Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan rahmat
dan karunianya, kami berhasil menyelesaikan laporan praktikum Perancangan Teknik
Industri modul 5 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material ini dengan baik.
Laporan ini kami susun untuk melengkapi tugas praktikum Perancangan Teknik Industri
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro.
Penyusunan laporan ini telah terselesaikan berkat bantuan banyak pihak, baik pada
saat pelaksanaan praktikum maupun pada saat penyusunan laporan praktikum
Perancangan Teknik Industri pada modul 5 Perencanaan Produksi dan Kebutuhan
Material. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Asisten Laboratorium PTI yang telah membimbing kami dalam melakukan
praktikum dan menyusun laporan praktikum Perancangan Teknik Industri modul 5
Perencanaan Produksi dan Kebutuhan Material ini.
Namun, dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun selaku praktikan pada
khususnya dan seluruh pihak pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.7.4 Metode Lotting pada MRP ............................................................................... 22
2.8 Software WIN QSB............................................................................................... 27
BAB III ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Pengumpulan Data ................................................ Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Target Produksi Satu Tahun ............................. Error! Bookmark not defined.
4.1.2 Data Harga Spare part dari Supplier ............. Error! Bookmark not defined.
4.1.3 Data Leadtimedan Schedule Reciept Spare part Tamiya... Error! Bookmark
not defined.
4.1.4 Data Biaya-Biaya Produksi .............................. Error! Bookmark not defined.
4.1.5 Bill Of Material ................................................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Pengolahan Data.................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Agregate Planning ............................................ Error! Bookmark not defined.
4.2.1.1 Kapasitas yang Tersedia .............................. Error! Bookmark not defined.
4.2.1.2 Perhitungan Agregat Planning .................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Master Production Schedule (MPS) ................. Error! Bookmark not defined.
4.2.2.1 Hasil Agregate Planning ............................. Error! Bookmark not defined.
4.2.2.2 MPS Disagregasi ......................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2.3 MPS Konversi ............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ............ Error! Bookmark not defined.
4.2.3.1 Output MPS................................................. Error! Bookmark not defined.
4.2.3.1 Output RCCP .............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2.4 Material Requirement Planning (MRP) ........... Error! Bookmark not defined.
4.2.4.1 Safety Stock ................................................ Error! Bookmark not defined.
4.2.4.2 Netting ......................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.4.3 Lotting, Offsetting, Exploding .................... Error! Bookmark not defined.
Lotting, Offsetting, Exploding Level 0 ................ Error! Bookmark not defined.
Lotting, Offsetting, Exploding Level 1 ................ Error! Bookmark not defined.
Lotting, Offsetting, Exploding Level 2 ................ Error! Bookmark not defined.
Lotting, Offsetting, Exploding Level 3 ................ Error! Bookmark not defined.
4.2.5 Rekap Biaya Komponen (Level 0-3) ............... Error! Bookmark not defined.
iii
4.2.6 Rekap Biaya MRP Metode Terbaik ................. Error! Bookmark not defined.
4.2.7 Rekap POR ....................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.8 Struktur Produk (Win QSB) ............................. Error! Bookmark not defined.
BAB V............................................................................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Agregate Planning ................................................. Error! Bookmark not defined.
5.2 Master Production Schedule ................................. Error! Bookmark not defined.
5.3 Rough Cut Capacity Planning ............................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Master Requirment Planning................................. Error! Bookmark not defined.
5.4.1 Perbandingan Biaya Manual dan Software Komponen Terpilih ..............Error!
Bookmark not defined.
5.4.2 Analisis Pemilihan Metode Masing-Masing Komponen Error! Bookmark not
defined.
5.4.3 Analisis Hasil MRP dan Metode Terpilih ........ Error! Bookmark not defined.
BAB VI ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
6.1 Kesimpulan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
6.2 Saran ................................................................. Error! Bookmark not defined.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selain itu juga perencanaan produksi dan kebutuhan material berguna untuk
memenuhi permintaan konsumen apabila dapat dilakukan dengan tepat. Pemenuhan
permintaan konsumen merupakan tujuan utama perusahaan sehingga diperoleh
keuntungan yang maksimal sehingga sebisa mungkin perusahaan bisa memenuhi
seluruh permintaan konsumen sesuai dengan ketersediaan perusahaan yang dimiliki.
