Anda di halaman 1dari 51

Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada lingkup pekerjaan terdapat hal-hal yang kami tanggapi sebagai berikut:

1. Persiapan
Koordinasi dengan pihak instansi terkait dan tokoh masyarakat setempat yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan pekerjaan.
Pengumpulan data jaringan irigasi, updating peta daerah irigasi yang dilengkapi
dengan jaringan irigasi skala 1:5000 dan skala 1:10000.

2. Survey Lapangan
Melakukan survey teknis / pengukuran lapangan kelokasi untuk mengumpulkan
data - data yang diperlukan sehubungan pekerjaan perencanaan yang terdiri
antara lain :
a. Inventarisasi kerusakan dan penyebab kerusakan, serta dan pengukuran
penampang sungai atau saluran.
b. Data - data primer maupun data sekunder yang diperlukan lainnya.

3. Penyusunan Laporan
Penyusunan Laporan Pendahuluan sebagai langkah awal, dan Laporan Akhir
serta soft copy CD setelah perhitungan dan hasil perhitungan desain selesai.

4. Penghitungan Item Volume Pekerjaan


Konsultan Perencana Harus membuat item volume pekerjaan yang akan
dikerjakan dan anggaran biaya pekerjaan antara lain :
a. Format RAB yang akan digunakan sebagai lampiran penawaran pekerjaan
konstruksi.
b. Bill of Quantity terinci berikut analisa pekerjaan dan daftar harga satuan
bahan dan upah.
c. Estimasi biaya konstruksi.

3.2. KELUARAN PEKERJAAN

1. Laporan Pendahuluan

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 1
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Laporan Pendahuluan mencakup temuan - temuan dari hasil survey awal dan
permasalahan yang dihadapi, jadwal penugasan dan rencana mobilisasi
personil, jadwal pengadaan peralatan, pekerjaan persiapan dan rencana
pelaksanaan kerja, metode pelaksanaan dalam mengatasi permasalahan yang
ada. Laporan ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) minggu setalah
SPMK. Hasil pelaksanaan / data - data kegiatan yang sudah terkumpul sampai
saat penulisan laporan pendahuluan harus dimasukkan.

2. Laporan Akhir
Terdiri dari prosudur kerja dan gambaran hasil survey investigasi
pengembangan daerah irigasi secara keseluruhan. Laporan Akhir disusun
sebagai kelengkapan laporan setelah pekerjaan diselesaikan. Laporan tersebut
harus berisikan tentang pelaksanaan pekerjaan dan segala permasalahan dan
pemecahannya serta kesimpulan penting yang ditemui selama pelaksanaan
pekerjaan. Salah satu bab laporan harus mengulas pekerjaan survey.

3. Dokumen Perencanaan
Laporan ini berisikan secara rinci dan detail mengenai perhitungan volume
setiap jenis item pekerjaan struktur yang tergambar beserta rencana anggaran
biayanya. Standar Harga yang dipakai merupakan standar harga terbaru yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah / yang dapat dipertanggung jawabkan.

4. Gambar Desain
Terdiri dari gambar hasil perencanaan masing - masing lokasi.

3.3. TANGGAPAN TERHADAP KAK


1. Ruang Lingkup Pekerjaan
Berdasarkan Lingkup pekerjaan yang telah diuraikan dalam Kerangka Acuan
Kerja (TOR) dan hasil laporan penjelasan pekerjaan (anwijzing), Konsultan
berpendapat bahwa item tersebut sudah cukup jelas.

2. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Konsultan akan berusaha menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan yaitu selama 30 (tiga puluh lima) hari kalender
dimulai sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3. Kebutuhan Personil

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 2
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Kualifikasi dan keahlian tenaga ahli yang disyaratkan dalam KAK, menurut
Konsultan sudah sangat memadai untuk melaksanakan sebuah pekerjaan
REHABILITASI DAERAH IRIGASI LEBAK SUMENGKO di Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang Kabupaten Mojokerto.

Selain itu untuk mendukung pekerjaan tenaga ahli, Konsultan akan menugaskan
beberapa orang tenaga pendukung, baik yang ada di lapangan maupun di
kantor untuk kelancaran kegiatan teknis dan tenaga penunjang untuk
kelancaran kegiatan administrasi proyek.

4. Sistem Pelaporan
Mengenai sistem pelaporan, yang terdiri dari beberapa buku yang telah
disebutkan dalam KAK menurut pihak Konsultan sudah jelas dan lengkap.

5. Tahapan Pelaksanaan
Ruang lingkup pekerjaan atau jasa konsultasi yang tercantum dalam KAK sudah
cukup jelas dan terperinci.

3.4. PEMAHAMAN TERHADAP LOKASI PEKERJAAN

Seperti tertera dalam KAK lokasi kegiatan perencanaan keseluruhan terletak di


Kabupaten Mojokerto.

3.5. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA


3.5.1. Umum

Berdasarkan uraian tugas yang terangkum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
Konsultan berkewajiban untuk dapat menganalisa semua data yang ada selanjutnya
merencanakan secara detail Pekerjaan REHABILITASI DAERAH IRIGASI LEBAK
SUMENGKO.

Sesuai dengan tugas dan tanggungjawab Konsultan, diperlukan metode


pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efektif, agar dapat dicapai suatu hasil
analisis secara optimal.

Untuk itu diperlukan beberapa data / laporan dan sarana penunjang komputerisasi,
agar dapat mendukung terhadap tujuan akhir studi yang akan dicapai.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 3
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Sebagaimana yang telah ditentukan dalam KAK, maka untuk mencapai apa yang
telah ditargetkan dari kegiatan ini diperlukan adanya pentahapan kegiatan yang
berkesinambungan dan saling terkait. Oleh karena itu Konsultan telah membuat
suatu pedoman/prinsip yang akan menjadi dasar pelaksanaan studi. Adapun
pedoman prinsip dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi Antara Sesama Anggota Tim


Tim Konsultan di bawah pimpinan Team Leader akan selalu melakukan
koordinasi antara sesama anggota Tim. Hal ini perlu dilakukan agar seluruh
anggota Tim dapat melakukan pekerjaan dengan baik, mengetahui
perkembangan kemajuan pekerjaan dan pada akhirnya pekerjaan studi dapat
diselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai dengan KAK.

2. Koordinasi Dengan Pengguna Jasa.


Selama proses pelaksanaan studi, Konsultan akan selalu, melakukan koordinasi
dan diskusi dengan pemberi tugas. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar
hasil pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta jadual
pelaksanaan pekerjaan terpenuhi.

3. Koordinasi Dengan Instansi dan Lembaga Terkait.


Selama proses pelaksanaan studi, Konsultan akan selalu melakukan koordinasi
dan diskusi dengan Instansi Terkait terutama dalam pengumpulan dan verifikasi
data dari dinas - dinas terkait di Kabupaten Mojokerto.

