Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Platax Vol.

1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

DISTRIBUSI SUHU, SALINITAS DAN OKSIGEN TERLARUT


DI PERAIRAN KEMA, SULAWESI UTARA1

Distribution Temperature, Salinity And Dissolved Oxygen


In Waters Kema, North Sulawesi

Simon I Patty2

ABSTRACT

Distribution Temperature, Salinity and Dissolved Oxygen in Kema Waters,


North Sulawesi. Distribution of temperature, salinity and dissolved oxygen in the
water is very influential on the various aspects of the other parameters, such as
chemical reactions and biological processes. Research on the conditions of
temperature, salinity and dissolved oxygen in the Kema waters, North Sulawesi in
April and May 2010. The results showed that temperature ranges from 28.2 to
32.5°C with an average of (30.1 ± 1.11°C), salinity between 28.0 to 33.0o/oo with
an average of (31.7 ± 1.36o/oo) and dissolved oxygen between 3.46 to 6.25 ppm
with an average of (4.73 ± 0.76 ppm). Distribution of values of temperature, salinity
and dissolved oxygen levels vary. Variations in temperature, salinity and dissolved
oxygen in these waters was affercted by external factors including weather, wind
and currents. Conditions of temperature, salinity and dissolved oxygen in this
waters were still relatively normal and preferable for marine life.

Keywords : temperature, salinity, dissolved oxygen, Kema, North Sulawesi

ABSTRAK

Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di suatu perairan sangat


berpengaruh pada berbagai aspek parameter lain, seperti reaksi kimia dan proses
biologi. Penelitian mengenai kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di perairan
Kema, Sulawesi Utara dilakukan pada bulan April dan Mei 2010. Hasilnya
menunjukkan suhu berkisar antara 28,2 - 32,5oC dengan rata-rata (30,1±1,11oC),
salinitas antara 28,0-33,0o/oo dengan rata-rata (31,7±1,36o/oo) dan oksigen terlarut
antara 3,46-6,25 ppm dengan rata-rata (4,73±0,76 ppm). Sebaran nilai suhu,
salinitas dan kadar oksigen terlarut cukup bervariasi. Bervariasinya suhu, salinitas
dan oksigen terlarut di perairan ini dipengruhi oleh fakktor eksternal antara lain
cuaca, angin dan arus. Kondisi suhu, salinitas dan oksigen terlaut perairan ini
masih tergolong normal dan baik untuk kehidupan biota laut.
Kata kunci : suhu, salinitas, oksigen terlarut, Kema, Sulawesi Utara

