Modul2 Kel7 Anisya Putri Sopyani 11917037
Modul2 Kel7 Anisya Putri Sopyani 11917037
Disusun oleh:
Anisya Putri Sopyani
11917037
Kelompok 7
Asisten:
Eris Septian Maulana
11915023
1.2 Tujuan
Dalam percobaan kali ini, terdapat tiga tujuan percobaan. Pertama, pola
respirasi pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar ditentukan; Kedua, pola respirasi
pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar dibedakan; serta Ketiga, penanganan
pasca panen untuk pisang, pakcoy, kacang merah dan ubi jalar dapat ditentukan.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Komoditas
Komoditas yang digunakan dalam percobaan kali ini terdiri atas 4 macam,
yakni kacang merah, pisang, pakcoy dan ubi jalar.
2.1.1 Kacang Merah (Vigna angularis)
Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
tersebar luas di Indonesia. Untuk klasifikasinya sendiri terdiri atas (Marsono,
2011) :
Kindom / kerajaan : Plantae / Plants
Sub kingdom / Sub kerajaan : Tracheabionta / Vasculer Plants
Super division / super divisi : Spermathopyta / Seed Plants
Division / divisi : Magnoliophyta / Flowering Plants
Classing/ kelas : Magnoliopsida / Dicotyledons
Sub classis / sub kelas : Rosidae
Ordo / bangsa : Fabales
Familia / suku : Fabaceae ( Leguminosae ) / Pea Family
Genus / marga : Phaseolus L./Bean
Species / jenis : Phaseolus vulgaris L.
Binominal Name/ Nama latin : Phaseolus vulgaris L.
Common Name / Nama umum: Kidney bean
2.2 Respirasi
Respirasi merupakan proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta energi yang digunakan untuk
mempertahankan reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi dalam jaringan
(Doewes, 2011). Persamaan reaksi respirasi ialah :
C6H12O6 + 6H2O -> 6CO2 + 6H2O
Gambar 2.1.5 Grafik Hubungan antara Pertumbuhan Buah dengan Laju Respirasi
dan Produksi Gas Etilene
(Sumber : Nicolaï dkk. Engineering Properties of Foods)
Contoh buah klimakterik adalah pisang; rambutan; apel; sukun dan belimbing
sedangkan contoh buah non klimakterik adalah jeruk mandarin; jeruk nipis; nanas;
delima dan stroberi.
Dalam grafik terlihat jelas bahwa buah klimakterik mengalami lonjakan repirasi
yang tinggi saat ia berada dalam masa pematangan buah, hal itu ditunjukkan dengan
naiknya produksi gas etilen pada grafiknya. Sedangkan untuk buah non-klimakterik
berlaku sebaliknya, lonjakan respirasi tidak terlalu siginifikan saat ia berada dalam
proses pematangan buah, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya gas etilen yang
diproduksi oleh buah tersebut ditunjukkan dalam grafik.
2.5 Metode Titrimetri
Metode titrimetri yang digunakan pada metode percobaaan atau disebut juga
dengan titrasi merupakan metode analisis kimia kuantitatif yang umum digunakan
untuk menentukan konsentrasi dari suatu analit yang telah diketahui. Metode ini
dikenal juga dengan analisis volumetri karena bermain pada pengukuran volume.
Pereaksi, disebut juga sebagai titer atau titrator adalah larutan standar yang telah
dipersiapkan. Titer dengan konsentrasi dan volume yang telah diketahui bereaksi
dengan larutan analit atau titran untuk menentukan konsentrasinya. Volume titer yang
bereaksi disebut volume titrasi.
3.2 Metode
Dalam percobaan kali ini, tiap bioproduk ditimbang sebesar 500 gr lalu
dimasukan ke toples gelas 3 lt yang dilengkapi tutup yang dilubangi serta diberi
selang, lalu toples ditimbang, setelah sebelumnya toples kosong ditimbang dahulu
sehingga nantinya berat bioproduk diketahui dengan mengurangi berat toples dan
bioproduk dikurangi toples kosong. Setelah itu toples yang telah ditimbang dijepit
selangnya serta disimpan selama minimal 30 menit dalam suhu ruangan. Sementara
itu dua buah erlenmeyer disiapkan, erlemeyer A diisi larutan Ca(OH) 0,1 M dan
erlenmeyer B diisi larutan Na(OH) masing-masing sebanyak 50 ml. Setelah toples
didiamkan kurang lebih selama 30 menit, selang dihubungkan pada masing – masing
pipa gelas yang berisi Na(OH) dan Ca(OH) serta diaalirkan udara dengan aerator
dengan kecepatan alir 1 lt/menit selama 1 menit 30 detik. Jika sudah, selang ditutup
kembali dengan penjepit lalu larutan Na(OH) 0,05 M diambil 10 ml dan dimasukan ke
erlenmeyer 100 ml serta ditambahkan indikator fenolftalein 1 % sebanyak 3 tetes
untuk kemudian dititrasi dengan HCl 0,067 M hingga warna merah hilang lalu
volume HCl dicatat serta pengerjaan dilakukan duplo. Metode kemudian diulang
setiap minimal 30 menit sekali (sebanyak 2 termin) untuk tiap bioproduk.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No. Nama Komoditas Laju Respirasi Rata-Rata (mg/kg/jam)
30
25
20
Laju Respirasi
15
10
0
0 20 40 60 80 100 120
waktu(menit)
Selain itu berdasarkan grafik, pola laju respirasi kacang merah cenderung terus
menurun hampir sama dengan pola respirasi ubi jalar namun ubi jalar memiliki laju respirasi
yang lambat diawal dan cenderung naik setelah titrasi kedua, sedangkan kacang merah
memiliki nilai laju respirasi awal yang sangat tinggi mengalahkan komoditas lain. Berbeda
dengan pola kacang merah dan ubi jalar, Pola respirasi pisang dan pakcoy memilik pola laju
respirasi yang naik diawal dan turun diakhir, nilai awal laju respirasinya ada diantara kacang
merah yang tertinggi dan ubi jalar yang terendah.
