Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH BISNIS WARALABA (FRANCHISE) DAN KEPASTIAN HUKUMNYA DI


INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama : Setiyana Ahmad Supangkat


NPM : 178040060
Konsentrasi : Magister Ilmu Hukum/
Hukum Ekonomi
Semester : III

TUGAS MATA KULIAH


SEJARAH HUKUM

Dosen : Prof. Dr. H. Mashudi, SH. MH.

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
TAHUN 2019

\
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga saya pribadi bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum
Administrasi Daerah Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Hukum pada program studi Magister
Ilmu Hukum pada Universitas Pasundan. Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. H. Mashudi, SH. MH. selaku dosen pada mata kuliah Sejarah Hukum
yang telah memberikan kesempatan pembuatan makalah ini.

Saya pribadi menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, April 2019

Penulis

Halaman 1 dari 13
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN (2)

a. Latar Belakang Permasalahan


b. Identifikasi Permasalahan
c. Metode Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS (3)

a. Landasan Teori
1) Perkembangan Hukum Dagang di Dunia
2) Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia
b. Landasan Yuridis
Dasar Hukum Dagang di Indonesia

BAB III PEMBAHASAN (4)

Sejarah Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia

BAB IV KESIMPULAN (1)

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

Halaman 2 dari 13
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Permasalahan

Bisnis Perbankan

b. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan pemaparan tersebut diatas penulis mengindentifikasi permasalahan yang


diangkat pada makalah ini adalah: Bagaimanakah sejarah perkembangan kepastian hukum
esksitensi perbankan syariah di Indonesia?

c. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian denngan Spesifikasi penelitian ini berupa


deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan berbagai peraturan perundangan
yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif
dengan permasalah yang diteliti. Dengan metode pendekatan secara yuridis normatif yang
berusaha menggambarkan masalah-masalah yang dikaji dengan memberikan serangkaian
pemahaman baik secara yuridis melalui abstraksi pemikiran dalam bentuk kalimat maupun
secara normatif, dengan memadukan teori-teori dengan perundang undangan yang relevan
dengan makalah ini sehingga diharapkan dapat menghasilkan masukan yang bermanfaat
untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada Identifikasi Permasalahan
dimaksud, pendekatan ini berupa penelitian kepustakaan yang dominasi dengan
menggunakan data-data sekunder, baik yang berupa bahan hukum sekunder, maupun bahan
hukum tersier1, cara yang dipakai dalam metode ini menggunakan metode riset kepustakaan,
yaitu dengan membaca buku-buku ilmu pengetahuan hukum yang relevan dengan Tugas ini,
bahan presentasi, dokumentasi, berita online dan sumber lain yang dianggap relevan dengan
judul.

1 Koentjaraningrat, metode-Metode Penelitian, PT Gramedia, jakarta, 1985. Hlm. 10.

Halaman 3 dari 13
BAB II

LANDASAN TEORI DAN LANDASAN YURIDIS

a. Landasan Teori

1) Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Prinsip Syariah xxx

2) Sejarah Hukum

Teori Sejarah Hukum xxx

3) Kepastian Hukum

Pada dasarnya prinsip kepastian hukum menekankan pada penegakan hukum yang
berdasarkan pembuktian secara formil, artinya suatu perbuatan baru dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran hanya jika melanggar aturan tertulis tertentu. Sebaliknya menurut
prinsip keadilan, perbuatan yang tidak wajar, tercela, melanggar kepatutan dan sebagainya
dapat dianggap sebagai pelanggaran demi tegaknya keadilan meskipun secara formal tidak
ada undang-undang yang melarangnya. Dilema antara penegakan hukum yang
mengedepankan pada prinsip kepastian hukum ataukah rasa keadilan merupakan persoalan
yang sudah ada sejak lama. Keduanya sama-sama ada di dalam konsepsi Negara hukum.

Prinsip kepastian hukum lebih menonjol di dalam tradisi kawasan Eropa


Kontinental dengan konsep Negara hukum rechstaat, sedangkan rasa keadilan lebih
menonjol di dalam tradisi hukum kawasan Anglo Saxon dengan konsep Negara hukum the
rule of law.

