Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

Kista Ovarium

Oleh :
Gery Aldilatama
1102014115

Dokter Pembimbing:
dr. Utomo Budidarmo, SpOG, MKes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RS BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 24 JUNI – 31 AGUSTUS
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Alamat : Kampung Dukuh, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk: 9 Juli 2019
Tanggal pemeriksaan : 10-11 Juli Juli 2019

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 10 dan 11 Juli
2019
Keluhan utama : Perut Membesar sejak 2 bulan SMRS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pertama kali datang ke Poliklinik Kebidanan RS Polri dengan keluhan perut
membesar dan nyeri sejak kurang lebih 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Semula benjolan
berada disisi kiri kemudian membesar hingga perut membesar dan terasa sedikit nyeri jika perut
ditekan, serta terasa menyesak daerah perut. Nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah saat
pasien ingin BAB atau BAK. Pasien mempunyai siklus haid yang tidak teratur dengan siklus
30 hari, tidak teratur, dengan lama sekitar 7 hari. Tidak ada riwayat penurunan berat badan
pada pasien
Pasien datang ke RS Polri dengan persiapan rencana operasi tanggal 10 Juli 2019
dengan diagnosis neoplasma ovarium kistik

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi, diabetes, asma, maupun jantung disangkal. Tidak ada riwayat
riwayat tumor payudara, Rahim atau ovarium

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara dan kanker
ovarium, Riwayat hipertensi, diabetes, asma, jantung serta riwayat alergi disangkal.

1
4. Riwayat Kebiasan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, serta tidak ada riwayat mengkonsumi
alcohol. Suami pasien yang tinggal serumah dengan pasien mempunyai kebiasaan merokok
kira-kira 1 bungkus per hari

5. Riwayat Sosial/Ekonomi
Pasien tinggal satu rumah dengan suami pasien. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Pasien jarang melakukan aktivitas berat serta membawa beban berat. Suami pasien
bekerja sebagai pedagang. Pasien berobat menggunakan BPJS non pol kelas 2

6. Riwayat Persalinan

Kehamilan Tahun Tempat Penolong Cara BB Jenis Usia Keadaan


ke persalinan Lahir Kelamin
1 2007 Bidan Bidan Normal 3100 Laki-laki 12 Sehat
tahun
2 2012 Bidan Bidan Normal 2900 Perempuan 7 Sehat
tahun

7. Riwayat Menstruasi:
Menarche: 15 tahun. Siklus: 30 hari, Tidak teratur, Lama 7 hari. Tidak ada keluhan saat
haid.

8. Riwayat Kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 18 x/mnt
Suhu : 36,5 0C
Kepala : Conjuctiva anemis: +/+ Sklera ikterik: -/-

2
Leher : Tiroid: tidak ada kelainan. KGB: tidak ada kelainan
Thorak : Jantung : BJ I & BJ II normal reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Tampak buncit, tidak ada tanda-tanda peradangan,
sikatriks pada abdomen kuadran kanan bawah
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : dan mengalami perbesaran dengan ukuran kurang lebih
30 x 30 cm,
Ekstremitas : Edema: - Varises: -

Gambar 1. Inspeksi abdomen tampak samping kanan

STATUS GINEKOLOGIK
PEMERIKSAAN LUAR:
Inspeksi: Fluksus (-) darah (-)
Palpasi: Fundus Uteri : Tidak teraba. Nyeri tekan (+)
PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan

3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tanggal 10 Juli 2019
Hematologi : Hemoglobin 11,7 g/dl
Hematokrit 31 %
Leukosit 5.100/mm3
Trombosit 246.000/mm3
Masa Pendarahan 3 menit
Masa Pembekuan 12 menit
Serologi: HBsAg : Non Reaktif

USG poli tanggal 3 Juli 2019


Gambaran kistik multiocular
Kesan : kista musin ukuran 30 x 13

CA 125 tanggal 5 Juli 2019


29,2

RMI 1
U x M x CA125
U:1
M:1
Ca 125 : 29,2
RMI 1 : 29,2 (tidak ganas)