3.5.2. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

 Pendekatan Umum
Seperti telah disampaikan pada paragrap terdahulu, agar dapat mendukung
proses studi sehingga didapatkan suatu hasil studi yang optimal, diusulkan
perlu dibuat tata laksana prosedur yang baik.

Dan untuk merealisasikan perlu disusun "organisasi, tata cara pelaksanaan


pekerjaan dan lokasi pelaksanaan pekerjaan" yaitu antara konsultan sebagai
pelaksana dan direksi dalam hal ini sebagai pemberi kerja.

1. Organisasi

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 4
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Tim Konsultan Perencana yang akan melaksanakan pekerjaan ini adalah


PT. TATA CIPTA UTAMA.

Para pelaksana pekerjaan ini terdiri dari para tenaga ahli dan tenaga
pendukung dari PT. TATA CIPTA UTAMA yang telah berpengalaman pada
bidangnya masing - masing.

Organisasi Tim Konsultan Perencana, personalia tenaga ahli yang


ditugaskan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, uraian rinci disajikan pada
bagian "Program Kerja".

2. Tata Cara Pelaksanaan


Mempertimbangkan sifat dan jenis studi, Tim Konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan ini akan menerapkan "Sistem Analisis Koordinatif"
artinya dalam menentukan alternatif setiap hasil studi akan dilakukan
pembahasan secara bertingkat berdasarkan tahapan-tahapan studi.

Sehingga setiap tenaga ahli akan melakukan koordinasi baik yang


menyangkut intern maupun ekstern dalam sistem alir koordinasi
pelaksanaan yang telah direncanakan.

Team Leader akan selalu melakukan fungsi koordinasi tersebut baik intern
maupun ekstern, sehingga sistem koordinasi akan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.

Disamping itu, secara khusus Team Leader berkewajiban melakukan


koordinasi dalam hal kesimpulan hasil akhir studi dari beberapa tenaga ahli
agar tujuan dan sasaran studi dapat tercapai dengan baik.

3. Pusat Kegiatan
Dalam upaya dicapainya tata laksana pelaksanaan pekerjaan yang efisien,
maka kegiatan pelaksanaan pekerjaan studi akan dipusatkan di Kantor PT.
TATA CIPTA UTAMA.

3.5.3. Pendekatan Teknis

Selain dengan menggunakan pendekatan umum dilakukan pula pendekatan secara


teknis yang meliputi :

1. Standar dan Peraturan Teknis

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 5
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Standard dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam


pelaksanaan pekerjaan studi rehabilitasi ini adalah menggunakan standard
Kriteria Perencanaan Irigasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan dimana didalam penerapannya disesuaikan dengan keadaan
dilapangan. Pedoman-pedoman lain dari Standar Perencanaan Irigasi dapat
dari Kriteria Perencanaan Irigasi (KP Irigasi 01-07) serta dari Departeman
Kimpraswil akan diikuti dan bila memerlukan adanya perubahan, harus
didiskusikan / dibahas bersama serta disetujui secara tertulis oleh Pemberi
Kerja.

2. Sistematika Pelaksanaan Studi


Sistematika pelaksanaan pekerjaan meliputi : 4 (empat) tahapan secara umum,
yaitu :

Tahap I Pengumpulan Data


Pengumpulan data serta laporan yang ada, yang menunjang untuk penyusunan
desain rehabilitasi, termasuk gambar purnalaksana dan PSETK/PSTK yang
ada.

Tahap II Pekerjaan Survei dan Inventarisasi


Pekerjaan Survei dan Investigasi pada dasarnya adalah kegiatan awal sebelum
tim memulai pekerjaan, yaitu meliputi pemilihan lokasi dan penentuan survey
dan Inventarisasi lokasi, antara lain :

a. Survei Lapangan
b. Pencatatan kondisi eksisting bangunan dan jaringan Irigasi yang ada.

Tahap III Pekerjaan Detail Desain


Pekerjaan Detail merupakan kegiatan untuk menentukan dimensi dari bangunan
- bangunan dan saluran-saluran yang hendak dilakukan upaya rehabilitasi.
Kegiatan perencanaan ini antara lain :

a. Analisis Data yang meliputi analisa hidrologi, analisa ketersediaan air,


analisa kebutuhan air tanaman.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 6
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

b. Perencanaan Teknis menyangkut masalah kapasitas dan dimensi saluran,


bangunan serta bendung.
c. Penggambaran hasil desain.
d. Perhitungan BOQ dan RAB.

Tahap IV Penyusunan Laporan Hasil Studi


Setelah proses pelaksanaan studi, maka Tim Konsultan akan menyusun laporan
hasil studi sesuai dengan TOR dan selanjutnya diberikan kepada pihak pemberi
kerja. Adapun laporan yang disusun adalah Laporan Pendahuluan dan Laporan
Akhir ,serta laporan yang tertera dalam KAK tersebut.

3.6. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


3.6.1. Umum

Untuk memperoleh hasil kerja yang optimal dalam pekerjaan REHABILITASI


DAERAH IRIGASI LEBAK SUMENGKO diperlukan suatu metode pelaksanaan
pekerjaan yang sistematis ditunjang kerjasama atau koordinasi yang baik dengan
pihak / instansi terkait.

3.6.2. Pekerjaan Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan pengumpulan data meliputi pengumpulan data


sekunder dan data primer. Data sekunder antara lain data curah hujan, data debit
sungai, data klimatologi , pengamatan dan investarisasi data pada kantor Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Mojokerto khususnya data - data
mengenai proyek irigasi daerah tersebut terdahulu, pengurusan ijin survai maupun
mobilisasi baik tenaga ahli maupun tenaga penunjang.

3.6.3. Studi Pendahuluan

Pekerjaan rehabilitasi ataupun perencanaan bendung dan jaringan irigasi perlu


dilakukan pencatatan-pencatatan terhadap kondisi eksisting baik bangunan-
bangunan maupun saluran-saluran, agar dalam perencanaan nanti dapat
dilaksanaan tindakan yang benar dan agar jaringan irigasi dapat kembali berfungsi
sebagaimana mestinya.

Untuk itu, pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan - pekerjaan sebagai berikut:

a. Penentuan lokasi Jaringan Irigasi :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 7
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Pemilihan lokasi jaringan irigasi, didasarkan pada rencana rehabilitasi proyek


yang diusulkan dengan mengikutkan data teknik yang ada termasuk data
topografi dan geologi, serta hasil laporan desain yang telah dikerjakan.

b. Survai Lapangan :
Setelah dilakukan pemilihan lokasi jaringan maupun bangunan yang perlu
diperbaiki, kemudian Tim Konsultan akan melakukan peninjauan lapangan agar
diperoleh data yang lebih akurat

c. Perencanaan Awal :
Berdasarkan kondisi eksisting pada pengumpulan data eksisting di atas, maka
langkah-langkah perencanaan rehabilitasi irigasi selanjutnya dapat diteruskan.

d. Laporan Pendahuluan :
Tujuan kegiatan ini adalah Konsultan memberikan gambaran secara umum
rencana kerja dari pekerjaan ini serta garis besar metoda yang akan
dipergunakan dalam studi ini.
Semua kegiatan Studi Pendahuluan tersebut diatas diasistensikan kepada
Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan dan dituangkan dalam Laporan
Pendahuluan sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

3.6.4. Analisa Hidrologi

3.6.4.1. Analisa Kondisi Iklim

Dalam perhitungan ini untuk mengetahui kondisi klimatologi maka diperlukan data
yang tercatat pada stasiun Klimatologi yang diperkirakan cukup mewakili untuk
daerah proyek.

