Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MATA KULIAH FISIOLOGI PASCAPANEN (PP2202)

MENENTUKAN POLA RESPIRASI PADA PISANG (Musa acuminata Linn),


PAKCOY (Brassica rapa L.), KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris), DAN UBI
JALAR (Ipomoea batatas)
Tanggal Praktikum : 6 Februari 2019
Tanggal Pengumpulan : 20 Februari 2019

Disusun oleh:
Anisya Putri Sopyani
11917037
Kelompok 7

Asisten:
Eris Septian Maulana
11915023

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendala utama permasalahan pasca panen buah segar adalah umur simpan dan
penanganan pasca panen yang kurang tepat (Pradhana dkk, 2017). Kehilangan
pascapanen untuk pisang sendiri mencapai 20% - 50% di Indonesia (Pradhana dkk,
2017). Hal ini dipengaruhi oleh laju respirasi saat pematangan buah yang tinggi.
Respirasi sendiri merupakan proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta energi yang digunakan untuk
mempertahankan reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi dalam jaringan
(Doewes, 2011).
Respirasi merupakan proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta energi yang digunakan untuk
mempertahankan reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi dalam jaringan
(Doewes, 2011). Semakin tinggi laju respirasinya, maka akan semakin tinggi pula laju
metabolismenya. Namun, saat laju respirasi tinggi, maka buah akan semakin mudah
menuju tahap pembusukan (Golding dan Wills, 2016). Adapun untuk tingkat-tingkat
kematangan buah dibagi menjadi beberapa bagian, yakni pemasakan (maturation);
pematangan (ripening) dan penuaan (senescence) (Siddiq, 2012). Buah alpukat
(Persea americana) sebagai salah satu buah tropis khas Indonesia memiliki tingkat
kematangan buah yang terdiri dari buah masak (mature); buah matang (ripe) dan
buah matang sekali (overripe).
Maka dari itu, manfaat yang didapatkan dari praktikum kali ini ialah dapat
mengetahui pola respirasi dari keempat komoditas yakni kacang merah; pakcoy;
pisang dan ubi jalar. Sehingga, hal ini juga membuat praktikan mengetahui
penanganan produk pascapanen secara tepat dan efektif. Manfaat lain ialah praktikan
juga dapat mengetahui penggolongan produk pascapanen secara klimakterik dan non-
klimakterik.

1.2 Tujuan
Dalam percobaan kali ini, terdapat tiga tujuan percobaan. Pertama, pola
respirasi pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar ditentukan; Kedua, pola respirasi
pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar dibedakan; serta Ketiga, penanganan
pasca panen untuk pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar dapat ditentukan.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Komoditas
Komoditas yang digunakan dalam percobaan kali ini terdiri atas 4 macam,
yakni kacang merah, pisang, pakcoy dan ubi jalar.
2.1.1 Kacang Merah (Vigna angularis)
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
tersebar luas di Indonesia. Untuk klasifikasinya sendiri terdiri atas (Marsono,
2011) :
Kindom / kerajaan : Plantae / Plants
Sub kingdom / Sub kerajaan : Tracheabionta / Vasculer Plants
Super division / super divisi : Spermathopyta / Seed Plants
Division / divisi : Magnoliophyta / Flowering Plants
Classing/ kelas : Magnoliopsida / Dicotyledons
Sub classis / sub kelas : Rosidae
Ordo / bangsa : Fabales
Familia / suku : Fabaceae ( Leguminosae ) / Pea Family
Genus / marga : Phaseolus L./Bean
Species / jenis : Phaseolus vulgaris L.
Binominal Name/ Nama latin : Phaseolus vulgaris L.
Common Name / Nama umum: Kidney bean