Dengan adanya perencanaan, perusahaan dapat meramalkan permintaan konsumen yang
dapat berubah sewaktu-waktu untuk mengantisipasi kebutuhan sumber daya yang
dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan kosnumen itu.
Oleh karena itu untuk mengatur segala aktivitas perusahaan dalam menjalankan
produksinya diperlukan suatu perencanaan yang terukur dan dapat diperhitungkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana
startegis
Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.
4
2.2 Resource Requirement Planning (RRP)
Perencanaan kebutuhan sumber daya merupakan tingkat perencanaan tertinggi dalam
hirearki perencanaa kapasitas. Perhitungan jumlah stasiun kerja ini mengunakan rumus:
TotalDemandxWaktuBaku
JumlahStasiunKerja
JumlahHariKerjaxJamKerja / Hari
Sedangkan untuk menghitung kapasitas produksinya :
Perhitungan RRP ini diperluka untuk mengetahui seberapa besar kapasitas produksi
dari RT dan OT yang dapat dipakai apabila ternyata kapasitas produksi dari RT tidak
dapat memenuhi demand. RRP digunakan untuk merencanakan berapa kapasitas
produksi yang kita butuhkan apakah cukup menggunakan RT saja atau perlu tambahan
bila ternyata tidak memenuh permintaan.
5
Input Perencanaa Agregat
1. Peramalan permintaan (forecasting)
2. Perencanaan Strategi Pemasaran (Marketing Strategic Planning)
3. Perencanaan Strategi Manufakturing (Manufacturing Strategic Planning)
4. Perencanan Strategi Riset dan Pengembangan (R&D Strategic Planning)
5. Perencanaan Strategi Keuangan (Financial Strategic Planning)
Business
Forecasting
Planning
Material Capacity
Requirement Requirement
Planning Planning
Production Input/Output
Vendor Follow Control &
Activity
Up System Operation
Control
Scheduling
6
2.3.1 Fungsi Agregate Planning
Adapun fungsi-fungsi perencanaan agregat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Input hasil peramalan, kapasitas mesin dan tenaga kerja, jam kerja, dan lain-
lain.
2. Ubah seluruh variabel menjadi satu satuan ukuran.
3. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dan pilih satu atau beberapa strategi
perencanaan.
4. Tentukan model mana yang akan dipakai sesuai kriteria ongkos terendah.
7
2.3.3 Strategi Agregate Planning
Strategi Agregate Planning adalah upaya manajerial yang mencakup manipulasi
tingkat inventory, produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas dan variabel-variabel lainnya
yang dapat dikendalikan. Secara umum, strategi agregate planning dibagi menjadi dua
jenis yaitu :
8
Manajemen dapat membuat keputusan untuk mempengaruhi permintaan,
cara yang dapat dilakukan antara lain adalah denganmemberikan diskon,
bonus, promosi dan lain-lain karena permintaan meupakan salah satu sumber
utama permasalahan agregate planning.
b) Strategi Campuran (Mixed Strategies)
Strategi campuran adalah strategi dalam agregate planning yang melibatkan dua
atau lebih variabel yang dapat dikontrol untuk mencapai rencana yang feasibel.
Beberapa kombinasi pengubahan dari beberapa controllable (decision) variable
bisa menghasilkan suatu strategi Agregate Planning yang terbaik dan feasible
untuk dijalankan. Misalnya perusahaan dapat menggunakan kombinasi antara
jam lembur, subkontrak, dan pemerataan persediaan sebagai strategi mereka.
Mixed strategy lebih sering digunakan ketika suatu perusahaan
mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi yang bervariasi
dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi yang bervariasi
tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan yang sedang
dihadapinya. Bagian pengendalian produksi dan bagian pemasaran harus
menghasilkan master schedule yang mencakup beberapa kebijakasanaan
perubahan dan prosedur pengoperasian.
(Satria, 2007)
9
a. Kemudahan dalam pengolahan data
Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan
untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik
tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.
b. Ketelitian hasil yang didapatkan
Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk
menerapkan metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang
didapatkan semakin baik.
c. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang
terjadi dalam implementasi rencana.Secara garis besar terdapat tiga strategi
murni yang dapat dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan ini, yaitu :
- Melakukan pengaturan setiap saat atas jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan dalam hal ini merekrut tenaga kerja baru bila permintaan
meningkat dan memberhentikan sebagian tenaga kerja bila permintaan
menurun.