Data Klimatologi bulanan yang akan digunakan antara lain :

- Kecepatan angin
- Suhu
- Kelembaban udara
- Lama penyinaran matahari

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 8
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

3.6.4.2. Analisa Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan dengan suatu
kemungkinan disamai atau dilampaui, atau hujan yang terjadi akan disamai atau
dilampaui pada periode ulang tertentu. Metode analisis hujan rancangan tersebut
pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik dari data yang
bersangkutan, atau dipilih berdasarkan pertimbangan teknis-teknis lainnya. Curah
hujan rancangan dihitung berdasarkan analisis Probabilitas Frekuensi dengan
mengacu pada SK SNI M-18-1989 tentang Metode Perhitungan debit banjir. Metode
perhitungan curah hujan rancangan yang digunakan dijelaskan pada masing-
masing sub bab di bawah ini.

Dalam studi ini konsultan menggunakan berbagai metode untuk perhitungan curah
hujan rancangan sebagai berikut :

1) Metode EJ Gumbel Type I


2) Metode Log Pearson Type III
3) Metode Iwai Kadoya
4) Metode Probable Maximum Precipitation (PMP)

Dari keempat metode tersebut kemudian diverifikasi dengan metode kesesuaian


distribusi dan metode verifikasi lainnya sehingga didapatkan metode yang
memenuhi syarat.

A. Uji Konsistensi Seri Data


Sebelum data hujan dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk
kekonsistenan data tersebut. Metode yang digunakan adalah metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Pengujian konsistensi
dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan
komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif
rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat
pada rumus dibawah :

𝑆0∗ = 0
𝑆𝑘∗ = ∑𝑘𝑖=1(𝑌𝑖 − 𝑌̅)
𝑆∗
𝑆𝑘∗∗ = 𝐷𝑘
𝑦

∑𝑛 ̅ 2
𝑖=1(𝑌𝑖 −𝑌)
𝐷𝑦2 = 𝑛

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 9
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

nilai statistik Q dan R



Q = maks  S k  ; 0  k  n

R = maks S k - min S 
k 0kn0kn

Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n. Hasil
yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat, jika lebih kecil
maka data masih dalam batasan konsisten.

Tabel 3. 1. Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5

Q/n0.5 R/n0.5
n
90% 95% 99% 90% 95% 99%

10 1.05 1.14 1.29 1.21 1.28 1.38

20 1.10 1.22 1.42 1.34 1.43 1.60

30 1.12 1.24 1.48 1.40 1.50 1.70

40 1.31 1.27 1.52 1.44 1.55 1.78

100 1.17 1.29 1.55 1.50 1.62 1.85


Sumber: Sri Harto, 18; 1983

B. Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Rencana


Pada daerah studi, pemilihan metode perhitungan hujan rancangan ditetapkan
berdasarkan parameter dasar statistiknya. Berikut perhitungan parameter dasar
statistik, sebagai berikut :

1. Nilai Rata-Rata
n

X
i =1
i

X=
n
dengan :

X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data

2. Standar Deviasi

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 10
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

 X 
n
2
i -X
i=l
Sd =
n -1
dengan:
Sd = standar deviasi
X = nilai rata-rata
Xi = nilai varian ke i
n = banyaknya data

3. Koefisien Skewness
n
n
 (Xi - X) 3
(n -1) (n - 2) i = l
Cs =
Sd 3
dengan :
Cs = Koefisien Skewness
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data

4. Koefisien Kurtosis
n
n2  Xi - X4
i=l
Ck =
(n - 1) (n - 2) (n - 3) Sd 4
dengan :
Ck = Koeffisien Kortusis
Sd = Standar Deviasi
X = Nilai Rata-Rata
Xi = Nilai Varian ke i
n = Banyaknya Data

Untuk menentukan metode yang sesuai, maka terlebih dahulu harus dihitung
besarnya parameter statistik yaitu koefisien kemencengan (skewness) atau Cs,
dan koefisien kepuncakan (kurtosis) atau Ck.

Persyaratan statistik dari beberapa distribusi, sebagai berikut :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 11
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Distribusi Normal
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan nol
(Cs  0 atau -0.05 < Cs < 0.05) dengan nilai kurtosis (Ck) = 2.7 < Cs < 3.0.

Distribusi Gumbel
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetisnya (skewness) Cs  1,1396 dan nilai
kurtosisnya Ck  5,4002.

Distribusi Log Pearson Tipe III


Tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan
jenis distribusi ini.

Tabel 3. 2. Syarat Pengujian Agihan Data Untuk Menggunakan Distribusi


Frekuensi
Distribusi Normal Distribusi Gumbel
- 0.05 < Cs < 0.05 Cs > 1.1395 Distribusi Log Pearson
2.7 < Ck < 3.3 Ck > 5.4

- 0.05 < Cs < 0.05 0.998 < 1.1395 tidak ada batasan
tidak memenuhi tidak memenuhi memenuhi

2.7 < Ck < 3.3 3.701 < 5.4 tidak ada batasan
tidak memenuhi tidak memenuhi memenuhi
Sumber : Harto, 1993:245

3.6.4.3. Perhitungan Hujan Rencana

1. Curah Hujan Rancangan Metode Normal


Perhitungan curah hujan dengan metode probabilitas normal ini, jika data yang
dipergunakan berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus berikut (I Made
K. 2011) :

𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝐾𝑇 . 𝑆

Dimana :
XT = nilai hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata dari data hujan (X) mm

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 12
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

S = Standar deviasi dari (X) mm


KT = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T

2. Curah Hujan Rancangan Metode E.J Gumbel Type I


Metode E.J. Gumbel Type I dengan persamaan sebagai berikut :

X = Xr + K.Sx
1
Xr = n ∑n1 Xi
∑n 2 n
1 X −Xr ∑1 Xii
Sx =
n−1
YT−Yn
K = Sn

dengan :

X = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan


untuk periode ulang pada T tahun.
Xr = Harga rerata dari data
Sx = Standart deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
YT = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T]
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
T = Kala ulang (tahun)

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan diatas diperoleh :

(YT−Yn)
XT = X + Sn
. Sx

Jika :

(1/a) = (Sx/Sn)
b = X - (Sx/Sn)Yn

Persamaan diatas menjadi :

XT = b + (1/a). YT

Dengan :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 13
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

XT = Debit banjir dengan kala ulang T tahun


YT = Reduced variate

3. Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III


Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson ialah dengan
mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.