Gambar 2.1.1 Kacang Merah


(Sumber : Hellosehat.com)
Tanaman ini merupakan tanaman semak merambat yang membutuhkan
penyangga ketika tumbuh. Pohonnya memiliki tinggi sekitar 3,5 m hingga 4,5
m. Sedangkan buahnya berbentuk polong serta memanjang. Satu polong
terdiri dari 2-3 biji kacang merah. Kulit biji kacang merah tentu berwarna
merah, namun jika dikelupas warna bijinya ialah putih. Ukurannya lebih besar
dibanding kacang hijau ataupun kacang kedelai (Marsono, 2011)

2.1.2 Pakcoy (Brassica rapa L)


Pakcoy merupakan salah satu sayuran yang terkenal mirip dengan
sawi. Di Indonesia, pakcoy dikenal sebagai bahan pelengkap masakan.
Untuk klasifikasinya sendiri terdiri atas (Wibowo, 2017) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L

Gambar 2.1.2 Pakcoy


(Sumber : Calonsarjana.com)
Daun pada tanaman sawi pakcoy memiliki tangkai dan berbentuk
oval, dengan warna daun hijau muda atau hijau muda.Warna daun tanaman
pakcoy tersebut juga mengkilat dan tidak membentuk kepala atau
menggulung. Daun-daun tanaman pakcoy tersusun membentuk spiral yang
rapat dan rapih. Selain itu, ciri khas lainnya adalah tangkai daun tanaman
sawi pakcoy ini memiliki warna putih, namun beberapa juga ada yang
berwarna hijau muda atau pucat dengan ukuran tangkai cukup besar atau
gemuk (Wibowo, 2017).

2.1.3 Pisang (Musa spp.)


Pisang merupakan salah satu buah – buahan tropis yang menjadi
kegemaran masyarakat Indonesia. Ia juga dikenal sebagai salah satu buah
yang banyak dijadikan bahan utama atau campuran masakan khas Indonesia.
Jenisnya pun tersebar di penjuru bumi nusantara. Untuk klasifikasinya sendiri
terdiri atas (Siddiq, 2012) :
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga )
Kelas : Liliopsida ( berkeping satu / monokotil )
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae ( suku pisang – pisangan )
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Gambar 2.1.3 Pisang
(Sumber : Buahaz.com)
Buah tanaman ini tersusun dari tandan, dalam satu tandan terdapat dari
beberapa sisir dan juga buah ini berwarna hijau jika belum matang dan
berwarna kekuingan jika sudah matang. Dalam buahnya pula terdapat bintik –
bintik kehitaman berbentuk bulat kecil dan juga hanya terdapat di pisang –
pisang tertentu saja.

2.1.4 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)


Ubi jalar merupakan salah satu penyedia karbohidrat di berbagai
daerah. Ubi jalar memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Untuk
klasifikasinya sendiri terdiri atas (Zuraida dkk, 2001) :
Kindom / kerajaan : Plantae / Plants
Sub kingdom / Sub kerajaan : Tracheabionta / Vasculer Plants
Super division / super divisi : Spermathopyta / Seed Plants
Division / divisi : Magnoliopsida / Flowering Plants
Classing/ kelas : Magnoliopsida / Dicotyledons
Sub classis / sub kelas : Asteridae
Ordo / bangsa : Solanes
Familia / suku :Convulvulaceae / Morning Glory
Family
Genus / marga : Ipomoea L . / Morning glory
Species / jenis : Ipmoea batatas L . ( Lam )
Binominal Name/ Nama latin : Ipomoea batatas L.
Common Name / Nama umum : Sweet Potato

