Anda di halaman 1dari 34

Kasus 4

An. A (15 thn) seorang pengamen jalanan masuk panti rehabilitasi pukul 13:00 WIB setelah
karena kedapatan sedang “ngelem” bersama teman-teman ngamennya. Klien berasal dari
keluarga kurang mampu dan tinggal di lingkungan kumuh. Sehari-hari klien bekerja sebagai
pengamen jalanan bersama anak-anak sebayanya yang juga berasal dari keluarga kurang
mampu. Klien mengaku dulu pernah sekolah sampai kelas 2 SD kemudian tidak melanjutkan
karena tidak ada biaya. Orang tuanya kemudian menuntut klien untuk membantu mencari
nafkah di jalanan. Klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama dengan teman-temanya.
Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek yang
ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya dan lam-
kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap hari, bahkan
terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang
dijalanan.

I. Kata kunci
 Umur 15 tahun
 ngelem bersama teman
 merasa tidak pernah lelah
 orang tua menuntuk klien untuk mencari nafkah

II. Klasifikasi istilah-istilah penting


 Panti Rehabilitasi
Panti Rehabilitasi merupakan tempat atau rumah bagi para pecandu narkoba
guna untuk proses penyembuhan atau perbaikan dari kondisi tidak normal
ataupun merupakan pelatihan untuk kondisi yang mungkin sudah tidak bisa
dikembalikan menjadi normal seperti cacat dan lain sebagainya.
 Rehabilitasi
Rehabilitasi Secara umum rehabilitasi sendiri adalah suatu proses perbaikan atau
penyembuhan dari kondisi yang tidak normal menjadi normal, ataupun
merupakan pelatihan untuk menghadapi kondisi yang mungkin sudah tidak bisa
dikembalikan menjadi normal seperti contohnya kondisi cacat dan lain
sebagainya. Kegunaan rehabilitasi sendiri adalah untuk mengembalikan kondisi
seperti awalnya dan juga untuk melatih manusia untuk melakukan suatu tindakan
secara normal dengan kondisi fisik yang sudah tidak normal.
 Ngelem
Ngelem yaitu menghirup uap lem, zat pelarut, atau zat sejenisnya dengan
maksud untuk mendapatkan sensasi baru atau kesenangan hati

III. Mind Map

Penyalahgunaan NAPZA

Napza melalui inhaler Napza melalui suntik Napza melalui Oral


Definisi : penggunaan Definisi :Penggunaan Definisi :Penggunaan
NAPZA dengan cara NAPZA dengan cara NAPZA melalui mulut
dihirup dan masuk menyuntikan obat dengan cara diminum, dan
kedalam tubuh melalui narkotika ke intravena, bercampur dengan
saluran pernafasan. dan masuk kedalam tubuh makanan yang dikonsumsi
melalui darah. sehingga diserap oleh
tubuh bersama nutrisi
yang masuk.

Lembar ceklis

Manifestasi klinis NAPZA inhaler NAPZA Suntik NAPZA oral


Ngelem V - -
Tidak mudah lelah V V V
IV. Pertanyaan Penting
1. Mengapa ngelem dapat membuat seseorang tidak mudah lelah?
2. Apa efek samping dari ngelem?
3. Bagaimana cara mengatasi seseorang yang ngelem?
4. Apa saja faktor-faktor dari penyalahgunaan narkoba?

V. Jawaban Pertanyaan Penting


1. Ngelem dapat membuat seseorang tidak mudah lelahkarenaMenurut Undang-undang
No 5 tahun 1997, menyatakan bahwanarkoba yang sejenis zat adiktif adalah obat
serta bahan-bahan aktif yang apabila dikomsumsi oleh organisme hidup dapat
mengakibatkan kerja biologi, serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang
sulit dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus, yang jika
dihentikan mendapat efek lelah yang luar biasa atau rasa sakit luar biasa. Secara
sosial, kenakalan remaja atau juvenile delinquency dalam perilaku menghisap lem
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Dari
pemaparan fenomena di atas, penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa yang
menyebabkan mereka berperilaku ngelem, bagaimana cara mereka mendapatkaan
lem, dan lem-lem apa yang sering mereka pakai untuk dihisap.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/7303/6981