- Tetap mempertahankan jumlah tenaga kerja tetapi yang diatur adalah
kecepatan produksi, misalnya jika permintaan meningkat kecepatan produksi
ditingkatkan misalkan dengan mengadakan jam lembur.
- Tetap mempertahankan baik jumlah tenaga kerja maupun kecepatan
produksi dan untuk mengatasi fluktuasi permintaan diadakan persediaan
(inventory).
(Satria, 2007)
10
- Tentukan jumlah kapasitas pada waktu normal, waktu lembur, dan tindakan
subkontrak untuk setiap periode
- Tentukan biaya tenaga kerja, biaya pengangkatan dan pemberhentian pekerja,
serta biaya penahanan persediaan
- Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja
dan tingkatan persediaan
- Kembangkan rencana-rencana alternatif dan amatilah biaya totalnya.
Macam-macam metode heuristik pada perencanaan produksi agregat antara
lain adalah metode pengendalian tenaga kerja, metode pengendalian persediaan,
metode pengendalian subkontrak, dan metode campuran.
2. Metode Optimasi
Metode ptimasi terdiri dari model prgrama linier dan transportasi land. Metode ini
mengijinkan penggunaan produksi reguler, overtime, inventori, backorder, dan
subkontrak. Hasil perencanaan yang diperoleh dapat dijamin optimal dengan
asumsi optimistik bahwa tingkat produksi dapat dirubah dengan cepat. agar
metode ini dapat diaplikasikan, kita harus memformulasikan persoalan
perencanaan agregat sehingga :
- Kapasitas tersedia dinyatakan dalam unit yang sama dengan kebutuhan
(demand).
- Total kapasitas untuk horison perencanaan harus sama dengan total peramalan
kebutuhan. Bila tidak sama, kita gunakan variabel bayangan (dummy)
sebanyak jumlah selisih tersebut dengan unit cost sama dengan nol.
- Semua hubungan biaya merupakan hubungan linier.
3. Metode Program Linier
Program linier dapat digunakan sebagai alat perencanaan agregat. Odel ini dibuat
karena validitas pendekatan koefisien manajemen sukar dipertanggungjawabkan.
Asumsi model programa linier adalah :
- Tingkat permintaan diketahui dan diasumsikan deterministik.
- Biaya variabel-variabel ini bersifat linier dan variabel-variabel tersebut dapat
berbentuk bilangan riil.
11
- Batas atas dan bawah jumlah produksi dan inventori merepresentasikan
batasan kapasitas dan space yang bisa dipakai.
Asumsi diatas seringkali menyebabkan model program linier kurang realistis jika
diterapkan. Misalnya variabel yang berbentuk bilangan riil, sementara itu pada
kenyataannya nilai variabel-variabel tersebut bulat. Tujuan dari formulasi
progranm linier adalah untuk meminimasi ongkos total yang berbentuk linier
terhadap kendala-kendala linier. Formulai terebut digambarkan dalam persamaan
dibawah ini :
𝑀𝑖𝑛𝑍 = ∑𝑇𝑡=1 𝐴 𝑝, 𝑡𝑃𝑡 + 𝐴𝑟, 𝑡𝑃𝑡 + 𝐴𝑜, 𝑡𝑃𝑡 + 𝐴𝑖, 𝑡𝑃𝑡 + 𝐴ℎ, 𝑡𝑃𝑡 + 𝐴𝑙, 𝑡𝑃𝑡 ...........(2.1)
S/T :
𝐼𝑡−1 − 𝑆𝑡−1 = 𝐼𝑡−1 − 𝑆𝑡−1 + 𝑃𝑡 − 𝐹𝑡 untuk t = 1,2,3,....,T ........................(2.2)
𝑅𝑡 = 𝑅𝑡−1 + 𝐻𝑡 − 𝐿𝑡 untuk t = 1,2,3,....,T ................................................(2.3)
𝑂𝑡 − 𝑈𝑡 = 𝑘𝑃𝑡 − 𝑅𝑡 untuk t = 1,2,3,....,T ..................................................(2.4)
𝑃𝑡 , 𝑅𝑡 , 𝑂𝑡 , 𝐼𝑡 , 𝑆𝑡 , 𝐻𝑡 , 𝐿𝑡, 𝑈𝑡 ≥ 0 untuk t = 1,2,3,....,T .......................................(2.5)
(Hartini, 2011)
12
tambahan lembur yang biasanya 150 % dari ongkos kerja regular. Di
samping ongkos tersebut, adanya lembur biasanya akan memperbesar tingkat
absent karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi di atas adalah bila
perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja
berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang
produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan
alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung ongkos
menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja
yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (ongkos persediaan dan ongkos
kehabisan persediaan).
