Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI IBU


TERKAIT OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG BALITA DI KECAMATAN SAPTOSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA

PUBLICATION MANUSCRIPT

DESCRIPTION OF HEALTH EDUCATION NEEDS FOR MOTHER


RELATED TO THE GROWTH AND DEVELOPMENT OPTIMIZATION OF CHILD IN
SAPTOSARI DISTRICT GUNUNGKIDUL DISTRICT
YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat


Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:
Alsa Billah Septiva
14/367415/KU/17274
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018
GAMBARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI IBU
TERKAIT OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG BALITA DI KECAMATAN SAPTOSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA

INTISARI

Alsa Billah Septiva1, Itsna Luthfi Kholisa2, Lely Lusmilasari3

Latar Belakang: Sebuah penelitian menyatakan lebih dari 200 juta anak usia di bawah lima tahun di
negara berkembang berisiko tidak dapat memenuhi potensi tumbuh kembangnya. Ibu berperan sangat
penting dalam praktik pengasuhan balita. Namun, fakta saat ini banyak ibu belum melaksanakan praktik
pengasuhan balita dengan maksimal. Pendidikan kesehatan pada ibu akan meningkatkan pengetahuan
ibu terhadap pengasuhan balita dan mengurangi kesalahan dalam megasuh dan meningkatkan tumbuh
kembang balita. Dalam merencanakan pendidikan kesehatan, hal pertama yang penting untuk dilakukan
yaitu menganalisis kebutuhan individu.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran kebutuhan pendidikan
kesehatan bagi ibu terkait optimalisasi tumbuh kembang balita usia 2-5 tahun di Saptosari, Gunungkidul.
Metode: Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek
penelitian berjumlah 6 orang, menggunakan snowball sampling dan analisis data berdasarkan Collaizi.
Hasil: Penelitian menggasilkan 4 tema pokok, antara lain: permasalahan terkait tumbuh kembang balita,
usaha ibu dalam menghadapi permasalahan balita, strategi berdasarkan pengalaman mendapatkan
pendidikan kesehatan, kebutuhan topik pendidikan kesehatan terkait optimalisasi tumbuh kembang
balita.
Kesimpulan: Permasalahan balita pada masa tumbuh kembang mencakup permasalahan makan, tidur,
psikososial, buang air besar dan kecil, pemahaman terkait faktor penyebab permasalahan psikososial
balita serta pemahaman terkait manfaat bermain untuk balita. Kemampuan ibu dalam mengakses dan
menerima informasi terkait pengasuhan balita masih tergolong minim. Informasi yang disampaikan
kepada ibu belum merata oleh karena keterbatasan teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) terlatih.
Oleh karena itu, ibu dan kader balita menjadi fokus dalam pengembangan program pendidikan kesehatan
yang efektif.

Kata kunci: Balita 2-5 tahun, tumbuh kembang, ibu, pengasuhan balita, kebutuhan pendidikan
kesehatan.

1
Mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
2
Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
3
Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
DESCRIPTION OF HEALTH EDUCATION NEEDS FOR MOTHER
RELATED TO THE GROWTH AND DEVELOPMENT OPTIMIZATION OF CHILD IN
SAPTOSARI DISTRICT GUNUNGKIDUL DISTRICT
YOGYAKARTA

ABSTRACT

Alsa Billah Septiva1, Itsna Luthfi Kholisa2, Lely Lusmilasari3

Background: A study shows that more than 200 million toddler in developing countries have a risk to
fulfill their growth potential. Mother is the most importance to practice toddler care. However, there are
many mothers haven’t do the best toddler care practice yet. Health education for mothers will increase
maternal knowledge and reduce the mistakes in caring and promoting growth and development. The
first step that important for planning health education is analyze the suit of individual needs.
Objective: This research was aimed to explore the description of health education needs for mothers
related to optimizing growth and development of child 2-5 aged in Saptosari, Gunungkidul.
Methods: This research was a qualitative type with a phenomenological approach. There were 6 subject
with snowball sampling and analyzing data using Collaizi method.
Results: The research showed that there were 4 themes such us: problems related to toddler growth,
mother's efforts in dealing with toddler problems, strategies based on the experience of getting health
education, health education topic needs related to the optimization of toddler growth and development.
Conclusion: Toddler problems that occur include eating, sleep, psychosocial, and defecation problems,
understanding the factors of causing psychosocial problems and understanding the benefits of playing
for children. The ability of mothers to access and receive information is still minimal. The information
hasn’t been evenly distributed due to limitations technology and human resources trained. Therefore,
both mothers and cadres being focused in developing effective health education programs.

