006) 16. Fricilia Inola (04031181722018)
6. Diska Fajar Wijayati 17. Alya Namira (04031181722019)
(04031181722007) 18. Yesi Afifah Putri (04031181722020)
7. Melda Melinda (04031181722008) 19. Muhammad Ridwan
8. Mayang Putri (04031181722009) (04031181722021)
9. Dhea Anggita Arman 20. Farhan Fadhlur Rahman
(04031181722010) (04031181722022)
10. Cantika Rohma Sari 21. Christabella Naomi Situmorang
(04031181722011) (04031181722023)
11. Nabilah (04031181722013) 22. Alifia Salsabila (04031181722024)

Dosen Pembimbing: drg. Ulfa Yasmin, Sp.KGA.

Program Studi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya

2019
Gigi Avulsi

Definisi
Gigi avulsi adalah gigi yang sudah keluar seluruhnya dari soket alveolar akibat
adanya cedera pada gigi. Perawatannya adalah dengan mereplantasikan gigi tersebut segera
setelah terjadinya cedera. Proses replantasi gigi yang avulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lamanya gigi keluar dari soket dan media penyimpanan yang digunakan. Faktor tersebut
sangat penting dalam proses replantasi gigi.

Etiologi
Avulsi merupakan kasus trauma dental yang paling sering terjadi dibandingkan
dengan kasus trauma dental lainnya, yaitu sekitar 16%. Penyebab gigi yang paling sering
terjadi pada anak-anak adalah ketika mereka melakukan aktivitas disekolah. Selain itu,
penyebab gigi avulsi yang sering terjadi adalah ketika merekan melakukan olahraga seprti
bermain sepak bola dan bola basket, berkelahi dan kecelakaan mobil.

Gambaran klinis
Gambaran klinis yang dapat dilihat dari gigi avulsi adalah dapat ditemukan bekuan
darah dalam soketnya. Avulsi sering terjadi pada gigi insisivus sentral rahang atas. Fraktur
pada prosesus alveolaris dan laserasi pada bibir kemungkinana terlihat bersamaan dengan
gigi avulsi.

Penatalaksanaan
Gigi avulsi adalah salah satu kasus trauma dental yang memerlukan perawatan
darurat. Penanganan yang tepat akan memepengaruhi prognosisnya. Ketika terjadi avulsi
pada gigi, kita dapat melakukan hal berikut ini:
1. Tenangkan anak yang bersangkutan.
2. Carilah gigi yang lepas dan peganglah pada bagian mahkotanya. Jangan menyentuh bagian
akar.
3. Jika gigi kotor, cucilah dibawah air mengalir dan jangan digosok dengan tujuan agar tetap
lembab dalam waktu maksimal 10 detik dan letakkan kembali gigi ke soketnya. Ketika gigi
sudah diposisinya semula, gigitlah saputangan untuk menjaga agar gigi tetap ditempatnya.
4. Jika tidak memungkinkan untuk mereposisi giginya, letakkan gigi yang avulsi tersebut ke
dalam segelas susu atau tempat penyimpanan lain dan bawa anak ke klinik gawat darurat.
Gigi juga bisa diletakkan di dalam mulut antara pipi dan gusi jika anak dalam keadaan sadar.
Jika pasien terlalu muda, gigi tersebut bisa ditelannya. Oleh karena itu, sebaiknya beri
instruksi kepada anak untuk meludah disuatu wadah kemudian letakkan gigi di wadah
tersebut. Hindari pemakaian air sebagai tempat penyimpanannya.
5. Jika ada tempat penyimpanan khusus seperti Hanks Balanced Storage Medium (HBSS atau
saline), media tersebut lebih baik digunakan.
6. Carilah perawatan dental secepatnya. Jika bisa bertemu dokter gigi dalam waktu 30 menit,
maka prognosisnya baik. Jika lebih dari waktu tersebut, maka prognosis pada giginya akan
berkurang 60-80%. Golden periode untuk melakukan reposisi gigi adalah 2 jam. Jika
perawatan replantasi dilakukan lebih dari 2 jam, maka gigi menjadi non vital dan dilakukan
perawatan selanjutnya yaitu endodonti setelah gigi difiksasi.