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan
permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekuensi dari kebijaksanaan
persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya ongkos penyimpanan
(inventory cost/holding cost) yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak,
asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan dari kondisi
di atas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah
menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam
bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan persediaan ini
dihitung berdasarkan berapa permintaan yang datang tetapi tidak dapat
dilayani karena barang yang diminta tidak tersedia.
5. Subcontract Cost (Ongkos Subkontrak).
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya
perusahaan mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bisa
ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari
kebijaksanaan ini adalah timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya
ongkos mensubkontrakkan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi
sendiri dan adanya resiko terjadinya keterlambatan penyerahan dari
kontraktor.
(Kusuma, 1999)
13
2.4 Master Production Schedule (MPS)
Pada dasarnya jadwal produksi induk master production schedule (MPS)
merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti suku
cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi
output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregrasikan dan
mengimplentasikan rancana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil
dari proses perencanaan produksi (aktivitas pada level 1 dalam hieraki perencanaan
prioritas) yang dinyatakan dalam bentuk argegate, maka MPS yaitu hasil dari proses
penjadwalan produksi induk yang dinyatakan dengan konfigurasi spesifik dengan
nomor-nomor item yang ada dalam Item master and BOM (Bills Of Material).
14
- Efisiensi penggunaan sumber daya produksi.
- Mencapai target tingkat produksi.
Penjadwalan produksi disetiap perusahaan dapat berbeda, maka berdasarkan hal ini
terdapat tiga jenis perusahaan, yaitu:
15
2.5 Teknik Disagregasi
Disagregasi adalah sebuah proses penerjemahan rencana agregat menjadi rencana
persediaan dan penjadwalan yang terperinci. Tujuan dari disagregasi adalah untuk
membuat jadwal produksi setiap item produk secara terperinci, lalu JIP atau MPS
adalah hasil rincian tentang:
Penjadwalan pekerjaan
Alokasi jangka pendek aktivitas produksi
Jumlah produksi item yang spesifik
Waktu order produksi item yang spesifik
Metode disagregasi sendiri terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Metode Cut&Fit
Proses disaagregasi dengan menggunakan pendekatan metode cut and fit ini
relative lebih sederhana dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya.
Umumnya perusahaan mencoba berbagai variasi alokasi kapasitas produk dalam
suatu grup sampai tercapai suatu kombinasi yang memuaskan.
Rumus yang digunakan dalam disagregasi pendekatan metode cut and fit :
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 .% 𝐼𝑡𝑒𝑚
𝑦= ......................(2.6)
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖
Dimana:
y: Hasil permalan disagregasi item
% item: presentasi kebutuhan masing-masing item
Demand agregat: Agregat plan hasil pengolahan data rencana produksi agregat.
b. Metode Hax & Britan
Metode ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :
1) Menentukan famili yang perlu diproduksi.
2) Disagregasi famili.
3) Disagregasi item.
4) Menentukan status inventori akhir tiap produk.
c. Metode Linear Programming
Model disagregasi linear programming ini diajukan oleh Krajewski dan
Ritzman. Model ini bertujuan untuk meminimalkan biaya total dari output,
16
subkontrak, inventori, backlog, hiring, lay off, over time dan gaji untuk T
periode.