Keywords: Child 2-5 aged, growth and development, motherhood, toddler care, health education
needs.

1
Undergraduated of Nursing Student, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, University Gadjah Mada
2
Departemen of Maternity and Child Nursing, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, University Gadjah
Mada
3
Departemen of Maternity and Child Nursing, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, University Gadjah
Mada
PENDAHULUAN
Sebuah penelitian menyatakan lebih dari 200 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) di negara
berkembang berisiko tidak dapat memenuhi potensi tumbuh kembang mereka. Faktor risiko yang terjadi
termasuk kemiskinan, kekurangan gizi, kesehatan yang buruk dan stimulasi yang tidak memadai
cenderung terjadi bersamaan1. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga
lingkungan yang terdiri dari biofisio-psikososial. Ibu merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
anak dan berperan penting dalam memenuhi kebutuhan dasar anak2. Tugas perawatan atau pengasuhan
anak yang diperankan ibu diantaranya yaitu menambah asupan makanan dalam masa kehamilan,
menyusui dan memberi makan anak, memberikan stimulasi psikososial dan dukungan untuk
perkembangan anak, melakukan persiapan makanan dan praktik penyimpanan makanan yang benar,
melakukan praktik kebersihan, merawat anak-anak selama masa penyakit dan adopsi praktik pencarian
kesehatan3. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ibu yang belum melaksanakan tugas
pengasuhan atau perawatan anak dengan maksimal.
Keberhasilan pengasuhan ibu ditentukan oleh kepercayaan diri, efikasi diri, serta pengetahuan ibu
dalam mengasuh anak4. Pendidikan kesehatan pada ibu akan meningkatkan pengetahuan ibu terhadap
perawatan anak dan mengurangi kesalahan ibu atau caregiver dalam merawat serta meningkatkan
tumbuh kembang yang positif5. Dalam merencanakan promosi kesehatan, hal yang pertama kali
dilakukan yaitu dengan menganalisis kebutuhan. Pemberian promosi kesehatan yang sesuai kebutuhan
individu akan meningkatan keefektifan promosi kesehatan tersebut6.
Berdasarkan hasil penghitungan dengan metode Multidimensional Poverty Index (MPI)
menunjukkan bahwa Kabupaten Gunungkidul memiliki tingkat kemiskinan tertinggi di DIY yaitu
sebesar 34,01%7. Kemiskinan dikaitkan dengan pemberian makanan anak yang tidak memadai, sanitasi
dan kebersihan lingkungan yang buruk yang dapat menyebabkan meningkatnya infeksi dan angka
stunting pada anak, pendidikan ibu yang buruk, peningkatan stres dan depresi ibu, serta stimulasi yang
tidak memadai di rumah. Semua faktor tersebut secara merugikan dapat memengaruhi perkembangan
anak1. Berdasarkan studi pendahuluan di desa Kepek, Planjan, dan Krambilsawit, kecamatan Saptosari,
Gunungkidul didapatkan data bahwa permasalahan terkait tumbuh kembang balita yang paling banyak
terjadi adalah balita gizi kurang/buruk. Selain itu, terdapat permasalahan pengasuhan balita diantaranya
dalam mengatasi permasalahan psikososial anak, pemberian makan, praktik hygne, serta proses
pencarian informasi kesehatan. Penelitian terkait gambaran kebutuhan pendidikan kesehatan bagi ibu
masih jarang ditemukan di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian terkait gambaran
kebutuhan pendidikan kesehatan bagi ibu terkait optimalisasi tumbuh kembang balita usia 2-5 tahun di
Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek
penelitian berjumlah 6 orang yang merupakan ibu yang memiliki balita usia 2-5 tahun dengan kriteria
eksklusi yaitu balita berkebutuhan khusus di wilayah kerja puskesmas Saptosari yang berada di
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan teknik Snowball sampling. Peneliti memilih 2 partisipan awal hingga
mendapatkan 6 partisipan dengan saturasi data yaitu berdasarkan tingkat pendidikan, status pekerjaan
dan pengalaman menerima pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan dibantu
instrumen sederhana yaitu pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan
melalui wawancara langsung semi-structure secara mendalam dengan pertanyaan open-ended dan
observasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Colaizzi.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dengan nomor REF: KE/FK/1298/EC/2017.
Peneliti telah mendapat persetujuan dari partisipan dalam pengambilan data melalui penandatanganan
informed consent.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Karakteristik partisipan utama dalam penelitian ini berdasarkan saturasi data pendidikan terakhir,
pekerjaan dan pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan ditunjukkan dalam tabel 1. Disamping
itu, terdapat responden triangulasi yang terdiri dari tiga orang yang merupakan kader balita dan dua
orang yaitu ibu dari ibu balita. Kader balita berasal dari tiga dusun yang berada di desa Kepek dan
Planjan, kecamatan Saptosari, Gunungkidul.
Tabel 1. Karakteristik Partisipan Utama
No Inisial Usia Jumlah Pendidikan Pekerjaan Pengalaman
(Tahun) Anak Terakhir Mendapatkan
(Orang) Pendidikan
Kesehatan
1 R1 30 2 S1 Guru Tidak Rutin
Tetap (GTT) mengikuti
penkes
2 R2 23 1 SD IRT Rutin
mengikuti
penkes
3 R3 32 1 SD Petani Jarang
mengikuti
penkes
4 R4 25 1 S1 IRT Rutin
mengikuti
penkes
5 R5 25 1 SMP IRT Rutin
mengikuti
penkes
6 R6 31 2 S1 Guru Swasta Jarang
mengikuti
penkes
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, serta triangulasi data, peneliti melakukan
analisis data hingga ditemukan 4 tema penelitian. Tabel 2 Menjelaskan terkait tema 1 yaitu
permasalahan-permasalahan terkait tumbuh kembang balita beserta kategori dan sub kategorinya.
Permasalahan-permasalahan terkait tumbuh kembang balita terdiri dari permasalahan makan,
permasalahan tidur, permasalahan psikososial, permasalahan buang air besar dan kecil, pemahaman ibu
terkait faktor penyebab permasalahan psikososial balita, dan pemahaman ibu terkait manfaat bermain
pada balita.
Tabel 2. Permasalahan – permasalahan terkait tumbuh kembang balita

