Anda di halaman 1dari 4

Air Mengalir Sampai Jauh

Utilitarianisme adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa semua tindak tanduk mestilah bertumpu
pada asas kemanfaatan. Bahwa yang asas kemanfaatan ini tidak selamanya seiring, bahkan lebih sering
bertabrakan dengan Hak Asasi Manusia, itu banyak terjadi dalam pergolakan dunia.

Sebelum lanjut akan ditulis sedikit catatan pinggir yang menyangkut ejaan. Yaitu huruf A dalam HAM.
Sering-sering kita dengar ataupun baca ucapan ataupun tulisan yang hiperkorek: azas, adakalanya azaz,
sekali-sekali ajas. Tidak percaya? Bacalah makalah, reportase, artikel, dengarlah ucapan pemakalah,
peserta diskusi dan the man on the street. Itu namanya hiperkorek,

keliwat korek. Dikiranya karena asas itu dari bahasa Arab, maka s itu mesti dikoreksi, menjadilah ia z.
Padahal dalam bahasa Arab sendiri bukan z, melainkan terdiri atas akar kata yang dibentuk oleh huruf-
huruf alif, sin, sin. Maka pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan azas, bukan pula azaz dan
lebih-lebih lagi bukan ajas, melainkan asas.

Semua mengatakan bahwa perbuatan etnik barbar Serbia itu biadab, melanggar HAM, bahkan kita yakin
dalam hatinurani orang Serbia sendiri akan mengakui bahwa perbuatannya itu sesungguhnya biadab,
melanggar HAM. Kita tentu sepakat jika mengatakan bahwa tindakan Amerika Serikat berbaju PBB
berupa boikot ekonomi terhadap Iraq dan Libia, tindakan rejim Saddam Husain menganeksasi Kuwait
bertentangan dengan HAM. Lalu mengapa mesti terjadi juga? Sebabnya ialah oleh karena terjadi
benturan antara HAM dengan utilitarianisme yang dikemas dengan atau berbaju kepentingan nasional.

Jadi harus ada hirarki tata-nilai, yang apabila terjadi bentrokan, yang dimenangkan adalah hirarki yang
lebih tinggi. Dalam ajaran Islam hirarki tata-nilai itu dapat kita simak dari Firman Allah, S. Al Hjura-t, 13:

Ya-ayyuha nNaasu innaa Khalaqna-kum min Dzakarin wa Untsaa wa Ja'alna-kum Sy'u-ban wa Qabaaila li
Ta'aarafuw Inna Akramakum 'inda Lla-hi Atqaakum, ... artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan
kamu dari laki-laki dan perempun dan kujadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling
mengenal. Bahwa sesungguhnya yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa, ...

Jelaslah bahwa dalam hirarki tatanilai menurut Al Quran, nilai kemanusiaan lebih tinggi kedudukannya
dari nilai kebangsaan. Dalam nilai kemanusiaan kedudukan laki-laki dan perempuan sejajar.
Nilai kebangsaan lebih tinggi kedudukannya dari nilai etnik. Namun yang paling tinggi dalam hirarki
tatanilai itu adalah nilai Tawhid. AlhamduliLlah para perumus Piagam Jakarta mengikuti hirarki tatanilai
Al Quran. Piagam Jakarta yang terdiri atas 4 alinea, yang merupakan konsep Pembukaan UUD-1945,
memperbaiki hirarki tatanilai yang dikonsepakan Mr Moh. Yamin (1-3-2-4-5),

memperbaiki yang dikonsepkan Ir Soekarno (3-2-4-51).

Maka dengan hirarki tatanilai itu jika terjadi bentrokan antara kepentingan kemanusiaan dengan
kepentingan nasional, yang dimenangkan haruslah nilai kemanusiaan. Yang berarti apabila terjadi
bentrokan antara HAM dengan doktrin utilitarianisme, yang dimenangkan ialah HAM.