1
Proyek Penelitian Oseanografi TEMATIK, 2010
2
Teknisi Litkayasa UPT. Loka Konservasi Biota Laut Bitung-LIPI

148
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

PENDAHULUAN seringkali dinyatakan dalam kisaran nilai


harian, mingguan atau musiman dan
Perairan Kema merupakan suatu hasilnya berbeda di setiap perairan.
wilayah perairan pantai yang terletak di Musim di wilayah perairan Indonesia
bagian timur Minahasa, Sulawesi Utara. juga menjadi faktor dominan untuk
Perairan ini relatif terbuka dan berhu- penelitian oseanografi, karena berpe-
bungan langsung dengan Selat Lembeh ngaruh nyata terhadap distribusi setiap
yang merupakan saluran penghubung parameter oseanografi. Perubahan mu-
antara laut Sulawesi dan laut Maluku, sim ini dapat mengakibatkan perubahan
sehingga mudah terpengaruh oleh kegi- pola distribusi suhu maupun salinitas
atan di daratan maupun yang berasal (Wyrtki,1961). Tulisan ini dimaksudkan
dari laut lepas. Wilayah perairan ini cu- untuk mengetahui sebar-an suhu,
kup ramai dengan transportasi laut baik salinitas dan oksigen terlarut di perairan
alur pelayaran domestik maupun inter- Kema, Sulawesi Utara. Selan-jutnya se-
nasional. Jumlah penduduk di sekitar bagai informasi awal untuk mengetahui
perairan pantai semakin padat dengan kondisi oseanografi yang terjadi di
segala aktivitasnya, pelabuhan, perikan- perairan ini.
an dan pariwisata juga semakin mening-
kat. Demikian juga limbah industri do- METODE
mestik serta buangan-buangan lainnya
juga masuk ke perairan ini. Kondisi Penelitian dilakukan di perairan
semacam ini dapat mengakibatkan Kema, Sulawesi Utara pada bulan April
perubahan kualitas perairan ke arah dan Mei 2010. Parameter oseanografi
yang tidak kita inginkan. Ippen (1966) yang diamati adalah suhu air laut,
mengatakan bahwa kondisi oseanografi salinitas dan oksigen terlarut. Sampel air
perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, laut diambil dari lapisan permukaan
baik yang eksternal maupun internal. pada 14 stasiun pengamatan. Penen-
Pengaruh eksternal dapat berasal dari tuan posisi masing-masing stasiun
laut lepas yang mengelilinginya, mau- penelitian dilakukan dengan menggu-
pun dari daratan yang berupa aliran air nakan handportable GPS (Geographical
tawar dari sungai. Sedangkan pengaruh Positioning System) (Gambar 1). Peng-
internal seperti bentuk perairan maupun ukuran parameter oseanografi dilaku-
bentuk topografi dasar perairan. kan secara in situ. Suhu air laut diukur
Bagian penting dari gambaran dengan menggunakan thermometer
oseanografi suatu perairan laut adalah GMK-910T, salinitas diamati dengan
deskripsi dari penyebaran atau distribusi menggunakan Atago hand refractome-
spasial maupun temporal dari parameter ter. Kadar oksigen terlarut ditentukan
suhu, salinitas dan oksigen. Pengamat- dengan cara metoda elektrokimia meng-
an suhu, salinitas dan oksigen terlarut gunakan alat DO meter AZ 8563 dan
merupakan parameter yang tak dapat nilainya dinyatakan dalam ppm. Data
dipisahkan dalam hampir setiap pene- suhu, salinitas dan oksigen terlarut yang
litian di laut. Hal ini karena berbagai telah diperoleh kemudian disajikan da-
aspek distribusi parameter seperti reaksi lam bentuk sebaran melintang dengan
kimia dan proses biologi merupakan perangkat lunak Golden Software Surfer
fungsi dari suhu, sehingga suhu ini versi 8. Dari hasil tersebut dapat diana-
menjadi suatu variabel yang menen- lisis kondisi sebaran parameter secara
tukan. Sedangkan salinitas merupakan horizontal pada lokasi penelitian.
faktor penting bagi penyebaran orga-
nisme perairan laut dan oksigen dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan faktor pembatas dalam pe-
nentuan kehadiran makhluk hidup di da- Hasil pengamatan suhu, salinitas
lam air. Dalam aspek ekologi, penen- dan oksigen terlarut di perairan Kema,
tuan suhu, salinitas dan oksigen terlarut bulan April dan Mei 2010 (Tabel 1).

