Anda di halaman 1dari 12

Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

Jurnal Studi Kultural (2019) Volume IV No.2: 51-62

Jurnal Studi Kultural


https://journals.an1mage.net/index.php/ajsk

Laporan Riset

Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogoni ke Kosmologi


Hendar Putranto*
Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang Selatan, Banten

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel: Kesadaran manusia tentang asal-usul dirinya dan alam semesta yang melingkupinya
Dikirim 8 April 2019 sudah selalu berarti kisah transformasi cara pandang. Diawali kisah penciptaan dunia
(kosmogoni) yang di dalamnya manusia belum menjadi subjek penentu, bergeser ke ilmu
Direvisi 19 April 2019
tentang tatanan atau keteraturan semesta (kosmologi) yang di dalamnya manusia sudah
Diterima 20 Mei 2019 ikut ambil bagian sebagai subjek penentu dirinya.

Kata Kunci: Belajar mela lui kosmogoni dan kosmologi dari sejarah Yunani kuno prasokratik,
manusia sekarang dapat merefleksikan status ontologis singularitas dirinya maupun
Menyoal
pluralitas alam semesta (multiverse) dan relasi di antara keduanya. Dilema
Perubahan pengembaraan intelektual manusia untuk memahami diri dan alam semesta sudah selalu
Paradigma meletak dalam tegangan antara keterbatasan kultur, epos sejarah, dan ruangwaktu
mengada, di satu sisi, sekaligus upayanya untuk melampaui batas-batas yang ia ciptakan
Kosmogoni
atau yang mengondisikan dirinya, di sisi lain.
Kosmologi
Enigma dilematis ini tampaknya lebih tepat ditanggapi dengan nalar yang memuisi yang
menjangkau bukan hanya fakultas akal-budi untuk memahami (understand) namun juga
fakultas imajinasi untuk melampaui kedirian (self) dan pendirian (stand).

© 2019 Komunitas Studi Kultural Indonesia. An1mage. All rights reserved.

Pendahuluan Malamnya diadakan acara api unggun. Kami diajak


Terkadang muncul keheranan s a a t masa kecil dulu panitia senior untuk keluar dari tenda dan duduk
tentang asal-usul dan tujuan keberadaan benda- mengelilingi api unggun sambil menatap langit luas
benda langit (heavenly bodies) masih menggantung nan gelap tanpa sedikit pun jejak awan. Sebagai anak-
sebagai pertanyaan yang belum tuntas terjawab anak kota yang terlahir dalam kepungan bata, beton
hingga masa dewasa menjelang, mungkin bagi dan aspal, di situlah baru penulis mengagumi aneka
sebagian lagi, hingga gerbang lansia terhampar di gugus bintang yang hadir seolah-olah hendak
pelupuk mata. menampakkan keagungan semesta.

Masih teringat pengalaman pribadi ketika saya dan Meski hening mengalun tanpa tara, hanya ditingkah
teman-teman SMA yang tergabung dalam peletik bongkah-bongkah kayu yang terbakar, kami
RECIPALA (Regina Pacis Pencinta Alam) sedang merenda kekaguman pada permadani keagungan
hiking di bawah siraman bintang di kawasan Curug yang tersibak. Penulis terpukau beberapa saat,
Gede, Bogor, sekitar tahun 1996. meresapi magic moment tersebut. Setingkah, ada adik
kelas yang bertanya memecah keheningan, “Kak,
∗ Peneliti koresponden: Alumnus STF Driyarkara Program Magister 2008;
Dosen tetap Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas Multimedia apakah Kakak tahu apa yang melatari semua
Nusantara; Kordinator Mata Kuliah Critical and Creative Thinking
(2016-2018), Filsafat dan Etika Komunikasi (2016-2019). email:
hendarputranto@gmail.com

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 51


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

keindahan ini? Kira-kira apa yang menjadi hakikat ontologis singularitas dirinya maupun pluralitas alam
dari ini semua? Bagaimana ini semua bisa terjadi? semesta (multiverse) serta relasi di antara keduanya.
Dari manakah asalnya bintang-bintang, matahari,
bulan, dan keseluruhan alam semesta ini? Aku Ketiga, dilema pengembaraan intelektual manusia
sungguh ingin mengetahuinya.” untuk memahami dirinya dan alam semesta sudah
selalu meletak dalam tegangan antara keterbatasan
Kami semua kaget dengan rentetan pertanyaannya. kultur, epos sejarah, dan ruangwaktu mengada, di
Bagi kami, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adik satu sisi, sekaligus upayanya untuk melampaui batas-
kelas itu sangat mendalam. Pertanyaan-pertanyaan batas yang ia ciptakan atau yang mengondisikan
yang, untuk menjawabnya, butuh wawasan yang dirinya, di sisi lain.
memadai supaya tidak jatuh jadi candaan dangkal
atau justru peragaan kekuasaan senior kepada junior. Terakhir, enigma dilematis ini tampaknya lebih tepat
ditanggapi dengan nalar yang memuisi yang
Saat itu, tidak ada satu pun yang hadir yang dapat menjangkau bukan hanya fakultas akal-budi untuk
menjawabnya secara memuaskan. Kami sama-sama memahami (understand) namun juga fakultas
menduga, bahwa pertanyaan yang terlontar dari mulut imajinasi untuk melampaui kedirian (self) dan
adik kelas kami itu bukan eksklusif pertanyaannya pendirian (stand).
sendiri.