***

Lalu apa hubungannya dengan judul di atas, Air Mengalir Sampai Jauh? Dunia periklanan memakai asas
kemanfaatan ini. Promosi tentang pipa PVC (poly-vinyl-chlorid) memanfaatkan kalimat Air Mengalir
Sampai Jauh dari Bengawan Solonya Gesagng. Saya tidak tahu apakah perusahaan periklanan yang
membuat reklame promosi pipa PVC itu memberikan imbalan kepada Gesang? Kalau tidak, itu berarti
pembajakan atau sekurang-kurangnya bertentangan dengan Hak Asasi Seniman, bagian dari Hak Aasasi
Manusia.

Padahal kalau kita simak lagu Bengawan Solo gubahan Gesang ini intinya bukan pada Air Mengalir
Sampai Jauh, melainkan lebih luas wawasannya, yaitu pada Lingkungan Hidup. Gesang adalah seorang
seniman yang sadar, yang berwawasan Lingkungan Hidup. Dengarlah:

Bengawan Solo

Riwayatmu ini

Sedari dulu jadi

Perhatian insani

Di musim kemarau

Tak s'brapa airmu


Di musim hujan

Air meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo

Terkurung Gunung Seribu

Air mengalir sampai jauh

Akhirnya ke laut

Itu perahu

Riwayatnya dulu

Kaum pedagang lalu

Slalu naik itu prahu

Cobalah perhatikan bait maupun bagian-bagin bait yang dicetak tebal. Gesang meratapi keadaan
Bengaan Solo di masa kini, riwayatmu ini. Keadaan Gunung Seribu sekarang yang sudah gersang
menyebabkan hulu Bengawan Solo tidak lagi mampu menyerap hujan. Kalau musim kemarau air
Bengawan Solo sudah kurang karena pada waktu hjan air di hulu Bengawan Solo itu lebih banyak
mengalir dari yang diserap Gunung Seribu, sehingga di musim hujan air Bengawan Solo banjir, meluap
sampai jauh.

Tidak seperti dahulu riwayatnya dulu. Bengawan Solo menjadi lalu-lintas air, karean sepanjang tahun
keadaan air Bengawan Solo, perbedaan antara permukaan air sungai pada waktu kemarau dengan di
musim hujan tidak seberapa. Demikianlah Analisis Lingkungan Gesang yang dituangkan dalam syair lagu
Bengawan Solo. Kasihan Gesang, apa yang dicoba diungkapkannya tentang perubahan lingkungan
Bengawan Solo antara riwayatmu ini dengan riwayatnya dulu terpupus oleh doktrin ultilitarianisme dunia
periklanan.

Itu baru sebuah contoh bagaiamana dunia periklanan dengan doktrin asas kemanfaatan itu. Yang paling
memuakkan tubuh perempuan untuk promosi, dan juga tak terlepas dari ucapan berselera rendah:
"Cowok-cowok pada menempel kaya' perangko".
Lagi-lagi catatan pinggir, mengenai istilah perempuan yang saya pakai di atas, mengapa saya tidak
memakai istilah wanita. Perempuan adalah istilah asli Melayu, Batak, Jawa, Luwu, Selayar. Asal katanya
empu. Empu jari bagian jari yang utama. Tanpa empu jari kita tidak mampu memegang. Empu dalam
bahasa Melayu berarti tuan, perempuan berarti yang dipertuan. Ompu adalah gelar kemuliaan orang
Batak. Si Singa Mangaraja juga bergelar Patuan Ompu Pulo batu. 'Mpu adalah gelar kehormatan orang
Jawa, seperti 'Mpu Tantular. Opu adalah gelar bangsawan orang Luwu dan Selayar. Jadi perempuan
bermakna yang dipertuan, yang dihormati, yang utama, yang memegang peranan. Sedangkan wanita?
Berasal dari bahasa Sangsekerta vanita, artinya yang dimiliki. Vanita, wanita, banita lalau terjadi gejala
pertukaran konsonan n dengan t, menjadilah betina, yang hanya khusus untuk binatang. Sayangnya
makna milik dari vanita ini jadinya merasuk ke dalam empu, yang sekarang sudah bearti milik.

Jadi tidak mesti kebudayaan Hindu (baca Sangsekerta) lebih beradab dari kebudayaan asli Indonesia.
Bahasa menunjukkan kemuliaan, keberadaban bangsa.

Anda mungkin juga menyukai