149
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

Suhu pernah diamati pada beberapa perairan


Suhu air yang diperoleh dalam di Sulawesi Utara; perairan Selat
dua kali pengamatan yaitu pada bulan Lembeh (Mei-Juli, 2008) berkisar antara
April dan Mei, tidak menunjukkan perbe- 28,4-30,1oC (Yusron, 2008); perairan
daan yang signifikan. Perbedaan rata- Teluk Manado (Mei-Oktober, 2006)
rata suhu air antara kedua bulan ter- berkisar antara 29-31oC (Ijong, 2011).
sebut adalah 1,7oC. Suhu air pada bulan Perairan Sulawesi Utara sangat
April berkisar 28,2-30,8oC dengan rata- dipengaruhi oleh kondisi lautan Pasifik,
rata 29,2±0,86oC, dan pada bulan Mei dimana sering terjadi perubahan suhu
suhu berkisar antara 30,2-32,5oC yang tajam akibat El Nino (NOAA,
dengan rata-rata 30,9±0,59oC. Sebaran 1994). Kondisi suhu di perairan ini masih
suhu air permukaan bulan April dan Mei tergolong wajar untuk perairan tropik.
terlihat bervariasi dengan nilai koefisien Variasi suhu perairan tropik tergolong
variasi (CV) masing-masing 2,93% dan wajar apabila nilainya berkisar antara
1,90% (Tabel 1). Bervariasi nilai suhu 25,6-32,3oC (Ilahude dan Liasaputra,
yang terjadi di perairan ini, mengindi- 1980).
kasikan bahwa nilai suhu di perairan ini Sebaran suhu air laut disuatu per-
dipengruhi oleh faktor eksternal antara airan dipengaruhi oleh banyak faktor
lain cuaca, angin dan arus. Perubahan antara lain radiasi sinar matahari, letak
pola arus yang mendadak juga dapat geografis perairan, sirkulasi arus, keda-
menurunkan nilai suhu air (Pond & laman laut, angin dan musim (Sidjabat,
Pickard, 1978). Selain itu Wenno (1981) 1974). Sebaran suhu air permukaan bu-
mengatakan bahwa adanya variasi nilai lan April menunjukkan nilai 28,2-29,0oC
suhu air laut disebabkan oleh proses- mendominasi hampir seluruh perairan
proses alam seperti proses biokimia, ini mulai dari dekat pantai sampai lepas
melalui mikroorganisme yang dapat pantai sedangkan suhu >29,8oC sebar-
menghasilkan panas (reaksi endotermik annya berada di perairan bagian utara
dan eksotermik) dan proses mikrobio- perairan dekat pantai. Sedangkan se-
logis (sumber panas bumi). Suhu air baran suhu pada bulan Mei menunjuk-
pada bulan April relatif lebih rendah kan bahwa nilai 30,2-30,9oC mendomi-
dibandingkan dengan keadaan pada nasi perairan bagian tengah, nilai suhu
bulan Mei 2010. Kondisi ini dapat terjadi air >31,6oC berada di sebelah utara dan
karena saat pengukuran suhu pada selatan perairan dekat pantai (Gambar 2
bulan April turun hujan dan tiupan angin, dan Gambar 3). Dari Gambar 2 dan 3
sehingga suhu air rendah. Sebaliknya terlihat bahwa suhu air di perairan dekat
hasil pengukuran di bulan Mei, suhu air- pantai relatif lebih tinggi daripada di
nya tinggi karena cuacanya baik, langit lepas pantai. Kondisi ini disebabkan
relatif cerah. Officer (1976) mengemu- karena pergerakan massa air tawar dari
kakan bahwa kondisi suhu air di suatu aliran sungai-sungai yang dengan
perairan di pengaruhi terutama oleh mudah masuk ke perairan dekat pantai.
kondisi atmosfir, cuaca dan intensitas Gerakan massa air ini yang dapat me-
matahari yang masuk ke laut. nimbulkan panas, akibat terjadi gesekan
Secara umum suhu air di perairan antara molekul air, sehingga suhu air
ini berkisar antara 28,2-32,5oC dengan laut di perairan dekat pantai lebih hangat
rata-rata 30,1±1,11oC. Suhu ini masih di dibanding dengan massa air di perairan
atas kisaran suhu air di perairan laut lepas pantai (Tarigan dan Edward,
umumnya, dimana nilai suhu di lapisan 2000).
permukaan laut yang normal berkisar
antara 20-30oC (Nybakken, 1988). Salinitas
Menurut Nontji (2002), suhu air permu- Seperti halnya parameter suhu
kaan di perairan Indonesia pada umum- yang telah diuraikan di atas, nilai
nya berkisar antara 28-31°C. Bila diban- salinitas air laut pada bulan April dan
dingkan dengan kisaran suhu yang Mei relatif berbeda. Salinitas bulan April

