An. A (15 thn) seorang pengamen jalanan masuk panti rehabilitasi pukul 13:00 WIB setelah
karena kedapatan sedang “ngelem” bersama teman-teman ngamennya. Klien berasal dari
keluarga kurang mampu dan tinggal di lingkungan kumuh. Sehari-hari klien bekerja sebagai
pengamen jalanan bersama anak-anak sebayanya yang juga berasal dari keluarga kurang
mampu. Klien mengaku dulu pernah sekolah sampai kelas 2 SD kemudian tidak melanjutkan
karena tidak ada biaya. Orang tuanya kemudian menuntut klien untuk membantu mencari
nafkah di jalanan. Klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama dengan teman-temanya.
Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek yang
ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya dan lam-
kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap hari, bahkan
terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang
dijalanan.
I. Kata kunci
Umur 15 tahun
ngelem bersama teman
merasa tidak pernah lelah
orang tua menuntuk klien untuk mencari nafkah
Penyalahgunaan NAPZA
Lembar ceklis
2. Efek yang ditimbulkan dari menghirup uap lem tersebut hampir sama dengan jenis
narkoba lain, yaitu menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang, dan rasa
tenang sesaat meski terkadang efeknya hanya bisa bertahan hingga 5 jam saja. Selain
itu, mereka yang “ngelem” juga tidak merasakan lapar karena ada penekanan sensor
lapar di susunan saraf otak.Inhalen atau biasa yang disebut ngelem oleh anak-anak
jalanan merupakan senyawa organik berupa gas dan pelarut yang mudah menguap.
Inhalen mengandung bahan-bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan
memperlambat sistem saraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota tubuh,
dan konsentrasi pikiran. Selain itu, inhalen juga bisa mengakibatkan kerusakan fisik
dan mental yang tidak bisa disembuhkan.
Berikut bahaya menghirup uap lem atau ngelem:
a. Efek ngelem jangka pendek:
Denyut jantung meningkat
Mual dan muntah
Halusinasi
Mati rasa atau hilang kesadaran
Susah bicara atau cadel
Kehilangan koordinasi gerak tubuh
b. Efek ngelem jangka panjang:
Kerusakan otak, mulai dari cepat pikun, kesulitan mempelajarisesuatu, dan
parkinson
Otot melemah
Depresi
Sakit kepala dan mimisan
Keusakan saraf (Hilangnya kemampuan mencium dan mendengar)
Walaupun dihirup hanya sekali, namun efeknya sangat fatal jika telah melewati
ambang batas yang bisa ditoleransi oleh tubuh. Menghirup uap lem bisa membunuh
dalam seketika dengan beberapa gejala berikut ini:
a. Kematian mendadak
Kematian mendadak saat menghirup uap bahan kimia pada umumnya
disebabkan oleh sabotase fungsi jantung. Gejala awalnya yaitu denyut nadi meningkat
dan menjadi tidak teratur. Lalu, beberapa saat kemudian nadi berhenti untuk selamanya.
b. Sesak napas
Di kalangan anak jalanan, ngelem biasanya dilakukan dengan cara menutup kepala
dengan tas plastik agar uap tak menyebar ke mana-mana. Pada saat tubuh sudah
terpengaruh dengan uapnya, mereka jadi tidak bisa melepas plastik sehingga menjadi tak
bernyawa jika tak ada yang menolong.
c. Bunuh diri
Depresi dan halusinasi bisa mengakibatkan si penghirup untuk melakukan bunuh
diri dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau.
d. Asphyxia
Uap yang dihirup juga bisa mengikat oksigen di sistem pernapasan dan memicu
asphyxia atau kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Itulah efek dan bahaya yang bisa didapat jika seseorang menghirup uap lem atau
ngelem. Selain merusak otak, ngelem juga bisa menyebabkan kematian.
http://googleweblight.com/i?u=http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-
narkoba/&hl=id-ID
3. Cara mengatasi seseorang yang ngelem tidak lain :
a. Perbesar Peran Orang Tua
Peran orang tua tidak cukup pada saat anak berusia dini saja. Ketika anak
menjelang remaja/dewasa tugas dan tanggung jawab orang tua tentu bertambah berat.
Orang tua harus memahami psikologi anak, harus menjadi teman yang baik buat anak-
anaknya, harus selalu memantau dan mengetahui perkebangan anaknya, dengan catatan
tidak mengekang ia untuk berkarya atau berbuat baik untuk orang lain/lingkungannya.