Gatot Purwato Score ( belum dapat dinilai)


Indikator Skor
Adanya asites 0
Gambaran solid pada USG 0
Indeks resistensi Doppler < 0,4 Belum dapat dinilai
BMI < normal Belum dapat dinilai
Kadar CA-125 > 35 U/ml 0
Total skor 10

4
DIAGNOSIS
Kista ovarium permagna suspek jinak

RENCANA PENGELOLAAN
- Rencana operasi tanggal 10 Juni 2019
- Konsul Anestesi, Jantung, dan Paru

LAPORAN OPERASI

Nama Dokter Bedah Nama Asisten Nama Perawat


dr. Utomo Budidarmo, SpOG, Zr. Amin dan Koas
Mkes Naufal
Nama Dokter Anestesi
dr. Andi, SpAn
Diagnosis pre-operatif
Kista ovarium permagna suspek jinak
Diagnosis post-operatif
Muscinous Kistadenoma suspek jinak
Nama/Macam Operasi
Laparatomi, Kistektomi, Histerektomi
Tanggal Operasi: 21/05/2019 Jenis Anestesi: Lama operasi berlangsung:
Jam operasi mulai: 08.00 WIB Spinal 90 menit
Jam operasi selesai: 9.30 WIB
Laporan Operasi:
1. Pasien berbaring di meja operasi dalam anestesi spinal
2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi
3. Dilakukan insisi midline setinggi pusat mengitari umbilikus
4. Terdapat massa kistik berasal dari ovarium kiri dengan ukuran diameter kurang
lebih 20 cm
5. Massa kistik dibuka, tampak isi multinodular, denga nisi cairan serosa dan mucin
dan bagian padat non papiliferum
6. Dilakukan HTSOB
7. Diyakini tidak ada perdarahan

5
8. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis
Jumlah perdarahan: 200 cc

Gambar 2. Kista yang terangkat post op

Instruksi Post Operasi:

- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, dan perdarahan


- Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
- Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg
- Mobilisasi bertahap
- DC kateter 24 jam
- GV luka post Op

6
FOLLOW UP

Tanggal SOAP
10/7/2019 S: Nyeri luka operasi. Mual. Perdarahan dari jalan lahir.
O: Status Generalis:
TD: 120/80 mmHg S: 36,5˚C
N: 82x/menit P: 20x/menit
Status Ginekologi: v/u tenang
Status Lokalis: Luka tertutup kassa, rembesan (-), darah (-)
Hasil Lab:
Hb 8,9 Leukosit: 5.800
Ht: 28 Trombosit: 256.000

A: Post Laparotomi dan HTSOB a/i kista ovarium permagna suspek


borderline

P: - Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram


- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
- Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg

11/7/2019 S: Nyeri luka operasi. Mual. Sudah bisa BAB dan BAK.
O: Status Generalis:
TD: 110/70 mmHg S: 36,5˚C
N: 80x/menit P: 20x/menit
Status Ginekologi: v/u tenang
Status Lokalis: Luka tertutup kassa, rembesan (-), darah (-)

A: Post Laparotomi dan HTSOB a/i kista ovarium permagna suspek


borderline, post operasi hari ke 1

P: Inj. Ceftriaxone 1 x 2 gram


- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
- Inj. Asam Traneksamat 3 x 500 mg

7
PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Ad bonam


- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium
adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm.1

Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya pembuluh-


pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas.
Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang , sedangkan permukaan depannya
ke bawah dan depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung
yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari
infundibulum.1,4

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu dengan yang ada di
ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernaculum 6

9
2.2 Definisi

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui. Kista
adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Pada wanita organ
yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.1,2,3,6

Gambar 4. Kista varium

2.3 Faktor Resiko

Faktor Resiko terjadinya kista ovarium adalah :