Sub Kategori Kategori Tema


Makan hanya sedikit Permasalahan –
Makan diemut permasalahan
Sulit makan sayur Permasalahan terkait tumbuh
Minum susu terlalu banyak makan kembang balita
Pemilihan susu formula yang kurang tepat
Banyak makan ciki-cikian

Tidur larut malam


Permasalahan waktu tidur Permasalahan tidur
Sulit tidur siang

Negativisme
Temper tantrum
sibling rivalry Permasalahan
Pemalu psikososial
Penakut
Permasalahan saat bermain

Permasalahan toilet traning Permasalahan


Ngompol saat tidur buang air besar dan
Buang air kecil sembarangan kecil

Adanya perbedaan karakter antara cewek


dan cowok Pemahaman ibu
Faktor kecemburuan terkait faktor
Faktor lingkungan penyebab
Kebiasaan anak hanya rewel dan nakal permasalahan
Anak suka marah-marah pada usia 4 tahun psikososial balita
merupakan hal yang normal

Menyalurkan imajinasi anak


Menirukan pengalaman
Menunjukkan reaksi anak Pemahaman ibu
Melatih ketrampilan terkait manfaat
Melatih kognitif anak bermain pada balita
Agar anak senang
Agar tidak mengganggu pekerjaan rumah
Tabel 3 menjelaskan terkait tema 2 yaitu upaya ibu dalam menghadapi permasalahan balita beserta
kategori dan sub kategorinya. Usaha ibu dalam menghadapi permasalahan balita terdiri dari upaya
positif dan juga negatif.
Tabel 3. Usaha ibu dalam menghadapi permasalahan balita

Sub Kategori Kategori Tema


Berusaha membiasakan anak agar tidak Usaha ibu dalam
banyak jajan menghadapi
Menyiapkan makanan untuk anak permasalahan balita
meskipun tidak mau makan
Melibatkan anak dalam pemilihan menu
makan
Memberikan vitamin untuk menambah
nafsu makan
Mencari cara agar anak mau makan
Melibatkan peran sekolah (guru) dalam Usaha positif dalam
membatasi jajan anak menghadapi
Membangunkan anak pada pagi hari permasalahan balita
Memberi pengertian kepada anak agar
anak tidak rewel ketika dibangunkan
Tidak membela tetapi tetap menasehati
dengan baik
Melerai anak ketika bertengkar atau
berebut maianan saat bermain
Ikut bermain bersama anak
Mengawasi anak saat bermain