Dari Kosmogoni ke Kosmologi


Namun, pertanyaan semua orang yang selalu mencari
Gugus pertanyaan yang sudah disinggung di bagian
tahu rahasia keagungan alam semesta ini. Pertanyaan
pengantar merupakan bagian sentral dari dua aras
yang merupakan bagian dari upaya manusia sepanjang
mendasar manusia untuk berkosmologi, yaitu pertama,
masa untuk memahami dunianya dan tempat dirinya di
aras keingintahuan (curiosity), dahaga intelektual
dalam dunia itu. (Munitz, 1986: 5-6) [1].
murni yang butuh dipuaskan dan berkelindan dengan
perasaan kagum, takjub (sense of wonder) yang pada
Untuk menjawab gugus pertanyaan tersebut, artikel ini
umumnya pernah dialami dalam satu atau beberapa
akan dibagi menjadi empat bagian yang saling terkait.
momen kehidupan seseorang.
Pertama, penulis akan menunjukkan bahwa
perubahan paradigma manusia untuk memahami alam
Kedua, aras motif yang mendasari kebutuhan manusia
semesta dimulai dari kisah penciptaan dunia
untuk menempatkan hidupnya dan hidup umat manusia
(kosmogoni), yang di dalamnya manusia belum
pada umumnya dalam tatanan semesta. Pada dasarnya,
menjadi subjek penentu, menuju ilmu tentang tatanan
manusia ingin tahu “tempat”-nya dalam dunia yang
atau keteraturan semesta (kosmologi), yang di
begitu luas ini, di manakah letak dan kecocokan
dalamnya manusia sudah ikut ambil bagian sebagai
saya berada di antara sekian banyak gugus benda-
subjek penentu dirinya.
benda, yang di antaranya adalah benda-benda langit
(heavenly bodies)?
Kedua, dengan mempelajari kosmogoni dan
kosmologi dari sejarah Yunani kuno prasokratik,
Jika dibahasakan kembali pertanyaan adik kelas di atas,
manusia sekarang dapat merefleksikan status
maka dapat jadi seperti ini, “Kekuatan apa, daya-daya
dan penyebab-penyebab apa yang membawa kita

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 52


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

sampai pada eksistensi manusia yang sekarang ini Setiap epos kosmogoni yang dikenal dalam budaya-
dan yang menopang hidupnya? budaya purba, Yunani kuno salah satunya, manusia
dapat mendengar cerita turun-temurun dari nenek
Apa yang semestinya menjadi tujuan-tujuan, nilai-nilai moyangnya bagaimana sampai dunia ini eksis.
dari hidup kita ini? Apakah kita merupakan bagian
dari desain agung yang dirancang jauh sebelum ada Kisah penciptaan itu dalam benak orang Yunani
kita?” Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin lucu, kuno (prasokratik) merupakan upaya mereka untuk
bahkan aneh, kalau hanya dibaca atau didengarkan menjelaskan dan memahami aneka gejala dan
sambil lalu. perubahan-perubahannya sejauh dapat ditangkap
kelima indera, dan sekaligus untuk menjangkarkan
Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan semacam itu rasa aman ontologis (keberadaan) di tengah aneka
justru menyeruak keluar dari lubuk kesadaran perubahan itu.
manusia tatkala ia larut dalam keheningan dan
dirinya terpapar keagungan semesta yang begitu Contoh fenomena alam yang dapat dipelajari
dahsyat. diambil dari pemahaman tradisional Yunani yang
disebut mitologi Yunani. Menurut mitologi Yunani,
Pertanyaan-pertanyaan mendalam ini tidak mudah “kilat” dimengerti sebagai buatan Dewa Zeus, dewa
diringkus begitu saja oleh jawaban-jawaban cetek tertinggi dalam hirarki dewa-dewi da r i Yunani,
seperti, “Oh … itukan sudah dari sananya. Dunia ini sekaligus penguasa langit, pengumpul awan, dewa
ciptaan Tuhan, mau apa lagi? cuaca yang amat berkuasa.

Kita tinggal menjalaninya saja toh? Gitu saja kok Untuk menggolkan keinginannya, jika ia tidak suka
repot-repot.” Sebabnya, pertanyaan-pertanyaan atau ingin memberi hukuman, Zeus akan melontarkan
tersebut menggali dan menafsirkan kembali makna kilat pada targetnya.
iii
Masih ada lagi macam-macam
hidup dengan meletakkannya pada skala yang paling kisah yang bertutur tentang dewa-dewi Yunani
luas, menyeluruh, dan mendasar. yang mengatur dan memerintahkan terjadinya hujan,
ombak di laut, pergerakan benda-benda langit,
Upaya awal manusia untuk menyadari dirinya dan bahkan terciptanya dunia ini. Namun marilah kisah-
alam semesta yang melingkupinya [inilah pengertian kisah yang menarik itu disimpan terlebih dulu untuk
kosmologi yang paling mendasar yang berasal dari sementara.
bahasa Yunani κοσμολογία yang terbentuk dari dua
kata yaitu κόσμος (cosmos) yang diterjemahkan Sebab penulis ingin mengajak para pembaca melihat
sebagai tatanan/keteraturan dan λογια (logos) yang bahwa ribuan tahun tradisi kisah penciptaan dunia
ii
diterjemahkan sebagai wacana atau ilmu] bisa dilihat yang dianut dan dipercaya oleh orang-orang Yunani
dalam kisah penciptaan dunia (kosmogoni). kuno, pada suatu masa pun akhirnya mengalami
perubahan.
Kosmogoni biasanya dibingkai kerangka religious,
peristiwa yang berkaitan dengan campur tangan Apa yang berubah? Cara pandang menyangkut
yang ilahi atau dewa/dewi atau tuhan. hakikat diri dalam relasi dengan dunianya (alam

