Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KEBUTUHAN

TENAGA FARMASI

RSUD ASEMBAGUS

Jalan Raya Asembagus


Situbondo

APRIL 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi
atau perusahaan. Sumber daya manusia adalah orang-orang yang merancang dan menghasilkan barang
atau jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta
merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Tanpa orang-orang yang memiliki keahlian atau
kompeten maka mustahil bagi organisasi untuk mencapai tujuannya (Samsudin, 2006).
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah tersedianya SDM
yang cukup dengan kualitas yang tinggi, profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel.
Ketersediaan SDM rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit berdasarkan tipe rumah
sakit dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Untuk itu ketersediaan SDM di rumah sakit
harus menjadi perhatian pimpinan. Salah satu upaya penting yang harus dilakukan pimpinan rumah
sakit adalah merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan fungsi pelayanan setiap unit,
bagian, dan instalasi rumah sakit (Ilyas, 2004).
Perencanaan SDM adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk memprediksi
permintaan dan penyediaan SDM di masa datang. Melalui program perencanaan SDM yang sistematis
dapat diperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu
sehingga dapat membantu bagian SDM dalam perencanaan rekrutmen, seleksi, serta pendidikan dan
pelatihan (Rachmawati, 2008).
Instalasi farmasi rumah sakit merupakan suatu unit di rumah sakit yang keberadaannya tidak bisa
dipisahkan dari rumah sakit. Menurut UU No. 44 tahun 2009 instalasi farmasi menjadi satu-satunya
unit yang mengelola perbekalan farmasi di rumah sakit. Dalam pelaksanaannya pengelolaan
perbekalan farmasi memerlukan ketersediaan SDM, terutama tenaga kefarmasian. Tenaga kefarmasian
menurut PP No 51 tahun 2009 terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis
kefarmasian terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah
farmasi (Depkes RI, 2009).
Instalasi farmasi RSUD Asembagus merupakan salah satu unit penunjang medis di RSUD
Asembagus, yang merupakan rumah sakit pemerintah bertipe D dengan kapasitas 70 tempat tidur.
Instalasi Farmasi RSUD Asembagus merupakan unit fungsional yang bertanggung jawab kepada
direktur melalui kepala seksi penunjang medis, dengan tugas pokok dan fungsinya yang menunjang
kegiatan operasional rumah sakit. Karena begitu besarnya peranan instalasi farmasi dalam menunjang
kegiatan operasional rumah sakit maka perencanaan kebutuhan SDM nya harus sesuai dengan
kebutuhan, baik dari segi jenis dan jumlahnya. Untuk itu harus dilakukan analisis kebutuhan tenaga,
Analisa kebutuhan tenaga farmasi merupakan suatu proses kegiatan untuk menentukan jumlah tenaga
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Instalasi farmasi
perlu melakukan analisa ini agar mendapatkan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan sehingga dapat
meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Karena kelebihan tenaga akan

2
mengakibatkan terjadinya penggunaan waktu kerja yang tidak produktif atau sebaliknya kekurangan
tenaga akan mengakibatkan beban kerja yang berlebihan.
1.2 Tujuan
- Untuk menentukan jumlah tenaga farmasi yang cukup dan sesuai kualifikasinya dalam
melakukan pelayanan kefarmasian secara professional dan sesuai kompetensinya.
- Untuk melakukan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat secara optimal.

1.3 Manfaat
- Dengan melakukan analisa kebutuhan tenaga farmasi maka Instalasi Farmasi mempunyai
tenaga kefarmasian yang cukup jumlah dan sesuai kualifikasinya sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kefarmasian sesuai kompetensinya.

3
BAB II

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA FARMASI

A. Analisa Kebutuhan Apoteker

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
perizinan rumah sakit maka Rumah Sakit tipe D minimal harus ada 3 (tiga) Apoteker :

 1 Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi

 1 Apoteker bertugas di rawat inap dan rawat jalan

 1 Apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi, dapat merangkap


melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat jalan dan rawat inap

B. Analisa Kebutuhan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

- Berdasarkan tempat layanan terdiri dari :

a. Gudang Farmasi

- 1 shift pagi, 1 orang TTK

b. Unit Pelayanan Farmasi IGD

Jam buka 24 jam, minimal TTK 4 orang

- 1 orang shift pagi

- 1 orang shift sore

- 1 orang shift malam

- 1 orang libur

c. Unit Pelayanan Farmasi RI/RJ

Jam buka hari Senin – Sabtu, pkl. 07.00-14.00 (1 shift)

Minimal TTK 2 orang.

C. Analisa Kebutuhan Tenaga Non TTK

a. Gudang Farmasi dan Oksigen

- 1 shift pagi, 3 orang Non TTK

4
b. Unit Pelayanan Farmasi IGD

Jam buka 24 jam, minimal 4 orang

- 1 orang shift pagi

- 1 orang shift sore

- 1 orang shift malam

- 1 orang libur

c. Unit Pelayanan Farmasi RI/RJ

- 1 shift pagi, 3 orang Non TTK

Kesimpulan :

Kebutuhan tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Asembagus sebagai berikut :

- 3 orang Apoteker

- 7 orang Tenaga Teknis Kefarmasian

- 10 orang Non Tenaga Teknis Kefarmasian

Hasil evaluasi analisa kebutuhan tenaga farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Asembagus :

No Jabatan Kondisi saat Kebutuhan tenaga Keterangan


ini (orang) farmasi (orang)

1 Apoteker 3 3 -

2 Tenaga Teknis Kefarmasian 1 7 Kurang 6 orang Tenaga


Teknis Kefarmasian

3 Tenaga Non Teknis 12 10 Kelebihan 2 orang


Kefarmasian Tenaga Non Teknis
Kefarmasian

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


5
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa kebutuhan tenaga farmasi, maka didapatkan hasil di Instalasi Farmasi
RSUD Asembagus :

- Kekurangan tenaga Teknis Kefarmasian sebanyak 6 orang.

- Kelebihan tenaga Non Teknis Kefarmasian sebanyak 2 orang (jika sudah terpenuhi tenaga
kefarmasian yang dibutuhkan).

B. Saran

a. Diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat segera memenuhi kebutuhan tenaga
kefarmasian sesuai analisa kebutuhan tersebut sehingga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian secara profesional dan optimal, serta meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien.

b. Bila tenaga kefarmasian sudah terpenuhi diharapkan tenaga non kefarmasian dapat
ditempatkan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

6
Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.

Ilyas, Yaslis., 2004, Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Rachmawati, Ike K., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Samsudin, Sadili., 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung

Anda mungkin juga menyukai