Gambar 2.1.4 Ubi Jalar


(Sumber: shutterstock,com)
Tanaman ubi jalar secara umum terdiri dari 2 bagian utama,
yaitu brangkasan (shoots) atau organ tanaman yang ada diatas permukaan
tanah berupa batang utama dan cabang (sulur), daun, bunga, dan biji, serta
organ tanaman yang berada di dalam tanah berupa akar (fiberous noots) dan
ubi (tuberous roots).Bagian-bagian ubi meliputi pangkal ubi (proximal end),
bagian tengah ubi yang merupakan bagian lebih membesar dan pucuk atau
ujung ubi yang letaknya paling jauh dari tangkai ubi (distal end). Bentuk ubi
jalar pada umumnya yaitu, membulat (perbandingan panjang dan lebar ubi
1:1), elips membulat (perbandingan panjang dan lebar ubi 2:1), elips
(perbandingan panjang dan lebar ubi 3:1), bulat telur (melebar pada bagian
ujung), bulat telur (melebar pada bagian pangkal), elips memanjang, dan tidak
beraturan . Warna kulit ubi jalar bervariasi mulai dari warna krem, keputih
putihan, kuning, orange, coklat-orange, merah muda, merah-ungu, dan ungu
sangat tua, bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh.Sedangkan warna
daging ubi bervariasi dari warna putih, krem, kuning, orange, dan ungu.
(Zuraida dkk, 2001).

2.2 Respirasi
Respirasi merupakan proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta energi yang digunakan untuk
mempertahankan reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi dalam jaringan
(Doewes, 2011). Persamaan reaksi respirasi ialah :
C6H12O6 + 6H2O -> 6CO2 + 6H2O

2.3 CaOH dan NaOH


Pada praktikum kali ini, digunakan larutan Ca(OH)2 serta NaOH. Larutan
Ca(OH)2 digunakan sebagai penangkap gas CO2 yang dihasilkan oleh aerator. Reaksi
yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut Ca(OH)2 + CO2 -> Ca(CO)3 + H2O.
Sedangkan larutan NaOh berfungsi sebagai penetral CO2 yang dihasilkan oleh buah
selama respirasi berlangsung. Adapun Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk
Ca(OH)2 adalah :
Nama produk : Kalsium hidroksida
Nama kimia : Ca(OH)2
Titik didih :-
Titik Leleh : 580°C
pH : 14
Berat Jenis : 2,24
Kepadatan Uap :-
Kelarutan : larut di air dingin, panas
Bahaya : Kontak mata, kulit dan inhalasi
Penanganan : Bilas dengan air mengalir jika terkena
kulit dan mata.
Sedangkan, Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk NaOH adalah :
Nama produk : Natrium hidroksida
Nama kimia : NaOH
Titik didih : 1390°C
Titik Leleh : 318°C
pH : 14
Berat Jenis :-
Kepadatan Uap :-
Kelarutan : Larut di air dingin, panas
Bahaya : Kontak mata, kulit dan inhalasi, dan
korosif
Penanganan : Bilas dengan air mengalir jika terkena
kulit dan mata.

2.4 Buah Klimakterik dan Non-Klimakterik


Pada praktikum kali ini kita dapat pula mengelompokkan buah berdasarkan
klimakterik dan non-klimakterik. Klimakterik merupakan suatu pola perubahan
respirasi yang ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, merupakan suatu
periode unik bagi buah – buahan tertentu, dimana secara biologi diawali dengan
proses prodeuksi etilen. Sedangkan non-klimakterik adalah suatu pola pada proses
pematangan bioproduk yang tidak terjadi lonjakan drastis kecepatan respirasi
(Golding dkk, 2016). Perbedaan dari klimakterik dan non-klimakterik dibedakan atas
waktu pemanenan; waktu penyimpanan/ waktu pemeraman; serta kemampuan bisa
tidaknya diperam (Golding dkk, 2016).