2. Efek yang ditimbulkan dari menghirup uap lem tersebut hampir sama dengan jenis
narkoba lain, yaitu menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang, dan rasa
tenang sesaat meski terkadang efeknya hanya bisa bertahan hingga 5 jam saja. Selain
itu, mereka yang “ngelem” juga tidak merasakan lapar karena ada penekanan sensor
lapar di susunan saraf otak.Inhalen atau biasa yang disebut ngelem oleh anak-anak
jalanan merupakan senyawa organik berupa gas dan pelarut yang mudah menguap.
Inhalen mengandung bahan-bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan
memperlambat sistem saraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota tubuh,
dan konsentrasi pikiran. Selain itu, inhalen juga bisa mengakibatkan kerusakan fisik
dan mental yang tidak bisa disembuhkan.
Berikut bahaya menghirup uap lem atau ngelem:
a. Efek ngelem jangka pendek:
 Denyut jantung meningkat
 Mual dan muntah
 Halusinasi
 Mati rasa atau hilang kesadaran
 Susah bicara atau cadel
 Kehilangan koordinasi gerak tubuh
b. Efek ngelem jangka panjang:
 Kerusakan otak, mulai dari cepat pikun, kesulitan mempelajarisesuatu, dan
parkinson
 Otot melemah
 Depresi
 Sakit kepala dan mimisan
 Keusakan saraf (Hilangnya kemampuan mencium dan mendengar)
Walaupun dihirup hanya sekali, namun efeknya sangat fatal jika telah melewati
ambang batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Menghirup uap lem bisa membunuh
dalam seketika dengan beberapa gejala berikut ini:
a. Kematian mendadak
Kematian mendadak saat menghirup uap bahan kimia pada umumnya
disebabkan oleh sabotase fungsi jantung. Gejala awalnya yaitu denyut nadi meningkat
dan menjadi tidak teratur. Lalu, beberapa saat kemudian nadi berhenti untuk selamanya.
b. Sesak napas
Di kalangan anak jalanan, ngelem biasanya dilakukan dengan cara menutup kepala
dengan tas plastik agar uap tak menyebar ke mana-mana. Pada saat tubuh sudah
terpengaruh dengan uapnya, mereka jadi tidak bisa melepas plastik sehingga menjadi tak
bernyawa jika tak ada yang menolong.
c. Bunuh diri
Depresi dan halusinasi bisa mengakibatkan si penghirup untuk melakukan bunuh
diri dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau.
d. Asphyxia
Uap yang dihirup juga bisa mengikat oksigen di sistem pernapasan dan memicu
asphyxia atau kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Itulah efek dan bahaya yang bisa didapat jika seseorang menghirup uap lem atau
ngelem. Selain merusak otak, ngelem juga bisa menyebabkan kematian.
http://googleweblight.com/i?u=http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-
narkoba/&hl=id-ID
3. Cara mengatasi seseorang yang ngelem tidak lain :
a. Perbesar Peran Orang Tua
Peran orang tua tidak cukup pada saat anak berusia dini saja. Ketika anak
menjelang remaja/dewasa tugas dan tanggung jawab orang tua tentu bertambah berat.
Orang tua harus memahami psikologi anak, harus menjadi teman yang baik buat anak-
anaknya, harus selalu memantau dan mengetahui perkebangan anaknya, dengan catatan
tidak mengekang ia untuk berkarya atau berbuat baik untuk orang lain/lingkungannya.
Tanamkan karakter yang kuat pada diri anak kita sedini mungkin. Buatlah aturan
nonformal yang layak dan wajib dijalankan seluruh anggota keluarga, siapa saja yang
melanggar aturan tersebut maka harus mendapat sanksi sama, tak terkecuali orang tua
(ibu/bapak). Inilah keteladanan/kedisplinan yang kadang terabaikan dalam lingkungan
keluarga.
b. Peran Lembaga Pendidikan
Setelah lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan memilki peranan yang
sangat stratgis, baik formal maupun nonformal, karena lingkungan pendidikan
merupakan kelanjutan dari lingkungan keluarga. Lembaga pendidikan harus peka
terhadap perkembangan dan kondisi lingkungan dan anak. Bimbingan koseling dan
pendidikan karakter merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan setiap sekolah.
Pendidikan forma yang hanya mengejar nilai, prestasi dan kurikulum pendidikan maka
sekolah tersebut cenderung melupakan pendidikan karakter bagi anak didiknya, sebab ia
berpacu dengan waktu dan prestasi yang bersifat tidak permanen.Perlu keterpaduan
antara orang tua, sekolah dan masyarakat dalam membimbing dan membina anak,
sehingga tujuan pendidikan insya Allah bisa terwujud dengan baik, bukan hanya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi yang paling utama ialah membentuk karakter
anak bangsa yang tangguh, beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Kepedulian guru
terhadap lingkungan hari ini merupakan kemajuan yang patut diapresiasi. Namun
sayang itu hanya mampi.
c. Peran Lingkungan Sosial
Kerjasama antar orang tua/anggota masyarakat sangat penting dan besar
manfaatnya dalam proses pembentukan karakter anak, tanpa hal tersebut yakinlah,
sebaik apapun pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah maka akan timpang
jika tidak didukung seluruh anggota masyarakat/orang tua. Lingkungan social
memberikan dapat yang lebih besar lagi terhadap perkembangan anak,
sebabanak/remaja kadang lebih banyak berinteraksi dilingkungan ini.
d. Peran Pemerintah/Pihak Berwenang
Sebagai aparat penegak hukum, tentu ada kewajiban anda juga melakukan
pembinaan/penyuluhan terhadap anak2/remaja yang ngelem atau melakukan tindakan
yang bertentangan dengan norma hukum, dan tentunya dengan bekerjasama dengan
masyarakat/pihak-pihak lain yang berkompeten.Kemudian peran pemerintah secara
umum masih dirasakan sangat minim. Mungkin akibat pemerintah/pejabat sibuk dengan
agenda politiknya, atau mengurusi proyek2 silumannya dan/atau sibuk dengan urusan
perjalanan dinas yang tak membawa efek positif bagi daerahnya, sehingga urusan yang
menjadi tanggung jawabnya terhadap masyarakatnya terbengkalai/terabaikan.
e. Peran Alim Ulama
Lembaga keagamaan yang ada tentu memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter anak dan genarasi yang memiliki imtaq, iptek dan akhlak. Namun
lagi-lagi, keberadaan lembaga agama kurang mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah, sebut saja madrasah/pesantren. Pada hal sejarah mencatat,
madrasah/pesantren telah terbukti membentuk karakter dan genarasi yang tangguh jauh
sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan 17 Agustus 1945. Dari pesantren pula
lahir kader2 mujahid/pahlawan nasional dan tentara nasional serta orang2 hebat sebagai
pejuang bangsa. Namun kondisi lembaga tersebut tak ubah Kerakap di Atas Batu, Hidup
Segan Mati tak Mau. Pemerintah lebih senang membangun dan membina sekolah skuler
dibanding sekolah keagamaan. Karena itu tak heran masyarakat kita dan Indonesia
umumnya terhipnotis dengan paham Spilis (Skularisme, Pluralisme dan Liberalisme)