Z C1 X it C 2 S it C 3 I it C 4 Bit C 5 H jit C 6 F jt C 7 O jit C8W jit
t i
.............. (2.7)
X it I i.t 1 I it S it Bit Bi.t 1 Dit untuk semua i L .................... (2.8)
r
li
P
iL
ijt W jt O jt 0 untuk semua j J ............................................. (2.10)
Dimana:
Aj = Biaya pemesanan family j
Dij = Permintaan item i family j
Hij = ongkos simpan per unit/periode
17
Menghitung kuantitas produksi agregat dari item i family j
Qij (adj) = Qij* xkij.......................................(2.16)
dimana kij = faktor konversi
jumlah total Qij(adj) > Pt dengan nilai Qij total sebagai berikut :
Qij (adj)total = ∑ Qij (adj) (2.20) .......................(2.17)
maka kuantitas jumlah produk setiap item i pada family j perlu
disesuaikan dengan faktor penyesuaian :
𝑃𝑡
𝑄𝑖𝑗 = 𝑄 (𝑎𝑑𝑗)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
.......................................(2.18)
𝑖𝑗
18
RCCP didisagregasikan ke dalam level item atau SKU (Stock Keeping Unit); dan RCCP
mempertimbangkan lebih banyak sumber daya produksi.
Kemudahan pelaksanaan RCCP :
1. Teknik yang digunakan relatif sederhana.
2. Hanya meliputi batasan atau work Centre yang utama.
3. Tidak memerlukan faktor perhitungan yang presisi.
Kelemahan RCCP :
1. Hanya membedakan nilai pendekatan untuk sumber daya yang diperlukan dalam
produksi.
2. Tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan kapasitas dalam tahap perencanaan
kebutuhan material.
Pada dasarnya terdapat empat langkah untuk melaksanakan RCCP, yaitu:
1. Memperoleh informasi tentang rencana produksi dari MPS
2. Memperoleh informasi tentang struktur produk dan waktu tunggu
3. Menentukan bill of resorces
4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP
(Gasperz, 1988)
19
1. Sebagai kontrol tingkat persediaan,
2. Penugasan komponen berdasar urutan prioritas
Penentu kebutuhan kapasitas (capacity requirement) pada tingkat yang lebih detail
daripada proses perencanaan pada rough-cut capacity-requirements.
(Gasperz, 1988)
20
Merupakan suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang
optimal untuk setiap item secara individual pada setiap pemesanan. Langkah ini
ditentukan berdasarkan teknik lotting/lotsizing. Parameter yang digunakan
biasanya adalah biaya simpan dan biaya pesan. Teknik-teknik Lotting akan
dijelaskan pada sub bab 2.6.4.
4. Exploding/ Explosion
Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item
(komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang telah tersedia.
Perhitungan ini didasarkan pada pemesanan item-item produk pada level yang
lebih atas.
(Hartini, Sri. 2009)
21
dalam memenuh jadwal produksi dan jika berlebih akan digunakan untuk
menutupi kebutuhan pada periode tertentu. Di samping informasi file status
inventori juga berisi data lead-time untuk lead-time offsetting (penyesuaian
order atau pesanan untuk memperhatikan periode lead-time). Informasi lain,
seperti ukuran lot (kelompok), uraian item, daftar penjual, pemakaian sampai
saat ini, sejarah demand, pencapaian penyerahan penjual, catatan dalam
pemesanan terkemuka, dan tingkat tarif sisa juga terkadang ditemui pada file
status persediaan. Pemeliharaan database harus dilaksanakan untuk
melindungi ketelitian informasi ini. (Hartini, Sri. 2009)
Output
Output sistem MRP adalah :
22
saja. Namun metode ini juga beresiko jika terjadi keterlambatan dalam pengiriman
barang akan mengakibatkan terhentinya produksi.
Economic Order Quantity ( EOQ )
2 .S. D
EOQ
H
Dimana :
EOQ = jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis
S = biaya pesan setiap kali pemesanan
D = jumlah kebutuhan bahan baku untuk satu periode
H = biaya penyimpanan
Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalm penggunaan metode EOQ,
yaitu sebagai berikut :
a. Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam
b. Kebutuhan/permintaan barang yang diketahui dan konstan
c. Biaya pemesnan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan
d. Barang yang dipesan diterima dalam satu kelompok (batch)
e. Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang dibeli
f. Waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan
o Kelebihan :
Merupakan teknik yang mudah yang memasukkan parameter biaya dan teknik
yang menentukan trade off antara biaya biaya pesan, set up dan ongkos simpan.
o Kekurangan :
Metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan datang pada MRP.