Gambar 2.1.5 Grafik Hubungan antara Pertumbuhan Buah dengan Laju Respirasi
dan Produksi Gas Etilene
(Sumber : Nicolaï dkk. Engineering Properties of Foods)
Contoh buah klimakterik adalah pisang; rambutan; apel; sukun dan belimbing
sedangkan contoh buah non klimakterik adalah jeruk mandarin; jeruk nipis; nanas;
delima dan stroberi.
Dalam grafik terlihat jelas bahwa buah klimakterik mengalami lonjakan repirasi
yang tinggi saat ia berada dalam masa pematangan buah, hal itu ditunjukkan dengan
naiknya produksi gas etilen pada grafiknya. Sedangkan untuk buah non-klimakterik
berlaku sebaliknya, lonjakan respirasi tidak terlalu siginifikan saat ia berada dalam
proses pematangan buah, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya gas etilen yang
diproduksi oleh buah tersebut ditunjukkan dalam grafik.
2.5 Metode Titrimetri
Metode titrimetri yang digunakan pada metode percobaaan atau disebut juga
dengan titrasi merupakan metode analisis kimia kuantitatif yang umum digunakan
untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit yang telah diketahui. Metode ini
dikenal juga dengan analisis volumetri karena bermain pada pengukuran volume.
Pereaksi, disebut juga sebagai titer atau titrator adalah larutan standar yang telah
dipersiapkan. Titer dengan konsentrasi dan volume yang telah diketahui bereaksi
dengan larutan analit atau titran untuk menentukan konsentrasinya. Volume titer yang
bereaksi disebut volume titrasi.

Gambar 2.1.6 Kurva Titrasi pada Titrasi Asam-Basa


(Sumber : alfikimia-wordpress.com)
Titrasi dimulai dengan gelas piala (beaker) atau labu Erlenmeyer yang berisi
analit dengan volume yang sangat tepat dan sejumlah kecil indikator (misalnya:
fenolftalein) yang diletakkan di bawah buret atau pipet semprit kimia yang berisi titer
dan telah dikalibrasi. Sejumlah kecil titer kemudian ditambahkan ke dalam analit dan
indikator hingga indikator berubah warna karena bereaksi dengan kelebihan titer,
menunjukkan titrasi telah mencapai titik akhir. Bergantung pada titik akhir yang
diinginkan, setetes titer atau kurang dapat membuat perbedaan permanen atau
temporer dari indikator. Ketika titik akhir reaksi dicapai, volume reaktan yang
dikonsumsi diukur dan digunakan untuk menghitung konsentrasi analit dengan
persamaan:
𝑉𝑡 . 𝑉𝑡. 𝑀
Ca =
𝑉𝑎

dimana Ca adalah konsentrasi analit, biasanya dalam molaritas; Ct adalah


konsentrasi titer, biasanya dalam molaritas; Vt adalah volume titer yang digunakan,
biasanya dalam liter; M adalah rasio mol analit dan pereaksi dari persamaan
kesetimbangan kimia; dan Va adalah volume analit yang digunakan, biasanya dalam
liter (Harris, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum kali ini, peralatan yang digunakan adalah buret; erlenmeyer
volume 250 ml serta 100 ml; gelas kimia; gelas ukur; karet penutup erlenmeyer;
penjepit; pipet gondok (10 ml); pipet tetes; pompa udara; statif; selang plastik;
timbangan digital dan toples kaca besar (3 lt). Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah Ca(OH) jenuh 0,1 M sebanyak 50 ml ; HCl 0,067 M sebanyak 50
ml; indikator fenolftalein 1 %; komoditas yang berupa kacang merah, pakcoy, pisang
dan ubi jalar; serta Na(OH) 0,05 M.

3.2 Metode
Dalam percobaan kali ini, tiap bioproduk ditimbang sebesar 500 gr lalu
dimasukan ke toples gelas 3 lt yang dilengkapi tutup yang dilubangi serta diberi
selang, lalu toples ditimbang, setelah sebelumnya toples kosong ditimbang dahulu
sehingga nantinya berat bioproduk diketahui dengan mengurangi berat toples dan
bioproduk dikurangi toples kosong. Setelah itu toples yang telah ditimbang dijepit
selangnya serta disimpan selama minimal 30 menit dalam suhu ruangan. Sementara
itu dua buah erlenmeyer disiapkan, erlemeyer A diisi larutan Ca(OH) 0,1 M dan
erlenmeyer B diisi larutan Na(OH) masing-masing sebanyak 50 ml. Setelah toples
didiamkan kurang lebih selama 30 menit, selang dihubungkan pada masing – masing
pipa gelas yang berisi Na(OH) dan Ca(OH) serta diaalirkan udara dengan aerator
dengan kecepatan alir 1 lt/menit selama 1 menit 30 detik. Jika sudah, selang ditutup
kembali dengan penjepit lalu larutan Na(OH) 0,05 M diambil 10 ml dan dimasukan ke
erlenmeyer 100 ml serta ditambahkan indikator fenolftalein 1 % sebanyak 3 tetes
untuk kemudian dititrasi dengan HCl 0,067 M hingga warna merah hilang lalu
volume HCl dicatat serta pengerjaan dilakukan duplo. Metode kemudian diulang
setiap minimal 30 menit sekali (sebanyak 2 termin) untuk tiap bioproduk.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No. Nama Komoditas Laju Respirasi Rata-Rata (mg/kg/jam)