https://googleweblight.com/i?u=https://wartakayong.com/2012/04/14/anak-ngelem-
kemana-kita/&hl=id-ID

4. faktor-faktor penyebab seseorang menjadi penyalahgunaan narkoba:


1) Penyebab dari diri sendiri yaitu Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan Kepribadian yang lemah Kurangnya percaya diri Tidak mampu
mengendalikan diri Dorongan ingin tahu,ingin mencoba,ingin meniru Dorongan ingin
berpetualang Mengalami tekanan jiwa Tidak memikirkan akibatnya dikemudian hari
Ketidaktahuan akan bahaya narkoba
2) Penyebab yang bersumber dari keluarga(orang tua) Salah satu atau kedua orang tua
adalah pengguna narkoba Tidak mendapatkan perhatian,dan kasih sayang dari orang
tua Keluarga tidak harmonis(tidak ada komunikasi yang terbuka dalam keluarga)
Orang tua tidak memberikan pengawasan kepada anaknya Orang tua terlalu
memanjakan anaknya Orang tua sibuk mencari uang/mengejar karir sehingga
perhatian kepada anaknya menjadi terabaikan.
3) Penyebab dari teman/kelompok sebaya Adanya satu atau beberapa teman kelompok
yang menjadi pengguna narkoba Adanya anggota kelompok yang menjadi pengedar
narkoba Adanya ajakan atau rayuan dari teman kelompok untuk menggunakan
narkoba Paksaan dari teman kelompok agar menggunakan narkoba karena apabila
tidak mau menggunakan akan dianggap tidak setia kawan Ingin menunjukan
perhatian kepada teman.
4) Penyebab yang bersumber dari lingkungan Masyarakat tidak acuh atau tidak peduli
Longgarnya pengawasan sosial masyarakat Sulit mencari pekerjaan Penegakan
hukum lemah Banyaknya pelanggaran hukum Kemiskinan dan pengangguran yang
tinggi Menurunnya moralitas masyarakat Banyaknya pengedar narkoba yang mencari
konsumen Banyaknya pengguna narkoba disekitar tempat tinggal.Ada beberapa
faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika pada seseorang.
Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya
penyalahgunaan narkotika, terdiri dari:
a) Faktor Individu Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk
menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari faktor
kepribadian dan faktor konstitusi. Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri
sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
 Keinginan untuk bersenang-senang
 Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya
 Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
 Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
 Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
 Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
 Tidak dapat berkata tidak terhadap NAPZA
b) Faktor Lingkungan, meliputi:
 Lingkungan Keluarga --- Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang
kurang efektif antara orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar
anggota keluarga merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang pada
gangguan penggunaan zat.
 Lingkungan Sekolah --- Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat
hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri
secara kreatif dan positif, dan adanya murid pengguna NAPZA merupakan
faktor kontributif terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
 Lingkungan Teman Sebaya --- Adanya kebutuhan akan pergaulan teman
sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam
kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal yng
penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap sebagai orang
dewasa
https://media.neliti.com/media/publications/169828-ID-faktor-faktor-penyebab-
penyalahgunaan-na.pdf