Nilai rerata :

∑𝑛
1 log 𝑥
Log Xr =
𝑛

Atau dengan cara :

∑𝑛
1 (log 𝑥−log 𝑥𝑟)
2
S1 = √ 𝑛−1

𝑛.∑𝑛
1 (log 𝑥−log 𝑥𝑟)
3
Cs = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆1 3

nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:

log x = log xr + G log x

Distribusi frekuensi kumulatip akan tergambar sebagai garis lurus pada kertas
log-normal jika koefisien asimetri Cs = 0.

Distribusi Log Pearson Type III merupakan salah satu dari kumpulan distribusi
yang diusulkan oleh Pearson. Tidak terdapat alasan-alasan secara teoritis
mengenai pemakaian distribusi ini pada analisis data hidrologi.

4. Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi


1) Metode Smirnov – Kolmogorof
Pemerikasaan uji kesesuaian ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu
kebenaran hipotesa distribusi frekuensi. Dengan pemeriksaan uji ini akan
diketahui beberapa hal, seperti :
 Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang
diharapkan atau yang diperoleh secara teoritis.
 Kebenaran hipotesa, diterima atau ditolak.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 14
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara


mengenai sesuatu hal yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan
adanya penyelidikan.

Untuk mengadakan pemerikasaan uji tersebut terlebih dulu harus diadakan


plotting data dari hasil pengamatan di kertas probabilitas dan garis durasi
yang sesuai. Plotting data pengamatan dan garis durasi pada kertas
probabilitas tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a) Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari besar
ke kecil,
b) Probabilitas dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :

100. 𝑚
𝑃= (%)
𝑛+1
dengan :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri yang telah disusun
n = banyaknya data
Plot data hujan Xi dan probabilitas
Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai

2) Metode Chi-Square
Berdasarkan metode ini dari distribusi (sebaran) Chi-Square, dengan
penjabaran seperlunya dapat diturunkan :

(𝐸𝑓 − 𝑂𝑓)2
𝑋=∑
𝐸𝑓
dengan
X = Harga Chi-Square
Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
dengan pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Persamaan derajat kebebasan adalah :

𝐷𝐾 = 𝐾 − (𝑃 + 1)

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 15
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

dengan :
DK = Derajat kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter,
yang untuk sebaran Chi-Square adalah sama dengan 2 (dua)

Dalam hal ini, disarankan pula agar banyaknya kelas tidak kurang dari lima
dan frekuensi absolut tidak kurang dari lima pula. Apabila ada kelas yang
frekuensinya kurang dari lima, maka dapat dilakukan penggabungan dengan
kelas yang lainnya.

3.6.4.4. Debit Andalan

Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk berbagai kebutuhan
(irigasi, air baku dan lain-lain).

Besarnya debit andalan yang diambil untuk mengoptimalkan penggunaan air di


beberapa macam proyek adalah sebagai berikut.

Tabel 3. 3. Probabilitas Debit Andalan Untuk Berbagai Kegunaan

Kegunaan Probabilitas
Penyediaan air minum 99 %
Penyediaan air indutri 95 – 98 %
Penyediaan air irigasi untuk
- Daerah iklim setengah lembab 75 – 85 %
- Daerah iklim kering 80 – 95 %
4. Pembangkit listrik tenaga air 85 – 90 %
Sumber : (CD.Soemarto,1986:214)

Dalam studi ini konsultan akan menggunakan 2 (dua) metode dalam menghitung
debit andalan meliputi :

1. Metode F.J Mock


Metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya debit andalan di sungai
dengan menerapkan Metode Mock yang dikembangkan khusus untuk
perhitungan sungai-sungai di Indonesia. Dasar pendekatan yang dipakai pada
metode ini antara lain :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 16
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

curah hujan
evapotranspirasi
keseimbangan air di permukaan tanah
kandungan air tanah.

Evapotranspirasi Terbatas
 Curah hujan bulanan (P) dalam mm dan jumlah hari hujan (n) yang terjadi
pada bulan yang bersangkutan.
 Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan
mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi
curah hujan.

𝐸 = 𝐸𝑝 ∗ (𝑑/30) ∗ 𝑚

Dengan :
E = Perbedaan antara evapotranspirasi potensial dengan evapo-
transpirasi terbatas.
Ep = Evapotranspirasi potensial
d = Jumlah hari kering atau tanpa hujan dalam 1 bulan
m = Prosentase lahan yang tak tertutup vegetasi, ditaksir dari peta tata
guna tanah
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0 % pada akhir musim hujan, dan bertambah 10 % setiap bulan
kering untuk lahan denga hutan sekunder
m = 10 - 40 % untuk lahan yang tererosi
m = 30 - 50 % untuk lahan pertanian yang diolah (misal sawah, ladang)

Berdasarkan frekuensi curah hujan di Indonesia dan sifat infiltrasi dan


penguapan dari tanah permukaan di dapat hubungan :

d = 1,5 (18 - n) atau d = 27- 1,5n


n = jumlah hari hujan dalam sebulan

Sehingga dari kedua persamaan diperoleh :

E/Ep = (m/20)(18-n)
Et = Ep – E
Et = Evapotranspirasi terbatas

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 17
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Soil surplus adalah volume air yang masuk ke permukaan tanah.

Soil surplus = (P - Et) - soil storage, dan = 0 jika defisit (P - Et) > dari soil
storage.

Initial storage adalah volume air pada saat permulaan mulainya. Diperkirakan
sesuai dengan keadaan musim, seandainya musim hujan bisa sama dengan soil
moisture capacity dan lebih kecil dari pada musim kemarau.

Keseimbangan Air Di Permukaan Tanah


Curah hujan yang mencapai permukaan

𝑑𝑠 = 𝑃 − 𝐸𝑡

Harga positif bila P>Et, air masuk kedalam tanah, harga negatif bila P<Et,
sebagian air tanah akan keluar, terjadi defisit.

Perubahan kandungan air tanah, soil storage (ds) = selisih antara Soil Moisture
Capacity bulan sekarang dengan bulan sebelumnya. Soil moisture capacity ini
ditaksir berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah atas dari catchment area.
Biasanya ditaksir 60 s/d 250 mm, yaitu kapasitas kandungan air dalam tanah
per m2. Jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin besar, maka soil
moisture capacity akan makin besar pula.

2. Metode NRECA
Perhitungan debit andalan (dependable flow dischage) didekati dengan cara
Metode NRECA, metode ini dianjurkan dalam menghitung debit andalan untuk
daerah dengan curah hujan yang relatif kecil, dan juga sesuai untuk daerah
cekungan yang setelah hujan berhenti masih ada aliran air di sungai selama
beberapa hari. Kondisi ini bisa terjadi bila tangkapan hujan cukup luas, sehingga
sangat cocok untuk bendungan dengan kriteria :

 Kapasitas tampung bendungan  100.000 m3.