1 Kacang Merah 59, 9247

2 Pakcoy 18, 4606

3 Pisang 34, 6402

4 Ubi Jalar 40, 7093


Tabel 4.1 Laju Respirasi Rata-Rata Tiap Komoditas
4.2 Pembahasan

30

25

20
Laju Respirasi

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(menit)

Pisang Pakcoy Ubi Jalar Kacang Merah

Grafik 4.2 Grafik Laju Respirasi Tiap Komoditas


Dari grafik diketahui bahwa Kacang merah memiliki laju respirasi awal yang tinggi
dan cenderung terus menurun sampai waktu 90 menit. Nilai rata rata laju respirasi merah
adalah 59,9247 semua itu bisa terjadi karena kondisi fisik kacang tanah yang tidak sama
sehingga laju respirasi yang didapat tidak sesuai. Untuk pisang pola grafik yang terbentuk
ialah awalnya pisang memiliki laju respirasi yang rendah namun terus meningkat sampai
separuh waktu pengujian kemudian laju respirasi turun. Hal ini menunjukan bahwa pisang
adalah buah klimakterik karena lajunya meningkat ditengah sesuai dengan yang terdapat pada
(Siddiq, 2013). Pola respirasi serupa pun terjadi pada ubi jalar, ubi jalar memiliki pola laju
respirasi yang awalnya naik lalu kembali turun, nilai rata rata respirasi ubi jalar adalah 40,
7093 hal itu dapat terjadi mungkin karena sebelum uji coba dilakukan ubi di cuci dahulu
sehingga laju respirasinya meningkat. Terakhir untuk pola respirasi pakcoy memilki pola laju
respirasi yang cenderung menurun lalu naik kembali namun tidak signifikan hal ini sesuai
dengan percobaan yang dilakukan Wibowo (2017).

Selain itu berdasarkan grafik, pola laju respirasi kacang merah cenderung terus
menurun hampir sama dengan pola respirasi ubi jalar namun ubi jalar memiliki laju respirasi
yang lambat diawal dan cenderung naik setelah titrasi kedua, sedangkan kacang merah
memiliki nilai laju respirasi awal yang sangat tinggi mengalahkan komoditas lain. Berbeda
dengan pola kacang merah dan ubi jalar, Pola respirasi pisang dan pakcoy memilik pola laju
respirasi yang naik diawal dan turun diakhir, nilai awal laju respirasinya ada diantara kacang
merah yang tertinggi dan ubi jalar yang terendah.