150
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

lebih rendah dibandingkan dengan kea- nya salinitas berkisar antara 33-37o/oo
daan pada bulan Mei. Pada bulan April dengan rata-rata 35o/oo (Romimohtarto
salinitas berkisar 28,0-33,0o/oo, dan dan Thayib, 1982). Salinitas di perairan
pada bulan Mei berkisar 30,5-33,0o/oo. Indonesia umumnya berkisar antara 30-
Salinitas rata-rata pada bulan April 35o/oo. Gambaran salinitas di perairan ini
adalah 31,4±1,7o/oo, sedangkan pada menginformasikan bahwa besar kecinya
bulan Mei adalah 32,1±0,8o/oo. Pada fluktuasi salinitas diduga dipengaruhi
setiap stasiun pengamatan terlihat nilai oleh beberapa faktor, diantaranya oleh
salinitasnya cukup bervariasi, sebaran pola sirkulasi air, penguapan (evapora-
salinitas permukaan bulan April nilainya si), curah hujan (presipitasi) dan adanya
lebih bervariasi dari bulan Mei. Nilai aliran sungai (run off).
koefisien variasi untuk bulan April Sebaran salinitas permukaan
(CV=5,43%) dan bulan Mei (CV=2,53%) bulan April menunjukkan nilai >31,0o/oo,
(Tabel 1). Perbedaan rata-rata nilai Sali- mendominasi hampir seluruh perairan
nitas antara bulan April dan Mei cukup ini, mulai dari arah tengah ke lepas pan-
kecil yaitu 0,7o/oo, jika dibandingkan tai perairan bagian selatan. Sedangkan
dengan perbedaan rata-rata nilai suhu nilai salinitas antara 28,0-29,5o/oo bera-
air. Faktor yang mempengaruhi hingga da pada perairan bagian utara, stasiun
berbedanya nilai salinitas adalah cuaca dekat muara sungai (estuari). Sebaran
dan angin, karena saat pengamatan salinitas bulan Mei menunjukkan nilai
pada bulan April turun hujan dan tiupan >32,1o/oo mendominasi hampir perairan
angin, sehingga salinitasnya rendah, bagian tengah ke lepas pantai, sedang-
sebaliknya saat pengamatan di bulan kan salinitas antara 30,5-31,3o/oo berada
Mei, cuacanya baik, langit relatif cerah. pada perairan dekat pantai (Gambar 4
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi dan 5). Dilihat dari sebaran, maka salini-
oleh berbagai faktor, seperti pola sir- tas sekitar pantai lebih rendah dari pada
kulasi air, penguapan, curah hujan dan salinitas laut lepas. Hal ini disebabkan
aliran sungai (Nontji, 2002). Banjarna- karena air laut yang berada dekat da-
hor, 2000 mengatakan bahwa perbeda- ratan masih memiliki pengaruh dari air
an nilai salinitas air laut dapat disebab- darat hingga menyebabkan salinitas di
kan terjadinya pengacauan (mixing) aki- daerah ini kecil. Sebaliknya, salinitas di
bat gelombang laut ataupun gerakan perairan laut lepas sudah tidak memiliki
massa air yang ditimbulkan oleh tiupan pengaruh dari darat, sehingga Sali-
angin. Pada umumnya nilai salinitas nitasnya pun besar (Nybakken, 1988).
wilayah laut Indonesia berkisar antara Sebaran nilai salinitas permukaan
28-33o/oo (Nontji, 2002). Hasil penga- pada perairan Kema relatif lebih rendah
matan menunjukkan bahwa nilai salini- bila dibandingkan dengan sebaran Sali-
tas di perairan ini berkisar antara 28,0- nitas permukaan perairan Sulawesi dan
33,0o/oo dengan rata-rata 31,7±1,36o/oo, sekitarnya. Hadikusumah dan Sugiarto
tidak berbeda bila dibandingkan dengan (2001) mengungkapkan bahwa sebaran
perairan Selat Lembeh berkisar antara salinitas permukaan sampai pada keda-
31,0-32,0o/oo (Yusron, 2008). Dari hasil laman 10 meter perairan Sulawesi dan
pengukuran salinitas terlihat nilainya sekitarnya berkisar berkisar antara 33,7-
masih <32,0o/oo, maka perairan masih 33,8o/oo. Rendahnya nilai salinitas di per-
dipengaruhi oleh pantai, diduga adanya airan ini menunjukkan adanya pengaruh
pengaruh dari daratan seperti percam- dari daratan seperti percampuran
puran dengan air tawar yang terbawa dengan air tawar yang terbawa aliran
aliran sungai. Kadar salinitas ini masih sungai. Sebagaimana Bowden dalam
berada dalam batas-batas salinitas yang Nurhayati (2002) mengemukakan bah-
normal air pantai dan air campuran. wa keberadaan nilai salinitas dalam
Untuk daerah pesisir (air pantai dan air distribusinya di perairan laut sangat
campuran) salinitas berkisar antara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
32,0-34,0o/oo, untuk laut terbuka umum- lain adanya interaksi masuknya air