Dari grafik diatas, juga diketahui bahwa laju respirasi yang fluktuatif naik adalah
pakcoy. Sedangkan untuk nilai laju respirasi yang menurun adalah kacang merah. Untuk
kedua komoditas lainnya, yakni pisang dan ubi jalar, nilai nya naik lalu menurun di laju yang
terakhir. Menurut Siagian (2009) pola respirasi suatu tumbuhan atau bagian tumbuhan
didasari oleh beberapa faktor berikut yakni konsentrasi karbohidrat dalam tumbuhan atau
bagian tumbuhannya, hal ini berarti jika tumbuhan atau bagian tumbuhan mengandung
banyak karbohidrat, maka akan memungkinkan tanaman tersebut untuk melakukan laju
respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Hal ini menunjukan bahwa
pisang dan ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yakni masing –
masing 23 gr dan 20 gr (Siddiq, 2012) sedangkan untuk kacang merah dan pakcoy memiliki
perbandingan karbohidrat yang cukup jauh, yakni besar masing – masing ialah 60 gr dan 1,5
gr. Berarti dapat pula disimpulkan jika buah mengalami fase pematangan maksimal pada saat
waktu kurang lebih 70 menit, untuk pisang dan ubi jalar dengan konsentrasi CO2 maksimum.
Sedangkan untuk kacang merah, laju respirasi dalam grafik cenderung menurun secara drastis
yang berarti laju respirasi yang ia lakukan sangatlah cepat. Diperkuat oleh Siddiq (2012) laju
respirasi juga dipengaruhi oleh morfologi tanaman atau bagian tanaman yang digunakan,
menurutnya jika tanaman atau bagian tanaman yang digunakan tumbuh berada dibawah tanah
atau memiliki sistem umbi akar, maka ia memiliki laju respirasi yang cepat karena memiliki
bintil-bintil pada akarnya yang memungkinkan ia memiliki laju respirasi yang cepat. Maka
dari itu, dapat dismpulkan kecepatan laju respirasinya diurutkan dari yang tinggi menuju
rendah adalah kacang merah (karena ia tumbuh dibawah tanah serta memilki karbohidrat
tinggi sebagai sumber dari respirasi) lalu pisang (kandungan karbohidrat cukup tinggi); ubi
jalar (karena termasuk tanaman umbi meskipun ia memiliki kandungan karbohidrat yang
sedikit) dan terakhir pakcoy (karena bukan termasuk tanaman umbi meskipun memiliki
karbohidrat yang cukup tinggi).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, pola respirasi kacang tanah terus
menurun dengan rata-rata laju respirasinya sebesar 59,9247 mg/kg/jam. Pola respirasi
pisang awalnya naik lalu turun dengan rata-rata laju respirasinya sebesar 34, 6402
mg/kg/jam. Pola respirasi ubi jalar awalnya naik lalu turun dengan laju rata-rata
sebesar 40, 7093 mg/kg/jam. Pola respirasi dari pakcoy awalnya turun lalu sedikit
naik dengan laju rata-rata respirasinya sebesar 18, 4606 mg/kg/jam. Untuk urutan laju
respiasi dari yang terbesar adalah kacang merah; pisang; ubi jalar; dan pakcoy.Untuk
solusi agar tidak terjadi loses pada pascapanen pisang dibutuhkan penanganan berupa
penggunaan keranjang yang terbuat dari anyaman bambu, kotak dari kayu, dan kotak
dari karton, sedangkan pengemasan kacang tanah menggunakan kemasan primer
berupa plastik PE (polyethylene bag) dengan ketebalan 0,5 mm sebagai kemasan
primer dan karung plastik (woven polyphrophelene bag), lalu untuk ubi jalar
penanganan yang tepat adalah dengan cara dikeringkan. Terakhir pakcoy penanganan
pascapanennya menggunakan keranjang bambu dengan beralaskan daun pisang.