Dari grafik diatas, juga diketahui bahwa laju respirasi yang fluktuatif naik adalah
pakcoy. Sedangkan untuk nilai laju respirasi yang menurun adalah kacang merah. Untuk
kedua komoditas lainnya, yakni pisang dan ubi jalar, nilai nya naik lalu menurun di laju yang
terakhir. Menurut Siagian (2009) pola respirasi suatu tumbuhan atau bagian tumbuhan
didasari oleh beberapa faktor berikut yakni konsentrasi karbohidrat dalam tumbuhan atau
bagian tumbuhannya, hal ini berarti jika tumbuhan atau bagian tumbuhan mengandung
banyak karbohidrat, maka akan memungkinkan tanaman tersebut untuk melakukan laju
respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hal ini menunjukan bahwa
pisang dan ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yakni masing –
masing 23 gr dan 20 gr (Siddiq, 2012) sedangkan untuk kacang merah dan pakcoy memiliki
perbandingan karbohidrat yang cukup jauh, yakni besar masing – masing ialah 60 gr dan 1,5
gr. Berarti dapat pula disimpulkan jika buah mengalami fase pematangan maksimal pada saat
waktu kurang lebih 70 menit, untuk pisang dan ubi jalar dengan konsentrasi CO2 maksimum.
Sedangkan untuk kacang merah, laju respirasi dalam grafik cenderung menurun secara drastis
yang berarti laju respirasi yang ia lakukan sangatlah cepat. Diperkuat oleh Siddiq (2012) laju
respirasi juga dipengaruhi oleh morfologi tanaman atau bagian tanaman yang digunakan,
menurutnya jika tanaman atau bagian tanaman yang digunakan tumbuh berada dibawah tanah
atau memiliki sistem umbi akar, maka ia memiliki laju respirasi yang cepat karena memiliki
bintil-bintil pada akarnya yang memungkinkan ia memiliki laju respirasi yang cepat. Maka
dari itu, dapat dismpulkan kecepatan laju respirasinya diurutkan dari yang tinggi menuju
rendah adalah kacang merah (karena ia tumbuh dibawah tanah serta memilki karbohidrat
tinggi sebagai sumber dari respirasi) lalu pisang (kandungan karbohidrat cukup tinggi); ubi
jalar (karena termasuk tanaman umbi meskipun ia memiliki kandungan karbohidrat yang
sedikit) dan terakhir pakcoy (karena bukan termasuk tanaman umbi meskipun memiliki
karbohidrat yang cukup tinggi).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, pola respirasi kacang tanah terus
menurun dengan rata-rata laju respirasinya sebesar 59,9247 mg/kg/jam. Pola respirasi
pisang awalnya naik lalu turun dengan rata-rata laju respirasinya sebesar 34, 6402
mg/kg/jam. Pola respirasi ubi jalar awalnya naik lalu turun dengan laju rata-rata
sebesar 40, 7093 mg/kg/jam. Pola respirasi dari pakcoy awalnya turun lalu sedikit
naik dengan laju rata-rata respirasinya sebesar 18, 4606 mg/kg/jam. Untuk urutan laju
respiasi dari yang terbesar adalah kacang merah; pisang; ubi jalar; dan pakcoy.Untuk
solusi agar tidak terjadi loses pada pascapanen pisang dibutuhkan penanganan berupa
penggunaan keranjang yang terbuat dari anyaman bambu, kotak dari kayu, dan kotak
dari karton, sedangkan pengemasan kacang tanah menggunakan kemasan primer
berupa plastik PE (polyethylene bag) dengan ketebalan 0,5 mm sebagai kemasan
primer dan karung plastik (woven polyphrophelene bag), lalu untuk ubi jalar
penanganan yang tepat adalah dengan cara dikeringkan. Terakhir pakcoy penanganan
pascapanennya menggunakan keranjang bambu dengan beralaskan daun pisang.

5.2. Saran
Sebaiknya disediakan papan tulis sehingga praktikum berjalan lebih lancar.
Selain itu timbangan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan
sehingga keakurasiannya tetap terjaga. Penyediaan larutan pun sebaiknya disediakan
dalam jumlah yang lebih banyak dari praktikum sebelumnya, sehingga keepannya
tidak ada lagi persiapan larutan/ restock larutan yang habis saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Doewes, M. (2011). Kontribusi sistem respirasi terhadap VO2 maksstudi korelasional pada
atlet berbagai cabang olahraga di surakarta. Jurnal Respir Indo, 31(1), 10-13.

Golding, J. B., & Wills, R. B. (2016). Postharvest: An Introduction to the physiology and
handling of fruit and vegetables 6th edition. Sydney: UNSW Press.

Harris, D. C. (2007). Quantitative Chemical Analysis (7ed.). New York: Macmillan.