2.3.4.1 Media Penyimpanan


Media penyimpanan adalah media yang digunakan untuk menyimpan gigi yang avulsi
jika gigi tersebut tidak dilakukan replantasi dengan segera. Tujuan diletakkannya gigi yang
avulsi di media penyimpanan adalah untuk memelihara ligamen periodontal dalam waktu
yang terbatas sebelum dilakukan perawatan gigi tersebut. Oleh karena itu, medium yang
dapat digunakan adalah:

a. Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS)


Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) adalah larutan salin standar. Biasanya, larutan
ini digunakan dalam penelitian biomedis yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan dari
berbagai sel. Larutan ini bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena
larutan ini memiliki osmolalitas yang ideal yaitu 270 sampai dengan 320 mOsm. HBSS
mengandung berbagai nutrien penting yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme
sel yang normal dalam waktu yang lama seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa.

b. Susu
Susu memiliki kemampuan untuk mendukung kapasitas klonogenik sel-sel
periodontal pada suhu ruangan sampai dengan 60 menit. Pada temperatur yang lebih rendah,
susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan
penyembuhan sel. Selain itu, susu bertemperatur rendah memiliki kemampuan untuk
mendukung klogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit
dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang yang melindungi
viabilitas sel selama 60 menit.

c. Saline fisiologis
Salin fisiologis adalah larutan yang mengandung 0,9% NaCl yang dapat digunakan
sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penyimpanan pada media ini tidak menyebabkan
pembengkakan pada struktur sel, tetapi kebutuhan metabolit dan glukosa untuk
mempertahankan metabolisme sel yang normal tidak bisa dipenuhi oleh saline. Media
penyimpanan ini tidak direkomendasikan jika gigi harus disimpan selama satu atau dua jam.
Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak
terpenuhi.

d. Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang
sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mengatakan bahwa mendukung penggunaan
saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu cedera terjadi. Jika
disimpan lebih dari 30 menit, maka dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah
memiliki mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar gigi sehingga
menimbulkan kematian pada sel-sel ligamen periodontal.
Beberapa penelitian menganjurkan bahwa menyimpan gigi di dalam mulut pasien
(saliva) adalah baik untuk kelangsungan hidup ligamen periodontal. Gigi tersebut dapat
ditahan di vestibulum bukal atau di bawah lidah. Namun, cara tersebut dapat menimbulkan
masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi atau kemungkinan anak mengunyah giginya.
Untuk menghindari masalah tersebut, saliva dapat dikumpulkan di dalam wadah kecil
sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.

e. Air kelapa (Cocos nucifera)


Pada umumnya, air kelapa dikenal sebagai Tree of Life, yaitu minuman alami yang
dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah kelapa. Komposisi
elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma
ekstraseluler. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula
didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial
antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin dan tryptophan. Air kelapa unggul dalam
melakukan pemeliharaan untuk kelanggsungan hidup sel-sel.

ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino,
vitamin dan mineral. Air kelapa memiliki efektifitas yang menyerupai HBBS dalam menjaga
viabilitas sel. Selain memiliki osmolaritas yang lebih unggul dibandingkan HBBS, air kelapa
juga lebih murah dan mudah tersedia, sehingga air kelapa layak dianjurkan sebagai media
penyimpanan gigi avulsi.
Sebagai media penyimpanan, tidak dianjurkan untuk memakai air karena air bersifat
hipotonik dan konsentrasi larutannya tidak memiliki kecocokan untuk menyelamatkan sel
yang ada di permukaan akar. Meletakkan gigi avulsi di saliva (dikeluarkan di dalam gelas)
atau di dalam vestibulum lebih baik daripada gigi tersebut diletakkan di dalam air karena
saliva menjaga sel periodontal dalam waktu kurang dari 30 menit.