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 53


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

semesta) ini dapat dinamakan transformasi cara dari yang sebelumnya dilihat sebagai ketidakteraturan
pandang dari kosmogoni menjadi kosmologi. (chaos), acak dan tidak bisa dimengerti atau dijangkau
oleh pemikiran manusia karena melulu dibentuk dan
Mengapa kosmogoni menjadi kosmologi? Tidakkah diatur berdasarkan kehendak dewata yang suka-suka
manusia puas dengan penjelasan kisah penciptaan (volational). iv
dunia yang didasarkan pada kehendak dewa semata
yang dibingkai dalam kerangka keyakinan religius Jika alam semesta sebagai chaos dijelaskan dan
dan sabda ilahi yang mensyaratkan kepatuhan dan dimengerti lewat mitos, maka alam semesta sebagai
ritual pemujaan untuk melanggengkannya? cosmos dimengerti lewat logos sebab mitos semata
dianggap tidak lagi memadai sebagai wadah prinsip
Mengapa perlu ada perubahan jika objek-objek lama dasar yang melandasi struktur dan perilaku benda-
yang digambarkan toh tidak berubah rupa? Matahari benda alam.
tetap tampak bulat, bersinar terang, dan panasnya
menghangati tubuh manusia. Adapun peralihan cara pandang ini juga memunculkan
baik problem metodologis, maupun problem ontologis
Bintang-bintang tetap bersinar berkelap-kelip, sesekali atau epistemologis. Kosmologi menyelidiki alam
ada yang jatuh, tapi toh semuanya tampak jauh di semesta sejauh mengkosmos, artinya segala macam
mata, tak tergapai oleh panca indera selain mata? dunia yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
Kalaupun ada perubahan, perubahan apa yang atau melalui ilmu pengetahuan, (yang) ditempatkan
dimaksud? Manusianyakah yang berubah? Cara pada lingkup yang mendasar sekaligus menyeluruh.
pemahamannyakah yang berubah? “Kebenaran”-
nyakah yang berubah? Kosmologi mempelajari kosmos dan manusia
sebagai objek dan sekaligus manusia bertanya
Kira-kira pada tahun 600-400 SM (periode yang bagaimana pemahaman mengenai kosmos itu menjadi
disebut sebagai periode prasokratik dalam periodisasi mungkin. Mengingat cikal-bakal munculnya dan tanah
sejarah dan peradaban Yunani), pendekatan studi embrio dari disiplin ilmu kosmologi ini (yaitu Yunani
gejala-gejala (fenomena) alam di Yunani mengalami kuno), maka marilah sejenak menengok apa
perubahan. (Hetherington, 1993: 53-66) [2]. sumbangan yang khas dari sejumlah pemikir Yunani
yang penulis sebut di bawah ini dalam
Perubahan pertama adalah metode yang digunakan menyingkapkan rahasia hakikat “Alam dan
untuk mendekati persoalan menjadi pengamatan keteraturannya” (kosmos).
(observasi), dan bukan melulu berdasarkan kisah-
kisah kerakyatan-serta-bermuatan-religius yang ada Secara ringkas namun argumentatif, Munitz
dan turun-temurun diwariskan. berpandangan bahwa transformasi pandangan manusia
zaman klasik menuju kosmologi modern pertama-
Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa tama dipicu oleh kemajuan pemikiran filosofis dan
kepengamatan, dan bukan bahasa puitis atau sastrawi ilmiah [1].
dengan jargon-jargon religius. Selain itu, yang kedua,
kosmos dilihat sebagai suatu tatanan yang utuh dan Pendekatan kosmogoni klasik untuk menjelaskan asal-
rasional yang bisa dimengerti oleh akal budi manusia, usul dan keteraturan (tatanan) benda-benda langit

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 54


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

pelan-pelan memudar digantikan oleh penjelasan oleh penjelasan yang lebih canggih dan ilmiah dari
kosmologis yang lebih akurat yang mengacu pada para pemikir berikutnya.
temuan-temuan astronomi dan teori fisika. (Munitz,
1951: 233) [1]. Yang menjadi pokok tema dalam kosmologi
Anaximander adalah konsepnya tentang Yang-tak-
Bertepi (απειρον/apeiron atau the Boundless).
Kosmologi Yunani Prasokratik menurut
v Menurutnya, απειρον adalah prinsip dan unsur dari
Anaximander, Heraklitus dan Parmenides
semua benda yang eksis.
Para filsuf Yunani prasokratik terobsesi untuk
menemukan prinsip dasar alam yang dianggap bisa Prinsip ini bukan anasir alam seperti air atau unsur-
menjelaskan semua asal-usul gejala dan benda yang unsur lain, di mana pemikir sebelumnya, Thales,
ada di dunia ini. berpandangan bahwa ada empat prinsip dari semua
benda yang eksis yaitu air, api, udara, tanah. Prinsip
Simbol-simbol yang mereka gunakan diambil dari Anaximander menggunakan istilah sesuatu Yang-tak-
objek-objek fisik sejauh dapat diindrai. Dalam diri Bertepi, yang daripadanya surga muncul dan
Anaximanderlah pertama kali manusia (sejauh bersamaan dengannya, kosmoi. Lewat Anaximander-
perkembangan ilmu Kosmologi ini berawal mula) lah kata kosmos–tatanan (a well-ordered arrangement)
menyatakan bahwa tata alam semesta adalah suatu -diperkenalkan untuk mewakili dunia sebagai
keteraturan/tatanan, suatu dunia yang bekerja keseluruhan.
berdasarkan hukum-hukum alam yang ditemukan oleh
manusia. Singkatnya: kosmos. Misalnya, untuk Lebih jauh lagi, dunia sebagaimana dipahami
menandingi model “kilat buatan D ewa Zeus” seperti Anaximander adalah dunia yang terbatas secara
penulis tulis sebelumnya, spasial maupun temporal. Misalnya, Anaximander
menggagas pergantian musim, fase-fase bulan,
Anaximander menawarkan penjelasan tentang kilat siang-dan-malam, sebagai periode siklis yang saling
sebagai berikut: “Menyangkut, kilat, petir, geludug, menyeimbangkan di antara daya-daya a lam, yaitu
badai, angin puting-beliung: Semuanya ini panas dan dingin, kering dan basah, terang dan gelap.
muncul/berasal dari angin.