Kurang konsisten dalam frekuensi


pemberian makan
Pemilihan menu makan yang hanya
mengikuti kemauan anak
Membiarkan anak ketika lapar meminta
sendiri Usaha negatif
Memberikan jajan ketika anak tidak mau dalam menghadapi
makan permasalahan balita
Menakut-nakuti anak saat tidak mau
makan
Berteriak ketika anak bertengakar
Memarahi ketika anak susah dinasehati
Menjiwit ketika anak susah dinasehati
Memukul ketika anak susah dinasehati

Tabel 4 menjelaskan terkait tema 3 yaitu strategi berdasarkan pengalaman mendapatkan pendidikan
kesehatan beserta kategori dan sub kategorinya. Strategi berdasarkan pengalaman mendapatkan
pendidikan kesehatan meliputi pengalaman ibu dalam mendapatkan pendidikan kesehatan, media dan
metode pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu, faktor pendukung terlaksananya pendidikan
kesehatan, dan faktor penghambat terlaksananya pendidikan kesehatan.
Tabel 4. Strategi berdasarkan pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan

Sub Kategori Kategori Tema


Mendapatkan pendidikan kesehatan melalui Strategi
media proyektor dan broshur berdasarkan
Mendapatkan pendidikan kesehatan melalui pengalaman
media gambar. mendapatkan
Mendapatkan pendidikan kesehatan melalui pendidikan
media alat peraga. kesehatan
Mendapatkan pendidikan kesehatan melalui Pengalaman ibu
metode ceramah dalam mendapatkan
Mendapatkan pendidikan kesehatan melalui pendidikan kesehatan
demonstrasi
Mencari informasi terkait tumbuh kembang
anak melalui internet
Melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan
terkait permasalahan tumbuh kembang anak

Membutuhkan media proyektor Media dan metode


Membutuhkan media tertulis baik dalam bentuk pendidikan kesehatan
leaflet, broshur, maupun modul yang dibutuhkan ibu
Membutuhkan metode penyampaian pendidikan
melalui demonstrasi

Petugas kesehatan atau kader balita memberi


undangan kepada ibu untuk menghadiri acara
pendidikan kesehatan
Mengadakan acara pada pagi hari sekitar pukul Faktor pendukung
9-10 atau pada saat acara posyandu terlaksananya
Memberikan mainan dan juga makanan pendidikan kesehatan
tambahan kepada anak dengan adanya
penjagaan pada anak saat ibu mengikuti acara
Mengadakan acara kelas ibu balita dalam suatu
ruangan

Kurangnya kompetensi dari kader balita


Penyampaian narasumber yang kurang jelas
Sikap ibu yang cuek dan pasif saat proses
pendidikan kesehatan berlangsung Faktor penghambat
Sarana dan prasarana dalam penyampaian terlaksananya
pendidikan kesehatan masih minim pendidikan kesehatan
Jarak yang cukup jauh
Kendala transportasi
Selain itu dan, suasana kurang kondusif karena
anak-anak ramai
Literasi kesehatan ibu yang kurang

Tabel 5 menjelaskan terkait tema 4 yaitu kebutuhan topik pendidikan kesehatan terkait optimalisasi
tumbuh kembang balita beserta kategori dan sub kategorinya. Kebutuhan topik pendidikan kesehatan
terkait optimalisasi tumbuh kembang balita terdiri dari topik pendidikan kesehatan yang sudah pernah
didapatkan dan topik pendidikan kesehatan prioritas yang dibutuhkan ibu.
Tabel 5. Kebutuhan topik pendidikan kesehatan terkait optimalisasi tumbuh kembang balita.
Sub Kategori Kategori Tema
Tumbuh kembang anak Topik pendidikan Kebutuhan topik
Perawatan kesehatan kesehatan yang sudah pendidikan kesehatan
Gizi pernah didapatkan terkait optimalisasi
Praktik kebersihan diri anak tumbuh kembang
Pola asuh balita.
Mengatasi kesusahan BAB anak