151
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

tawar ke dalam perairan laut melalui airan bagian selatan dan menyebar jauh
sungai, juga dipengaruhi penguapan dari pantai (Gambar 7). Dari Gambar 6
dan curah hujan. Sebaran salinitas dan 7 terlihat dengan jelas bahwa nilai
memiliki sifat yang berbanding terbalik oksigen terendah di perairan ini dijumpai
dengan suhu, karena salinitas meru- pada daerah pantai dekat muara sungai
pakan salah satu parameter oseanografi (estuari) dan nilai oksigen yang tinggi
yang relatif konstan nilainya. berada pada staiun yang jauh dari
pantai.
Oksigen Terlarut
Rendahnya kardar oksigen di
Dari Tabel 1 terlihat bahwa kadar
daerah pantai dekat muara sungai
oksigen terlarut pada bulan April relatif
(estuari), erat kaitannya dengan keke-
lebih rendah dibandingkan bulan Mei.
ruhan air laut dan juga diduga dise-
Kadar oksigen terlarut pada bulan April
babkan semakin bertambahnya aktivitas
berkisar antara 3,46-4,99 ppm dengan
mikro-organisme untuk menguraikan zat
rata-rata 4,22±0,34 ppm. Sedangkan
organik menjadi zat anorganik yang
pada bulan Mei berkisar antara 4,03-
menggunakan oksigen terlarut (biopro-
6,25 ppm dengan rata-rata 5,25±0,72
ses) di perairan ini. Sedangkan tinggi-
ppm. Perbedaan rata-rata kadar oksigen
nya kadar oksigen terlarut di perairan
antara bulan April dan Mei adalah 1,03
lepas pantai, dikarenakan airnya jernih
ppm. Kadar oksigen terlarut bulan April
sehingga dengan lancarnya oksigen
dan Mei cukup bervariasi dengan nilai
yang masuk kedalam air tanpa ham-
koefisien variasi (CV) masing-masing
batan melalui proses difusi dan proses
8,12% dan 13,73%. Rendahnya kadar
fotosintesi. Berbeda dengan apa yang
oksigen terlarut pada bulan April di per-
diungkapkan oleh Nybakken (1988),
airan ini disebabkan karena air lautnya
bahwa secara horizontal diketahui oksi-
keruh. Kondisi perairan pada saat peng-
gen terlarut semakin ke arah laut maka
amatan terjadi hujan akibat limbah-
kadar oksigen terlarut akan semakin
limbah dan kotoran yang berasal dari
menurun juga. Namun hal ini tidak men-
darat masuk ke peraiaran ini melalui
jadi suatu patokan (ketentuan), tergan-
aliran-aliran air tawar. Dengan demikian
tung pada perairan itu sendiri kaitannya
banyak oksigen yang diperlukan untuk
terhadap kandungan oksigen terlarut.
penguraiannya, baik secara biologis
Kadar oksigen terlarut di dalam
maupun kimiawi. Sebaliknya pada bulan
massa air nilainya adalah relatif dan
Mei kadar oksigen relatif tinggi, karena
bervariasi, biasanya berkisar antara 6-
pada saat pengamatan perairan kondisi
14 ppm (Connel dan Miller, 1995). Seca-
airnya jernih dan perairan bersih sehing-
ra keseluruhan kadar oksigen terlarut di
ga proses fotosintesis bisa berlangsung
perairan ini berkisar antara 3,46-6,25
dengan baik.
ppm dengan rata-rata 4,73±0,76 ppm,
Sebaran oksigen terlarut pada
relatif lebih rendah dibandingkan
bulan April menunjukkan nilai antara
dengan kadar oksigen terlarut di lapisan
3,86-4,26 ppm mendominasi hampir se-
permukaan laut umumnya. Kadar oksi-
luruh perairan ini. Nilai oksigen <3,86
gen di permukaan laut yang normal ber-
ppm dijumpai di bagian selatan perairan
kisar antara 5,7-8,5 ppm (Sutamihardja,
dekat pantai sedangkan nilai oksigen
1978). Kadar oksigen di perairan laut
>4,66 ppm berada jauh dari pantai
yang tercemar ringan di lapisan permu-
(Gambar 6). Sebaran oksigen pada
kaan adalah 5 ppm (Sutamihardja,
bulan Mei menunjukkan nilai <5,43 ppm
1978). Kementerian Lingkungan Hidup
mendominasi hampir sebagian perairan,
menetapkan nilai ambang batas oksigen
sebarannya mulai dari perairan dekat
terlarut untuk kehidupan biota laut
pantai, depan muara sungai (estuari);
adalah ≥5 ppm (Anonimous, 2004).
yaitu sungai Kema dan Tasikoki menuju
Sedangkan Riva’i (1983) mengatakan
ke laut lepas. Sebaran nilai oksigen an-
bahwa pada umumnya kandungan
tara 5,43-6,13 ppm mendominasi per-
oksigen sebesar 5 ppm dengan suhu air

