BAB 1-5 (Print Halaman 35 - 46)
BAB 1-5 (Print Halaman 35 - 46)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan air minum menghasilkan sekitar 80% air limbah. Air limbah ini
mengandung limbah domestik, kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang, dan
sebagainya. Kualitas air limbah tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan
apabila konsentrasi polutan berada di atas baku mutu regulasi. Air limbah pada kondisi
tersebut harus dikumpulkan dan dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Selain itu, air yang berasal dari air hujan sebagian masuk ke dalam tanah dan sisanya
mengalir di permukaan tanah (surface run off). Air limpasan dapat langsung masuk ke
sungai atau danau, tetapi dapat juga terperangkap di tempat tertentu sehingga nyamuk atau
serangga lain berkembang biak dan menganggu kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
sistem pengumpul air hujan juga diperlukan untuk mengalirkan ke tempat yang sesuai
(Dewi, 2014).
Konsentrasi air limbah di atas baku mutu regulasi dan tanpa penanganan akan
mencemari lingkungan sehingga harus dikumpulkan dan dialirkan menuju Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di Indonesia, sistem pengolahan air limbah melayani
sebagian kecil penduduk karena biaya konstruksi dan pengolahan mahal. Sistem
pengolahan hampir sebagian besar bersifat individu, berupa tangki septik untuk black
water. Unit tersebut tidak layak dibangun pada wilayah dengan tingkat kepadatan
penduduk tinggi karena air limpasan tangki septik dapat mencemari ketersediaan air tanah
(Kurniawan, 2014).
Sistem pengolahan hanya ditemukan di kota besar, sedangkan kota kecil atau
perdesaan menggunakan sistem individu berupa tanki septik yang mencemari lingkungan
apabila tingkat kepadatan penduduk tinggi. Air limbah menyebabkan penurunan tingkat
kesehatan manusia karena dapat membawa bibit penyakit. Dampak terhadap kesehatan
akibat air limbah tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi juga tumbuhan dan hewan.
Selain itu, pengelolaan air limbah yang buruk akan mengganggu estetika dan stabilitas
lingkungan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perencanaan sistem penyaluran air
TINJAUAN PUSTAKA
3. Waktu perjalanan
Waktu konsumsi puncak air belum tentu sama dengan waktu puncak
timbulanya air yang diterima oleh badan pengolahan karena adanya waktu
perjalanan dari sumber ke unit pengolahan. Semakin dekat dengan
perjalanan, maka semakin dekat perbedaan puncak konsumsi air dengan
waktu puncak timbulnya air buangan.
4. Jumlah penduduk
Semakin banyak populasi yang akan dilayani, maka semakin besar pula
debit air buangan yang timbul.
5. Jenis aktivitas atau sumber penggunaan air bersih yang dihasilkan dari
suatu tempat memiliki kualitas yang bermacam-macam. Misalnya air
buangan dari pasar memiliki kandungan organik yang telah tinggi
daripada air buangan dari perkantoran.
6. Jenis saluran pengumpulan air buangan yang digunakan
Jika menggunakan sistem tercampur, maka air buangan akan lebih buruk
karena partikulat.
2. Metode Geometrik
Proyeksi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi bahwa
jumlah penduduk akan bertambah secara geometrik menggunakan dasar
perhitungan bunga majemuk (Adioetomo dan Samosir, 2010). Laju pertumbuhan
penduduk (rate of growth) dianggap sama untuk setiap tahun.
Pn = Po (1 + 𝑟)𝑛
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke- n
Po = jumlah penduduk awal
n = periode perhitungan
r = angka pertambahan penduduk / tahun
Rumus diatas pindah dalam bentuk regresi menjadi :
Dimana :
log Pn = y = jumlah penduduk pada tahun n
log Po = b = koefisien
log n = x = tahun penduduk yang akan dihitung
r = a = koefisien x
3. Metode Least Square
Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara
sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya
dengan cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan
jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan
garis yang dibuat.