Tanamkan karakter yang kuat pada diri anak kita sedini mungkin. Buatlah aturan
nonformal yang layak dan wajib dijalankan seluruh anggota keluarga, siapa saja yang
melanggar aturan tersebut maka harus mendapat sanksi sama, tak terkecuali orang tua
(ibu/bapak). Inilah keteladanan/kedisplinan yang kadang terabaikan dalam lingkungan
keluarga.
b. Peran Lembaga Pendidikan
Setelah lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan memilki peranan yang
sangat stratgis, baik formal maupun nonformal, karena lingkungan pendidikan
merupakan kelanjutan dari lingkungan keluarga. Lembaga pendidikan harus peka
terhadap perkembangan dan kondisi lingkungan dan anak. Bimbingan koseling dan
pendidikan karakter merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan setiap sekolah.
Pendidikan forma yang hanya mengejar nilai, prestasi dan kurikulum pendidikan maka
sekolah tersebut cenderung melupakan pendidikan karakter bagi anak didiknya, sebab ia
berpacu dengan waktu dan prestasi yang bersifat tidak permanen.Perlu keterpaduan
antara orang tua, sekolah dan masyarakat dalam membimbing dan membina anak,
sehingga tujuan pendidikan insya Allah bisa terwujud dengan baik, bukan hanya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi yang paling utama ialah membentuk karakter
anak bangsa yang tangguh, beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Kepedulian guru
terhadap lingkungan hari ini merupakan kemajuan yang patut diapresiasi. Namun
sayang itu hanya mampi.
c. Peran Lingkungan Sosial
Kerjasama antar orang tua/anggota masyarakat sangat penting dan besar
manfaatnya dalam proses pembentukan karakter anak, tanpa hal tersebut yakinlah,
sebaik apapun pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah maka akan timpang
jika tidak didukung seluruh anggota masyarakat/orang tua. Lingkungan social
memberikan dapat yang lebih besar lagi terhadap perkembangan anak,
sebabanak/remaja kadang lebih banyak berinteraksi dilingkungan ini.
d. Peran Pemerintah/Pihak Berwenang
Sebagai aparat penegak hukum, tentu ada kewajiban anda juga melakukan
pembinaan/penyuluhan terhadap anak2/remaja yang ngelem atau melakukan tindakan
yang bertentangan dengan norma hukum, dan tentunya dengan bekerjasama dengan
masyarakat/pihak-pihak lain yang berkompeten.Kemudian peran pemerintah secara
umum masih dirasakan sangat minim. Mungkin akibat pemerintah/pejabat sibuk dengan
agenda politiknya, atau mengurusi proyek2 silumannya dan/atau sibuk dengan urusan
perjalanan dinas yang tak membawa efek positif bagi daerahnya, sehingga urusan yang
menjadi tanggung jawabnya terhadap masyarakatnya terbengkalai/terabaikan.
e. Peran Alim Ulama
Lembaga keagamaan yang ada tentu memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter anak dan genarasi yang memiliki imtaq, iptek dan akhlak. Namun
lagi-lagi, keberadaan lembaga agama kurang mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah, sebut saja madrasah/pesantren. Pada hal sejarah mencatat,
madrasah/pesantren telah terbukti membentuk karakter dan genarasi yang tangguh jauh
sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan 17 Agustus 1945. Dari pesantren pula
lahir kader2 mujahid/pahlawan nasional dan tentara nasional serta orang2 hebat sebagai
pejuang bangsa. Namun kondisi lembaga tersebut tak ubah Kerakap di Atas Batu, Hidup
Segan Mati tak Mau. Pemerintah lebih senang membangun dan membina sekolah skuler
dibanding sekolah keagamaan. Karena itu tak heran masyarakat kita dan Indonesia
umumnya terhipnotis dengan paham Spilis (Skularisme, Pluralisme dan Liberalisme)
https://googleweblight.com/i?u=https://wartakayong.com/2012/04/14/anak-ngelem-
kemana-kita/&hl=id-ID
https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf
VIII. Klarifikasi Informasi
Judul :EFEKTIVITAS PROGRAM P4GN TERHADAP PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penulis :QomariyatusSholihah
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan punyuluhan ini maka dilakukan pre test
dan post test, hasil dari penyuluhan didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
responden. Rata-rata terjadi peningkatan pengetahuan pada responden sebesar 30%.
Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada responden meliputi pengertian dari NAPZA,
kandungan-kandungan yang terdapat dalam NAPZA dan dampak yang terjadi jika
melakukan penyalahgunaan napza. Hasil uji Wilcoxon, dengan uji tersebut diperoleh
nilai significancy 0,0001 (p<0,05), dengan demikian dapat disimpulkan “terdapat
perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah
dilakukan penyuluhan”.
https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf
X. Laporan Diskusi
A. Konsep Medis
1. Definisi
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruhpadakerjatubuh,
terutamaotak. Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
gpengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di
sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan apabila dipergunakan tanpa adanya
pengendalian.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, danZatAdiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat
yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/
susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, danfungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA. Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa
jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati, 2014).
https://media.neliti.com/media/publications/25451-ID-efektivitas-program-p4gn-
terhadap-pencegahan-penyalahgunaan-napza.pdf
2. Etiologi
Secara umum penyebab penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena
yang terjadi, karena beberapa faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu,
sehingga berakibat demikian. Faktor-faktor itu dapat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu
1) Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,
sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial
yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Anak
atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahguna NAPZA yang terjadi adanya gangguan, yaitu :
Gangguan Kepribadian
Gangguan cara berpikir
Gangguan emosi
Gangguan kehendak dan Perilaku
2). Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik sekitar
rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
Hubungan kurang harmonis
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
Orang tua terlampau sibuk, acuh
Orang tua otoriter
Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
Kurangnya kehidupan beragama.
b. Lingkungan Sekolah :
Sekolah yang kurang disiplin
/Sekolah terletak dekat tempat hiburan
sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan
diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA.
c. Lingkungan Teman Sebaya
Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman dari teman
d. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
Lemahnya penegak hokum
Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Seorang remaja tidak begitu saja mendapatkan dan menyalahgunakan narkoba, tentunya
ada faktor-faktor yang mempengaruhi remaja sehingga remaja tersebut berhadapan
dengan narkoba. Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa responden yang terdiri
dari remaja dan anak-anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba di kota Medan
maka dapat disimpulkan bahwa adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dapat bersal
dari internal maupun eksternal.
1) Faktor internal, yang terdiri dari :
a. Kontrol diri yang buruk
b. Pengambilan keputusan yang tidak tepat
c. Prinsip kesenangan semata
d. Lemahnya pemahaman agama
2) Faktor eksternal :
a. Faktor keluarga
b. Faktor lingkungan
Masyarakat sekitar
Pergaulan
c. Faktor pendidikan
http://ww.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
napza.pdf
3. Manifestasi Klinis
1. Perubahan Fisik :
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo ( cadel ), apatis (
acuh tak acuh ), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas
sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. Saat
sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa
sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka
panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan,
gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :
Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab.Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan
pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja. Sering berpergian sampai larut
malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama – lama di
kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering
mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang
lain. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau
keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. Sering
bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan,
tertutup dan penuh rahasia.
4. Patofisiologi
Seseorang dapat mengkonsumsi zat dengan berbagai cara, misalnya dengan cara
meminumnya, menelan, menghirup, menghisap dan menyuntik satu atau lebih jenis zat,
sehingga zat tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah dan mengganggu sinyal
penghantar syaraf (neurotransmitter) sel-sel syaraf pusat (otak). Mekanisme kerja obat
dalam tubuh merupakan suatu keadaan dimana obat tersebut merangsang susunan saraf
pusat untuk bekerja sesuai dengan karateristik zat yang digunakan. Zat yang masuk
kedalam tubuh akan mempengaruhi sinyal penghantar syaraf (system Neurotransmitter
dalam sistem syaraf pusat yang dapat menganggu fungsi-fungsi antara lain kognitif
(pikiran, memori), afektif (alam perasaan) dan psikomotor perilaku .
Patway
Anak berhenti
sekolah
Anak mengamen
Berteman dengan
pengguna Napza
Defisit pengetahuan
Penyalagunaan
Narkoba (ngelem)
Di dalam alveolus
Di salurkan keseluruh
diserap oleh
tubuh
pembuluh pembuluh
kapiler
Transmisi
neurotransmiter
terganggu
Gangguan persepsi
Fungsi kerja tubuh sensorik
HDR
Pemakaian berulang
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditunjukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA.dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan
NAPZA lagi
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditunjukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi
penyalahgunaan NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk
menjaga agar tidak kambuh lagi.sedangkan pencegahan pada penyalahgunaan NAPZA
yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat
membantunya untuk mengatasi perilaku adiksinya,detoksifikasi,maupun dengan
melakukan rehabilitasi kembali.
6. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada pengguna NAPZA antara lain : HIV infeksi,
Hepatitis B dan C, Gastritis, Penyakit kulit kelamin, Bronchitis dan Chirosis hepatis.
