Teknik Pengecoran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu proses
transformasi atau konveksi dari material atau bahan baku (baik logam maupun non logam)
menjadi suatu produk setengah jadi atau pun produk jadi yang lebih.
Proses pengecoran logam adalah proses menuangkan logam cair ke dalam cetakan
pola/mould yang akan menghasilkan produk coran setelah dingin dan mengeras di dalam
cetakan yang kemudian dilakukan pembongkaran cetakan. Untuk menghasilkan produk
coran yang berkualitas maka diperlukan teknik desain cetakan dan pemahaman sifat logam
pada fase cair serta praktek pengecoran. Aspek teknis mendasar yang perlu dipelajari
adalah solidifikasi logam, perpindahan panas logam ke dinding cetakan dan aliran logam
cair menuju rongga pola yang sekaligus faktor sangat berpengaruh terhadap kualitas
produk coran.
Proses pengecoran tidak hanya digunakan untuk bahan-bahan logam tetapi juga bisa
diterapkan pada bahan-bahan non-logam yakni, plastik, keramik dan kaca. Produk coran
banyak ditemukan pada komponen-komponen otomotif seperti blok silinder, piston, rumah
alternator, pulley, manifold gas buang, karburator, drum rem, silinder rem, rumah transmisi
dan lain-lain.
Dalam praktikum Proses Produksi l ini akan dibahas dan dibicarakan mengenai
pengecoran logam yang meliputi: cara pembuatan flas, pembuatan model, pengecoran,
pembongkaran cetakan, pengamatan cacat benda tuang.
TEORI DASAR
Pasir Silika
Pasir silika memberikan ketahanan panas dan permeabilitas pada pasir. Ukuran besar
butir pasir mempengaruhi sifat-sifat pasir seperti ketahanan panas, permeabilitas, plastisitas
kehalusan permukaan, kekuatan dan segalanya. Butir halus akan menata lebih rapat dengan
yang lain sehingga permeabilitasnya rendah. Tetapi butir halus menghasilkan kekuatan
lebih besar dan kecenderungan cetakan untuk berubah bentuk, serta memberi permukaan
yang halus. Butir pasir yang kasar memberikan permeabilitas yang tinggi, mampu alir yang
baik dan ketahanan panas yang maksimum. Biasanya cetakan pasir mempunyai ukuran
butir 0,1-1 mm.
Besar butir pasir dibedakan menjadi tiga, yaitu: halus, sedang dan kasar. Butir halus
biasanya digunakan untuk benda cor yang rumit. Sedangkan bila benda cor yang dibuat
berukuran besar, sebaiknya digunakan butiran pasir yang kasar sehingga pengeluaran gas-
gas yang timbul selama penuangan berlangsung dengan cepat.
1. Butir bulat terbentuk karena butir-butir itu saling bergesekan berulang-ulang akibat
adanya angin, gelombang atau aliran angin, sehingga menghasilkan bentuk bulat.
Bentuk ini dalam struktur pemadatan mempunyai singgungan yang kecil satu sama lain
sehingga permabilitasnya naik. (Tata Surdia, Kenji Chi Jiwa. Hal 111)
2. Butir bersudut sebagian terjadi karena angular grains saling bergerak dan bertumbukan
sehingga sudutnya pecah dan terbentuklah sub-angular grains. Permabilitas butiran ini
lebih rendah dibanding rounded grains tetapi, kekuatannya lebih baik.
3. Butir bersudut terbentuk karena dekomposisi batu-batuan tanpa adanya gerakan. Ini
berhubungan dengan musim dan aksi glacial. Butir ini mempunyai batas sudut-sudut,
permukaannya hampir datar. Butir ini masih memberi kekuatan yang lebih besar dan
permabilitasnya lebih kecil pada cetakan.
4. Butir berkristal dalam beberapa kasus butir ini saling berkaitan dan tidak memisah
ketika diayak. Butir ini mungkin salah satu atau kombinasi dari ketiga butir diatas. Butir
ini tidak baik karena cenderung pecah pada temperature tinggi.