Gizi Topik pendidikan


Perawatan kesehatan kesehatan prioritas
Stimulasi tumbuh kembang yang dibutuhkan ibu
Toilet traning

Pembahasan
1. Permasalahan-permasalahan terkait tumbuh kembang balita
a. Permasalahan makan
Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa permasalahan makan balita yang terjadi antara lain:
kesulitan makan seperti makan hanya sedikit, makan diemut, sulit makan sayur. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kusuma et al.8 yang menyatakan bahwa masalah kesulitan makan di beberapa negara pada
setiap tahunnya termasuk dalam prevalensi yang cukup tinggi. Berikut pernyataan partisipan:
“Anak itu sulit makan. Kemungkinan sehari itu hanya 2 kali, kadang satu kali bisa” (Partisipan
6, baris 14-15).
“Iya kayak diemut gitu... susah sekali” (Partisipan 5, baris 47).
“…Tapi sayur itu yang susah… jarang pakai sayur” (Partisipan 4, baris 40-41).

Permasalahan makan balita selanjutnya adalah minum susu terlalu banyak dan pemilihan jenis susu
formula yang kurang tepat. Dalam penelitian ini, terdapat subyek yang dapat mengonsumsi susu formula
hingga 5 botol sehari. Normalnya anak usia 1-3 tahun direkomendasikan mengonsumsi 2-3 botol dalam
satu hari9. Selanjutnya dalam penelitian ini 2 orang ibu menyatakan produk susu formula yang diberikan
kepada anak adalah susu kental manis. Menurut IDAI10 susu kental manis sebaiknya tidak dikonsumsi
oleh balita sebagai sumber gizi utama karena memiliki kadar gula yang tinggi, dan kadar protein yang
rendah. Berikut pernyataan partisipan:
“Kalau minum susunya sampai 5 gitu sehari Cuma makan sekali. Soalnya kan banyak minum
susu itu udah kenyang.” (Partisipan 5, baris 33-35).
“Susu kalengan Frisi*n flag itu” (Partisipan 5, baris 30).

Permasalahan makan balita selanjutnya adalah banyak makan ciki-cikian. Ibu menyatakan jika anak
sudah banyak makan jajan, jadi susah makan. Pries et al.11 menyatakan bahwa makanan ringan yang
diproduksi secara komersial tetapi kurang gizi secara komersial dapat merugikan dengan menggusur
konsumsi makanan bergizi lainnya. Berikut pernyataan partisipan:
“Jadi nggak ada pantangan. Yang lebih dominan tu jajanan mbak. Ya banyak ciki.” (Partisipan
1, baris 21-22).
“Siangnya nggak. Cuma ngemil gitu lo mbak, Kalau ngemilnya banyak, makannya susah.”
(Partisipan 4, baris 27-28).

b. Permasalahan tidur
Permasalahan tidur yang dialami balita antara lain: anak tidur larut malam, permasalahan waktu
tidur yaitu waktu tidur siang yang salah, sulit tidur siang. Hal ini sejalan dengan penelitian Turnbull et
al.12 yang menyatakan bahwa permasalahan kebiasaan tidur merupakan permasalahan tidur yang paling
banyak dijumpai pada masa kanak-kanak dalam populasi secara umum. Sekitar 15% - 30% balita usia
2 – 5 tahun mengalami kesulitan tidur dalam hal permasalahan waktu tidur dan tidur larut malam atau
terjaga pada malam hari. Berikut pernyataan dari partisipan:
“…Malah kalau mau sekolah susah mbanguninnya gitu mbak karena tidurnya malem gitu
mbak, paling jam 12.” (Partisipan 1, baris 61-63).
“…Sampai kadang kalau nanggung tidurnya gitu, kadang jam 3 sore tidur, nanti bangunnya
maghrib, nanti tidurnya lagi kadang sampai jam 1, setengah 1…” (Partisipan 1, baris 63-66).
“Kalau siang itu udah beberapa hampir 3 bulan atau 4 bulanan ini udah nggak pernah tidur”
(Partisipan 1, baris 69-72).