1. Wanita merokok, mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk kista ovarium
2. Hipotiroidisme, karena adanya kemiripan antara subunit alpha pada hormone TSH
dan HCG, sehingga hipotiroidisme dapat menstimulasi pertumbuhan ovarium dan
kista
3. Riwayat terapi infertilitas, pasien yang mendapat terapi induksi ovulasi
menggunakan hormone gonadotropin, seperti clomapine sirtrat dan letrozole, punya
kemungkinan terjadinya hiperstimulasi pada ovarium.
4. Wanita hamil, dimana kista ovarium mungkin dapat terbentuk pada saat HCG
meningkat.
5. Siklus menstruasi yang tidak teratur
6. Wanita dengan menarche lebih dulu dan menopose lambat
Perlu juga diperhatikan faktor faktor resiko yang berkaitan dengan malignansi
seperti :
1. Riwayat kanker ovarium dan kanker payudara pada keluarga.

10
2. Pasien dengan mutasi gen BRCA 1 mempunyai kemungkinan 41 – 42 %
munculmnya kanker ovarium pada umur 70 tahun, dan 10 – 27 % pada mutase gen
BRCA 2
3. Kemungkinan kegansan pada populasi umum adalah 1,6 % atau 1 dari 70 orang,
namun wanita dengan infertilitas, riwayat endometriosis, serta pda nullipara. 1,3,6

Tabel 1. Faktor resiko

2.4. Klasifikasi1, 2,3,6


Kista Ovarium dibagi menjadi dua jenis yaitu kista fungsional dan kista
neoplastik. Ukuran kista fungsional bermacmacam macam, muai dari 3 hingga 8 cm,
dan biasanya tidak ada gejala atau asimtomatik. Kista fungsional terbentuk dari fungsi
fisiologis ovarium, sedangkan kista neoplastic terbentuk dari pertumbuhan abnormal dari
sel di dalam ovarium yang dapat berupa jinak atau malignan. Kista simplek dengan
ukuran kurang dari 2,5 biasanya merupakan kista fisiologik. Kista Fungsional dibagi
menjadi beberpa jenis yaitu :
 Kista Folikuler
 Kista Korpus Luteum
 Kista Theca lutein
 Endometrioma

11
Kista folikel berasal dari folikel de graaf saat fase folikuler mestruasi yang tidak
sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Kebanyakan kista folikuler
akan mengecil secara spontan setelah 60 atau 90 hari

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi FSH ( folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone)
normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit
2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi. Dapat multipel dan
bilateral. Biasanya asimtomatik. Kista folikuler dengan ukuran lebih dari 4 cm dan
kurang dari 8 cm dapat menimbulkan torsio dan menimbulkan rasa nyeri hebat seperti
tertusuk tusuk saat pemeriksaan.

Kista korpus luteum muncul saat fase luteal dari siklus menstruasi, kebanyakan
terbentuk pada saat korpus luteum gagal regresi setelah 14 hari dan membesar menjadi
lebih dari 3 cm atau bersifat hemoragik (korpus hemoragikum). Dalam keadaan normal
korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang
korpus luteum akan mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang
terjadi di dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat karena
darah tua. Kista ini dapat menyebabkan gangguan menstruasi dan nyeri pada kuadaran
bawah abdomen, terutama jika ruptur dan memberikan gambaran nyeri akut tanda
hemipertoneum pada akhir fase luteal. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum
memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri
atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.

Kista teka lutein biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh
hormone koriogonadrotropin yang berlebihan. Kista ini biasanya berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari pertumbuhan
indung telur, serta terapi hormon.

Kista endometrium merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium. Kista


ini juga biasa disebut kista coklat yang berasal ari warna coklat tua dari darah tua yang
terkandung di dlaamnya. Pasien mungkin mempunyai gejala endometeriosis seperti nyeri
pelvis, dismenore, disparenia, dan infertilitas.