2.3.5 Perawatan

Perawatan untuk avulsi gigi adalah dengan melakukan replantasi. Sebelum melakukan
replantasi, sebaiknya soket dicuci dengan larutan saline supaya tetap bersih.4,19
Keberhasilan replantasi tergantung pada tenggang waktu antara terjadinya avulsi dengan
replantasi, luas kerusakan ligamen periodontium, derajat kerusakan alveolar, dan efektivitas
stabilisasi. Faktor waktu sangat menentukan keberhasilan replantasi. Keberhasilan itu dapat
dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya dilakukan tidak lebih dari 30 menit
sesudah terjadi cedera. Jika lebih dari 2 jam, maka resorbsi akar hampir tidak terhindarkan
lagi.20 Bila avulsi pada gigi terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit, perawatan jangka
pendek yang dapat dilakukan adalah dengan pengembalian gigi yang avulsi serta
mengembalikan stabilisasi gigi tersebut namun bila lebih dari 30 menit maka perawatan
saluran akar dan splinting harus dilakukan.
Dalam keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional,
misalnya memasukkan gigi kembali yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien. Secara
biologis kondisi ligamen periodontium dan sementum sangat rawan jika dikaitkan dengan
perlekatan kembali. Apabila ligamen periodontium mengalami cedera atau ada sementum
yang terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis (fusi antara tulang dan sementum).
Perbaikan suplai vaskular pulpa tidak dimungkinkan lagi, tetapi masih ada kesempatan jika
apeks dalam keadaan terbuka. Selain itu, pemeriksaan klinis dan radiografis dapat dilakukan
untuk mendeteksi nekrosis pulpa pada gigi yang ditanam kembali karena dapat menyebabkan
terjadinya radang dan mengganggu perlekatan kembali atau dapat menimbulkan lesi
periodontal atau periapikal.20
Kondisi yang cocok untuk replantasi lebih sering ditemukan pada anak-anak, tetapi untuk
gigi sulung sebaiknya tidak dilakukan replantasi. Kehilangan gigi sulung prematur biasanya
bukan hal yang serius. Selain itu, jika dilakukan replantasi gigi bisa menyebabkan resiko
merusak gigi permanen penggantinya.5,20
Terdapat tiga kemungkinan yang dilakukan ketika terjadi avulsi pada gigi, yaitu:5
1. Meminta nasihat mengenai avulsi pertelepon, sehingga ada peluang untuk melakukan
replantasi imediat (dalam beberapa menit)
2. Pasien dibawa ke tempat praktik dengan gigi sudah berada di luar soket kurang dari satu
jam atau ditempatkan dalam media yang benar
3. Gigi sudah berada di luar soket lebih dari satu jam dan tidak disimpan di dalam media yang
baik

2.3.5.1 Replantasi Segera


Jika dilakukan replantasi segera setelah avulsi, maka prognosisnya semakin baik. Ketika
pasien avulsi datang ke praktik dokter gigi dengan kondisi giginya sudah dimasukkan
kembali di tempat cedera, hendaknya dokter gigi memeriksa baik secara klinik maupun
radiologik untuk memeriksa hasil replantasi yang dilakukannya. Selain itu, periksa juga
cedera lain yang mungkin terjadi pada gigi tetangga atau antagonisnya dan stabilitas serta
letak gigi yang direplantasikan tersebut.5

2.3.5.2 Replantasi dalam Waktu Satu Jam Setelah Avulsi


Jika replantasi imediat tidak bisa dilakukan, maka pasien dapat dibawa ke klinik. Media
transport terbaik yang digunakan adalah salin fisiologis. Jika salin fisiologis tidak tersedia,
maka pasien dapat menggunakan susu sebagai alternatif yang sangat baik. Selain itu, pasien
juga dapat menggunakan saliva sebagai media transportasi sementara air tidak bisa digunakan
karena air tidak bisa mempertahankan kevitalan sel permukaan akar.5
Ketika pasien tiba di klinik:5
1. Gigi diletakkan pada cawan yang berisi salin fisiologis
2. Segera lakukan rontgen pada daerah yang terkena cedera untuk melihat apakah ada fraktur
alveolus atau tidak
3. Lokasi avulsi diperiksa dengan saksama untuk mengetahui ada-tidaknya serpihan tulang
yang harus dibuang. Jika alveolusnya telah runtuh maka soket dikuakkan dengan instrumen.
4. Soket diirigasi dengan menggunakan salin untuk membuang koagulum yang
terkontaminasi. Lakukan dengan hati-hati.
5. Pada cawan salin, mahkota gigi diangkat dengan menggunakan tang ekstraksi agar akarnya
tidak terkena
6. Periksa gigi apakah masih mengandung debris, jika masih ada bersihkan dengan
menggunakan kasa yang dibasahi salin
7. Masukkan kembali gigi ke dalam soketnya. Setelah sebagian sudah masuk, teruskan
dengan menekannya perlahan-lahan dengan jari atau pasien disuruh menggigit kasa sampai
giginya kembali ke posisi semula.
8. Ketepatan letak gigi dalam lengkung diperiksa dan koreksi jika ada yang mengganjal.
Luka-luka di jaringan lunak dijahit, terutama di bagian servikal.
9. Gigi distabilkan selama 1 sampai 2 minggu dengan splin
10. Dianjurkan untuk memberikan antibiotik kepada pasien dengan dosis yang sama seperti
untuk infeksi mulut yang ringan sampai moderat. Injeksi tetanus penguatan juga dianjurkan
jika pemberian tetanus terakhir dilakuakn lebih dari 5 tahun yang lalu.
11. Pasien diberikan perawatan penunjang. Diet lunak dan analgesik diberikan sesuai dengan
keperluan.