Cara berpikir yang mempertentangkan, dengan model


Sebab, jika angin ditutup (diimpit) oleh awan yang dua sisi yang berlawanan dan saling mengekspansi ke
tebal dan meledak secara tiba-tiba dengan dahsyat wilayah lawan untuk kemudian kembali lagi
karena keringanan dan kehalusan dari bagian- (gilirannya diekspansi oleh lawannya), adalah cara
bagiannya, kemudian gerak merobek dari awan inilah pandang Anaximander yang khas untuk mengatakan
yang memproduksi suaranya (yaitu geludug), harmoni atau keseimbangan alam yang terbarukan
letupannya memproduksi kilat, kontras dengan dan bersifat periodis (dalam kurun waktu tertentu).
gelapnya awan.”

Selain itu, konsep dunia yang jamak (kosmoi) yang


Namun, bukan penjelasan tentang kilat inilah yang lahir dari prinsip απειρον juga pantas d i perhatikan.
merupakan kontribusi pokok dari Anaximander untuk Menurut beberapa pemikir Yunani prasokratik,
kemajuan kosmologi, sebab penjelasannya tentang pluralitas dunia ini mengikuti pola sekuensial, artinya
gejala alam seperti kilat dengan cepat tergantikan

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 55


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

satu sesudah yang lain. Suatu kosmos baru yang lahir Logos bagi Heraklitus mempunyai dua arti yang
menggantikan kosmos lainnya yang mati. berbeda namun saling terkait. Yang pertama, logos
berarti bahasa atau tutur-kata. Ia menghargai logos
Pemikir yang lain menganggap pluralitas ini tidak atas kebenaran yang diungkapkannya (mengatakan
hanya sekuensial tapi juga memungkinkan adanya ko- bagaiamana benda-benda itu ada) dan
eksistensi dari sejumlah dunia yang terbatas. Jika kebijaksanaannya.
memang Anaximander benar termasuk salah satu dari
penggagas dunia atau kosmos yang plural ini maka ia Dalam arti yang kedua, logos dimengerti sebagai
termasuk pemikir besar yang mencikal-bakali lahirnya sesuatu yang independen dan objektif, lepas dari
konsep yang kita sebut (dengan istilah kosmologi apakah manusia menuturkannya atau tidak. Logos
vi
dalam arti kedua ini ini adalah “struktur dunia yang
sekarang) multiverse (bukan hanya universe) .
rasional dan dapat dimengerti” (the rationally
intelligible structure of the world).
Selain itu, prinsip απειρον sebagai “sumber yang tak
terbatas, yang tak hancur yang daripadanya daya-
vii Dengan demikian, pemikiran Heraklitus tentang logos
daya di kosmos berasal” mempunyai resonansi
bisa diungkapkan kembali sebagai berikut: jika
dengan pencarian fisika partikel untuk memahami
dipakai secara penuh dan benar, m a k a akal budi
asal-usul alam semesta dengan teori Big Bang.
manusia mengatakan sesuatu sebagaimana adanya
mereka.
Tapi tentu di sini kita bisa paling tidak bertanya
secara kritis: apakah pencarian kosmologi yang
Di satu sisi, logos adalah suatu pembeda rasional,
sekarang ini (tentang asal-usul alam semesta) harus
memberikan keterangan atau penjelasan tentang segala
kembali lagi pada sebuah sumber atau prinsip asli yang
sesuatu secara benar dan bijak. Di satu sisi, apa yang
tak dapat ditentukan (semacam apeiron dari
dijelaskan itu sendiri bukanlah ucapan (logos arti
Anaximander) untuk menjelaskan lahirnya kosmos
pertama), melainkan struktur dunia yang inheren,
yang terstruktur.
objektif, dan dapat dipahami. Inilah logos dari
benda-benda itu sendiri.
Setelah Anaximander, seorang pemikir lain bernama
Heraklitus (pemikir Yunani kuno yang hidup di awal
Ketika dua logos ini bertemu, terjadilah persatuan,
abad kelima SM, di pesisir Asia Kecil, sekarang
persatuan antara bahasa dengan subjek yang
wilayah negara Turki) mengajak untuk mendengarkan
dibahasakan. Namun apa isi dari logos itu sendiri?
logos, dengan demikian pembaca mempunyai visi
kosmis yang akan menyelamatkan manusia dari
Pertama-tama menurut Heraklitus bukanlah isi logos
kesempitan cara pandang dan keterkungkungan
itu sendiri yang teramat penting, tapi upaya
mengada.
menemukan logos bagi tiap-tiap oranglah yang
merupakan hal tersulit dan menuntut upaya yang keras.
Meskipun cara bertuturnya agak membingungkan
Pengetahuan diri yang benar (true self-knowledge)
dan kurang jelas, namun dengan gamblang ia
mensyaratkan kita untuk melihat relasi antara diri
menggarisbawahi logos sebagai prinsip pemersatu
dengan logos dunia.
hidup kosmos dan manusia.

