Anda di halaman 1dari 5

NUR STORY

mentions Cerita ini adalah cerita yang harus segera memberitahu temanya yang
pernah gw tulis, namun dari sudut pandang lain tentang observasi ini, karena ia tahu,
berbeda, kali ini, penulis sudah bahwa KKN program mereka, harus di
mendapatkan ijin dari yang punya cerita, selesaikan bersama-sama. janji, sebagai
sehingga penulis bisa mengeksplore semua sahabat yang harus lulus bersama-sama.
teka-teki yang sebelumnya tidak terjawab di
versi lain cerita ini. "Wid, nang ndi?"
(Wid, dimana?)
dari sini, cerita dimulai
mentions masih sama seperti yang dulu, "nang omah Nur, yo opo, wes oleh nggon
untuk peraturan kita, lokasi, kampus, KKN'e" (di rumah Nur, gimana, sudah dapat
fakultas semua di rahasiakan. tempat KKN'nya)

untuk kalian yang sudah menebak atau "engkok bengi Wid aku budal karo Ayu,
tahu dimana latar lokasi cerita ini dimohon doaken yo" (nanti malam Wid, aku
untuk tidak mengungkap sebagai berangkat sama Ayu, doakan ya)
penghormatan atas janji penulis kepada si
pencerita. "nggih. semoga di acc ya"
untuk pengertianya, gw ucapkan
terimakasih sebesar-besarnya. "Aamiin" balas Ayu, mematikan telpon
November 2019 balas Nur mematikan telpon*