VI. Tujuan pembelajaran selanjutnya


EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf

VII. Informasi Tambahan


NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Penyalahgunaan NAPZA tidak saja berbahaya dan merugikan keluarga, tetapi
menimbulkan dampak soasial yang luas. Program Pencegahan, Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) perlu dilakukan dengan
berfokus pada kegiatan pencegahan sebagai upaya menjadikan para tenaga kerja
memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan efektivitas penyuluhan
program P4GN terhadap pencegahan penya lahgunaan NAPZA pada pekerja.
Penelitian pada tahun 2014 dan dilaksanakan pada 50 orang tenaga kerja bongkar muat
di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Instrumen pe-nelitian menggunakan kuesioner dan
media penyuluhan. Sebelum dilaksanakan peny-uluhan diberikan pre test dan post test
setelah penyuluhan untuk menilai efektifitas pe-nyuluhan P4GN. Hasil analisis dengan
uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna
antara sebelum penyuluhan dengan sesudah dilakukan penyuluhan. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tenaga kerja terhadap NAPZA sehingga
dapat menghindari penyalahgunaan NAPZA.

https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf
VIII. Klarifikasi Informasi
Judul :EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penulis :QomariyatusSholihah

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan


pendekatan cross sectional karena data yang diperoleh melalui pengamatan, tanpa
adanya perlakuan dalam waktu sesaat dengan tujuan untuk membandingkan perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan P4GN dilakukan. Populasi penelitian ini
pekerja bongkar muat di pelabuhan Trisakti Banjarmasin yang berjumlah 831 orang dan
dibagi menjadi 16 kelompok atau group dimana 1 kelompok atau group berjumlah rata-
rata 50 orang. Sampel yang selanjutnya disebut responden pada penelitian ini adalah
satu kelompok atau group yang berjumlah 50 orang yang bekerja saat penyuluhan
berlangsung dengan menggunakan totaly sampling atau diambil seluruh pekerja yang
bekerja saat itu. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan media penyuluhan.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penyuluhan P4GN dan variabel terikat adalah
pengetahuan tentang program P4GN. Data primer pada penelitian ini adalah data yang
dikumpulkan langsung berupa data dari pre-test dan post-test tentang pengetahuan
pekerja mengenai P4GN. Data sekunder yang digunakan pada penelitian adalah data
jumlah pekerja bongkar muat di pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Teknik analisis data
pada penelitian ini dengan uji t-test berpasangan. Uji ini digunakan untuk mengetahui
efektivitas dari penyuluhan P4GN yang dilakukan sebagai upaya peningkatan
pengetahuan mengenai P4GN.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan punyuluhan ini maka dilakukan pre test
dan post test, hasil dari penyuluhan didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
responden. Rata-rata terjadi peningkatan pengetahuan pada responden sebesar 30%.
Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada responden meliputi pengertian dari NAPZA,
kandungan-kandungan yang terdapat dalam NAPZA dan dampak yang terjadi jika
melakukan penyalahgunaan napza. Hasil uji Wilcoxon, dengan uji tersebut diperoleh
nilai significancy 0,0001 (p<0,05), dengan demikian dapat disimpulkan “terdapat
perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah
dilakukan penyuluhan”.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang “Upaya Penyelamatan Generasi


Muda Melalui Penyuluhan Pengetahuan Bahaya dan Cara Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba” di Kabupaten Kulon Progo berhasil memberikan bekal
tentang bahaya Narkoba bagi kesehatan dan masa depan siswa SMP dan SMA di
Kabupaten Kulon Progo dan memberikan pemahaman pentingnya kesadaran mereka
dalam melakukan pencegahan diri terhadap pengaruh narkoba yang dapat datang dari
teman bergaul di sekolah dan di rumah, lingkungan masyarakat sekitar, dan media
massa yang dapat menghancurkan masa depannya. Kegiatan ini sangat menarik dan
tepat sasaran, hal ini tercermin dari antusiasme mereka dalam mengikuti penyuluhan dan
mengajukan pertanyaan tentang banyak hal dalam forum diskusi (tanya jawab).
Kegiatan penyuluhan merupakan suatu proses komunikasi dua arah, ada komunikator
dan komunikan yang selalu berhubungan dalam suatu interaksi. Di satu pihak
komunikator (penyuluh) beusaha mempengaruhi komunikan agar terjadi perubahan
pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti serta
diharapkan terjadi perubahan tindakan dan perilaku.

https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf

IX. Analisa dan sintesa kasus


Pada kasus di atas kami memilih NAPZA melalui inhaler, sebab pada umumnya
para pencandu NAPZA berupa lem mengonsumsinya dengan cara dihirup (inhaler).