12
Gambar 5. Kista endometroid

Tumor Neoplasia jinak terdiri dari :


 Tumor sel Epitelial
 Tumor sel germ
 Tumor sex-cord stroma

Gambar 6. Klasifikasi tumor neoplasia

13
Tumor sel epithelial berasal dari transmormasi dari sel epitelium permukaan ovarium.
Sel ini berasal dari mesoderm primitive dan dapat bermetaplasia. 6 Jenis utama dari tumor jenis
ini adalah tumas serosa, musinous, endometroid, clear cell, tumor brenner, dan tumor
undifferentiated. Potensi kganasan pada tumor ini beragam dari jinak,borderline ( low
malignant potential), hingga ganas. Tumor ganas yang paling banyak ditemukan pada kasus
ini adalah serous cystadenocarcinoma. Pemeriksaan CA125 80 % dapat mendiagnosis
keganasan pada tumor epithelial.
Tumor sel germ. Berasal dari sel germ primordial dari ovarium dan 95 % benign dan 5
% malignan. Sel germ ini dapat berdiferensiasi menjadi 3 jenis sel germ yaitu yolk sac,
plasenta, dan fetus. Tumor sel germ yang paling banyak ditemukan adalah dysgerminoma (50
%), teratoma imatur (20 %) dan endodermal yolk sac tumor (20 %). Kebanyakan dari tumor
sel germ menghasilkan serum tumor marker yang berguna untuk diagnosis. Dysgerminoma
menghasilkan LDH, tumor endodermal yolk sac menghasilkan AFP, dan choriocarcinoma
menghasilkan HCG. Tumor sel germ berkembang lebih cepat dibandingkan sel epithelial, maka
dari itu gejala sudah bisa ditemukan pada awal perkembangan misalnya seperti distensi dari
kapsul ovarium, hemoragik, yang menyebabkan nyeri akut pda daerah pelvis. pressure
symptom dari kantong kemih dan rectum juga dapat dirasakan. Tumor ini juga dapat terjada
torsio dan rupture yang menyebabkan nyeri yang hebat.

Gambar 7. Jenis jenis tumor sel germ

14
Gambar 8. Teratoma (kista dermoid)

Tumor sex-cord stromal berasal dari sel yang berada di sekeliling oosit (sebelum
berdifferensiasi menjadi laki-laki atau perempuan), atau dari stroma ovarium. Secara umum
tumor ini merupakan low grade malignancies. Jenis tumor grenulosa theca sel dan tumor sel
sertoli-leydig juga digolongkan sebagai tumor fungsional karena menghasilkan hormone
seperti estrogen pada tumor sel theca dan testosterone pada tumor sel sertoli-leydig. Akibat
dari terbentunknya estrogen yang berlebihan dapat menyebabkan hyperplasia endometrium (20
-50 %). Stimulasi oleh estrogen dapat menyabakan feminisasi, puberas dini, dan menstruasi
tidak teratur , perdarah post menopos.

2.5. Patofisiologi 3,6


Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graaf. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara bertahap akan mengecil selama
kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

15
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.3,6
Kista neoplastik dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa
dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari
tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari
endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-
folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.3,6

2.6. Diagnosis 2,3,6

a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak tumor


ovarium asimtomatik, terutama tumor ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa
menyebabkan pembenjolan perut. Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian
bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih
menjadi sering.

Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu


atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering. Pasien juga
mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada

16
tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut
mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang
abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.

Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari hirsutism,


inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan, dapat ditemukan
penurunan berat badan yang drastis. Gejala keganasan yang perlu diwasapadai terdapat
pada table dibawah ini. 2,3,6

Tabel 2. Gejala dari Kanker Ovarium


b. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan adalah menentukan suatu massa
merupakan keganasan atau bukan. Jika ditemukan suatu massa yang solid, keras,
immobile dengan permukaan yang ireguler merupakan suatu ciri massa tersebut
adalah keganasan.
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites

17
2,3,6

Tabel 3. Pemeriksaan Fisik

c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium
normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar
CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel
ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada
6% pasien sehat.
Pemeriksaan CA125 akan lebih bermakna bila disertai dengan RMI 1
score. Rumusnya adalah RMI = U x M x CA125
Cancer antigen 125 (CA 125) yang merupakan glikoprotein dengan
berat molekul tinggi dan terletak di permukaan sel, ditemukan pada 80%
keganasan ovarium tipe epitel serosum.
U adalah hasil pemeriksaan USG. Dengan karakteristik : multilocular
cysts, solid areas, metastases, ascites dan bilateral lesions. U = 0 (USG score
0), U = 1 (USG score 1 ), U = 3 (USG score 2–5).
M adalah status menopaus. 1 = pre-menopausal dan 3 = post-
menopausal. Klasifikasi untuk menopaus adalah jika sudah lebih dari 1
menopaus atau dilakukan hosterektomi setelah umur 50 tahun.
Jika hasil lebih 200 maka menandakan massa berupa keganasan 4,5

18
Tabel 4. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan CA125
b. Gatot Purwoto Score

Gatot, tahun 1996, membuat suatu sistem skoring untuk keganasan epitel
ovarium yang dapat membedakan lesi ganas dengan lesi jinak. Penelitiannya
menggunakan 133 pasien dengan kanker epitel ovarium. Dengan menggunakan
karakteristik dari kanker ovarium, seperti penurunan berat badan, indeks
resistensi Doppler, gambaran solid dari pemeriksaan ultrasonografi (USG),
adanya asites, dan kadar CA-125, ia membuat skor Gatot. Sistem skoring ini
memberikan sensitivitas sebesar 96%, dan spesifisitas sebesar 97%, dengan skor
total 10 dan cut-off point 5. 4,5

Indikator Skor
Adanya asites 2
Gambaran solid pada USG 2
Indeks resistensi Doppler < 0,4 2
BMI < normal 2

19
Kadar CA-125 > 35 U/ml 2
Total skor 10
Tabel 5. Gatot Purwoto Score

c. Tumor Marker

Beberapa sel tumor menghasilkan tumor marker yang dapat digunakan


untuk diagnosis seperti pada sel germ

Tabel 6. Tumor marker pada tumor sel germ

d. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat- sifat
tumor.
e. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut
yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk
kista ovarium. Dari pemeriksaan USG dapat ditemukan ciri ciri gambaran suatu
massa jinak atau ganas.

20
Tabel 7. Gambaran USG kista Ovarium
f. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat
memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya
tidak diperlukan
g. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurang baik
bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untuk mengidentifikasi
organ intra abdomen dan retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium.
h. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
i. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan. 2,6

21
Tabel 8. Manajemen kista ovarium

22
II.9. Komplikasi

Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur - angsur


menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang minimal.
Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Robekan dinding
kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada
perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat robekan
akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang timbul secara akut,
perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen, seperti
appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan dapat terjadi
pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum, kistadenoma ovarii
musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus
fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks. 2,3

II.10. Penatalaksanaan 1,2,3,6

Faramakoterapi
Terapi kontrasepsi oral dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan dari
kista. Penggubaan kontrsapsei oral dapat mengurangiresiko selkanker ovarium hingga
5 tahun.5 Namun terapi tidak memberikan outcome yang signifikan. Beberapa kista
dapat sembuh dengan sendirinya terutama pada ukuran kista kurang dari 5 cm disertai
niilai CA125 yang normal, namun diperlukan monitorin dengan USG serial. Pemberian
kontrasepsi oral pada kista dengan ukuran lebih dari 8cm pada pasien premenopause
tidak memberikan hasil yang efektif. Namun demikian pemberian kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan kista ovarium selanjutnya 6