"Nur. tak telpon ket mau, kok gak diangkat- detik-demi detik berputar, tanpa terasa
angkat seh" (Nur, aku telpon dari tadi kok malam telah tiba, Nur melihat sebuah mobil
gak diangkat sih) kijang mendekat. dari dalam, keluar
sahabatnya Ayu, di belakangnya, ada sosok
"iya, maaf Yu, mau keturon aku" (iya maaf lelaki.
yu, tadi ketiduran aku) ucap Nur
mungkin itu adalah mas Ilham, kakak Ayu.
"yo wes, engkok bengi tak susul yo" (ya pikir Nur dalam hati.
sudah, nanti tak jemput ya) kata si penelpon "Ayo. budal" kata Ayu, menggandeng Nur
Nur segera merapikan tempat tidurnya, agar segera masuk ke dalam mobil.
hidup merantau demi menyelesaikan
pendidikanya di universitas yang sudah mas Ilham membawakan barang Nur,
menjadi impianya sejak kecil kini tinggal kemudian mobil pun mulai berangkat.
menunggu bulan demi bulan. hanya tinggal
menyelesaikan tugas terakhirnya, salah "adoh gak Yu" (jauh tidak yu) tanya Nur,
satunya, adalah tugas pengabdian pd
masyarakat "paling 4 sampe 6 jam, tergantung, ngebut
ora" (paling 4 sampai 6 jam, tergantung
ngebut ndak)
orang lebih mengenalnya dengan KKN "sing jelas, desa'ne apik, tak jamin, masih
(Kuliah kerja nyata). alami. pokok'e cocok gawe proker sing kene
susun wingi" (yang jelas, desanya bagus, tak
Malam ini, Ayu, teman sefakultasnya, baru jamin, masih alami, pokoknya cocok buat
saja membicarakan tentang rencananya, proker yang kita susun kemarin)
bahwa, ia, sudah memiliki tempat yang
cocok untuk pelaksanaan KKN mereka, dan Ayu terlihat begitu antusias, sementara Nur,
Nur akan ikut dalam observasi pengenalan ia merasa tidak nyaman.
pada desa tersebut. banyak hal yang membuat Nur bimbang,
di'sela Nur mempersiapkan salah satunya, tentang lokasi dan
keberangkatanya malam ini, ia teringat sebagainya. sejujurnya, ini kali pertama
1
NUR STORY
Nur, pergi ke arah etan (Timur) sebagai, orang desanya, masuknya harus naik motor,
perempuan yang lahir di daerah kulon mobil tidak bisa masuk soalnya)
(barat) ia sudah seringkali mendengar rumor
tentang arah etan, salah satunya, Nur dan Ayu, mengangguk, pertanda ia
kemistisanya mengerti. tanpa berpikir panjang, Nur sudah
Mistis, bukan hal yang baru bagi Nur, duduk di jok belakang, dan mereka
bahkan ia sudah kenyang dengan berbagai berangkat
pengalaman akan hal itu, saat menempuh memasuki jalan setapak, dengan tanah
pendidikanya sebagai santriwati, tidak rata, membuat Nur harus memegang
mengabaikan perasaan tidak bisa di kuat- jaket bapak yang memboncengnya,
lakukan secara kebetulan semata. dan tanah masih lembab, di tambah embun fajar
malam ini, belum pernah Nur merasa sudah terlihat disana-sini, malu-malu
setidak'enak ini. memenuhi pepohonan rimbun. Nur, melihat
benar saja. perasaan tidak enak itu, terus sesosok, wanita. ia sedang menari di atas
bertambah seiring mobil terus melaju, salah batu
satu pertanda buruk itu adalah ketika, kilatan matanya tajam, dengan paras elok
sebelum memasuki kota J, dimana tujuanya nan cantik, si Wanita, tersenyum
kota B, Nur melihat kakek-kakek yang menyambut tamu yang sudah ia tunggu.
meminta uang di persimpangan, ia seakan
melihat Nur. tatapanya, prihatin. melihatnya dari balik jalan lain, Nur
mendapati, si wanita sudah hilang, tanpa
jejak. ia tahu, dirinya sudah di sambut
bukan hanya itu saja, si kakek, dengan entah apa itu.
mengelengkan kepalanya, seolah memasuki Desa, mas Ilham berpeluk
memberikan tanda pada Nur yang ada kangen dengan seorang pria yang mungkin
didalam mobil, untuk mengurungkan seumuran dengan ayahnya di rumah.
niatnya.
pria itu ramah, dan murah senyum,
namun, Nur, tidak bisa mengambil menyambut tanganya, Nur mendengar si
spekulasi apapun, ada temanya yang lain, pria memperkenalkan diri.
yang menunggu kabar baik dari observasi
hari ini. "kulo, Prabu" (saya Prabu)
hujan tiba-tiba turun, tanpa terasa, 4 jam "sepurane Ham, aku eroh, kene wes kenal
lebih perjalanan ini ditempuh. Mobil suwe, tapi deso iki gak tau loh gawe
berhenti di sebuah tempat rest area yang kegiatan KKN" (saya minta maaf ham, aku
sepi, sebelum akhirnya melanjutkan tahu, kita sudah kenal lama, tapi desa ini
perjalanan, Nur, melihat hutan gelap, yang tidak pernah di pakai kegiatan KKN)
memanggil-manggil namanya.
"tolong lah mas" kata mas Ilham, "dibantu,
"Hutan. desa ini ada di dalam hutan" kata adikku,"
mas Ilham.
Nur tidak berkomentar, ia hanya berdiri di suasana saat itu, tegang.
samping mobil yang berhenti di tepi jalan "GAK ISOK HAM" kata pak Prabu menekan
hutan ini. sebuah hutan yang sudah di mas Ilham dengan ekspresi tak terduga.
kenal oleh semua orang jawatimur.
"ngeten loh pak, ngapunten, kulo nyuwun
Hutan D********, tidak beberapa lama, nyala tolong, kulo bakal jogo sikap ten mriki,
lampu dan suara motor terdengar. mas mboten neko-neko, tolong pak" (begini loh
Ilham, melambaikan tanganya. pak, maaf, saya minta tolong, saya akan
"iku wong deso'ne, melbu'ne kudu numpak menjaga sikan disini)
motor, gak isok numpak mobil soale" (itu (saya tidak akan aneh-aneh. tolong pak)
ucap Ayu, matanya berlinangan air mata, ia
2
NUR STORY
tidak pernah melihat Ayu sengotot ini, "ben rame, kan wes kenal suwe" (biar rame,
mimik wajah pak Prabu yang sebelumnya kan sudah kenal lama) sahut Ayu
mengeras, kini melunak. "kok gak awakmu sing ngejak to" (kenapa
bukan kamu saja yang ngajak) timpal Nur.
"piro sing KKN dek?" (berapa yang KKN
nanti dek?) "kan awakmu biyen sak pondok'an, wes
luwih suwe kenal" (kan kalian pernah satu
dengan bersemangat Ayu menjawab. "6 pak" pondok, jadi sudah kenal lebih lama)
hari itu berakhir, dengan persetujuan pak "pokok'e jak en arek iku yo" (pokoknya ajak
Prabu dan tentu saja, masyarakat sekitar, anak itu ya)
sebelum meninggalkan tempat itu, Ayu dan "yo wes, iyo" Nur pun mengalah.
Nur berkeliling memeriksa desa sebentar.
"tak telpone Widya, ben cepet di gawekno
disana ia sudah tahu proker apa saja yang Proposal'e mumpung pihak kampus gurung
akan menjadi wacana mereka, salah ngerilis daftar KKN'e, gawat kalau pihak
satunya, kamar mandi dengan air sumur kampus wes ngerilis yo, mumpung wes oleh
ia tahu, masyarakat mendapatka akses air enggon KKN dewe" (biar Widya tak telpon,
hanya dari sungai, jadi terfkirkan mungkin biar cepat di buatkan proposalnya)
sumur lebih efisien, di tengah mereka (mumpung kampus belum buat daftar KKN
merundingkan berbagai proker kelak, Nur, nya, bisa gawat kalau sampai kampus udah
terdiam melihat sebuah batu yang di tutup buat daftarnya, mumpung kita sudah punya
oleh kain merah. tempat KKN nya)