c. Permasalahan psikososial
Permasalahan psikososial yang dialami balita antara lain: negativisme, temper tantrum, sibling
rivalry, pemalu, penakut, permasalahan saat bermain. Berikut pernyataan dari partisipan:
“Susahnya ya kalau nangis. Mungkin nanti kalau minta apa, terus dibilang “nanti” gitu dah
nangis…” (Partisipan 3, baris 81-82).
“Jadi seringnya tu marah. Sekarang itu udah…kalau misalnya diapain, udah mau mbales.”
(Partisipan 1, baris 88-90).
“…Karena misal adeknya punya apa, terus cemburu, kakaknya kepengen asal ambil aja
langsung lari kayak gitu."La kowe nduwe kok aku ora. Kowe ditukokne". (Partisipan 1, baris
125-127).
“Kalau temennya bermain, cuma liat (Partisipan 4, baris 76).
“…Gek dia itu kan gimana yaa nangis, ngalah, nggak berani. Kalau di rumah kan menangan,
kalau di sekolah ngalahan.” (Partisipan 5, baris 96-98).
“…Rebutan mainan atau… itu sering” (Partisipan 6, baris 45).
Anak bermain gadget sambil tidur (Observasi).

d. Permasalaahan buang air besar dan kecil


Permasalahan terkait buang air besar dan buang ar kecil yang dialami balita antara lain:
permasalahan toilet traning, ngompol saat tidur, buang air kecil sembarangan. Berikut pernyataan dari
partisipan:
“Anak saya tu susah BABnya mbak. Nggak mau BAB, malah sembunyi.” (Partisipan 6, baris
68).
“Tapi kalau tidur malem. Kadang kalau minum susu pasti ngompol. (Partisipan 1, baris 148-
149).
“Pada sembarangan. Laki perempuan itu kalau pipis sembarangan. (Partisipan 5, baris 108-
109).

e. Pemahaman ibu terkait faktor penyebab permasalahan psikososial balita


Disamping permasalahan pada balita, didapatkan pula data tentang pemahaman ibu terkait faktor
penyebab permasalahan psikososial balita. Salah satu ibu menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
anak suka marah mungkin karena adanya perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan dan juga
faktor kecemburuan. Berikut pernyataan dari partisipan:
“...Nggak tau juga sih mungkin beda gitu ya cewek sama cowok” (Partisipan 1, baris 118-119).
“Mungkin karena kecemburuan apa ya. Mungkin karena misal adeknya punya apa, terus
cemburu, kakaknya kepengen asal ambil aja langsung lari kayak gitu. (Partisipan 1, baris 124-
128).

Namun, terdapat pemahaman lain terkait faktor penyebab permasalahan psikososial pada balita. Ibu
memahami bahwa anak nakal dan sering marah-marah juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Berikut
pernyataan dari partisipan:
“Faktor lingkungan. Anu anak itu kalau diajar kasar ya kasar. Lingkungannya itu juga
mempengruhi menurut saya” (Partisipan 4, baris 81-83).

Disamping itu, 2 orang ibu menyatakan bahwa permasalahan psikososial pada anak disebabkan
karena kebiasaan anak hanya rewel dan nakal. Berikut pernyataan dari partisipan:
“Ya kalau nakal ya anak itu bisanya cuma rewel, nakal (Partisipan 5, baris 92).

Namun, salah satu ibu dapat menjelaskan bahwa permasalahan psikososial pada anak anak seperti
suka marah-marah pada usia 4 tahun merupakan hal yang normal. Berikut pernyataan dari partisipan:
“Kalau marah-marah seumurnya 4 tahun ya normal menurut saya. Masih tahap biasa gitu lah
ya kalau anak seumuran seperti itu ya menurut saya masih normal marah-marah dia…”
(Partisipan 6, baris 58-62).

f. Pemahaman ibu terkait manfaat bermain pada balita


Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa 4 ibu telah mengetahui manfaat bermain untuk balita
dalam rangka mengoptimalkan tumbuh kembang balita. Manfaat dari bermain yang dinyatakan oleh
partisipan antara lain yaitu untuk menyalurkan imajinasi anak, menirukan pengalaman, menunjukkan
reaksi anak, melatih ketrampilan, kesabaran anak, serta kognitif anak. Namun, terdapat ibu yang belum
memahami manfaat dari permainan dalam rangka optimalisasi tumbuh kembang anak. Salah satu ibu
menyatakan bahwa manfaat bermain untuk anak adalah agar anak senang. Sedangkan ibu yang lain
menyatakan bahwa manfaat bermain untuk anak adalah agar anak tidak mengganggu pekerjaan rumah
ibu.
“Kalau mainan itu ya... suka-suka sendiri anaknya (Partisipan 2, baris 101).
“Manfaatnya ya biar nggak ngganggu gitu ya. Kalau sedang masak atau ngapain gitu kan
nggak ngganggu itu kalau bermain itu.” (Partisipan 5, baris 132-134).

