Disusun Oleh:
\
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga saya pribadi bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum
Administrasi Daerah Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Hukum pada program studi Magister
Ilmu Hukum pada Universitas Pasundan. Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. H. Mashudi, SH. MH. selaku dosen pada mata kuliah Sejarah Hukum
yang telah memberikan kesempatan pembuatan makalah ini.
Saya pribadi menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Halaman 1 dari 13
DAFTAR ISI
a. Landasan Teori
1) Perkembangan Hukum Dagang di Dunia
2) Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia
b. Landasan Yuridis
Dasar Hukum Dagang di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Halaman 2 dari 13
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Permasalahan
Bisnis Perbankan
b. Identifikasi Permasalahan
c. Metode Penelitian
Halaman 3 dari 13
BAB II
a. Landasan Teori
2) Sejarah Hukum
3) Kepastian Hukum
Pada dasarnya prinsip kepastian hukum menekankan pada penegakan hukum yang
berdasarkan pembuktian secara formil, artinya suatu perbuatan baru dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran hanya jika melanggar aturan tertulis tertentu. Sebaliknya menurut
prinsip keadilan, perbuatan yang tidak wajar, tercela, melanggar kepatutan dan sebagainya
dapat dianggap sebagai pelanggaran demi tegaknya keadilan meskipun secara formal tidak
ada undang-undang yang melarangnya. Dilema antara penegakan hukum yang
mengedepankan pada prinsip kepastian hukum ataukah rasa keadilan merupakan persoalan
yang sudah ada sejak lama. Keduanya sama-sama ada di dalam konsepsi Negara hukum.
Menurut Gustav Radbruch, terdapat dua macam pengertian kepastian hukum, yaitu
kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari hukum. Hukum yang
berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang
berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu
keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam
hukum tercapai apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang.
Dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-
undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat
berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-sungguh) dan dala
undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-
lainan.
Halaman 4 dari 13
Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa untuk mencapai ketertiban diusahakan
adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia dimasyarakat, karena tidak mungkin
manusia dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya
secara optimal tanpa adanya kepastian hukum dan ketertiban. Menurut Satjipto Rahardjo,
untuk mendirikan Negara hukum memerlukan suatu proses yang panjang, tidak hanya
peraturan-peraturan hukum saja yang harus ditata kelola dengan baik, namun dibutuhkan
sebuah kelembagaan yang kuat dan kokoh dengan kewenangan-kewenangan yang luar
biasa dan independen, bebas dari intimidasi atau campur tangan eksekutif dan legeslatif,
yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bermoral baik dan bermoral teruji
sehingga tidak mudah terjatuh diluar skema yang diperuntukkan baginya demi
terwujudnya suatu kepastian hukum yang syarat akan keadilan. Hukum bukan hanya
urusan (a business of rules), tetapi juga perilaku (matter of behavior).
Di Indonesia prinsip kepastian hukum tidak berlaku sebagai prinsip tunggal dalam
sistem hukum Indonesia. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
tentang Kekuasaan Kehakiman yang kemudian diganti oleh Pasal 28 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, selain menerapkan bunyi
undang-undang, hakim juga harus menggali nilai-nilai keadilan yang hidup di dalam
masyaratakat. Hal ini berarti, selain kepastian hukum, dunia peradilan pun menekankan
pada rasa keadilan. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 hasil amandemen juga menyatakan
Indonesia adalah ‘negara hukum’ tanpa ada kata rechstaat. Perubahan ini untuk
memberikan ruang, baik pada asas kepastian hukum sekaligus pada asas keadilan. Hal ini
dipertegas di dalam Pasal 28 huruf h UUD 1945 ayat 2 yang menyatakan bahwa “ Setiap
orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”
Kesimpulan yang didapat dalam pasal-pasal tersebut adalah bahwa baik kepastian
hukum maupun pemenuhan rasa keadilan diakomodasi di dalam sistem hukum Indonesia.
Akomodasi atas keduanya kemudian menimbulkan dilema karena dalam praktek keduanya
diperlakukan seringkali secara terpisah, sehingga tidak heran bila kepastian hukum tidak
menjamin keadilan, dan keadilan kadang tidak berdasarkan pada kepastian hukum.
Halaman 5 dari 13
b. Landasan Yuridis
1) Dasar Hukum Perbankan Syariah di Indonesia
Undang_undang xxx
Halaman 6 dari 13
BAB III
PEMBAHASAN
Manfaat
Halaman 7 dari 13
BAB IV
KESIMPULAN
Halaman 8 dari 13
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Richard Roberts, Inside International Finance, A Citizen’s Guide to The World’s Financial
Markets, Institutions & Key Players, (Orion Business Books, 1999),
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1997),
Perundang-undangan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 7 /POJK.03/2016 Tentang Prinsip Kehati-
Hatian Dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum beserta
perubahannya pada POJK NOMOR 6 /POJK.03/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 7/Pojk.03/2016 Tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam
Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum
Pranala Internet
Halaman 9 dari 13