 Luas daerah tangkapan air > 100 ha = 1 km2.

Analisa debit andalan dengan metode tersebut akan dilakukan untuk


menganalisis curah hujan 15-harian. Dengan mempertimbangkan terhadap
jumlah hari hujan, luas daerah pengaliran, koefisien pengaliran dan evaporasi,

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 18
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

sehingga debit 15-harian dapat diperoleh dengan pendekatan rumus - rumus


yang dijabarkan dalam beberapa langkah sebagai berikut :

Langkah perhitungan mencakup 18 tahap, perhitungan dapat dilakukan kolom


per kolom dari kolom (1) hingga (18) seperti di bawah ini ( semua dalam mm ).

1) Nama bulan Januari sampai Desember


2) Nilai hujan rata-rata bulanan (Rb)
3) Nilai penguapan peluh potensial (PET)
4) Nilai tampungan kelengasan awal (Wo). Nilai ini harus dicoba-coba, dan
percobaan pertama diambil 600 (mm/bulan) di bulan Januari.
5) Tampungan kelengasan tanah (soil moisture storage - Wi) dihitung
dengan rumus :
𝑊0
𝑊1 =
𝑁𝑂𝑀𝐼𝑁𝐴𝐿
NOMINAL = 100 + 0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
6) Rasio Rb/PET = kolom (2) : kolom (3)
7) Rasio AET/PET
AET = penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dengan
gambar, nilainya tergantung dari rasio Rb/PET (kolom 6) dan
Wi (kolom 5).

𝐴𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇 = ( ) × 𝑃𝐸𝑇 × 𝑘𝑜𝑒𝑓 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑃𝐸𝑇

= kolom (7) x kolom (3) x koefisien reduksi


8) Neraca air = Rb - AET = kolom (2) - kolom (8)
9) Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh
sebagai berikut :
Bila neraca air (kolom 9) positif, maka rasio tsb dapat diperoleh dari
gambar dengan memasukkan nilai tampungan kelengasan tanah (Wi) di
kolom 5. bila neraca air negatif, rasio = 0.
10) Kelebihan kelengasan
= rasio kelebihan kelengasan x neraca air
= kolom (10) x kolom(9)
11) Perubahan tampungan
= neraca air - kelebihan kelengasan

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 19
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

= kolom (9) - kolom (11)


12) Tampungan air tanah
= P1 x kelebihan kelengasan
= P1 x kolom (11)

dimana :
P1 = parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan
kedalaman 0- 2m), nilainya 0,1 - 0,5 tergantung pada sifat lulus
air lahan.
P1 = 0,1 bila bersifat kedap air
P1 = 0,5 bila bersifat lulus air
13) Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dgn nilai awal = 2.
14) Tampungan air tanah akhir
= tampungan air tanah + tampungan air tanah awal
= kolom (13) + kolom (14)
15) Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir = P2 x kolom (15)
P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dengan
kedalaman 2-10 m
P2 = 0,9 bila bersifat kedap air
P2 = 0,5 bila bersifat lulus air
16) Larian langsung (direct run off)
= kelebihan kelengasan - tampungan air tanah
= kolom (11) - kolom (13)
17) Aliran total
= larian langsung + aliran air tanah
= kolom (17) + kolom (16), dalam mm/bulan

Dalam m3/bulan = kolom (18) dalam mm x 10 x luas tadah hujan (ha)

Untuk bulan berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan
berikutnya yang dapat dihitung. Untuk perhitungan bulan berikutnya
diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk dengan
menggunakan rumus berikut :

Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan bulan sebelumnya +


perubahan tampungan = kolom (4) + kolom (12), semuanya dari bulan
sebelumnya.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 20
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Tampungan air tanah = tampungan air tanah bulan sebelumnya - aliran


air tanah = kolom (15) - kolom (16), semuanya dari bulan sebelumnya.

Sebagai patokan akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal


(Januari) harus mendekati tampungan kelengasan bulan Desember. Jika
perbedaan antar keduanya cukup jauh ( > 200 m) perhitungan perlu
diulang mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan
kelengasan awal (Januari) = tampungan kelengasan bulan Desember.
Perhitungan biasanya dapat diselesaikan dalam dua kali jalan.

Adapun hasil perhitungan debit akan diperhitungkan dengan


menggunakan berbagai peluang keandalan yang diperlukan, seperti
untuk keperluan air irigasi digunakan andalan 80 %, sementara untuk
keperluan air baku dapat dipilih keandalan yang lebih besar dari 90% dan
juga untuk keperluan yang lainnya.

3.6.5. Analisa Hidrolika

Setelah melakukan analisa hidrologi maka dalam perencanaan bendung


selanjutnya dilakukan analisa hidrolika. Sama halnya dengan analisa hidrologi
analisa hidrolika juga memerlukan data baik itu data yang telah dianalisa (data awal)
maupun data dari hasil pengamatan dan pencatatan dari hasil studi yang telah ada.

Dalam analisa hidrolika jenis data yang ke dua yaitu pengamatan dan pencatatan
yang diperlukan antara lain data topografi, data luas genangan dan volume
tampungan waduk, dan bila diperlukan peta sistem sungai yang terkait dengan
lokasi rencana embung. Sedangkan data hasil analisa hidrologi yang diperlukan
antara lain adalah data debit banjir rencana, data volume waduk efektif (hasil
simulasi) dan juga data kapsitas air yang akan dialirkan melalui pintu pengambilan.
Adapun analisa hidrolika yang akan dilakukan dalam perencanaan bendung antara
lain :

 Analisa tinggi bendung


 Dimensi bangunan pelimpah
 Dimensi kolam peredam energi dan saluran pembuang
 Dimensi pintu pengambilan
 Dimensi saluran drainase di kaki bendung
 Dimensi saluran irigasi, air baku dan juga tempat mandi ternak bila diperlukan

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 21
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

 Perhitungan rembesan (rayapan)

Namun demikian tidak semua analisa hidrolika tersebut dilakukan, hal ini tergantung
juga dari tingkat kepentingan dan juga memperhatikan standar perencanaan yang
ada dan telah ditetapkan dan umum digunakan dalam perencanaan bangunan air.