2.3.5.3 Replantasi Lebih dari Satu Jam Setelah Avulsi


Jika gigi telah berada di luar soket lebih dari satu jam dan tidak terjaga kebasahannya
dalam medium yang sesuai, maka sel dan serabut ligamen periodontium tidak akan bertahan
hidup. Oleh karena itu, dapat dilakukan perawatan sebelum replantasi meliputi pemberian
fluor pada permukaan akar untuk mengurangi (melambatkan) proses resorpsinya.5
Ketika pasien tiba di klinik:5
1. Periksalah daerah avulsi dan periksa juga gambaran radiografinya untuk melihat ada-
tidaknya fraktur alveolus.
2. Bersihkan debris yang melekat pada permukaan gigi.
3. Celupkan gigi ke dalam larutan NaF 2,4% (diasamkan sampai pH 5,5) selama 5-20 menit.
4. Ekstirpasi pulpa dan saluran akarnya dibersihkan, dibentuk dan diobturasi seraya giginya
dipegang memakai kasa yang dibasahi fluor.
5. Bersihkan soket alveolus dari bekuan darah dengan menyedotnya secara hati-hati.
Kemudian soketnya diirigasi dengan salin. Mungkin perlu untuk dianestesi terlebih dahulu.
6. Replantasikan gigi dengan hati-hati ke dalam soketnya, letakkan dengan tepat di
lengkungnya dan kontaknya.
7. Pasang splin pada gigi untuk 3 sampai 6 minggu.

2.3.6 Replantasi Avulsi Gigi

Penyebab utama dari kegagalan replantasi avulsi gigi adalah resorpsi akar, yang
sering diikuti oleh ankilosis. Menurut Andreasen dan Hjorting-Hansen, terdapat 3 jenis
resorpsi yaitu:5,22

a. Resorpsi permukaan: pemeriksaan mikroskopik pada gigi yang telah direplantasi


mengungkapkan bahwa adanya lakuna resorpsi di dalam sementum. Hal ini biasanya tidak
terlihat dalam radiograf. Resorpsi ini direparasi dengan deposisi sementum yang
mencerminkan adanya penyembuhan.

b. Resorpsi inflamasi: resorpsi ini terjadi sebagai suatu respon terhadap keberadaan pulpa
nekrosis yang terinfeksi bersama-sama dengan cedera pada ligamen periodontium. Resorpsi
ini terjadi pada gigi yang direplantasi serta pada cedera luksasi yang lain. Resorpsi biasanya
mereda setelah pulpa nekrosisnya dibuang, sehingga prognosisnya menjadi baik.
c. Resorpsi penggantian: yang terjadi pada resorpsi ini adalah struktur gigi diresorpsi dan
digantikan oleh tulang. Proses tersebut adalah ankilosis, dimana terjadinya penyatuan tulang
secara langsung pada permukaan gigi. Karakter ankilosis adalah tidak mempunyai mobilitas
fisiologis, tidak bisa bererupsi seperti gigi tetangganya dan adanya bunyi logam yang solid
ketika gigi diperkusi.

Anda mungkin juga menyukai