Terapi Bedah
Kista ovarium persisten dengan ukuran 5 – 10 cm atau lebih dari 10 cm, terutama
dengan gejala simptomatik seperti dijelaskan di atas, perlu dipertimbangkan terapi
bedah berupa laparatomi atau laparoscopy. Tujuan utama dari terapi bedah adalah :

23
1. Untuk menegakkan diagnosis dari kista ovarium
2. Untuk mengetahui apakah kista bersifat malignan atau tidak
3. Untuk medapatkan cairan peritoneal untuk keperluan histologi
4. Untuk pemeriksaan ovarium dan organ lain selain ovarium yang terdapat
kista
5. Untuk menentukan tindakan bedah lanjutan jika diperlukan
Pengankatan kista secara intak untuk keperluan PA mememerlukan pengakatan
seluruh ovarium beserta tuba, maka dari itu diperlukan informed consent terlebih
dahulu pada pasien.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar
10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunanan pada pasien dengan kista
benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus
dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di
masa mendatang.

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita


postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun
yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma
ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk
endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi
diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan
pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga. 2,3

Kista Ovarium Pada Wanita Hamil


Kebanyak kista ovarium yang terjadi saat kehamilan 96 % akan mengecil pada
usia gestasi 14 – 16 minggu dan dipengaruhi dengan respon hormonal. Namun kista
dengan ukuran lebih kecil dari 5 cm kecil kemungkinan untuk dapat sembuh dengan
sendirinya

Pada wanita hamil yang mempunyai kista ovarium dengan ukuran lebih dari 10
cm, jika terdeteksi pada trimester ke 1 lakukan observasi untuk pertumbuhan dan
komplikasi yang terjad. Jika terdeteksi pada trimester ke 2, dilakukan operasi
pengangkatan kista dengan laparotomy.

24
Jika ukuran kista antara 5 – 10 cm, perlu dilakukan follow up terlebih dahulu
dan dipertimbangkan untuk tindakan operasi. Jika ukuran kista kurang dari 5 cm pada
uunta akan mghilang dengan sendirinya tanpa penganan lanjut. 3

II.11 Prognosis 3

Prognosis dari kista jinak sangat baik. 70-80 % kista folikuler dapat sembuh
secara spontan. Malignansi masih menjadi hal yang dikhawatirkan pasien yang
menderita kista ovarium, walaupun kebanyakan kista ovarium adalah benign. Pada
wanita hamil dengan kista simplek ukuran kurang dari 6 cm mempunya kemungkinan
1 % untuk keganasan. Kebanyakan dari kista ini 96 % akan sembuh secara spontan pada
usia gestasi 16-20 minggu, dengan kemungkinan malignansi 0,3 % 3

25
BAB III

KESIMPULAN

. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan. Pada
wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium. Berdasarkan sifat kista dapat
bersifat fisiologis dan patolgis. Kista dibagi menjadi dua jenis yaitu fisiologis dan neoplastik.
Kebanyakan kista ovarium bersifat benign

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Callahan T.L, Caughey A.B, et al,. 2017. Blueprints, Obstetrics & Gynecology. Edisi ke
7. Wolters Kluwer. Amerika Serikat
2. DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment
8th edition. Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
3. Grabosch SM 2018. Ovarium Cysts. https://www.medscape.com/viewarticle/726031_2.
Diakses pada 15 Juli 2019

4. Mansur S, Purbadi S. Modified Gatot score has a better specificity in predicting ovarian
malignancies compared to Risk Malignancy Index. Indones J Obstet Gynecol 2013; 37 (2)
: 113-6.
5. Wijaya L, Kusuma F. Ovarian malignancy prediction by Gatot Purwoto (GP) score, Risk
Malignancy Index (RMI), and frozen section in young age. Indones J Obstet Gynecol
2014; 2 (3): 157-61
6. Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 3., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2011: 13-14

27

Anda mungkin juga menyukai