X. Laporan Diskusi
A. Konsep Medis

1. Definisi
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruhpadakerjatubuh,
terutamaotak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
gpengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di
sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan apabila dipergunakan tanpa adanya
pengendalian.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, danZatAdiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, danfungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa
jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati, 2014).
https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf

2. Etiologi
Secara umum penyebab penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena
yang terjadi, karena beberapa faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu,
sehingga berakibat demikian. Faktor-faktor itu dapat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu
1) Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,
sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial
yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak
atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahguna NAPZA yang terjadi adanya gangguan, yaitu :
 Gangguan Kepribadian
 Gangguan cara berpikir
 Gangguan emosi
 Gangguan kehendak dan Perilaku
2). Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar
rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
 Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
 Hubungan kurang harmonis
 Orang tua yang bercerai, kawin lagi
 Orang tua terlampau sibuk, acuh
 Orang tua otoriter
 Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
 Kurangnya kehidupan beragama.
b. Lingkungan Sekolah :
 Sekolah yang kurang disiplin
 /Sekolah terletak dekat tempat hiburan
 sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif
 Adanya murid pengguna NAPZA.
c. Lingkungan Teman Sebaya
 Berteman dengan penyalahguna
 Tekanan atau ancaman dari teman
d. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
 Lemahnya penegak hokum
 Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Seorang remaja tidak begitu saja mendapatkan dan menyalahgunakan narkoba, tentunya
ada faktor-faktor yang mempengaruhi remaja sehingga remaja tersebut berhadapan
dengan narkoba. Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa responden yang terdiri
dari remaja dan anak-anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba di kota Medan
maka dapat disimpulkan bahwa adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dapat bersal
dari internal maupun eksternal.
1) Faktor internal, yang terdiri dari :
a. Kontrol diri yang buruk
b. Pengambilan keputusan yang tidak tepat
c. Prinsip kesenangan semata
d. Lemahnya pemahaman agama
2) Faktor eksternal :
a. Faktor keluarga
b. Faktor lingkungan
 Masyarakat sekitar
 Pergaulan
c. Faktor pendidikan

http://ww.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
napza.pdf

3. Manifestasi Klinis
1. Perubahan Fisik :
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis (
acuh tak acuh ), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas
sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. Saat
sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa
sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka
panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan,
gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab.Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan
pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja. Sering berpergian sampai larut
malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama – lama di
kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering
mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang
lain. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. Sering
bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan,
tertutup dan penuh rahasia.
4. Patofisiologi
Seseorang dapat mengkonsumsi zat dengan berbagai cara, misalnya dengan cara
meminumnya, menelan, menghirup, menghisap dan menyuntik satu atau lebih jenis zat,
sehingga zat tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah dan mengganggu sinyal
penghantar syaraf (neurotransmitter) sel-sel syaraf pusat (otak). Mekanisme kerja obat
dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat tersebut merangsang susunan saraf
pusat untuk bekerja sesuai dengan karateristik zat yang digunakan. Zat yang masuk
kedalam tubuh akan mempengaruhi sinyal penghantar syaraf (system Neurotransmitter
dalam sistem syaraf pusat yang dapat menganggu fungsi-fungsi antara lain kognitif
(pikiran, memori), afektif (alam perasaan) dan psikomotor perilaku .

Patway

Faktor keluarga Faktor Eksternal

Keluarga kurang Teman-teman pengguna


mampu Napza

Anak berhenti
sekolah

Anak mengamen

Berteman dengan
pengguna Napza

Anak penasaran dan


mencobanya Ngelem melalui inhlan

Defisit pengetahuan
Penyalagunaan
Narkoba (ngelem)

Zat kimia masuk dalam


tubuh melalui saluran
pernafasan

Di dalam alveolus
Di salurkan keseluruh
diserap oleh
tubuh
pembuluh pembuluh
kapiler

Transmisi
neurotransmiter
terganggu

Memperngaruhi pola pikir


dan suasana hati

Efek zat kimia dari lem Halusinasi

Gangguan persepsi
Fungsi kerja tubuh sensorik

Tidak mudah lelah

HDR
Pemakaian berulang

Kecanduan Di dapati oleh petugas Masuk panti rehabilitasi


5. Penatalaksanaan
 Terapi

Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.detoksifikasi


adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat,dengan dua cara
yaitu:

a. Detoksifikasi tanpa substitusi


Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gejala putus zat tidak diberi obat gejala putus zat tidak diberi obat
untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut.klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri
b. Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein,bufremorfin,dan metadon.substitusi bagi pengguna sedative –hipnotik
dan alcohol dapat dari jenis anti ansietas,misalnya diazepam.pemberian
subsitusi adalah penurunan dosis secara bertahap sampai sama sekali.selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala
simptomatik,misalnya obat penghilang rasa nyeri,rasa mual,dan obat tidur
sesuai dengan gejala yang ditmbulkan akibat putus zat tersebut (purba,2008)
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA menurut BNN (2009) meliputi:
1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditunjukan kepada


mereka,individu,keluarga,kelompok atau komunitas yang memiliki resiko tinggi
terhadap penyalahgunaan NAPZA,untuk melakukan intervensi agar
individu,kelompok,dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak
melakukan NAPZA.upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,agar factor
yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditunjukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA.dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan
NAPZA lagi
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditunjukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi
penyalahgunaan NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk
menjaga agar tidak kambuh lagi.sedangkan pencegahan pada penyalahgunaan NAPZA
yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat
membantunya untuk mengatasi perilaku adiksinya,detoksifikasi,maupun dengan
melakukan rehabilitasi kembali.