Gambar 2.9 Pengaruh Kadar Air dan Kadar Lempung pada pasir diikat Lempung
Gambar 2.10 Pengaruh Kadar Air dan Bentonit pada pasir diikat Bentonit
Kadar air yang membuat kekuatan maksimum dan yang membuat permeabilitas
maksimum pada umumnya tidak sama. Gambar 2.10 menunjukkan antara kadar air,
kekuatan dan permeabilitas dari pasir dengan pengikat bentonit. Kalau kadar air
bertambah, kekuatan dan permeabilitas naik sampai titik maksimum dan menurun kalau
kadar air bertambah terus seperti ditunjukkan gambar 2.10. Untuk pasir dengan pengikat
bentonit, kadar air yang menyebabkan kekuatan basah maksimum dan yang menyebabkan
permeabilitas maksimum sangat berdekatan satu sama lain. (Tata surdia, Kenji Chi Jiwa.
hal 112)
1. Fire clay
Fire clay adalah lempung tahan panas, biasanya didapat dalam tabung batu bara.
Gumpalan-gumpalan hitam keras dijemur dan kemudian dilembutkan dan digunakan dalam
cetakan pasir. Partikel-partikelnya 400x partikel bentonit. Dalam prosentase yang sama,
fire clay memberi kekuatan yang lebih rendah pada cetakan.
2. Bentonit
Bentonit adalah lempung yang paling lazim digunakan karena memberikan pengikatan
yang sangat kuat pada cetakan. bentonit merupakan hasil dekomposisi akibat cuaca dari
debu vulkanik. Bentuknya berupa serbuk putih yang halus.
3. Illete
Illete merupakan dekomposisi dari material yang mengandung silika karena cuaca.
Ini didapat dalam pasir cetak alam. Partikel illete mempunyai ketebalan ± 20 milimicron
dan diameter ± 200 milimicron. Mempunyai penyusutan karena kehilangan air, memberi
kekuatan yang sedang dan temperatur pelunakan 13700C.
4. Koalinite
Koalinite adalah sisa-sisa pelapukan granit dan basalt. Ini mengandung kaolinite
60%, 30% dan quarsa 10%. Partikel ini mempunyai tebal 20 milimicron dan lebar antara
100 ÷ 250 milimicron dan mempunyai karakteristik :
a. Penyusutan karena kehilangan air rendah.
b. Pengembangan karena air sangat rendah.
c. Tidak membentuk gel.
Dalam proses pembentukan ikatan antara pengikat dengan pasir cetak, ada teori
yang menjelaskan :
a. Block and wedge theory
Block and wedge theory didasarkan pada gesekan antar partikel dibawah tekanan.
Partikel-partikel pasir atau pasir lempung bereaksi sebagai penghalang dan penghambat.
Saat dipadatkan, terjadi desakan berulang-ulang. Gesekan antar partikel ini menghasilkan
ikatan dan tahan terhadap deformasi lebih jauh
d. Kadar Air
Pengikat pada cetakan pasir tidak akan berfungsi sebelum ditambah air. Pada saat air
ini ditambahkan maka air akan menebus dan membentuk mikro-film melapisi permukaan
masing-masing. Molekul-molekul air yang membentuk mikro-film tidak dalam bentuk
cairan murni, tetapi dalam bentuk ikatan yang terbatas. Penambahan lebih banyak air, tebal
mikro-film meningkat sampai batas tertentu, bila terus ditambah maka air tetap berada
dalam bentuk cair. Tebal dari mikro-film ini berubah sesuai dengan mineral lempung.
Daya ikat lempung tergantung pada tebal maksimum dari mikro-film yang dapat
dipertahankan.
Ketika cetakan dipadatkan, butir pasir ditekan secara serentak. Pada masing-masing
butir pelapis lempung bereaksi, dengan demikian lempung mengunci butir pada posisi dan
berubah bentuk. Aksi pengikat ini sangat baik bila jumlah air yang ditambahkan hanya
sejumlah yang dikehendaki atau diperlukan membentuk mikro-film. Jika kadar air
berlebihan kekuatan cetakan akan menurun. Air yang diserap meningkat sifat pengikat dan
kekuatan basah, air bebas sebagai pelumas, meningkatkan mampu bentuk tetapi
menurunkan kekuatan cetakan. Jumlah air yang ditambahkan untuk memperoleh hasil yang
optimum ditentukan secara eksperimen.