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 56


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

Melangkah lebih jauh lagi, Heraklitus memainkan menekankan segi perubahan dalam kosmos. Perubahan
peranan sebagai pelihat, nabi, jurubicara bagi logos, inilah yang menjadi logos paling dasar dari kosmos.
yang memang tidak mudah ditemukan begitu saja Bahwa segala sesuatu berubah oleh Heraklitus
melainkan harus diungkit dan ditafsir. Berikut disimbolkan dengan api. Baginya, api mempunyai
penggalan ucapannya tentang logos: makna simbolis yaitu tanda yang kuat bagi karakter
perubahan dari semua gejala alam.
“Adalah bijak untuk mendengarkan bukan aku
namun logos, untuk setuju <dan berkata> bahwa
Dengan demikian, logos, perubahan dan api adalah
segala sesuatunya adalah satu. Tatanan (kosmos),
yang sama bagi semua, bukan manusia atau dewa tiga karakter yang menonjol yang disampaikan oleh
yang menciptakan, namun kosmos sudah ada sejak
Heraklitus untuk memahami gejala-gejala alam
dulu, sekarang dan akan selalu begitu: api yang
terus berkobar, menyala dalam ukuran-ukuran sekaligus substansi paling dasar dari tatanan semesta
tertentu dan mati dalam ukuran-ukuran yang lain.
ini.
Segala sesuatu adalah prasyarat bagi adanya api,
dan api bagi segala sesuatu, seperti benda-benda
untuk emas, dan emas untuk benda-benda …”
Maka, bagi Heraklitus penyangkalan atas adanya batas,
baik itu batas pada jiwa manusia maupun batas pada
“... ketika orang melangkah ke dalam sungai yang
struktur kosmik, sudah selalu melibatkan adanya
sama, masih ada sungai dan sungai yang lain
mengalir. Nama dari busur adalah kehidupan; kedekatan (allusion) dengan prinsip tertinggi dalam
kerjanya adalah kematian. Tiap orang harus
struktur kosmos yang disebutnya sebagai logos. (Kahn,
menyadari bahwa perang itu dibagikan dan konflik
adalah keadilan, dan bahwa segala sesuatu akan 1979: 128) [3].
terjadi sesuai dengan konflik. Perang adalah bapak
segala sesuatu dan raja semuanya; dan beberapa ia
tunjukkan sebagai dewa, yang lain manusia; Jika dalam Anaximander ditemukan απειρον sebagai
beberapa ia buat sebagai tawanan/budak, yang lain
prinsip alam semesta dan dalam diri Heraklitus kita
orang bebas …”
menemukan logos, perubahan dan api, dalam diri
Parmenides kita akan menemukan prinsip-prinsip dan
“... maut adalah semua hal yang kita lihat saat
terjaga; dan tidur adalah semua yang kita lihat saat distingsi-distingsi antara ada dan tiada yang amat
terlelap. Yang baka adalah fana, fana adalah baka, penting dalam penelusuran konsep kosmologis awali.
hidup dalam kematian orang lain dan mati dalam
kehidupan orang lain. Yang sama …: hidup dan
mati, terjaga dan tidur, muda dan tua. Sebab jika ini
berubah ya menjadi seperti itu, dan itu berubah Karyanya yang termasyhur, Poem, dibagi dalam dua
kembali menjadi ini. Jalan naik dan turun adalah satu
bagian pokok. Bagian pertama menjelaskan jalan
dan sama.”viii
kebenaran dan di dalamnya terkandung pandangan
pokoknya tentang hakikat pengada.
Bagaimana membaca paragraf yang penuh paradoks
ini? Bagi Heraklitus, seperti juga Anaximander,
Sementara bagian kedua, disebut Doxa, adalah jalan
kosmos adalah suatu tatanan, yang terbentang dalam
pendapat, yang berisi beberapa komentar singkat
ruang dan waktu, terdiri dari daya-daya alamiah, dan
tentang kosmogoni. Parmenides termasuk pemikir
kualitas-kualitas yang terlibat dalam interaksi tanpa
pertama dalam sejarah filsafat Barat yang
henti. Interaksi ini mengambil bentuk “agresi” dan
menyibukkan dirinya dengan menggeluti pertanyaan
“lawan-agresi”.
seputar “ontologi” (atau menggunakan istilah lain
yaitu ‘mengada’, ‘realitas’ atau ‘eksistensi’).
Dunia adalah gambaran dari perang yang tak
berkesudahan. Heraklitus tidak jemu-jemunya

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 57


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

Menurutnya, studi tentang mengada bersifat mendasar kesimpulan bahwa Eon yang dimaksud olehnya
karena dari sinilah kosmologi dan pertanyaan- menjadi indikasi adanya eksistensi kosmos yang terberi
pertanyaan lain seputar alam mendapatkan (tidak diasalkan dari apa pun juga).
pondasinya yang kokoh.
Fakta bahwa kosmos ada, lepas dari segala atribut
Jalan pertama untuk memahami ontologi Parmenides spasial-temporal-fisikal yang melekat padanya, adalah
adalah mengerti yang disebutnya sebagai esti jalan untuk menuju kesadaran akan adanya mengada
(bahasa Yunani, dalam bahasa Inggrisnya: is, (being), dan kosmos sebagaimana ada adalah semesta
Indonesia: adalah/ada). Ada tiga cara untuk yang melampaui analisis atau pembatasan akal budi
memahami esti, yaitu: (1) penggunaan kita atasnya (intelligible universe). Mungkin eon bisa
kopulatif/predikasional; (2) penggunaan eksistensial, dipadankan dengan unknowable universe dalam bahasa
dan (3) penggunaan veridikal. kosmologi sekarang.