Teknik ini bukan teknik eksak sehingga sering mengakibatkan adanya sisa dari
persediaan sehingga akan meningkatkan ongkos simpan.
Period Order Quantity (POQ)
Metode POQ ini menentukan jumlah perioda yang akan dimasukkan ke dalam
sekali pemesanan. Langkah-langkah penentuan ukuran lot dengan metode ini adalah:
23
o Hitung jumlah (frekuensi) pemesan N, yaitu dengan membagi permintaan per
tahun (D) dengan EOQ. Bulatkan ke atas bila hasil pembagian (nilai N) bukan
bilangan bulat
o Hitung POQ dengan membagi jumlah minggu per tahun dengan N. Hasil
pembagian ini kemudian dibulatkan ke atas
Fixed Order Quantity (FOQ)
Metode ini melakukan pemesanan dengan jumlah lotting yang sama pada setiap
pemesanannya
Kelebihan :
Memunculkan kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada pada masa yang
akan datang pada MRP dan meminimasi ongkos pesan.
Kekurangan :
Kurang tanggap terhadap perubahan permintaan dibandingkan dengan L4L.
Teknik ini digunakan apabila kita membutuhkan barang dan dilakukan
pemesanan secara periodik dengan besa pemesanan tetap (sudah ditetapkan).
Fixed Period Requirement (FPR)
Metode ini melakukan pemesanan secara periodik sesuai dengan besarnya
kebutuhan selama periode tersebut. Misalnya metode yang ditetapkan adalah 2
maka setiap 2 periode, perusahaan akan melakukan pemesanan dengan besar
pemesanan disesuaikan besar demand pada 2 periode tersebut.
24
1. Mulai dengan perioda awal saat suatu order diperlukan
2. Jumlahkan permintaan ke depan, perioda per perioda, dan hitung ongkos simpan
kumulatif pada setiap kali penjumlahan permintaan dilakukan, sampai nilai
ongkos simpan kumulatif tersebut mendekati ongkos simpan.
3. Lakukan hal yang sama untuk perioda yang belum termasuk ke dalam pemesanan
sebelumnya.
Part Period Balancing (PPB)
Metode ini sama saja dengan metode LTC hanya saja langkah yang dilakukan
bukan menjumlahkan ongkos simpan kumulatifnya tetapi part-period kumulatif.
Ukuran lot dipilih bila part period kumulatif ini mendekati part period ekonomis
(PPE). PPE ini merupakan rasio antara ongkos pesan dan ongkos simpan.
Metode penyeimbang sebagian periode, merupakan salah satu pendekatan dalam
menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang
bertujuan untuk memperkecil biaya total persediaan. Meskipun tidak menjamin
diperolehnya biaya total minimum, metode ini memberikan pemecahan yang cukup
baik.
Metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap
pesanan, yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot
yang dicari dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (economic
part period, EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan
per unit per periode.
EPP = biaya pemesanan/biaya penyimpanan per unit per periode
1. Hitung matriks total ongkos variabel (ongkos pesan dan ongkos simpan) untuk
seluruh alternatif order di seluruh horison perencanaan yang terdiri dari N perioda.
Definisikan Zce sebagai total ongkos variabel (dari Perioda c sampai Perioda e) bila
25
order dilakukan pada Perioda c untuk memenuhi permintaan Perioda c sampai Perioda
e. Rumusan Zce tersebut adalah sebagai berikut:
e
Zce C h ( Qce Qci ) untuk 1 c e N
ic
dengan
C= ongkos pesan
h = ongkos simpan per unit per perioda
e
Qce Dk
k c
2. Definisikan fe sebagai ongkos minimum yang mungkin dalam Perioda 1 sampai Perioda
e, dengan asumsi tingkat persediaan di akhir Perioda e adalah nol. Algoritma mulai
dengan f0 =0 dan mulai menghitung secara berurutan f1, f2, ..., fN. Nilai fN adalah nilai
ongkos dari pemesanan optimal.
f e Min {Zce f c 1} untuk c = 1, 2, ..., e.
26
Perioda 1 sampai Perioda u-1.
27