Menurut Gustav Radbruch, terdapat dua macam pengertian kepastian hukum, yaitu
kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari hukum. Hukum yang
berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang
berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu
keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam
hukum tercapai apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang.
Dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-
undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat
berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-sungguh) dan dala
undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-
lainan.

Halaman 4 dari 13
Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa untuk mencapai ketertiban diusahakan
adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia dimasyarakat, karena tidak mungkin
manusia dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya
secara optimal tanpa adanya kepastian hukum dan ketertiban. Menurut Satjipto Rahardjo,
untuk mendirikan Negara hukum memerlukan suatu proses yang panjang, tidak hanya
peraturan-peraturan hukum saja yang harus ditata kelola dengan baik, namun dibutuhkan
sebuah kelembagaan yang kuat dan kokoh dengan kewenangan-kewenangan yang luar
biasa dan independen, bebas dari intimidasi atau campur tangan eksekutif dan legeslatif,
yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bermoral baik dan bermoral teruji
sehingga tidak mudah terjatuh diluar skema yang diperuntukkan baginya demi
terwujudnya suatu kepastian hukum yang syarat akan keadilan. Hukum bukan hanya
urusan (a business of rules), tetapi juga perilaku (matter of behavior).

Di Indonesia prinsip kepastian hukum tidak berlaku sebagai prinsip tunggal dalam
sistem hukum Indonesia. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Kekuasaan Kehakiman yang kemudian diganti oleh Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, selain menerapkan bunyi
undang-undang, hakim juga harus menggali nilai-nilai keadilan yang hidup di dalam
masyaratakat. Hal ini berarti, selain kepastian hukum, dunia peradilan pun menekankan
pada rasa keadilan. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 hasil amandemen juga menyatakan
Indonesia adalah ‘negara hukum’ tanpa ada kata rechstaat. Perubahan ini untuk
memberikan ruang, baik pada asas kepastian hukum sekaligus pada asas keadilan. Hal ini
dipertegas di dalam Pasal 28 huruf h UUD 1945 ayat 2 yang menyatakan bahwa “ Setiap
orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”

Kesimpulan yang didapat dalam pasal-pasal tersebut adalah bahwa baik kepastian
hukum maupun pemenuhan rasa keadilan diakomodasi di dalam sistem hukum Indonesia.
Akomodasi atas keduanya kemudian menimbulkan dilema karena dalam praktek keduanya
diperlakukan seringkali secara terpisah, sehingga tidak heran bila kepastian hukum tidak
menjamin keadilan, dan keadilan kadang tidak berdasarkan pada kepastian hukum.

Halaman 5 dari 13
b. Landasan Yuridis
1) Dasar Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

Undang_undang xxx

Halaman 6 dari 13
BAB III

PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan Kepastian Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

Manfaat

Halaman 7 dari 13
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kepastian hukum terkait


dengan transaksi Perbankan Syariah di Indonesia

Halaman 8 dari 13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Koentjaraningrat, metode-Metode Penelitian, PT Gramedia, jakarta, 1985.

Richard Roberts, Inside International Finance, A Citizen’s Guide to The World’s Financial
Markets, Institutions & Key Players, (Orion Business Books, 1999),

R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 2001)

Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Bandung : Sumur, 1981)

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1997),

Komariah, Hukum Perdata, (Malang : UMM Press, 2008)

Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 7 /POJK.03/2016 Tentang Prinsip Kehati-
Hatian Dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum beserta
perubahannya pada POJK NOMOR 6 /POJK.03/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 7/Pojk.03/2016 Tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam
Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum

Pranala Internet

http://www.negarahukum.com/hukum/asas-asas-perjanjian.html (diakses 28 Maret 2019)

http://rinaelina.blogspot.com/2010/04/transaksi-derivatif_29.html (diakses 29 Maret 2019)

Halaman 9 dari 13

Anda mungkin juga menyukai