Bagi Parmenides, penggunaan eksistensial dari esti-lah Dari segelintir penjelasan mengenai hakikat
yang paling fundamental, jika orang mau mencari (substansi) alam sebagaimana diikhtiarkan oleh ketiga
pengetahuan, atau apa pun juga, demikian pemikir Yunani prasokratik di atas, kiranya bisa
Parmenides menegaskan, apa yang dicari itu haruslah kusimpulkan bahwa alam digagas sebagai suatu sistem
ada (exist or have being). komprehensif yang disusun berdasarkan hukum-
hukum tertentu.
Jika ‘ini’ tidak ada, maka penggunaan predikasional
pun tidak akan bisa bekerja, apalagi pernyataan benar Kekuatan magis dari dewa-dewi tidak lagi diikutkan
salahnya sesuatu (veridikal). Dari analisis tentang esti dalam penjelasan tentang gejala alam dan
ini, Parmenides berlanjut ke analisis tentang eon dihilangkannya (mungkin lebih tepat: dibatasinya)
(being / mengada). hal-hal adialamiah (supernatural) bisa dianggap
sebagai penanda peralihan dari agama ke filsafat.
Menurutnya, eon adalah kata benda yang berasal dari
kata yang sama dengan esti, namun ia melandasi segala Betapa pun tampak rasional, para filsuf prasokratik
sesuatunya. Eon adalah pengada dari para pengada atau masih berputar-putar dalam spekulasi, sebab mereka
Realitas Ultim. tidak diperlengkapi dengan metodologi dan
percobaan yang dibutuhkan untuk maju selangkah
Tanpa berpanjang lebar mengikuti argumen dari pernyataan- pernyataan dogmatis tentang alam
Parmenides, cukuplah dikatakan bahwa Eon ini menuju penjelasan yang bisa diuji kembali dan
bersifat ‘tidak terbagi-bagi, sederhana, tidak bergerak diverifikasi. (Hetherington, 1993: 65) [2].
atau dapat digerakkan, komplit, unik, tidak lagi bisa
dianalisis lebih jauh, tidak bisa ditambahkan atau Dilema Kembara Intelektual Manusia Memahami
dikurangi, dan tidak terbatas ruang dan waktu.’ Eon Diri dan Alam Semesta
melampaui itu semua. Telaah deskriptif tentang transformasi cara pandang
manusia dari kosmogoni menuju kosmologi dan
Jika pemikiran Parmenides ini ditafsirkan dalam refleksi kritis tentang prinsip-prinsip kosmologi
kerangka kosmologi awal, maka dapat ditarik (klasik) dengan belajar dari pemikiran tiga tokoh

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 58


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

pemikir kosmologi era Yunani kuno merupakan intelektual manusia dalam keterbatasan kultur, epos
pokok persoalan yang mau disampaikan penulis dalam sejarah, ruangwaktu mengada, namun yang sekaligus
artikel ini. terus berupaya melampaui batas-batas yang tercipta
atau yang mengondisikan dirinya”.
Mengingat keterbatasan ruang eksplorasi, refleksi
Parnovsky & Parnowski (2018: 1) mengatakan bahwa
kosmologis tersebut tidak penulis lanjutkan dengan
kosmologi modern---ilmu tentang struktur dan evolusi
merentangkannya ke era Plato dan Aristoteles, lalu
Alam Semesta dalam keseluruhannya, baik masa lalu
Ptolomeus dengan Almagest-nya hingga jauh
maupun masa depannya--- merupakan ilmu yang
melompat beberapa abad berikutnya, yaitu abad ke-16
masih teramat muda. Tahun 2017 lalu, ilmu ini
s/d 18 (abad modern).
baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-seratus
(centennial) [4].
Pada abad Modern, refleksi kosmologis dengan
munculnya nama-nama besar penemu sekaligus
Dianggap “baru” berumur 100 tahun pertama-tama
peletak dasar pondasi astro-fisika seperti Isaac Newton,
karena ilmu ini disepakati lahir berkat publikasi
J. Keppler, Galileo-Galilei dan Copernicus sampai
makalah berjudul “Cosmological Considerations on the
dengan penemuan-penemuan astrono-fisika abad ke-
General Theory of Relativity,” karya pemikir genius
21 yang diusung oleh penemuan dan formulasi dari
Albert Einstein.
Einstein, LeMaitre, Hubble sampai dengan Heisenberg,
Weinberg, Hawking, Carter, Neil deGrasse Tyson,
Pada makalah itulah untuk pertama kalinya hukum-
dan sejumlah ilmuwan astro-fisika lainnya.
hukum fisika yang sudah ada diterapkan ke seluruh
bagian Alam Semesta. Dalam perkembangan umur
Seperti diingatkan seorang ahli kosmologi kontemporer,
ilmu kosmologi modern yang masih teramat muda
George F. R. Ellis dalam Philosophical aspects of
tersebut, topik pembahasannya semakin mengurangi
modern cosmology (2014) “Jika Anda berharap agar
kadar kosmologi spekulatif pada abad-abad
kosmologi punya dampak yang lebih dalam terhadap
sebelumnya, dan lebih menguatkan aspek atau sudut
cara pandang kita tentang diri dalam dunia, maka
pandang astro-fisika.
Anda harus masuk ke wilayah yang berbeda sekali
daripada yang selama ini digambarkan para ilmuwan
Sekurang-kurangnya, pokok-pokok yang dipelajari
dengan hitung- hitungan fisika nan canggih ...”
ilmu kosmologi modern dapat dicerna dalam buku
“HOW THE UNIVERSE WORKS: Introduction to
“... Anda perlu melihat hubungan antara kosmologi
Modern Cosmology” (2018), yang memuat unsur-
dengan sejumlah pertanyaan besar yang jawabannya
unsur seperti:
masih terus diperdebatkan sampai sekarang seperti
isu-isu terkait kompleksitas, makna, tindakan
1 ) hukum-hukum Alam Semesta yang di antaranya
bertujuan dan penyebab akhir.”
mencakup prinsip-prinsip Teori Relativitas
Umum,
Bagaimanapun upaya manusia untuk memahami
2) alam Semesta yang Mengembang,
dirinya dan tempatnya dalam alam semesta bukanlah
suatu pencarian yang mempunyai terminal akhir dan 3) asal-usul Alam Semesta yang diduga berasal dari
kata final, melainkan suatu pengembaraan Letusan Besar (the big bang), serta kajian