https://www.repository.ump.ac.id ZICO ARFIAN PDF

6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV infeksi,
Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis.
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat pengatur
kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif, gangguan
daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri sendi
dan otot, serta perilaku mencederai diri.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitasklien
Nama : An.A
Umur : 15 tahun
Agama : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Jenis Kelamin : (tidak terdapat dalam kasus)
Status : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Pendidikan : Pernah sekolah sampai kelas 2 SD
Pekerjaan : Pengamen
Suku Bangsa : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Alamat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Masuk : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Pengkajian : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
No. Register : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Diagnosa Medis : Penyalahgunaan NAPZA melalui inhaler
1. Identitas Penanggung Jawab
Nama : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Umur : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Hub. Dengan Klien : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Alamat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
a. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Tidak mudah lelah
b) Riwayat Keluhan Utama
Klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama dengan teman-temanya.
Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek
yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya
dan lam-kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap
hari, bahkan terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah
untuk mencari uang dijalanan.

2. Status Kesehatan Masa Lalu


a) Penyakit yang pernah dialami
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Pernah dirawat
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c) Alergi
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
d) Kebiasaan (Merokok/kopi/alcohol/dll)
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
e) Riwayat Penyakit Keluarga
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
f) Diagnosa Medis
Penyalahgunaan NAPZA melalui Inhaler
b. Pola Kebutuhan Dasar (Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
1. Pola Persepsi dan Menajemen Kesehatan :
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2. Pola Nutrisi-Metabolik
a) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Saat sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Pola Eliminasi
a) BAB
1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Saat sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) BAK
1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Saat sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c) Pola Aktivitas dan Latihan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
d) Pola Kognitif dan Persepsi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
e) Pola Persepsi-Konsep Diri : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
f) Pola Tidur dan Istirahat
1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Saat sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
g) Pola Peran-Hubungan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
h) Pola Seksual-Reproduksi
1) Sebelum sakit : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Saat sakit (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i) Pola Toleransi Stress-Koping : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
j) Pola Nilai-Kepercayaan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c. Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2. GCS
a) Verbal : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Psikomotor : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i. Mata : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Tanda-tanda Vital
a) Nadi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) TD : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c) P : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
4. Keadaan Fisik
a) Kepala dan Leher :
1) Kepala : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Leher : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b) Dada
1) Paru-paru : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Jantung : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
c) Payudara dan Ketiak : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
d) Abdomen : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
e) Genitalia : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
f) Integumen : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
g) Ekstremitas : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
h) Neurologis
1) Status mental dan emosi : tidak mudah lelah
2) Pengkajian saraf cranial : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3) Pemeriksaan reflex : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
i) Pemeriksaan Penunjang
1) Data Laboratorium yang Berhubungan dengan kasus
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2) Pemeriksaan Radiologi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3) Hasil Konsultasi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
4) Pemeriksaan Penunjang Diagnostic Lain
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
b. Analisa data
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
Data Objektif
Ngelem bersama
Klien ditemukan teman
sedang ngelem
bersama teman
Data Subjektif Zat kimia dari lem
masuk ke dalam
Terkadang dengan
tubuh melalui
ngelem mereka tidak saluran
pernah merasa lelah pernapasan

mencari uang

Di dalam
alveolus, zat
kimia diserap
oleh pembuluh
kapiler
Zat dibawah
bersama o2
melalui jantung
dan di sebar
keseluruh tubuh