Perhitungan proyeksi penduduk dengan metode least square dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Pn = a + (bt)
Dimana :
t = tambahan tahunan perhitungan
a ={(Ʃp)(Ʃt2) – (Ʃt)( Ʃp.t)}/{n(Ʃt2) – (Ʃt2)}
b ={n(Ʃp.t)(Ʃt)(Ʃp)}/{n(Ʃt2) – (Ʃt2)}
Keterangan :
t = nomor data tiap tahun
p = jumlah penduduk
t2 = nomor data tiap tahun dikuadratkan
p2 = jumlah penduduk di kuadratkan
Manhole harus ditutup dengan tutup yang dilengkapi kunci agar tidak dibuka
atau dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab, faktor pemilihan manhole
adalah sebagai berikut :
hL = hf + hm + hv
Keterangan :
TDH : total head (m)
Hsat : total statik head (m)
Hf : total headloss dalam pipa(m
hL : total headloss (m)
Keterangan :
QMin = Debit air buangan minimum (liter/detik)
Qr = Debit air limbah rata-rata (liter/detik)
P = Jumlah penduduk (orang)
5. Debit Infiltrasi (Qinf)
𝐿
Qinf = (0,2 x Qr) + (1000) x qinf
Keterangan :
Qinf = Debit infiltrasi saluran (liter/detik/km)
Qr = Debit air limbah rata-rata (liter/detik) Besarnya
qinf = 2 liter/detik/km
6. Debit Puncak (Qpeak)
Besarnya faktor puncak dihitung berdasarkan persamaan berikut (Abdul Wahid
Amiri dkk, 2016):
𝑝
18 + √1000
𝐹𝑝 =
𝑝
4 + √1000
Luas Wilayah
Jumlah penduduk Kepadatan penduduk
Tahun (Km²)
(Jiwa) (Jiwa/Km²)
2007 2,59 104.169 39.015
2008 2,59 104.169 217.890
2009 2,59 102.182 213.221
2010 2,59 103.703 38.840
2011 2,59 96.658 36.201
2012 2,59 100.821 100.821
2013 2,59 103.161 103.161
2014 2,59 104.829 39.261
2015 2,59 104.872 39.278
2016 2,59 101.811 38.131
Jumlah 1.026.375 865.819
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2007-2016
Jumlah Keluarga di Kecamatan Simokerto dalam 10 tahun terakhir, yaitu mulai tahun
2012-2016 disajikan dalam Tabel :
Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Umum yang ada di Kecamatan Bubutan Pada Tahun 2007-
2016
FASILITAS TAHUN
UMUM 2012 2013 2014 2015 2016
Tempat Ibadah 117 117 117 117 117
Pendidikan 90 90 90 97 86
Kesehatan 47 47 28 28 29
Pertokoan 12 12 12 12 12
Hotel 4 4 4 4 4
Pasar 3 4 4 4 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2012-2016
Kelurahan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kapasan 17,145 17,145 17,145 16,817 16,980 17,009 17,073 17,362 17,345 16,623
Tambak Rejo 20,736 20,736 20,736 20,688 17,668 21,480 21,653 22,256 22,256 20,708
Simokerto 23,383 23,383 23,383 23,376 23,822 24,124 24,124 24,170 24,181 22,993
Sidodadi 16,287 16,287 16,287 16,271 16,080 15,745 17,682 17,801 17,844 17,937
Simolawang 26,618 26,618 26,618 26,551 22,108 22,463 22,629 23,240 23,246 23,550
TOTAL
104,169 104,169 104,169 103,703 96,658 100,821 103,161 104,829 104,872 101,811
PENDUDUK
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2007-2016
Metode Geometri
Proyeksi
Tahun P0 Pn r n
Penduduk
2017 17,145 16,623 -0.0034 1 16566
2018 17,145 16,623 -0.0034 2 16509
2019 17,145 16,623 -0.0034 3 16453
2020 17,145 16,623 -0.0034 4 16396
2021 17,145 16,623 -0.0034 5 16340
2022 17,145 16,623 -0.0034 6 16284
2023 17,145 16,623 -0.0034 7 16228
2024 17,145 16,623 -0.0034 8 16173
2025 17,145 16,623 -0.0034 9 16117
2026 17,145 16,623 -0.0034 10 16062
Sumber : Hasil Analisis
= 0,0010 m3/detik
219,1−2,77
c. D pipa dipilih (m) = ( )
1000
= 0,21633 m
d. Kontrol aliran pada pipa diameter (mm) = D pipa dipilih x 1000
= 0,21633 x 1000
= 0,0271 m3/detik
f. Luas penampang = (1/4) x (22/7) x ( D pipa dipilih 2)
= 0,0368 m3
Q full diameter
g. V ful = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
0,0271
= 0,0368
= 0,7379 m/detik
Q total
h. Qp / Qf = 𝑄 𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
0,0111
= 0,0271
= 0,4101
i. VP = vp / vf x v full
= 1,0393 x 0,7379
= 0,7669
4.8.Penanaman Pipa
Perhitungan dimensi dan penanaman pipa saluran air limbah dilakukan
dengan menghitung perbedaan elevasi tanah, slope, kemudian merencanakan nila
d/D untuk memperoleh nilai Qpeak, Qmin, dan nilai Qfull. Untuk dimensi unit
ABR, setelah diperoleh hasil perhitungan mass balance kemudian dilakukan
perhitungan dimensi unit ABR dan kedalaman penanamanya di dalam tanah.
