Anda di halaman 1dari 3

NORHAFIZAH

Sistem Pendidikan di Jepang

Jepang merupakan negara yang sudah mencapai kesuksesan. Negara maju tepatnya. Pendidikan yang
baik menjadi salah satu penyebab dari kesuksesan ini. Maka dari itu, pemerintah sangat memperhatikan
perkembangan pendidikan di Jepang dan rutinitias para pelajar sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Mengenai pilihan SD dan SMP tidak dipilih secara pribadi. Para orang tua hanya bertugas mendaftarkan
nama anak-anak mereka ke Balai Kota setempat. Selanjutnya, pemerintah akan mempertimbangkan ke
sekolah terdekat untuk si anak. Dengan begini, sekolah yang mendapat status favorit tidak ada. Mungkin
pemilihan sekolah dari pemerintah inilah yang paling membedakan antara sekolah di Jepang dengan
sekolah di Indonesia.

Sistem pendidikan di Jepang tidak mengharuskan siswanya mengadakan upacara bendera tiap
pekan. Namun hal ini tidak mengurangi rasa nasionalisme para siswa di negeri sakura tersebut.
Kendaraan yang biasa mereka pakai untuk pulang-pergi sekolah biasanya adalah sepeda bahkan sebagian
juga ada yang berjalan kaki. Jepang tidak memperbolehkan mereka menggunakan sepeda motor
ataupun mobil. Jarak jauh yang mereka tempuh menuju sekolah tidak menjadi alasan bagi mereka untuk
bermalas-malasan, asalkan sekolah bagus (untuk SMA dan perguruan tinggi), prestasi juga oke. Bel
sekolah dibunyikan pukul 08.00 atau bahkan hampir menginjak pukul 09.00 sebagai waktu untuk
berangkat menuju sekolah. Tidak heran, beberapa dari mereka tertidur saat jam pelajaran karena
perjalanan panjang.

Kendaraan umum seperti bus dan kereta api dapat menjadi solusi atas jauhnya jarak tempuh itu.
Menaiki kendaraan umum tidak selalu rugi yang didapatkan. Mereka dapat berkomunikasi dengan siswa
dari sekolah lain, berbagi pengalaman, dan banyak belajar dari komunikasi singkat tersebut. Dalam
sistem pembelajaran, ada pula festival budaya atau disebut juga sebagai Bunkasai yang merupakan
festival yang cukup terkenal. Bunkasai diadakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk
waktu penyelenggaraan, umumnya disesuaikan dengan hari jadi sekolah yang bersangkutan. Bunkasai
diadakan dengan tujuan agar para siswa dapat menampilkan kemampuan mereka dalam berkreatifitas.
Dalam acara Bunkasai, para siswa bebas menentukan apa yang akan mereka tampilkan atau jual. Yang
sering ada dalam festival rutinan tahun ini antara lain Rumah Hantu, Rumah Peramal, Cafe Maid, dan
berbagai macam kegiatan lainnya.

Awalnya, festival budaya atau Bunkasai ditujukan sebagai media pembelajaran, namun lama-
kelamaan berubah menjadi tempat rekreasi. Meskipun begitu, tujuan utama tidak hilang begitu saja,
karena para siswa mendapatkan pembelajaran ketika membuat suatu kegiatan bersama teman-teman
sekelasnya. Sebelumnya, Bunkasai tidak terlalu terkenal, terutama bagi orang yang ada diluar Jepang,
namun semenjak anime dan manga banyak yang memasukkan festival-festival, termasuk Bunkasai,
kegiatan ini sudah mulai dikenal oleh orang luar, dan bahkan ada sekolah diluar jepang yang mengadakan
Bunkasai, contohnya Indonesia. Mulai membanjir festival-festival di hampir setiap sekolah. Mereka
berlomba-lomba mengadakan festival yang menarik, besar, dan tentu saja yang paling penting, sukses.
Mereka mencari dana ke berbagai perusahaan, sebagai dasar kesuksesan sebuah festival yang
dipersiapkan matang-matang dengan waktu berbulan-bulan sebelum hari-H dengan durasi sekitar 3 hari
sampai seminggu. Biasanya, pembukaan dari sebuah festival terdiri dari sambutan-sambutan dan
penampilan dari para siswa.