152
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

berkisar antara 20-30oC relatif masih Ijong, F.G., 2011. Laju Reduksi Merkuri
baik untuk kehidupan ikan-ikan, bahkan Oleh Pseudomonas Diisolasi Dari
apabila dalam perairan tidak terdapat Perairan Pantai Teluk Manado.
senyawa-senyawa yang bersifat toksik Jurnal Perikanan dan Kelautan
(tidak tercemar) kandungan oksigen se- Tropis Vol. VII-2, Agustus 2011: 68-
besar 2 ppm sudah cukup untuk mendu- 69.
kung kehidupan organisme perairan
Ilahude, A.G. dan Liasaputra, 1980.
(Swingle dalam Salmin, 2005). Dengan
Sebaran normal parameter hidro-
demikian dilihat dari kadar oksigen
logi di Teluk Jakarta. Dalam : Teluk
terlarutnya dapat dikatakan bahwa
Jakarta. Penyajian fisika, kimia,
perairan ini relatif belum tercemar oleh
biologi dan geologi (A. Nontji, A.
senyawa-senyawa organis dan masih
Djamali, eds.). LON-LIPI: 1-40.
baik untuk kehidupan biota laut.
Ippen, A.T., 1966. Estuary and Coastline
KESIMPULAN Hydrodynamics. Mc. Graw-Hill
Book Company, Inc.: 744 pp.
Kegiatan penelitian ini belum
memperoleh gambaran yang lengkap Johnny Banjarnahor, 2000. Atlas
mengenai kondisi oseanografi perairan Ekosistem Pesisir Tanah Grogot,
Dari hasil pengukuran suhu air, salinitas Kalimantan Timur. Puslitbang
dan kadar oksigen terlarut dapat dikata- Oseanologi–LIPI Jakarta, hal. 17.
kan bahwa nilai variasinya masih dalam Noaa, 1994. Report to the Nation and
kondisi relatif normal untuk kategori Climate Prediction: 37-42.
perairan pantai dan masih baik untuk
kehidupan biota laut. Nontji, A., 2002. Laut Nusantara. Pener-
Agar tidak terjadi perubahan bit Djambatan. Jakarta: 59-67.
kualitas perairan ke arah yang tidak kita Nurhayati. 2002. Karakteristik Hidrografi
inginkan, maka diharapkan dapat dilaku- dan Arus di Perairan Selat Malaka.
kan penelitian yang berke-sinambungan Perairan Indonesia Oseanografi,
tentang kondisi perairan tersebut. Biologi dan Lingkungan. Puslit
Oseanografi LIPI. Jakarta: 1-8.
DAFTAR PUSTAKA
Nybakken, W.J., 1988. Biologi Laut.
Anonimous, 2004. Keputusan Menteri Suatu Pendekatan Ekologis.
Negara Lingkungan Hidup No.51 Gramedia, Jakarta: 459 hal.
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air
Laut Untuk Biota Laut. Jakarta, hal. Riva’I, R.S. dan K. Pertagunawan, 1983.
32. Biologi Perikanan I. Penerbit CV.
Kayago, Jakarta: 143 hal.
Connel, W.D. dan G.J. Miller, 1995.
Kimia dan Ekootoksikologi. Pence- Romimohtarto, K dan S.S. Thayib, 1982.
maran. Penerbit: Universitas Indo- Kondisi Lingkungan dan Laut di
nesia, Jakarta : 520 hal. Indonesia, LON-LIPI, Jakarta: 246
hal.
Hadikusumah dan Sugiarto 2001.
Penelitian Sumberdaya Laut di Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO)
Kawasan Pengelola dan Pengem- dan Kebutuhan Oksigen Biologi
bangan Laut (KAPPEL) Sulawesi (BOD) Sebagai Salah Satu
Utara. Bidang Oseanografi, Proyek Indikator Untuk Menentukan
Pengembangan dan Penerapan Kualitas Perairan. Oseana, Vol.XXX
IPTEK Kelautan. Laporan Akhir. (3):21-26.
Pusat Penelitian dan Pengem- Sidjabat, M.M., 1974. Pengantar Osea-
bangan Oseanologi. Lembaga llmu nografi. Institut Pertanian Bogor:
Pengetahuan Indonesia: 1-21. 238 pp.