Berikut merupakan perhitungan manual perencanaan penanaman pada
wilayah Kecamatan Simokerto :
Penanaman pipa = elevasi tanah – elevasi pipa
= 12,00 – 11,30
= 0,70 m
10 20
= 0,70 + 100 + 100
=1m
Berikut perhitungan selengkapnya disajikan pada tabel 4.15 – 4.19 berikut ini.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas besar Sistem Penyaluran Air Buangan
Kecamatan Simolawang Surabaya ini yaitu sebagai berikut:
1. Debit air buangan yang akan dialirkan melalui sistem penyaluran air buangan
pada perencanaan ini yaitu sebesar 0,1412 m3/det. Dengan pembagian aliran
menjadi 2 sektor yaitu sektor pertama pada IPAL 1 yang memiliki debit air
buangan sebesar 0,0474 m3/det dan sektor kedua pada IPAL 2 yang memiliki
debit air buangan sebesar 0,0938 m3/det.
2. Pada perencanaan ini ada 2 IPAL dengan 16 manhole. Manhole 1-7 berakhir pada
IPAL 1 yang melayani darah sebagian Kelurahan Simokerto dan sebagian
Kelurahan Tambakrejo dan manhole 8-16 berakhir pada IPAL 2 yang melayani
daerah Kelurahan Simolawang, Kelurahan Sidodadi, Kelurahan Kapasan,
sebagian Kelurahan Simokerto, dan sebagian Kelurahan Tambakrejo.
3. Pemasangan pipa pada sektor 1 yaitu dari M1 (manhole 1) ke M2 memiliki tinggi
galian atau kedalaman tanah sebesar 2,56 m, M2 ke M3 dan M3 ke M 4 sebesar
4,876 m, M7 ke M6 sebesar 1m, M6 ke M4 sebesar 5 m, M4 ke M5 sebesar 2,2762
m, dan M5 ke IPAL 1 sebesar 2,7682 m. sedangkan untuk sektor 2 yaitu dari M8
ke M9 sebesar 1,32 m, M9 ke M10 dan M10 ke M11 sebesar 2,17 m, M11 ke
M12 sebesar 2,67 m, M16 ke M13; M14 ke M13; dan M15 ke M13 sebesar 0,07
m, M13 ke M12 sebesar 3,26 m, dan yang terakhir yaitu dari M12 ke IPAL 2
sebesar 5,35 m.
4. Menggunakan 5 jenis manhole yaitu drop manhole, manhole belokan, manhole
lurus, manhole pertigaan, dan manhole perempatan.
Agung Pangestu Nugroho, Budi Utomo, dan Solichin. (2018). Analisis Sistem Jaringan
Perpipaan Penyalur Air Limbah Di Kawasan Universitas Sebelas Maret Surakarta. e-
Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL, 386-395.
Ayuningtyas, R. D. (2009). Proses Pengolahan Limbah Cair Di Rsud Dr. Moewardi
Surakarta. Laporan Khusus PROGRAM D-III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1-59.
Eris, F. R. (2009). Penanganan Masalah Persampahan Dan Limbah Cair Di Provinsi Banten.
Jur. Agroekotek. 1 (1), 36-45.
Haristia Damayanti dan Ipung Fitri Purwanti. (2016). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. JURNAL TEKNIK ITS
Vol. 5, No. 2, 31-35.
Marthini S. Fanggi; Sudiyo Utomo; dan I Made Udiana. (2015). Perencanaan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Komunal Pada Daerah Pesisir Di Kelurahan
Metina Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote-Ndao. Jurnal Teknik Sipil Vol. IV, No.
2, 159-166.
Ragil Tri Setiawati dan Ipung Fitri Purwanti. (2016). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya. JURNAL TEKNIK ITS
Vol. 5, No. 2, 42-46.
Supriyatno, B. (2000). Pengelolaan Air Limbah Yang Berwawasan Lingkungan Suatu
Strategi Dan Langkah Penanganannya. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 1,
17-26.
Yahya, M. (2012). Identifikasi Pencemaran Lingkungan Akibat Pembuangan Limbah
Domestik Di Permukiman Kumuh Di Sekitar Kanal Kota Makassar. Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar, 1-6.