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 59


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

tentang pluralitas Alam Semesta (multiverse) dan Enigma Dilematis Memahami Kosmologi (Modern)
Prinsip Entropik (the anthropic principle), Refleksi sistematis tentang transformasi perubahan
cara pandang tentang diri dan alam semesta di atas
4) materi tak dikenal/gelap (dark matter) dan bukti-
tampaknya memiliki keterbatasan laten bukan hanya
bukti keberadaannya,
pada dimensi pengetahuan sejauh objeknya teramati
5) energi tak dikenal/gelap (dark energy) dan
oleh indera fisik kita dan terukur dengan unit
hubungannya dengan Materi Gelap, dan tentu
pengukuran dan rumus matematika yang ada (cara
saja,
kerja ilmu astro-fisika).
6) lubang hitam (black holes) dan benda-benda
langit eksotis lainnya seperti singularitas Namun juga pada dimensi bahasa manusiawi yang
telanjang (Naked Singularities) serta fenomena digunakan untuk mengungkapkan ketakterbatasan
“lubang cacing” (wormholes). (infinity) Alam Semesta itu sendiri.

Tentu saja disadari bahwa kultur yang berbeda Karena keterbatasan-keterbatasan itulah, akan lebih
akan menghasilkan pola-pola kosmologi yang tepat jika problem yang dimunculkan oleh kosmologi
berbeda. ditanggapi dan dilengkapi dengan fakultas ‘nalar
yang memuisi’ (poetic reasoning) yang menjangkau
Sekarang model Kosmologi Barat (yang merupakan bukan hanya fakultas akal-budi untuk memahami
pewaris langsung dari model kosmologi yang (understand) namun juga fakultas imajinasi untuk
dikembangkan orang-orang Yunani kurang lebih 2 melampaui kedirian (self) dan pendirian (stand).
milenia yang lalu) tampak jaya k arena kecanggihan Mengapa imajinasi juga digunakan?
alat-alat pengamatannya, bahasa matematika yang
disepakati penggunaannya, hukum-hukum alam Karena, untuk menjangkau uncharted territory
yang tak lapuk oleh karat dan hujan waktu untuk dalam relung pemahaman tentang Yang-Tidak-
membuktikan kesahihan teori-teorinya, dan tingkat Bertepi, kita butuh fakultas yang dapat melampaui
koherensi antarsistem yang dibangunnya tinggi. keterbatasan sintaksis-semantik-gramatik berbagai
bahasa manusia yang sudah ada dan sudah
Banyak orang yang mungkin tepekur sejenak dan dibakukan.
bertanya: lalu, masihkah ada ruang tersisa untuk
kekaguman akan keagungan semesta dengan Fakultas imajinasi tersebut kurang lebih berikhtiar
menggunakan narasi alternatif selain model untuk menemukan satu ‘peta kesadaran akan dunia
Kosmologi Barat? baru’, relung semesta yang tidak hanya terbatas
spasial-temporal namun lebih dari itu, suatu semesta
Jika ada, bagaimana cara membahasakannya? Untuk kesadaran diri yang lebih tinggi. Eon, aperion, the
menjawab pertanyaan ini, penulis bertolak ke bagian Universe membutuhkan bahasa baru bernama
akhir dari artikel yang berupa sketsa sederhana untuk imajinasi dalam dunia tak bertepi yang dalam
memantik kajian penelitian dan refleksi kosmologis arungnya kembara jiwa seolah enggan berhenti.
berikutnya.
Derek Walcott, pemenang Nobel Sastra tahun 1992,
dengan sangat indah melukiskan, lewat puisinya,