di bawahnya, ada sesajian lengkap dengan pelan, mobil itu pun meninggalkan jalanan
bau kemenyan. hutan itu. Nur dan Ayu, kembali ke kotanya,
diatasnya, berdiri sosok hitam, dengan mata mempersiapkan semua, sebelum mereka
picing, menyala merah. meski hari siang nanti kembali.
bolong, Nur bisa melihat, kulitnya yang di siang itu, Nur melihat Widya dan Ayu di hari
tutup oleh bulu, serta tanduk kerbau, mata pembekalan sebelum keberangkatan KKN
mereka saling melihat satu sama lain, mereka.
sebelum Nur mengatakan pada Ayu, bahwa,
mereka harus pulang. setelah menunggu cukup lama, akhirnya 2
"lapo to Nur, kok gopoh men" (kenapa sih orang yang akan bergabung dalam kelompok
Nur, kok kamu buru buru pergi) KKN mereka pun muncul, namanya adalah
Wahyu dan Anton. mereka pun
"kasihan mas Ilham, wes ngenteni" ucap membicarakan semua proker dan
Nur. menentukan-
jadwal keberangkatan. semua anak sudah
"yo wes, ayok" Ayu menimpali. setuju, termasuk Widya, yang hampir
sepanjang hari terus menceritakan, bahwa
mereka pun segera naik motor, sebelum ibunya memiliki firasat yang buruk pada
keluar dari desa itu. sosok yang Nur lihat, tempat KKN mereka. Nur hanya diam dan
apalagi bila bukan Genderuwo. mendengar, karena di dalam dirinya, ia
"Nur, jak'en Bima, yo, ambek Widya, engkok merasakan hal yang sama.
ambek kenalanku, kating" (Nur, ajak si Malam keberangkatan, Nur, Widya, Ayu,
Bima, sama Widya, sama kenalanku kating) Bima, Wahyu dan Anton, sudah berkumpul,
ucap Ayu didalam mobil. perjalanan di lanjutkan dengan mobil elf
yang sudah mereka sewa untuk
"Bima, lapo ngejak cah kui" (ngapain sih mengantarkan mereka ke pemberhentian
ngajak Bima) dimana nanti mereka akan di jemput oleh
warga desa. Nur masih bisa melihat
temanya, Widya,
3
NUR STORY
memasang wajah tidak nyaman. ia menunduk, kemudian melihat Nur, di
ikuti dengan lenggak-lenggok lehernya, serta
hanya sebuah harap, yang Nur panjatkan, ayunan gerakan tangan dan lenganya, yang
bahwa mereka berangkat dengan utuh dan bergerak seirama dengan suara gamelan,
semoga, pulang dengan utuh juga. Nur melihat wanita itu menari.