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi pusat pengatur
kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku agresif, gangguan
daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal missal nyeri sendi
dan otot, serta perilaku mencederai diri.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitasklien
Nama : An.A
Umur : 15 tahun
Agama : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Jenis Kelamin : (tidak terdapat dalam kasus)
Status : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Pendidikan : Pernah sekolah sampai kelas 2 SD
Pekerjaan : Pengamen
Suku Bangsa : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Alamat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Masuk : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Pengkajian : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
No. Register : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Diagnosa Medis : Penyalahgunaan NAPZA melalui inhaler
1. Identitas Penanggung Jawab
Nama : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Umur : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Hub. Dengan Klien : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Alamat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
a. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Tidak mudah lelah
b) Riwayat Keluhan Utama
Klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama dengan teman-temanya.
Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran dengan efek
yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya
dan lam-kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap
hari, bahkan terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah
untuk mencari uang dijalanan.
mencari uang
Di dalam
alveolus, zat
kimia diserap
oleh pembuluh
kapiler
Zat dibawah
bersama o2
melalui jantung
dan di sebar
keseluruh tubuh
Zat dibawah
bersama o2
melalui jantung
dan di sebar
keseluruh tubuh
Tranmisi
neurotransmiter
terganggu
Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Defisit Pengetahuan Pengetahuan : Observasi Observasi
(D.0111) Manajemen 1. Kaji tingkat 1. Pengetahuan
Katagori : Perilaku penyakit pengetahuan klien
Subkategori : kronik klien terkait mengenai
Penyuluhan Dan Pengetahuan : dengan penyakit yang
Pembelajaran Proses penyakit yang dialaminya
penyakit dialaminya dapat
Definisi : Ketiadaan mencegah
atau kurangnya Tujuan : penyakit, jadi
informasi kognitif Setelah dilakukan perlu
yang berkaitan dengan tindakan …x24 jam dilakukan
topic tertentu. defisit pengetahuan pengkajian
dapat teratasi. pengetahuan
Gajala Dan Tanda agar kita
Mayor : kriteria hasil : dapat
Subjektif: 1. Faktor-faktor menentukan
1. menanyakan penyebab dan apakah klien
masalah yang di faktor yang megetahui
hadapi berkontribusi, penyakit atau
Objektif : pengetahuan tidak.
1. Menunjukkan sangat banyak 2. Identifikasi 2. Untuk
perilaku tidak 2. Tanda dan perubahan mengetahui
sesuai anjuran gejala penyakit kondisi fisik kondisi fisik
2. Menunjukkan pengetahuan pasien klien, apabila
persepsi yang sangat banyak klien kurang
keliru terhadap 3. Strategi untuk akan
masalah mencegah pengetahuan
komplikasi mengenai
pengetahuan penyakit
sangat banyak maka
Gejala Dan Tanda 4. Faktor resiko kondisinya
Minor: Pengetahuan akan semakin
Subjektif : terbatas parah.
(Tidak tersedia) 5. Proses Mandiri Mandiri
Objektif : perjalanan 3. Berikan 3. Memberikan
(Tidak tersedia) penyakit informasi informasi
Kondisi klinis terkait Pengetahuan kepada pasien mengenai
: sedang sesuai dengan kondisinya
1. Kondisi klinis yang kondisinya akan
baru di hadapi oleh membuat
klien klien
2. Penyakit akut mematuhi
pengobatan
yang akan
dilakukan.
Health Education Health Education
4. Jelaskan 4. Agar klien
komplikasi mengetahui
kronik yang kondisinya
mungkin ada apabila tidak
berdasarkan segera
gejala melakukan
pengobatan
akan
mengakibatka
n keparahan
yang
merunjuk
pada penyakit
kronik
5. Edukasi 5. Tindakan
pasien mengontrol
mengenai gejala yang
tindakan timbul
untuk dilakukan
mengontrol agar klien
atau dapat
meminimalka mengurangi
n gejala gejala secara
mandiri
6. Edukasi 6. Ada beberapa
pasien gejala yang
mengenai harus
tanda dan dilakukan
gejala yang oleh tenaga
harus kesehatan,
dilaporkan sehingga
kepada keluarga atu
petuhas klien harus
kesehatan melaporkan
hal tersebut
bila
berlangsung
terjadi.