3.6.6. Elevasi Puncak Bendung

Pada umumnya penetapan elevasi puncak Bendung didasarkan pada elevasi muka
air yang melimpah melalui ambang pelimpah ditambah tinggi jagaan. Jadi elevasi
puncak Bendung dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

𝐻𝑒 = 𝐻𝑤 + 𝐻𝑓

dimana :
He = Elevasi puncak Bendung
Hw = Elevasi air tinggi (HWL)
Hf = Tinggi jagaan (0,7 m)

3.6.7. Debit Melewati Pelimpah

𝑄 =𝐶×𝐿×𝐻

dengan :
Q = Debit lewat pelimpah
C = Koefisien debit pelimpah
L = Lebar efektif pelimpah
H = Tinggi air di atas pelimpah

3.6.8. Perhitungan Rembesan Air Melalui Tubuh Bendung

Dalam perencanaan timbunan tubuh bendung harus diperhatikan benar-benar


tentang material timbunan. Material timbunan khususnya untuk bendung dengan
tipe urugan tanah nilai laju infiltrasi dari material timbunan harus cukup kecil
(biasanya lebih kecil dari 10-7 m/dt ). Apabila nilai laju infiltrasi ini melebihi nilai yang
disyaratkan dikawatirkan akan terjadi piping serta gejala sembulan yang dapat
membahayakan kesetabilan tubuh bendung. Khusus untuk aliran melalui tubuh
bendung dihitung dengan cara pembuatan jaringan trayektori aliran filtrasi melalui
tubuh bendung, yang selanjutnya dari gambar trayektori tersebut dihitung masing-

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 22
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

masing jumlah angka pembagi garis trayektori dan garis equi-potensial. Rumus
umum untuk menghitung rembesan melalui tubuh bendung adalah sebagai berikut
:

𝑁𝑓
𝑄𝑓 = 𝐾. 𝐻. 𝐿
𝑁𝑃

dengan :
Qf = Debit aliran filtrasi ( m3/dt )
Nf = Angka pembagi garis trayektori aliran filtrasi
Np = Angka pembagi dari garis equi potensial
K = Koefisien infiltrasi ( m/dt )
H = Tinggi tekan air total ( m )
L = Panjang profil melintang tubuh bendung ( m )

3.6.9. Desain Bangunan Utama

a. Kriteria Desain Flood Untuk Pelimpah


Tabel 3. 4. Klasifikasi Kala Ulang Debit untuk bebagai Jenis Bangunan

No. Jenis Bangunan Kala Ulang Debit (Tahun)


1. Bendungan Urugan 1000
2. Bendungan Beton 500 – 1000
3. Bendung 50 – 100
Saluran Pengelak 20 – 50 tergantung faktor
4.
Banjir ekonomi
5. Tanggul 10 – 20
Saluran Drainasi
6. 5 – 10
Sawah

b. Penelusuran Banjir melalui Bendung


Penelusuran banjir lewat bendung adalah untuk menghitung besar perubahan
banjir yang melewati suatu waduk, menyangkut penentuan ukuran bangunan
pelimpah dan tubuh bendungan utama.

Prinsip dasar penelusuran banjir dikembangkan dari persamaan kontinuitas


yaitu :

𝑑𝑠
𝐼−𝑂 =
𝑑𝑡

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 23
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

dimana :
I = aliran masuk (inflow), dalam m3/dt
= aliran keluar (outflow), dalam m3/dt
S = penampungan (storage), dalam m3/dt
T = waktu, dalam detik
𝑑𝑠
= perubahan storage (tampungan) terhadap waktu
𝑑𝑡

Bentuk persamaan di atas biasanya dipakai sebagai dasar penulusuran banjir


dengan interval tertentu.

Untuk penelusuran banjir lewat bendung rumus diatas dikembangkan sebagai


berikut :

𝐼1 + 𝐼2 𝑆1 𝑂1 𝑆2 𝑂2
[ ]+[ − ] = [ − ]
2 𝛥𝑡 2 𝛥𝑡 2

jika :

𝑆1 𝑂1
− = 𝛹 𝑑𝑎𝑛
𝛥𝑡 2

𝑆1 𝑂1
− =
𝛥𝑡 2

maka persamaan tadi dapat ditulis menjadi :

𝐼1 + 𝐼2
[ ]+𝛹 = 
2

Rumus diatas dikembangkan oleh LG Puls dari US Army Corps of Engineers.

c. Detail Ambang Pelimpah


Kecepatan air yang melewati ambang tidak boleh lebih dari 4m/dt. Kedalaman
dasar saluran pengarah diambil > 0,2 H,tinggi air di atas mercu ambang
pelimpah, dengan angka Froude = q/g (H+P)3  0,4.(Bendungan Tipe
Urugan,177)

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 24
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Gambar 3. 1. Detail Ambang Pelimpah


Sumber : Bendungan Tipe Urugan, hal 180

d. Debit yang Melintasi Ambang


Debit yang melintasi ambang dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

𝑄 = 𝐶. 𝐿. 𝐻 3/2

dimana :
Q = debit ( m3/dt )
C = koefisien debit
L = panjang efektif ( m )
H = total tinggi tekanan air di atas mercu bendung
Sumber : (Design Small Dam, hal 373)

e. Penentuan Lebar Efektif Ambang


Dari hasil penelusuran banjir didapatkan tinggi energi diatas ambang pelimpah
(Hd), dari persamaan berikut dapat ditentukan lebar efektif ambang (Design
Small Dam, hal 373)

𝐿𝑒𝑓𝑓 = 𝐿 − 2(𝑛𝐾𝑝 + 𝐾𝑎)𝐻𝑑

dimana :
n = jumlah pilar
Kp = koefisien konstraksi pilar,
Ka = koefisien konstraksi pangkal bendung
Hd = tinggi energi (m)

f. Kriteria Dasar Perencanaan Ambang Pelimpah


Kriteria dasar dari perencanaan ambang adalah untuk mendapatkan koefisien
debit yang besar di bawah kondisi aliran yang melimpah bebas serta
menghindari terjadinya bahaya tekanan negatif pada mercu ambang. Bentuk
ambang dengan Metode USCE dapat diaplikasikan pada tipe bendung pelimpah

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 25
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

dan tipe pelimpah samping.(Engineering Manual for Irrigation and Drainage, Fill
dam, The Japanese Institute of Irrigation and Drainage)

Metode ini menghasilkan bentuk penampang lintang bentuk yang disebut juga
penampang lintang Harrold.

Persamaan lengkung Harrold :

𝑋1,85 = 2. 𝐻𝑑 0,85 . 𝑌

dimana :
Hd = tinggi tekanan rencana
X = jarak horisontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan
mercu di sebelah hilirnya.
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di permukaan
mercu di sebelah hilirnya.