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 60


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

orientasi fakultas imajinasi tersebut agar dapat Catatan Akhir


membaca “peta dunia baru” dan sampai pada i. Alumnus STF Driyarkara Program Magister 2008; Dosen
tetap Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas
‘semesta’ (dengan huruf ‘s’ kecil) kesadaran diri- Multimedia Nusantara; Kordinator Mata Kuliah Critical
yang-meletak-dalam-Alam- Semesta. Berikut puisi and Creative Thinking (2016-2018), Filsafat dan Etika
Komunikasi (2016-2019). Dapat dihubungi di surel
Walcott yang sekaligus menjadi penutup dari artikel ini. hendarputranto@gmail.com

ii. Lih. pengertian umum “cosmology” dalam


Di akhir kalimat ini, hujan akan turun. https://en.wikipedia.org/wiki/Cosmology [terakhir diakses
pada Selasa 18 Juni 2019 pukul 17.00 WIB]
Di tepi hujan, layar perahu.
iii. Munitz (1986: 22) memberi catatan sebagai berikut:
Perlahan-lahan perahu itu tak menampak pulau-pulau; “Betapapun secara dramatis maupun moral penjelasan
Akan lenyap ke dalam kabut semacam ini memuaskan, setiap upaya untuk menjelaskan
atau memprediksi terjadinya kilat, jika dipandu oleh cara
Keyakinan akan persinggahan bagi seluruh bangsa. berpikir seperti ini, tidak bisa disebut ilmiah. Penjelasan
macam ini tidak didasarkan pada penemuan sejumlah
Perang sepuluh tahun telah selesai. Rambut Helena, keteraturan yang mengikuti hukum tertentu menyangkut
awan kelabu. Troya, lubang abu putih fenomena alam, yang bekerja secara kausal dan lepas dari
tindak suka-suka sosok dewa.”
Di tepi laut yang gerimis.
iv. Salah satu pemikir Yunani bernama Lucretius, menurut A.
Gerimis menegang bagai senar-senar harpa. Seseorang N. Whitehead, mengungkapkannya sebagai “berkuasanya
dengan mata berawan memungut hujan dan memetik larik hukum-hukum alam atas intervensi suka-suka dari iblis &
dewa, yang dibujuk-rayu oleh tahayul.”(Whitehead, 1933:
ix 126-127).
pertama Odyssey.
v. Bagian ini meringkas pemikiran Munitz (1986: 20-46)
sambil memperhatikan sejumlah catatan pelengkap dari
Referensi Hetherington (1993: 53-66).
[1] Munitz, M. K. 1951. “One Universe or Many?”
Journal of the History of Ideas, Vol. 12(2), hlm. 231- vi. Menurut Munitz (1951: 231), the referent of the term "
255. universe," far from having a constant, univocal meaning
throughout such discussions, illustrates on the contrary
[2] Hetherington, N. S. (ed.). 1993. Cosmology: shifts of meaning to be understood historically only by
Historical, Literary, Philosophical, Religious, and reference to these theories (concrete cosmological
Scientific Perspectives. New York & London: Garland theories).
Publishing, Inc.
vii. Lih. Munitz (1986: 26). “The Boundless is … the unlimited,
[3] Kahn, C. H. 1979. The art and thought of Heraclitus: inexhaustible, permanent source from which the powers
An edition of the fragments with translation and that belong to the cosmos are derived.”
commentary. Cambridge, dll.: Cambridge University
Press.\ viii. Dikutip Munitz (1986: 32) dari Kahn (1979), bagian
XXXVI (It is wise, listening not to me but to the report, to
[4] Parnovsky, S. dan Parnowski, A. 2018. How the agree that all things are one), XXXVII (The ordering, the
Universe Works: Introduction to Modern Cosmology. same for all, no god nor man has made, but it ever was and
New Jersey, London, etc.: World Scientific is and will be: fire ever living, kindled in measures and in
Publishing Company Pte Limited. measures going out), XL (All things are requital for fire,
and fire for all things, as goods for gold and gold for
[5] ---. 1986. Cosmic Understanding: Philosophy and goods), L (As they step into the same rivers, other and still
Science of the Universe. Princeton, New Jersey: other waters flow upon them), LXXIX (The name of the
Princeton University Press. bow is life; its work is death), LXXXII (One must realize
that war is shared and Conflict is Justice, and that all
[6] Smeenk, C. dan Ellis, G. 2017. Philosophy of things come to pass (and are ordained?) in accordance
Cosmology. Diakses dari with conflict), LXXXIII (War is father of all and king of
https://plato.stanford.edu/archives/win2017/entries/cos all; and some he has shown as gods, others men; some he
mology/, edisi Musim Dingin 2017. has made slaves, others free), LXXXIX (Death is all
things we see awake; all we see asleep is sleep), XCII
[7] Whitehead, A. N. 1933. Adventures of Ideas: A (Immortals are mortal, mortals immortal, living the others'
Brilliant History of Mankind’s Great Thoughts. New death, dead in the others' life), XCIII (The same...: living
York: Mentor Book. and dead, and the waking and the sleeping, and young and
old. For these transposed are those, and those transposed
again are these), dan CIII (The way up and down is one
and the same).

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 61


Hendar Putranto Menyoal Perubahan Paradigma dari Kosmogonike Kosmologi

Derek Walcott (pemenang Nobel Sastra 1992), “Peta


Dunia Baru”, terjemahan Sapardi Djoko Damono, dimuat
dalam Antologi Puisi Nobel, Yogyakarta: BENTANG,
2001, hlm. 189. (these transposed are those, and those
transposed again are these), dan CIII (The way up and
down is one and the same).

ix. Derek Walcott (pemenang Nobel Sastra 1992), “Peta


Dunia Baru”, terjemahan Sapardi Djoko Damono, dimuat
dalam Antologi Puisi Nobel, Yogyakarta: BENTANG,
2001, hlm. 189.

Jurnal Studi Kultural Volume IV No. 2 Juli 2019 www.an1mage.org 62

Anda mungkin juga menyukai