2. Usaha ibu dalam menghadapi permasalahan balita


Usaha ibu dalam menghadapi permasalahan balita terdiri dari sikap positif dan juga negatif. Usaha
positif yang ditunjukkan ibu dalam mengatasi permasalahan makan anak antara lain: ibu berusaha
membiasakan anak agar tidak banyak jajan walaupun sulit, ibu menyiapkan makanan untuk anak
walaupun anak tidak mau makan, ibu menyiapkan makanan dan membiarkan anak memilih menu
sendiri, ibu memberikan vitamin untuk menambah nafsu makan anak, ibu mengajak anak bermain
sambil makan agar anak mau makan, ibu melibatkan peran sekolah (guru) dalam membatasi jajan anak.
Upaya ibu yang negatif dalam menghadapi permasalahan makan anak ditunjukkan dari sikap ibu yang
kurang konsisten dalam frekuensi pemberian makan, pemilihan menu makan yang hanya mengikuti
kemauan anak, membiarkan anak ketika lapar meminta sendiri, memberikan jajan ketika anak tidak mau
makan, menakut-nakuti anak saat tidak mau makan.

3. Strategi berdasarkan pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan

Dalam penelitian ini, pengalaman ibu dalam mendapatkan pendidikan kesehatan berbeda-beda. Ibu
mendapatkan pendidikan kesehatan terkait optimalisasi tumbuh kembang balita yaitu dari penyuluhan
oleh petugas kesehatan dan kader di posyandu, mencari melalui internet, konsultasi kepada petugas
kesehatan. Kemudian didapatkan bahwa metode pendidikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu
adalah melalui pemberian materi menggunakan alat bantu proyektor disertai demonstrasi dan juga
pemberian materi tertulis seperti buku ataupun leaflet agar dapat dipelajari di rumah.
Dalam penelitian ini, terdapat faktor pendukung dan penghambat terlaksananya pendidikan
kesehatan. Faktor pendukung terlaksananya pendidikan kesehatan bagi ibu terkait optimalisasi tumbuh
kembang balita antara lain: petugas kesehatan atau kader balita memberi undangan kepada ibu untuk
menghadiri acara pendidikan kesehatan, mengadakan acara pada pagi hari sekitar pukul 9-10 atau pada
saat acara posyandu, memberikan mainan dan juga makanan tambahan kepada anak dengan adanya
penjagaan pada anak saat ibu mengikuti acara, mengadakan acara kelas ibu balita dalam suatu ruangan.
Selain itu faktor penghambat terlaksananya pendidikan kesehatan bagi ibu terkait optimalisasi
tumbuh kembang balita antara lain: kurangnya kompetensi dari kader balita, Penjelasan yang kurang
jelas dari narasumber, sikap ibu yang cuek dan pasif saat proses pendidikan kesehatan berlangsung,
sarana dan prasarana dalam penyampaian pendidikan kesehatan masih minim. Baik ibu maupun kader
menyatakan bahwa penyampaian pendidikan kesehatan lebih sering menggunakan lisan saja tanpa alat
bantu pengeras, proyektor, maupun media lainnya. Selain itu jarak yang cukup jauh dan kendala
transportasi, suasana kurang kondusif karena anak-anak ramai, literasi ibu yang kurang juga menjadi
faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan.
4. Kebutuhan topik pendidikan kesehatan terkait optimalisasi tumbuh kembang balita.
Kebutuhan topik pendidikan kesehatan terkait optimalisasi tumbuh kembang balita terdiri dari topik
pendidikan kesehatan yang pernah didapatkan dan topik pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu.
Topik pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu antara lain: gizi, perawatan kesehatan, pola asuh,
stimulasi tumbuh kembang, dan juga toilet traning.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Permasalahan balita yang terjadi pada masa tumbuh kembang anatara lain yaitu permasalahan
makan, permasalahan tidur, permasalahan psikososial, permasalahan buang air besar dan kecil,
pemahaman terkait faktor penyebab permasalahan psikososial balita dan pemahaman terkait manfaat
bermain untuk balita. Saat ini telah terdapat berbagai macam informasi kesehatan hampir pada setiap
topik pengasuhan balita. Namun, kemampuan ibu dalam mengakses dan juga menerima informasi
tersebut masih minim. Selain itu, informasi yang disampaikan kepada ibu belum merata dikarenakan
keterbatasan teknologi dan juga SDM yang terlatih dalam pemberian pendidikan kesehatan, dalam hal
ini khususnya kader balita. Oleh karena itu, baik ibu maupun kader balita dapat difokuskan sebagai
modal dalam pengembangan program pendidikan kesehatan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan
ibu. Pemberian materi pendidikan kesehatan juga disesuaikan dengan topik yang dibutuhkan ibu.
Saran
Peneliti berharap kepada petugas kesehatan untuk dapat mewujudkan proses pendidikan kesehatan
yang berkualitas bagi ibu maupun kader balita melalui media, metode, mapun topik pendidikan
kesehatan yang tepat. Peneliti juga berharap kepada orang tua khususnya ibu agar dapat ikut serta secara
aktif dalam kegiatan pendidikan kesehatan maupun promosi kesehatan lainnya untuk menambah
pengetahuan serta wawasan terhadap kesehatan balita dan mengoptimalkan tumbuh kembangnya.

