Avulsi
Avulsi
(GIGI AVULSI)
Nama Anggota:
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2019
Gigi Avulsi
Definisi
Gigi avulsi adalah gigi yang sudah keluar seluruhnya dari soket alveolar akibat
adanya cedera pada gigi. Perawatannya adalah dengan mereplantasikan gigi tersebut segera
setelah terjadinya cedera. Proses replantasi gigi yang avulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lamanya gigi keluar dari soket dan media penyimpanan yang digunakan. Faktor tersebut
sangat penting dalam proses replantasi gigi.
Etiologi
Avulsi merupakan kasus trauma dental yang paling sering terjadi dibandingkan
dengan kasus trauma dental lainnya, yaitu sekitar 16%. Penyebab gigi yang paling sering
terjadi pada anak-anak adalah ketika mereka melakukan aktivitas disekolah. Selain itu,
penyebab gigi avulsi yang sering terjadi adalah ketika merekan melakukan olahraga seprti
bermain sepak bola dan bola basket, berkelahi dan kecelakaan mobil.
Gambaran klinis
Gambaran klinis yang dapat dilihat dari gigi avulsi adalah dapat ditemukan bekuan
darah dalam soketnya. Avulsi sering terjadi pada gigi insisivus sentral rahang atas. Fraktur
pada prosesus alveolaris dan laserasi pada bibir kemungkinana terlihat bersamaan dengan
gigi avulsi.
Penatalaksanaan
Gigi avulsi adalah salah satu kasus trauma dental yang memerlukan perawatan
darurat. Penanganan yang tepat akan memepengaruhi prognosisnya. Ketika terjadi avulsi
pada gigi, kita dapat melakukan hal berikut ini:
1. Tenangkan anak yang bersangkutan.
2. Carilah gigi yang lepas dan peganglah pada bagian mahkotanya. Jangan menyentuh bagian
akar.
3. Jika gigi kotor, cucilah dibawah air mengalir dan jangan digosok dengan tujuan agar tetap
lembab dalam waktu maksimal 10 detik dan letakkan kembali gigi ke soketnya. Ketika gigi
sudah diposisinya semula, gigitlah saputangan untuk menjaga agar gigi tetap ditempatnya.
4. Jika tidak memungkinkan untuk mereposisi giginya, letakkan gigi yang avulsi tersebut ke
dalam segelas susu atau tempat penyimpanan lain dan bawa anak ke klinik gawat darurat.
Gigi juga bisa diletakkan di dalam mulut antara pipi dan gusi jika anak dalam keadaan sadar.
Jika pasien terlalu muda, gigi tersebut bisa ditelannya. Oleh karena itu, sebaiknya beri
instruksi kepada anak untuk meludah disuatu wadah kemudian letakkan gigi di wadah
tersebut. Hindari pemakaian air sebagai tempat penyimpanannya.
5. Jika ada tempat penyimpanan khusus seperti Hanks Balanced Storage Medium (HBSS atau
saline), media tersebut lebih baik digunakan.
6. Carilah perawatan dental secepatnya. Jika bisa bertemu dokter gigi dalam waktu 30 menit,
maka prognosisnya baik. Jika lebih dari waktu tersebut, maka prognosis pada giginya akan
berkurang 60-80%. Golden periode untuk melakukan reposisi gigi adalah 2 jam. Jika
perawatan replantasi dilakukan lebih dari 2 jam, maka gigi menjadi non vital dan dilakukan
perawatan selanjutnya yaitu endodonti setelah gigi difiksasi.
b. Susu
Susu memiliki kemampuan untuk mendukung kapasitas klonogenik sel-sel
periodontal pada suhu ruangan sampai dengan 60 menit. Pada temperatur yang lebih rendah,
susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan
penyembuhan sel. Selain itu, susu bertemperatur rendah memiliki kemampuan untuk
mendukung klogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit
dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang yang melindungi
viabilitas sel selama 60 menit.
c. Saline fisiologis
Salin fisiologis adalah larutan yang mengandung 0,9% NaCl yang dapat digunakan
sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penyimpanan pada media ini tidak menyebabkan
pembengkakan pada struktur sel, tetapi kebutuhan metabolit dan glukosa untuk
mempertahankan metabolisme sel yang normal tidak bisa dipenuhi oleh saline. Media
penyimpanan ini tidak direkomendasikan jika gigi harus disimpan selama satu atau dua jam.
Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak
terpenuhi.
d. Saliva
Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang
sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mengatakan bahwa mendukung penggunaan
saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu cedera terjadi. Jika
disimpan lebih dari 30 menit, maka dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah
memiliki mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar gigi sehingga
menimbulkan kematian pada sel-sel ligamen periodontal.
Beberapa penelitian menganjurkan bahwa menyimpan gigi di dalam mulut pasien
(saliva) adalah baik untuk kelangsungan hidup ligamen periodontal. Gigi tersebut dapat
ditahan di vestibulum bukal atau di bawah lidah. Namun, cara tersebut dapat menimbulkan
masalah bagi anak, seperti tertelannya gigi atau kemungkinan anak mengunyah giginya.