Zat dibawah
bersama o2
melalui jantung
dan di sebar
keseluruh tubuh

Tranmisi
neurotransmiter
terganggu

Efek zat adiktif


(lem)
Fungsi kerja tubuh
meningkat

Tidak mudah lelah


Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Defisit Pengetahuan  Pengetahuan : Observasi Observasi
(D.0111) Manajemen 1. Kaji tingkat 1. Pengetahuan
Katagori : Perilaku penyakit pengetahuan klien
Subkategori : kronik klien terkait mengenai
Penyuluhan Dan  Pengetahuan : dengan penyakit yang
Pembelajaran Proses penyakit yang dialaminya
penyakit dialaminya dapat
Definisi : Ketiadaan mencegah
atau kurangnya Tujuan : penyakit, jadi
informasi kognitif Setelah dilakukan perlu
yang berkaitan dengan tindakan …x24 jam dilakukan
topic tertentu. defisit pengetahuan pengkajian
dapat teratasi. pengetahuan
Gajala Dan Tanda agar kita
Mayor : kriteria hasil : dapat
Subjektif: 1. Faktor-faktor menentukan
1. menanyakan penyebab dan apakah klien
masalah yang di faktor yang megetahui
hadapi berkontribusi, penyakit atau
Objektif : pengetahuan tidak.
1. Menunjukkan sangat banyak 2. Identifikasi 2. Untuk
perilaku tidak 2. Tanda dan perubahan mengetahui
sesuai anjuran gejala penyakit kondisi fisik kondisi fisik
2. Menunjukkan pengetahuan pasien klien, apabila
persepsi yang sangat banyak klien kurang
keliru terhadap 3. Strategi untuk akan
masalah mencegah pengetahuan
komplikasi mengenai
pengetahuan penyakit
sangat banyak maka
Gejala Dan Tanda 4. Faktor resiko kondisinya
Minor: Pengetahuan akan semakin
Subjektif : terbatas parah.
(Tidak tersedia) 5. Proses Mandiri Mandiri
Objektif : perjalanan 3. Berikan 3. Memberikan
(Tidak tersedia) penyakit informasi informasi
Kondisi klinis terkait Pengetahuan kepada pasien mengenai
: sedang sesuai dengan kondisinya
1. Kondisi klinis yang kondisinya akan
baru di hadapi oleh membuat
klien klien
2. Penyakit akut mematuhi
pengobatan
yang akan
dilakukan.
Health Education Health Education
4. Jelaskan 4. Agar klien
komplikasi mengetahui
kronik yang kondisinya
mungkin ada apabila tidak
berdasarkan segera
gejala melakukan
pengobatan
akan
mengakibatka
n keparahan
yang
merunjuk
pada penyakit
kronik
5. Edukasi 5. Tindakan
pasien mengontrol
mengenai gejala yang
tindakan timbul
untuk dilakukan
mengontrol agar klien
atau dapat
meminimalka mengurangi
n gejala gejala secara
mandiri
6. Edukasi 6. Ada beberapa
pasien gejala yang
mengenai harus
tanda dan dilakukan
gejala yang oleh tenaga
harus kesehatan,
dilaporkan sehingga
kepada keluarga atu
petuhas klien harus
kesehatan melaporkan
hal tersebut
bila
berlangsung
terjadi.
2 Koping Tidak  Perilaku Observasi Observasi
Efektif (D.0096) penghentian 1. Monitor tanda 1. perubahan
Kategori : Psikologis penyalahgunaan tanda vital tanda-tanda
Subkategori : obat terlarang vital
Integritas Ego  Kontrol Risiko: mengindikasi
Penggunaan Obat kan adanya
Definisi : Terlarang perubahan
Ketidakmampuan pada beberapa
menilai dan merespon Tujuan: organ yang
stressor dan atau Setelah dilakukan berhubungan
ketidakmampuan tindakan keperawatan status
menggunakan sumber- selama ….x24 jam kesehatan
sumber yang ada diharapkan koping klien.
untuk mengatasi tidak efektif dapat 2. Monitor 2. Menentukan
masalah. teratasi. perubahan intervensi
tingkat selanjutnya
Gejala dan Tanda Kriteria Hasil kesadaran untuk
Mayor: 1. Mengekspresikan mencegah
Subjektif keyakinan untuk komplikasi
1. Mengungkapk mampu lebih lanjut.
an tidak menghentikan 3. Monitor intake 3. Keseimbanga
mampu penggunaan obat dan output n antara
mengatasi terlarang intake dan
masalah 2. Menyingkirkan outut akan
Objektif : penggunaan obat mengetahui
1. Tidak mampu yang berbahaya masukan dan
memenuhi 3. Memonitor berhubungan
peran yang lingkungan sekitar dengan fungsi
diharapkan terkait faktor yang ginjal dan
(sesuai usia) mendukung pilihan
2. Menggunakan intervensi
mekanisme penyalahgunaan yang tepat.
koping yang obat-obatan Mandiri Mandiri
tidak sesuai 4. Memonitor 4. Berikan nutrisi 4. Pentingnya
perubahan status adekuat nutrisi dapat
Gejala dan Tanda kesehatan meningkatkan
Minor intake yang
Subjektif adekuat
1. Tidak mampu 5. Berikan 5. partisipasi
memenuhi dukungan dalam
kebutuhan keluarga dan aktivitas
dasar SO meningkatkan
2. Kekhawatiran sosialisasi,
kronis orientasi, dan
Objektif kesenangan
1. Penyalahgunaa
n zat Health Education Health Education
2. Memanipulasi 6. Orientasikan 6. upaya untuk
orang lain pasien kembali mengorientasi
untuk ke realitas kan keadaan
memenuhi nyata kepada
3. Perilaku tidak klien, yaitu
asertif diri sendiri,
4. Partisipasi orang lain,
sosial kurang lingkungan/te
mpat, dan
waktu. Klien
dengan
gangguan
jiwa Psikotik
mengalami
penurunan
daya nilai
realitas
Kolaborasi Kolaborasi
7. Instruksikan 7. penggunaan
pasien dan dan
keluarga akan ketergantunga
proses n zat dapat
penggunaan menghasilkan
dan konsekuensi
ketergantungan yang bisa
zat merusak
secara
perilaku
moral maupun
agama
3 Harga diri rendah  Harga Diri Observasi Observasi
(D.0087)  Resolusi 1. Bantu pasien 1. untuk dapat
Kategori : Psikologis Bersalah dalam mengetahui tujuan
Subkategori : mengidentifik jangka pendek dan
Integritas Ego Tujuan : asi tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan jangka pendek yang tepat
Definisi : evaluasi tindakan …x24 jam dan jangka
atau perasaan negative harga diri rendah panjang yang
terhadap diri sendiri dapat teratasi. tepat
atau kemampuan klien 2. Bantu pasien 2. untuk dapat
sebagai respon kriteria hasil : dalam memahami
terhadap situasi saat 1. Verbalisasi memeriksa sumber-sumber
ini penerimaan sumber- dalam tujuan
diri konsisten sumber yang tersebut
Gejala Dan Tanda positif tersedia dalam
Mayor 2. Gambaran diri memenuhi
Subjektif : konsisten tujuannya
1. Menilai diri positif Mandiri Mandiri
negative 3. Menghargai 3. Instruksikan 3. mampu
2. Merasa orang lain pasien untuk mengetahui teknik
malu/bersalah konsisten menggunakan relaksasi
3. Melebih- positif teknik
lebihkan 4. Menggunakan relaksasi
penilaian strategi sesuai dengan
negative koping yang kebutuhan
tentang diri efektif secara
sendiri konsisten Health education Health education
4. Menolak menunjukkan 4. Menjelaskan 4. Agar klien
penilaian informasi mengetahui informasi
positif tentang actual actual mengenai
diri sendiri mengenai diagnosis,
Objektif : diagnosis, penanganan dan
1. Berbicara penanganan prognosis
pelan dan dan prognosis
lirih Kolaborasi Kolaborasi
2. Menolak 5. Konsultasikan 5.dapat memberikan
berinteraks dengan dokter pengobatan yang
i dengan mengenai tepat terhadap klien
orang lain pengobatan
3. Berjalan yang tepat.
menunduk
4. Postur
tubuh
menunduk