153
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

Sutamihardja, R. T. M. 1978. Kualitas mon Press. Pub. Hedington Hill


dan Pencemaran Lingkungan. Hall, Oxford: 486 pp.
Fakultas Pascasarjana Institut
Wenno, L.F., 1981. Laporan Penelitian:
Pertanian Bogor. 92 hal.
Sifat-Sifat Oseanologi Perairan
Tarigan, M.S. dan Edward, 2000. Pe- Dangkal Maluku. Proyek Penelitian
rubahan Musiman Suhu, Salinitas, dan Pengembangan Sumberdaya
Oksigen Terlarut, Fosfat dan Nitrat Laut Perairan Maluku (1980-1981).
di Perairan Teluk Ambon. Pesisir LON-LIPI, SPA, Ambon: 185 hal.
dan Pantai Indonesia IV. Puslitbang
Wyrtki, K., 1961. Physical Oseanogra-
Oseanologi-LIPI, Jakarta: hal. 77.
phy of the South East Asian Waters.
Officer, C.B., 1976. Physical Oseano- Naga Report, Vol. 2: 196 pp.
graphy of Estuaries and Associated
Yusron, E., 2008. Penelitian Biodiver-
Coastal Waters. John Willey and
sitas Biota Laut di Perairan Selat
Sons. New York: 465 pp.
Lembeh, Laporan Tahunan. UPT.
Pond and Pickard, 1978. Introductory Loka Konservasi Biota Laut-LIPI
Dynamical Oceanography. Perga- Bitung, hal. 86.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Tabel 1. Kisaran, Rerata (ẍ), Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi/CV (%) suhu
air laut, salinitas dan oksigen terlarut di perairan Kema, bulan April dan Mei
2010.

April 2010 Mei 2010


Parameter
Kisaran ẍ SD CV (%) Kisaran ẍ SD CV (%)
Suhu (°C) 28,2 - 30,8 29.2 0,86 2,93 30,2 - 32,5 30,9 0,59 1,90
Salinitas (o/oo) 28,0 - 33,0 31,4 1,70 5,43 30,5 - 33,0 32,1 0,81 2,53
Oksigen/DO (ppm) 3,46 - 4,99 4,22 0,34 8,12 4,03 - 6,25 5,25 0,72 13,73

154
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

Gambar 2. Distribusi suhu air (oC) lapisan permukaan di perairan Kema, April 2010 .

Gambar 3. Distribusi suhu air (oC) lapisan permukaan di perairan Kema, Mei 2010.

155
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

Gambar 4. Distribusi salinitas (o/oo) lapisan permukaan di perairan Kema, April 2010.

Gambar 5. Distribusi salinitas (o/oo) lapisan permukaan di perairan Kema, Mei 2010.

156
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN: 2302-3589

Gambar 6. Distribusi oksigen terlarut (ppm) lapisan permukaan di perairan Kema, April
2010.

Gambar 7. Distribusi oksigen terlarut (ppm) lapisan permukaan di perairan Kema, Mei
2010.

157
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Anda mungkin juga menyukai