Untuk menghindari masalah tersebut, saliva dapat dikumpulkan di dalam wadah kecil
sehingga gigi dapat dimasukkan ke dalamnya.
ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino,
vitamin dan mineral. Air kelapa memiliki efektifitas yang menyerupai HBBS dalam menjaga
viabilitas sel. Selain memiliki osmolaritas yang lebih unggul dibandingkan HBBS, air kelapa
juga lebih murah dan mudah tersedia, sehingga air kelapa layak dianjurkan sebagai media
penyimpanan gigi avulsi.
Sebagai media penyimpanan, tidak dianjurkan untuk memakai air karena air bersifat
hipotonik dan konsentrasi larutannya tidak memiliki kecocokan untuk menyelamatkan sel
yang ada di permukaan akar. Meletakkan gigi avulsi di saliva (dikeluarkan di dalam gelas)
atau di dalam vestibulum lebih baik daripada gigi tersebut diletakkan di dalam air karena
saliva menjaga sel periodontal dalam waktu kurang dari 30 menit.
2.3.5 Perawatan
Perawatan untuk avulsi gigi adalah dengan melakukan replantasi. Sebelum melakukan
replantasi, sebaiknya soket dicuci dengan larutan saline supaya tetap bersih.4,19
Keberhasilan replantasi tergantung pada tenggang waktu antara terjadinya avulsi dengan
replantasi, luas kerusakan ligamen periodontium, derajat kerusakan alveolar, dan efektivitas
stabilisasi. Faktor waktu sangat menentukan keberhasilan replantasi. Keberhasilan itu dapat
dicapai apabila pengembalian gigi pada tempatnya dilakukan tidak lebih dari 30 menit
sesudah terjadi cedera. Jika lebih dari 2 jam, maka resorbsi akar hampir tidak terhindarkan
lagi.20 Bila avulsi pada gigi terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit, perawatan jangka
pendek yang dapat dilakukan adalah dengan pengembalian gigi yang avulsi serta
mengembalikan stabilisasi gigi tersebut namun bila lebih dari 30 menit maka perawatan
saluran akar dan splinting harus dilakukan.
Dalam keadaan darurat replantasi sering dilakukan oleh orang nonprofesional,
misalnya memasukkan gigi kembali yang dilakukan oleh orang tua atau teman pasien. Secara
biologis kondisi ligamen periodontium dan sementum sangat rawan jika dikaitkan dengan
perlekatan kembali. Apabila ligamen periodontium mengalami cedera atau ada sementum
yang terbuka, kemungkinan besar akan terjadi ankilosis (fusi antara tulang dan sementum).
Perbaikan suplai vaskular pulpa tidak dimungkinkan lagi, tetapi masih ada kesempatan jika
apeks dalam keadaan terbuka. Selain itu, pemeriksaan klinis dan radiografis dapat dilakukan
untuk mendeteksi nekrosis pulpa pada gigi yang ditanam kembali karena dapat menyebabkan
terjadinya radang dan mengganggu perlekatan kembali atau dapat menimbulkan lesi
periodontal atau periapikal.20
Kondisi yang cocok untuk replantasi lebih sering ditemukan pada anak-anak, tetapi untuk
gigi sulung sebaiknya tidak dilakukan replantasi. Kehilangan gigi sulung prematur biasanya
bukan hal yang serius. Selain itu, jika dilakukan replantasi gigi bisa menyebabkan resiko
merusak gigi permanen penggantinya.5,20
Terdapat tiga kemungkinan yang dilakukan ketika terjadi avulsi pada gigi, yaitu:5
1. Meminta nasihat mengenai avulsi pertelepon, sehingga ada peluang untuk melakukan
replantasi imediat (dalam beberapa menit)
2. Pasien dibawa ke tempat praktik dengan gigi sudah berada di luar soket kurang dari satu
jam atau ditempatkan dalam media yang benar
3. Gigi sudah berada di luar soket lebih dari satu jam dan tidak disimpan di dalam media yang
baik
Penyebab utama dari kegagalan replantasi avulsi gigi adalah resorpsi akar, yang
sering diikuti oleh ankilosis. Menurut Andreasen dan Hjorting-Hansen, terdapat 3 jenis
resorpsi yaitu:5,22
b. Resorpsi inflamasi: resorpsi ini terjadi sebagai suatu respon terhadap keberadaan pulpa
nekrosis yang terinfeksi bersama-sama dengan cedera pada ligamen periodontium. Resorpsi
ini terjadi pada gigi yang direplantasi serta pada cedera luksasi yang lain. Resorpsi biasanya
mereda setelah pulpa nekrosisnya dibuang, sehingga prognosisnya menjadi baik.
c. Resorpsi penggantian: yang terjadi pada resorpsi ini adalah struktur gigi diresorpsi dan
digantikan oleh tulang. Proses tersebut adalah ankilosis, dimana terjadinya penyatuan tulang
secara langsung pada permukaan gigi. Karakter ankilosis adalah tidak mempunyai mobilitas
fisiologis, tidak bisa bererupsi seperti gigi tetangganya dan adanya bunyi logam yang solid
ketika gigi diperkusi.