5.2. Saran
Sebaiknya disediakan papan tulis sehingga praktikum berjalan lebih lancar.
Selain itu timbangan seharusnya dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan
sehingga keakurasiannya tetap terjaga. Penyediaan larutan pun sebaiknya disediakan
dalam jumlah yang lebih banyak dari praktikum sebelumnya, sehingga keepannya
tidak ada lagi persiapan larutan/ restock larutan yang habis saat praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Doewes, M. (2011). Kontribusi sistem respirasi terhadap VO2 maksstudi korelasional pada
atlet berbagai cabang olahraga di surakarta. Jurnal Respir Indo, 31(1), 10-13.
Golding, J. B., & Wills, R. B. (2016). Postharvest: An Introduction to the physiology and
handling of fruit and vegetables 6th edition. Sydney: UNSW Press.
Marsono, Y., Wiyono, P., & Noor, Z. (2012). Indeks glisemik kacang-kacangan (glysemic
index of selected legumes). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan , 13(3), 211.
Musita, N. (2009). kajian kandungan dan karakteristik pati resisten dari berbagai varietas
pisang. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 14(1), 1-12.
Nedha, Purnamaningsih, S. L., & Damanhuri. (2017). observasi dan karakterisasi morfologi
tanaman pisang (Musa.spp) di kecamatan ngancar kabupaten kediri. Jurnal Produksi
Tanaman, 5(5), 821 -827.
Pradhana, A. Y., Purwanto, Y. A., & Rokhani, A. (2017). Pengaruh penambahan kalium
permanganat terhadap mutu pisang (CV. Mas Kirana) pada kemasan atmosfir
termodifikasi aktif. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 10(2), 83-94.
Siddiq, M. (2012). Tropical and Subtropical Fruit Postharvest Physiology Processing and
Packaging. New Delhi: Wiley and Sons.
Susanto, R. G. (2015). Pengaruh pelapis kitosan terhadap masa simpan buah pisang ambon
(Musa X paradisiaca L. var. sapientum (L). Kuntze) asal Tawangmangu. Surakarta:
Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret.
Wibowo, S. (2017). Aplikasi hidroponik NFT pada budidaya pakcoy (Brassica rapa
chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 13(3), 1.
Witono, J. R. (2002). Pengaruh jenis pupuk dan interval pemupukan terhadap pertumbuhan
rotan manau (Calamus manan Miq.) di persemaian. BioSMART: Journal of Biological
Science , 4(2), 1.
Zahra, U., Muharram, & Ilyas, A. (2013). Isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder
ekstrak n-heksan dari umbi lobak (Raphanus sativus lamk). Al-Kimia, 1(1), 1-9.
Zai, Y., Mesran, M., & Buulolo, E. (2017). Sistem pendukung keputusan untuk menentukan
buah rambutan dengan kualitas terbaik menggunakan metode weighted product.
Media Informatika Budiarma, 1(1), 1.
Zuraida, N., & Supriati, Y. (2001). Usaha tani ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif dan
diversifikasi sumber karbohidrat. Buletin Agrobio, 4(1), 13-23.
LAMPIRAN
Lampiran A
a. Kacang Merah
Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
8,3
1 30 125,3198
8,3
8,7
2 60 0,494 50,725 59,9247
8,7
9,2 23,87
3 90
9,4 39,784
Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
(10,4−8,3) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,494 𝑥 0,5
= 125,3198 mg/kg/jam
b. Pakcoy
Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
10
1 45 18,762
10
9,8 16,886
2 75 0,419 18,460675
9,9 14,072
3 105 9,2 24,1227
Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
(10,4−10) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,419 𝑥 0,75
= 18,762 mg/kg/jam
c. Pisang
Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
9,4 43,4382
1 40 0,509
9,6 34,7504
8,8 38,6877
2 72 34,64024
6,1 103,973
0,508
8,7 29,016
3 102
8,8 27,309
Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
(10,4−9,4) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,509 𝑥 0,67
= 43,4382 mg/kg/jam
d. Ubi Jalar
Rata-rata
Waktu Bobot Volume Laju Respirasi Laju
Pengukuran ke-
(Menit) (Kg) HCL (ml) (mg/kg/jam) Respirasi
(mg/kg/jam)
10
1 30 22,59
10
8,3
2 60 0,522 59,299 40,70925
8,3
8,6 33,885
3 90
7,9 47,063
Contoh perhitungan :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2 𝑥 5
Laju Respirasi (mg/kg/jam) =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑘𝑔) 𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
(10,4−10) 𝑥 0,067 𝑥 44 𝑥 5
=
0,522 𝑥 0,5
= 22,59 mg/kg/jam
Lampiran B
Dokumentasi
4 Pakcoy (1)
5 Pakcoy (2)
6 Pakcoy (3)
7 Pisang (1)
8 Pisang (2)
9 Pisang (3)