tetapi, tidak ada yang tahu, doa seperti apa menari di tengah malam, di tengah,
yang akan di ijabah oleh tuhan. kegalapan hutan yang sunyi senyap.
gerimis mulai turun, sepanjang perjalanan, gerakanya begitu anggun, meski motor terus
Nur hanya melihat ke jalanan yang lengang. bergerak, Nur bisa melihat ia menari dengan
sangat mempesona, seakan-akan ia
tepat di pemberhentian lampu merah, bertunjuk untuk sebuah panggung yang
seseorang, menggebrak kaca mobil Elf'nya, tidak bisa Nur lihat.
Nur begitu terkejut sampai tersentak
mundur, dari dalam mobil, Nur melihat siapa yang menari di malam buta seperti ini.
pengemis tua itu, ia terus menggebrak Nur terdiam dalam kengerian yang ia
mobil, membuat semua yg ada didalam rasakan sendirian.
mobil kebingungan, termasuk si sopir yang ketika motor berhenti dan sampailah di
berteriak agar lelaki tua itu berhenti sembari desa, Nur tidak mengatakan apapun, ia
melemparkan recehan, dari bibirnya, Nur melihat pak Prabu menyambut mereka, saat
melihat ia berucap pak Prabu mempersilahkan mereka ke
tempat peristirahatan mereka selama di
"ojok budal ndok" (jangan berangkat nak) desa ini, Widya tiba-tiba mengatakanya.
suaranya terdengar familiar, seperti suara
wanita tua "Pak, kok Deso'ne pelosok men yo"
sampailah mereka ditempat pemberhentian, (Pak, kok desanya jauh sekali ya)
setelah menunggu, terlihat rentetan cahaya
motor mendekat dari seberang jalan "pelosok yo opo to mbak, wong tekan dalam
setapak, Nur mengatakanya. "iku wong deso gede mek 30 menit loh" (pelosok darimana
sing nyusul rek" (itu orang dari desanya sih mbak, orang dari jalan raya hanya 30
yang jemput kita) menit)

tanpa membuang waktu, mereka pun Nur hanya melihat saja, ia tidak mau
melanjutkan perjalan. mengatakan apapun, termasuk wajah Ayu
jalanan setapak, dengan lumpur karena yg memerah entah karena malu atau apa.
gerimis, pohon besar dan gelap, dengan mungkin, Ayu merasa Widya sudah
kabut disana-sini, terlihat di sepanjang melakukan hal yang tidak sopan, sebagai
perjalanan. tamu, Widya memang seharusnya tidak
mengatakan itu. di tengah perdebadan
hanya terdengar suara motor berderu, tanpa antara Widya dan Ayu, tiba2 dari balik
ada suara binatang malam, namun, semua pohon jauh, sosok hitam dengan mata
berubah ketika tiba-tiba, dari jauh, merah tengah mengintai mereka. sialnya,
terdengar suara gamelan. hanya Nur yg melihat
suaranya sayup-sayup jauh, namun, akhirnya, perdebadan itu selesai, Nur
semakin lama semakin terdengar jelas, Nur meninggalkan sosok itu, yg masih mengintip
mengamati tempat itu, aroma bunga melati dari balik pohon
tercium menyengat di hidungnya
ia masuk ke sebuah rumah milik salah satu
masih mencari, darimana suara itu warga yang tidak berkeberatan, untuk
terdengar, tepat di antara rerumputan di mereka tinggali selama menjalankan tugas
samping jalan setapak. terlihat, seorang KKN mereka, disana rupanya perdebadan
wanita menunduk Widya dan Ayu berlanjut
4
NUR STORY
"koen iku kok ngeyel seh, wes dikandani,
gak sampe setengah jam iku mau" (kamu
kok keras kepala, sudah dikasih tau, tadi
gak sampai setengah jam)

Nur masih melihat, alih-alih menengahi, Nur


lebih kepikiran dengan hal lain, salah
satunya, genderuwo itu, untuk apa ia
mengintainya.
namun, tetiba, Widya mengatakan sesuatu
yang membuat Nur tidak bisa
mengabaikanya.

"Awakmu mau krungu ta gak, onok suoro


gamelan nang tengah alas mau?" (kamu tadi
dengar atau tidak, ada suara gamelan di
tengah hutan tadi?!)
namun ucapan Widya di tanggapi Ayu
dengan nada mengejek. "halah, palingan yo
onok acara nang deso tetangga, opo maneh"
(halah, paling tadi kebetulan ada yang
mengadakan acara di desa tetangga, apalagi)

Nur, yang mendengar itu bereaksi pada Ayu.

"Yu, gak onok loh deso maneh nang


-kene)

"jare wong biyen, nek krungu suoro


gamelan, iku pertanda elek" (kata orang
dulu, bila mendengar suara gamelan, itu
artinya sebuah pertanda buruk)

Malam itu, berakhir, meski perdebadan


masih terus berlanjut di batin mereka
masing-masing.

pertanda apa yang sudah menunggu

Anda mungkin juga menyukai