ACKNOWLEDGEMENT

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada partisipan yang bersedia terlibat dalam penelitian ini dan
asisten peneliti yang sudah membantu dalam proses pengambilan data. Terimakasih kepada pihak
puskesmas Saptosari, kader balita desa Kepek dan Planjan yang bersedia memberikan informasi terkait
data ibu dan balita serta membantu dalam perekrutan partisipan penelitian. Terimakasih kepada pihak
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan yang telah memberikan bantuan dana
untuk kelancaran penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto S, Glewwe P, Richter L, Strupp B & the International
Child Development Steering Group. Developmental potential in the first 5 years for children in
developing countries. Lancet. 369(9555); 2007. p. 60–70.
2. Soetjiningsih & Ranuh G. Konsep dasar tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2012.
3. Engle PL, Menon P & Haddad L. Care and nutrition: concepts and measurement. World
Development; 1999. p. 1309-1337.
4. Mercer TR & Walker LO. A review of nursing intervention to foster becoming a mother. JOGNN.
35(5). Association of Women’s Health, Obstetric and National Nurse; 2006. p. 568-582.
5. Saleh A. Pendekatan modelling keperawatan anak terhadap pengetahuan, kemampuan praktik dan
percaya diri ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi 0-6 bulan. Jurnal Ners. 6(2); 2011. p.
175-186.
6. Hodges BC & Videto DM. Assessments and planning in health programs. United States: Jones &
Bartlett Learning, LLC; 2011.
7. Badan Pusat Statistik. Provinsi DI Yogyakarta dalam angka 2017. [Internet]. Diakses pada tanggal
6 September 2018. Available at
https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2017/08/11/7da495dfa8657275f9da077b/provinsi-di-
yogyakarta-dalam-angka-2017.html.
8. Kusuma HS, Bintanah S, Handarsari E. Tingkat kecukupan energi dan protein pada status balita
pemilih makan di wilayah kerja puskesmas kedungmundu Semarang. [Publikasi Ilmiah The 3rd
Universty Research Colloquium 2016]: FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang; 2016.
9. Rizona F. Perilaku pemberian makanan pada toddler overweight di kota Yogyakarta. [Tesis]. S2
Keperawatan Universitas Gadjah Mada; 2015.
10. IDAI. Bolehkah Susu Kental Manis (SKM) Diberikan Pada Anak?. [Internet] Diakses pada tanggal
8 Desember 2018. Available at http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/bolehkah-
susu-kental-manis-skm-diberikan-pada-anak/.
11. Pries AM, Huffman SL, Mengkheang K, Kreun H, Champeny M, Roberts M, Zehner E. High use
of commercial food products among infants and young children and promotions for these products
in Cambodia. Maternal & Child Nutrition 12 (Sppl. 2). USA: John Wiley and Sons; 2016.p. 52-63.
12. Turnbull K, Reid GJ, Morton B. Behavioral sleep problems and their potential impact on developing
executive function in children. SLEEP 36(7); 2013. p. 1077-1084.

Anda mungkin juga menyukai