Marsono, Y. (2011). Indeks Glisemik Kacang-Kacangan. Jurnal Teknologi dan Industri


Pangan dan Pertanian, 13(3), 211-234.

Marsono, Y., Wiyono, P., & Noor, Z. (2012). Indeks glisemik kacang-kacangan (glysemic
index of selected legumes). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan , 13(3), 211.

Musita, N. (2009). kajian kandungan dan karakteristik pati resisten dari berbagai varietas
pisang. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 14(1), 1-12.

Nedha, Purnamaningsih, S. L., & Damanhuri. (2017). observasi dan karakterisasi morfologi
tanaman pisang (Musa.spp) di kecamatan ngancar kabupaten kediri. Jurnal Produksi
Tanaman, 5(5), 821 -827.

Pradhana, A. Y., Purwanto, Y. A., & Rokhani, A. (2017). Pengaruh penambahan kalium
permanganat terhadap mutu pisang (CV. Mas Kirana) pada kemasan atmosfir
termodifikasi aktif. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 10(2), 83-94.

Siddiq, M. (2012). Tropical and Subtropical Fruit Postharvest Physiology Processing and
Packaging. New Delhi: Wiley and Sons.

Susanto, R. G. (2015). Pengaruh pelapis kitosan terhadap masa simpan buah pisang ambon
(Musa X paradisiaca L. var. sapientum (L). Kuntze) asal Tawangmangu. Surakarta:
Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret.

Wibowo, S. (2017). Aplikasi hidroponik NFT pada budidaya pakcoy (Brassica rapa
chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 13(3), 1.

Witono, J. R. (2002). Pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap pertumbuhan
rotan manau (Calamus manan Miq.) di persemaian. BioSMART: Journal of Biological
Science , 4(2), 1.

Zahra, U., Muharram, & Ilyas, A. (2013). Isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder
ekstrak n-heksan dari umbi lobak (Raphanus sativus lamk). Al-Kimia, 1(1), 1-9.

Zai, Y., Mesran, M., & Buulolo, E. (2017). Sistem pendukung keputusan untuk menentukan
buah rambutan dengan kualitas terbaik menggunakan metode weighted product.
Media Informatika Budiarma, 1(1), 1.
Zuraida, N., & Supriati, Y. (2001). Usaha tani ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif dan
diversifikasi sumber karbohidrat. Buletin Agrobio, 4(1), 13-23.
LAMPIRAN
Lampiran A

Data Pengamatan dan Perhitungan

a. Kacang Merah

Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
8,3
1 30 125,3198
8,3
8,7
2 60 0,494 50,725 59,9247
8,7
9,2 23,87
3 90
9,4 39,784

Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)

(10,4−8,3) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,494 𝑥 0,5

= 125,3198 mg/kg/jam
b. Pakcoy

Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
10
1 45 18,762
10
9,8 16,886
2 75 0,419 18,460675
9,9 14,072
3 105 9,2 24,1227

Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)

(10,4−10) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,419 𝑥 0,75
= 18,762 mg/kg/jam
c. Pisang

Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
9,4 43,4382
1 40 0,509
9,6 34,7504
8,8 38,6877
2 72 34,64024
6,1 103,973
0,508
8,7 29,016
3 102
8,8 27,309

Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)

(10,4−9,4) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,509 𝑥 0,67

= 43,4382 mg/kg/jam
d. Ubi Jalar

Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
10
1 30 22,59
10
8,3
2 60 0,522 59,299 40,70925
8,3
8,6 33,885
3 90
7,9 47,063

Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)

(10,4−10) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,522 𝑥 0,5
= 22,59 mg/kg/jam
Lampiran B

Dokumentasi

No. Nama Komoditas Foto

1 Kacang Merah (1)

2 Kacang Merah (2)

3 Kacang Merah (3)

4 Pakcoy (1)

5 Pakcoy (2)
6 Pakcoy (3)

7 Pisang (1)

8 Pisang (2)

9 Pisang (3)

10 Ubi Jalar (1)


11 Ubi Jalar (2)

12 Ubi Jalar (3)

Anda mungkin juga menyukai