Gambar 3. 2. Bentuk Ambang Pelimpah Tipe Ogee


Sumber : Bendungan Tipe Urugan (Suyono Sosrodarsono, 1977)

g. Kedalaman Air pada Hilir Bangunan Peredam Energi (Tail Water Depth)
Dalam perencanaan bangunan peredam energi, elevasi lantai bangunan
peredam energi didasarkan dari tinggi energi pada saluran setelah bangunan
peredam energi. Tinggi muka air pada saluran hilir bangunan peredam energi
diperoleh berdasarkan tabel dan grafik rating curve.

h. Loncatan Air
Kecepatan awal loncatan (V1) diperoleh menggunakan persamaan :

1 (KP-02, hal. 111)


𝑉1 = √2. 𝑔( . 𝐻1 + 𝑧)
2

dimana :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 26
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

V1 = Kecepatan awal loncatan


g = Percepatan gravitasi
H1 = tinggi energi di atas ambang
z = tinggi jatuh

3.6.10. Tubuh Pelimpah

Bangunan pelimpah digunakan sebagi bangunan pembuang kelebihan air pada


bendung,

a. Lebar pelimpah
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya
(B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau pilar, dihitung
dengan persamaan berikut :

𝐵𝑒 = 𝐵 − 2(𝑛 − 𝐾𝑝 + 𝐾𝑎)𝐻1

Dimana :
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi, m

b. Mercu
Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung ambang pendek dengan
pengontrol segi empat adalah :

2 2
𝑄 = 𝐶𝑑 . . √ . 𝑔. 𝐵𝑒 . 𝐻11,5
3 3

Dimana :
Q = debit rencana, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = Co C1 C2)
g = percepatan gravitasi, 9,8 m/dt2
Be = lebar efektif mercu, m
H1 = tinggi energi di atas mercu, m

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 27
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

3.6.11. Kapasitas Aliran Melalui Pelimpah

Kapasitas aliran yang melalui pelimpah merupakan debit keluaran dari tampungan
Bendung yang telah mencapai kapasitas maksimum. Bangunan pelimpah
dimaksudkan untuk membuang kelebihan debit ( debit banjir ) yang terjadi pada
musim hujan. Debit yang melalui mercu pelimpah Tipe Ogee dapat dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut :

𝑄 = 𝐶. 𝐿. 𝐻 2/3

Dimana :
Q = debit yang lewat di atas pelimpah (m3/dt)
C = koefisien pengaliran
L = lebar mercu bendung (m)
Hd = tinggi air di atas mercu (m)

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 28
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Gambar 3. 3. Alur Perencanaan Pelimpah

Koefisien pengaliran (C) dari Tipe standard suatu bendung dapat diperoleh dengan
rumus Iwasaki.

𝐶𝑑 = 2,20 − 0,0416(𝐻𝑑/𝑊)0,99

Nilai a diperoleh saat h = Hd


1 + 2𝑎 𝐻
𝑑
𝐶 = 1,60

1+𝑎𝐻
𝑑

dimana :

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 29
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

C = koefisien pengaliran
Cd = koefisien pengaliran pada saat h = Hd
h = tinggi air di atas mercu pelimpah (m)
Hd = tinggi tekanan rencana di atas mercu bendung (m)
W = tinggi bendung (m)
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd dan C = Cd )

Pada saat terjadinya bendungan air melintasi mercu terjadi konstraksi aliran pada
kedua dinding samping bendung maupun disekitar pilar-pilar yang dibangun di atas
mercu bendung tersebut.

Debit yang melintasi mercu bendung`didasarkan pada lebar efektifnya, yaitu hasil
pengurangan sesungguhnya dengan jumlah seluruh konstraksi yang timbul pada
aliran air yang melintasi mercu bendung. Rumus-rumus yang digunakan untuk
menghitung lebar efektif bendung diambil dari Civil Engineering Departement U.S.
Army :

𝐿𝑒𝑓𝑓 = 𝐿′ − 2(𝑛. 𝐾𝑝 + 𝐾𝑎)𝐻

dimana :
L’ = lebar bendung sesungguhnya (m)
Kp = koefisien konstraksi pada pilar
Ka = koefisien konstraksi pada dinding samping
Hd = tinggi tekanan di atas mercu pelimpah (m)

3.6.12. Bentuk Mercu Pelimpah

Bentuk mercu pelimpah yang digunakan adalah berdasatrkan metode yang


dikembangkan oleh Civil Engineering Department US Army, Dasar-dasar yang
digunakan adalah penentuan bentuk penampang lintang bendung dengan bentuk
persamaan empiris didukung hasil-hasil eksperimen untuk menentukan angka
koefisien limpasan ( C ). Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan
penampang lintang bendung adalah sebagai berikut :

𝑋𝑛 = 𝐾. 𝐻𝑑𝑛−1 . 𝑌

dimana :
X = koordinat profil mercu Bendung ke arah sumbu x
Y = koordinat profil mercu Bendung ke arah sumbu y

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 30
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

K,n = parameter yang tergantung kemiringan bendung bagian hulu

Tabel 3. 5. Nilai-nilai K dan n

Kemiringan Muka Bagian Hulu K n

Tegak lurus 2,000 1,850

3:1 1,926 1,836

3:2 1,939 1,810

3:3 1,873 1,776

Perhitungan perencanaan bendung untuk Tipe ogee adalah sebagai berikut :

R1 = 0.50 Hd
R2 = 0.20 Hd
X1 = 0.28 Hd
X1 = 0.18 Hd

Gambar 3. 4. Bendung Tipe Ogee

3.6.13. Peredam Energi

Peredam energi berfungsi untuk meredam energi aliran dari saluran peluncur.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 31
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Pemilihan tipe peredam energi dipertimbangkan terhadap faktor berikut :


(Bendungan Tipe Urugan,214)

- Karakteristik hidrolis pada tipe peredam energi yang direncanakan.


- Hubungan antara peredam energi dengan tubuh bendungan.
- Karakteristik hidrolis dan karakteristik konstruktif dari bangunan pelimpah,
loncatan hidrolik yang terjadi.
- Kondisi topografi, geologi.
- Karakteristik dari sungai.

Prinsip kerja dari peredam energi ini adalah dengan memperlambat aliran air yang
sebelumnya aliran tersebut telah dipecah oleh gigi pemencar, sehingga diharapkan
aliran air yang keluar dari bangunan peredam energi tersebut kembali menjadi aliran
normal sehingga tidak merusak alur sungai yang ada. Peredam energi sendiri ada
beberapa bentuk antara lain :

Peredam energi berbentuk kolam olakan


Kecepatan awal loncatan air dapat dinyatakan dengan rumus :

1
𝑣1 = √2𝑔 ( 𝐻1 + 𝑧)
2

dimana :
v1 = kecepatan awal loncatan ( m/dt )
g = percepatan gravitasi, ( 9,81 m/dt2 )
H1 = tinggi energi di atas mercu ( m )
z = tinggi jatuh ( m )

Perencanaan hidrolis bangunan peredam energi seperti halnya perencanaan


bangunan sebelumnya juga menggunakan hukum persamaan energi. Salah
satu rumus umum yang digunakan untuk bangunan peredam energi type kolam
olakan adalah :

𝑦2 1 𝑣1
= (√1 + 8𝐹𝑟 2 − 1) 𝐹𝑟 =
𝑦1 2 √𝑔𝑦𝑢

dimana :
y2 = kedalaman air di atas ambang ujung (m)
yu = kedalaman air di awal loncat air (m)

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 32
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Fr = bilangan froude
v1 = kecepatan awal loncatan ( m/dt )
g = percepatan gravitasi, ( 9,81 m/dt2 )

Kedalaman konjugasi untuk setiap q dapat ditemukan dan diplot. Untuk


menjaga agar loncatan tetap dekat dengan muka miring bendung dan di atas
lantai, maka lantai harus diturunkan hingga kedalaman air hilir sekurang-
kurangnya sama dengan kedalaman konjugasi.