Lomba-lomba yang mendidik sudah terurai rapi oleh panitia. Tempat-tempat, fasilitas, dll. sudah
dipersiapkan dengan sebaik mungkin karena para peserta yang datang ke festival adalah raja. Kesan-
kesan menarik harus terekam indah di benak para pendatang pada hari itu. Maka dari itu, segala
sesuatunya itu mesti dipersiapkan matang-matang.

Jepang terkenal sebagai negara dengan teknologi canggih. Namun, saat kegiatan belajar-mengajar
berlangsung, pendidikan di Jepang melarang keras para siswanya untuk memainkan gadget yang mereka
miliki. Peraturan itu dibuat untuk kefokusan dalam kegiatan belajar-mengajar, presentase kecurangan
siswa saat menjalani ujian sekolah juga dapat menurun. Bukan hanya itu, peraturan itu juga meniadakan
kelas sosial antara yang kaya dengan yang berkecukupan. Dengan begitu, mereka dapat percaya diri
dalam bergaul dan berkomunikasi baik dengan siapapun.

Faktor lain majunya negara Jepang adalah waktu belajar yang gila-gilaan. Rata-rata kegiatan belajar-
mengajar di Jepang memakan waktu sekitar tujuh jam, dari pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore. Selepas
selesai sekolah, masih banyak siswa yang mengikuti kursus tambahan. Bahkan beberapa dari mereka
melakukan pekerjaan paruh waktu. Ditambah pula pekerjaan rumah yang harus mereka tuntaskan. Maka
dari itu, tidak heran banyak dari mereka baru tidur pukul 11 malam atau bahkan lebih dari itu dan harus
bangun pukul 5 pagi, bersiap-siap, dan berangkat sekolah lagi pukul 6 pagi atau lebih.

Para siswa di Jepang biasanya mengikuti ujian ketika sudah masuk kelas 4 SD. Pada tiga tahun pertama
masuk sekolah, anak-anak difokuskan belajar tata krama, sikap menghormati orang lain, kejujuran,
berbicara sopan, dan keadilan terhadap sesama. Pada saat itu, tidak ada penilaian dari ilmu pengetahuan
yang mereka miliki.

Para siswa disana juga tertib. Walaupun waktu terus bergulir, mereka tetap patuh akan budaya.
Sebagai contoh, sebelum masuk kelas, mereka melepas sepatu yang dikenakan dari rumah sampai ke
sekolah, menaruhnya di loker yang tersedia, dan memakai sepatu khusus untuk di dalam kelas. Mereka
juga memberi salam dan membungkuk kepada guru di depan sebelum pelajaran dimulai.

Mengenai kebersihan sekolah, mereka juga memperhatikannya. Sekolah-sekolah dari beberapa


negara seperti Indonesia pada umumnya memiliki petugas kebersihan masing-masing. Namun tidak pada
Jepang. Para siswa-lah yang bertanggung-jawab atas kebersihan sekolah tersebut dengan membagi
jadwal piket. Para guru dan semua pihak sekolah juga ikut turun tangan. Dengan begitu, akan
menumbuhkan kerja sama tim yang kompak dan juga hubungan baik sesama warga sekolah.Makanan
bergizi. Hal itu juga perlu diperhatikan. Karena dengan makanan bergizi, akan berpengaruh dengan
kecerdasan anak. Sangat jarang siswa di Jepang membeli makanan di luar. Kebanyakan dari mereka
membawa bekal dari rumah. Bahkan dibeberapa sekolah menyediakan menu makanan dengan standar
gizi yang baik.
(https://bukuonlinestore.com › sistem-pen)

Anda mungkin juga menyukai