2 Koping Tidak Perilaku Observasi Observasi
Efektif (D.0096) penghentian 1. Monitor tanda 1. perubahan
Kategori : Psikologis penyalahgunaan tanda vital tanda-tanda
Subkategori : obat terlarang vital
Integritas Ego Kontrol Risiko: mengindikasi
Penggunaan Obat kan adanya
Definisi : Terlarang perubahan
Ketidakmampuan pada beberapa
menilai dan merespon Tujuan: organ yang
stressor dan atau Setelah dilakukan berhubungan
ketidakmampuan tindakan keperawatan status
menggunakan sumber- selama ….x24 jam kesehatan
sumber yang ada diharapkan koping klien.
untuk mengatasi tidak efektif dapat 2. Monitor 2. Menentukan
masalah. teratasi. perubahan intervensi
tingkat selanjutnya
Gejala dan Tanda Kriteria Hasil kesadaran untuk
Mayor: 1. Mengekspresikan mencegah
Subjektif keyakinan untuk komplikasi
1. Mengungkapk mampu lebih lanjut.
an tidak menghentikan 3. Monitor intake 3. Keseimbanga
mampu penggunaan obat dan output n antara
mengatasi terlarang intake dan
masalah 2. Menyingkirkan outut akan
Objektif : penggunaan obat mengetahui
1. Tidak mampu yang berbahaya masukan dan
memenuhi 3. Memonitor berhubungan
peran yang lingkungan sekitar dengan fungsi
diharapkan terkait faktor yang ginjal dan
(sesuai usia) mendukung pilihan
2. Menggunakan intervensi
mekanisme penyalahgunaan yang tepat.
koping yang obat-obatan Mandiri Mandiri
tidak sesuai 4. Memonitor 4. Berikan nutrisi 4. Pentingnya
perubahan status adekuat nutrisi dapat
Gejala dan Tanda kesehatan meningkatkan
Minor intake yang
Subjektif adekuat
1. Tidak mampu 5. Berikan 5. partisipasi
memenuhi dukungan dalam
kebutuhan keluarga dan aktivitas
dasar SO meningkatkan
2. Kekhawatiran sosialisasi,
kronis orientasi, dan
Objektif kesenangan
1. Penyalahgunaa
n zat Health Education Health Education
2. Memanipulasi 6. Orientasikan 6. upaya untuk
orang lain pasien kembali mengorientasi
untuk ke realitas kan keadaan
memenuhi nyata kepada
3. Perilaku tidak klien, yaitu
asertif diri sendiri,
4. Partisipasi orang lain,
sosial kurang lingkungan/te
mpat, dan
waktu. Klien
dengan
gangguan
jiwa Psikotik
mengalami
penurunan
daya nilai
realitas
Kolaborasi Kolaborasi
7. Instruksikan 7. penggunaan
pasien dan dan
keluarga akan ketergantunga
proses n zat dapat
penggunaan menghasilkan
dan konsekuensi
ketergantungan yang bisa
zat merusak
secara
perilaku
moral maupun
agama
3 Harga diri rendah Harga Diri Observasi Observasi
(D.0087) Resolusi 1. Bantu pasien 1. untuk dapat
Kategori : Psikologis Bersalah dalam mengetahui tujuan
Subkategori : mengidentifik jangka pendek dan
Integritas Ego Tujuan : asi tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan jangka pendek yang tepat
Definisi : evaluasi tindakan …x24 jam dan jangka
atau perasaan negative harga diri rendah panjang yang
terhadap diri sendiri dapat teratasi. tepat
atau kemampuan klien 2. Bantu pasien 2. untuk dapat
sebagai respon kriteria hasil : dalam memahami
terhadap situasi saat 1. Verbalisasi memeriksa sumber-sumber
ini penerimaan sumber- dalam tujuan
diri konsisten sumber yang tersebut
Gejala Dan Tanda positif tersedia dalam
Mayor 2. Gambaran diri memenuhi
Subjektif : konsisten tujuannya
1. Menilai diri positif Mandiri Mandiri
negative 3. Menghargai 3. Instruksikan 3. mampu
2. Merasa orang lain pasien untuk mengetahui teknik
malu/bersalah konsisten menggunakan relaksasi
3. Melebih- positif teknik
lebihkan 4. Menggunakan relaksasi
penilaian strategi sesuai dengan
negative koping yang kebutuhan
tentang diri efektif secara
sendiri konsisten Health education Health education
4. Menolak menunjukkan 4. Menjelaskan 4. Agar klien
penilaian informasi mengetahui informasi
positif tentang actual actual mengenai
diri sendiri mengenai diagnosis,
Objektif : diagnosis, penanganan dan
1. Berbicara penanganan prognosis
pelan dan dan prognosis
lirih Kolaborasi Kolaborasi
2. Menolak 5. Konsultasikan 5.dapat memberikan
berinteraks dengan dokter pengobatan yang
i dengan mengenai tepat terhadap klien
orang lain pengobatan
3. Berjalan yang tepat.
menunduk
4. Postur
tubuh
menunduk
m
a
t
a
k
u