Gejala Dan Tanda


Minor
Subjektif :
1. Sulit
berkonsentr
asi
Objektif :
1. kontak mata
kurang
2. lesu
3. pasif
4. tidak mau
membuat
keputusan.

Gangguan proses  Koping Observasi Observasi


keluarga keluarga 1. Identifikasi 1.Untuk mengetahui
(D.0120)  Tingkat kekuatan dan kekuatan dan
Kategori : Relasional kecemasan kemampuan ketidakmampuan
Subkategori : Tujuan : pasien dengan keluarga.
Interaksi Sosial Setelah dilakukan anggota
tindakan …x24 jam keluarga
Definisi: gangguan proses 2.Identifikasi 2.Untuk mengetahui
Perubahan dalam keluarga dapat dan hormati mekanisme koping
hubungan atau fungsi teratasi. mekanisme yang ada
keluarga. kriteria hasil : koping yang
1. klien tidak ada.
Gejala Dan Tanda dapat Mandiri Mandiri
Mayor beristirahat 3.Dorong 3.Mampu
Subjekif: tidak ada anggota mengetahui keluarga
tidak tersedia 2. klien berjalan keluarga dan dan pasien untuk
Objektif : mondar pasien untuk membantu dalam
1.keluarga tidak mandir tidak membantu mengembangkan
mampu beradaptsi ada dalam recana perawatan.
terhadap situasi 3. klien distress mengembang
2.tidak mampu tidak ada kan rencana
berkomunikasi secara 4. .klienPerasaan perawatan,ter
terbuka diantara gelisah tidak masuk hasil
anggota keluarga ada yang
5. klien otot diharapkan
Gejala Dan Tanda tegang tidak dan
Minor ada pelaksanaan
Subjektif : rencana
1. keluarga tidak perawatan.
mampu Health education Health education
mengungkapkan 4.Berikan 4.Untuk mengetahui
perasaan secara informasi anggota keluarga
leluasa penting mengenai pasien
Objektif : kepada dengan sesuai
1.keluarga tidak anggota dengan keinginan
mampu memenuhi keluarga pasien.
kebutuhan mengenai
fisik/emosional/spiritu pasien dengan
al anggota keluarga sesuai dengan
2.keluarga tidaak keinginan
mampu mencari atau pasien.
menerima bantuan 5.Informasika 5.Untuk mengetahui
secara tepat n faktor faktor faktor-faktor yang
i yang dapat dapat meningkatkan
meningkatkan kondisi pasien pada
kondisi pasien anggota kelurga.
pada anggota
keluarga.
1. k
o
n
t
a
k

m
a
t
a

k
u

Anda mungkin juga menyukai