2.10Sistem Saluran
Sistem saluran adalah jalan masuk logam cair menuju ke rongga cetakan. Untuk itu
sistem saluran harus memiliki sifat:
1. Logam mampu mengalir melalui sistem saluran dengan turbulensi dan aspirasi gas
seminimum mungkin untuk mencegah erosi pasir dan terperangkapnya gas
2. Rongga cetakan harus diisi secara penuh dalam waktu yang sesingkat mungkin
3. Gradien temperatur logam yang serendah mungkin serta memungkinkan terjadinya
directional solidfication ke arah riser
Untuk mencapai syarat-syarat di atas secara maksimal maka perlu mengontrol
penuangan, penggunaan peralatan untuk penuangan, temperatur tuang bahan dan
rancangan yang benar mengenai cawan tuang, sprue, runner dan gate.
1. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir. Logam cair yang pertama
masuk akan berkumpul disini bersama kotoran yang terbawa (Gambar 2.15).
2. Membuat kolam putaranpada saluran masuk seperti pada Gambar 2.16, logam cair
memasuki kolam secara tanetial dan berputar sehingga kotoran berkumpul ditengah
kolam.
3. Saluran turun bantu seperti ditunjukkan pada Gambar 2.17. Logam cair yang pertama
masuk bersama kotorannya akan tertampung di sini. Saluran turun bantu ini
ditempatkan di tengah-tengah pengalir.
4. Penyaring dipasang seperti Gambar 2.18 kotoran akan ditahan disini kalau logam cair
melalui inti penyaring atau piring saringan dengan lubang-lubang kecil, yang sebaiknya
terbuat dari keramik.
Gambar 2.15 Contoh perpanjangan pengalir Gambar 2.16 Saluran masuk putar
( perangkap kotoran)
4. Saluran Masuk
Saluran masuk dibuat dengan irisan yang lebih kecil daripada irisan pengalir,
agar dapat mencegah kotoran masuk kedalam rongga cetakan. Bentuk irisan saluran
masuk biasanya berupa bujur sangkar, trapesium, segi tiga atai setengah lingkaran
yang membesar kearah rongga cetakan untuk mencegah terkikisnya cetakan.
Kadang-kadang irisannya diperkecil di tengah dan di perbesar lagi ke arah rongga.
Pada pembongkaran saluran turun, irisan terkecil ini mudah diputuskan sehinggga
mencegak kerusakan pada coran.(Gambar 2.19)
Gambar 2.19 Bentuk saluran masuk
Gambar 2.21 Saluran turun macam ini harus direncanakan agar tidak menyebabkan
aliran turbulen pada logam
2. Lubang Jarum
a. Ciri-ciri khas
Logam cair dari paduan allumunium mudah teroksidasi. Oksida dalam logam cair
atau yang dihasilkan pada waktu penuangan terkumpul sebagai dros pada permukaan
kup atau di bagian dalam coran.
b. Sebab sebab
1. Oksida allumunium dihasilkan selama peleburan
2. Dros terbawa dalam coran atau terjadi dalam cetakan
3. Kadar air dalam cetakan
c. Cara-cara pencegahan
1. Perencanaan pengecoran yang dapat menyebabkan turbulensi pada aliran logam cair,
tidak boleh dilaksanakan
2. Pencegahan dengan menghilangkan kotoran harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya dros dalam logam cair (lihat Gambar 2.22).
3. Kadar air dalam cetakan arus serendah mungkin. Cetakan pasir kering adala lebih
baik.
Lain dengan cacat primary shrinkage, secondary shrinkage terjadi dibagian dalam
produk cor dan biasanya timbul pada tempat yang jauh dari riser (pengumpan). Cacat
shrinkage yang terjadi pada bagian dalam produk cor akan mengurangi tegangan produk
cor. Cacat ini teridentifikasi pada saat produk cor dilakukan proses pemesinan.