Untuk aliran tenggelam, yakni jika muka air hilir lebih tinggi dari 2/3 H 1 di atas
mercu, tidak diperlukan peredam energi.

Panjang kolam loncatan air biasanya kurang dari panjang bebas loncatan
tersebut karena adanya ambang ujung (end sill). Ambang yang berfungsi untuk
memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan pada jarak :

𝐿𝑗 = 5(𝑛 + 𝑦2 )

dimana :
Lj = panjang kolam olak (m)
n = tinggi ambang ujung (m)
y2 = kedalaman air diatas ambang (m)

Tinggi yang diperlukan ambang ujung ini sebagai fungsi bilangan froude (Fru),
kedalaman air yang masuk yu, dan tinggi muka air hilir.

Panjang kolam olak dapat sangat diperpendek dengan menggunakan blok-blok


halang dan blok-blok muka.

Kolam olak yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar.
Selanjutnya kolam olakan datar dibedakan menjadi 4 macam, yang dibedakan
oleh rezim hidrolika alirannya dan kondisi konstruksinya.

a. Kolam olakan datar tipe I


Tipe ini digunakan untuk debit yang kecil dengan kapasitas peredaman
energi yang kecil pula dan kolam olakannya berdimensi kecil. Tipe ini
biasanya dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan
pembuatan perlengkapan-perlengkapan lainnya pada kolam olakan
tersebut.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 33
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

b. Kolam olakan datar tipe II


Kolam olakan ini dilengkapi dengan gigi-gigi pemencar aliran di pinggir hulu
dasar kolam dan ambang bergerigi di pinggir hilirnya. Kolam olakan tipe ini
digunakan untuk aliran dengan tekanan hidrostatis yang tinggi dan dengan
debit yang besar (q = 45 m3/dt/m, tekanan hidrostatis > 60 m dan bilangan
froude > 4.5)

Gigi-gigi pemencar aliran berfungsi untuk untuk lebih meningkatkan


efektifitas peredaman, sedangkan ambang bergerigi berfungsi sebagai
penstabil loncatan hidrolis dalam kolam olakan tersebut. Kolam olakan tipe
ini sangat sesuai untuk bendungan tipe urugan dan penggunaanya cukup
luas.

c. Kolam olakan datar tipe III


Pada hakekatnya perinsip kerja kolam olakan ini sangat mirip dengan sistim
kerja kolam olakan datar tipe II, akan tetapi lebih sesuai untuk mengalirkan
air dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang agak kecil (q <
18.5 m3/dt/m, V < 18 m/dt dan bilangan froude > 4.5). Untuk mengurangi
panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi-gigi pemencar aliran di tepi
hulu dasar kolam, gigi-gigi penghadang aliran dapa dasar kolam olakan.
Kolam olakan tipe ini biasanya untuk bangunan pelimpah pada bendungan
urugan yang rendah.

d. Kolam olakan datar tipe IV


Sistim kerja kolam olakan tipe ini sama dengan sistim kerja kolam olakan
tipe III, tetapi penggunaannya yang cocok adalah untuk aliran dengan
tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang besar per unit lebar, yaitu
utnuk aliran dalam kondisi super kritis dengan bilangan froude antar 2.5 s/d
4.5. Biasanya kolam olakan ini digunakan pada bangunan pelimpah suatu
bendungan urugan yang sangat rendah.

Type Bak Penampung


Jika kedalaman konjugasi hilir setelah pelimpah lebih tinggi dibandingkan
kedalaman air normal hilir, maka dapat dipakai peredam energi ysng relatif
pendek dan dalam. Perilaku hidrolis peredam tipe ini bergantung kepada
terjadinya kedua pusaran. Satu pusaran permukaan bergerak ke arah

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 34
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

berlawanan dengan arah jarum jam di atas bak. Sedangkan satu pusaran lagi
bergerak searah jarum jam yang terletak di hilir ambang ujung.

Kolam olak tipe bak tenggelam ini sangat berhasil pada bendung-bendung
rendah dan untuk bilangan froude rendah.

Rumus yang digunakan untuk menghitung kedalaman kritis :

3 𝑞2
ℎ𝑐 = √
𝑔

dimana :
hc = kedalaman air kritis (m)
q = debit per satuan lebar (m3/dt.m)
g = percepatan gravitasi, ( 9,81 m/dt2 )

Peredam energi berbentuk loncatan


Loncatan hidrolik adalah kenaikan permukaan air secara kasar yang terjadi
pada saluran terbuka ketika aliran yang mengalir dengan kecepatan tinggi
diperlambat.

Persamaan umum dari hubungan tersebut adalah :

𝑎2 𝑦̅2 − 𝑎1 𝑦̅1
𝑣1 = 𝑔 𝑎
𝑎1 (1 − 𝑎1 )
2

dimana :
v1 = kecepatan sebelum loncatan.
a1 dan a2 = luas penampang sebelum dan sesudah loncatan.

y dan y = kedalaman permukaan air pada pusat gravitasi dari


1 2

penampang a1 dan a2.

3.6.14. Bangunan-Bangunan Pengambilan

Pelimpah dilengkapi dengan bangunan pengambilan untuk mengatur debit yang


dialirkan ke jaringan irigasi . Bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu sorong
dan Pelat penahan banjir.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 35
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Kapasitas pengambilan dipakai 120% dari kebutuhan pengambilan (dimension


requirement) agar menambah fleksibilitas dan memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi selama umur proyek. Kecepatan air di bangunan pengambilan dipakai antara
1,00 – 2,00 m/dt.

Besarnya debit dihitung dengan persamaan sebaigai berikut :

𝑄 = 𝜇. 𝑏. 𝑎. (2𝑔𝑧). 0,50

Dimana :
Q = debit pengaliran (m3/dt)
μ = koefisien pengaliran
a = tinggi bukaan (m)
b = lebar bukaan (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

Elevasi ambang pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang


direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut :

 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau


 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
 1,50 m kalau sungai mengangkut batu bongkah

Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, maka dipakai kisi-kisi penyaring.


Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja. Kehilangan tinggi energi pada kisi-
kisi dihitung dengan :

𝐻𝑓 = 𝑐. 𝑣2/2𝑔
𝑠
𝑐 = 𝛽. ( ) 4/3 sin 𝜃
𝑏

Dimana :
hf = kehilangan tinggi energi
v = kecepatan melalui kisi-kisi ( m/dt )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2)
c = koefisien
β = faktor bentuk
s = tebal jeruji ( m )

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 36
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

b = jarak bersih jeruji


θ = sudut kemiringan dari bidang horizontal

3.6.15. Bangunan Pembilas

Bendung dilengkapi dengan bangunan pembilas untuk membilas sedimen yang


terkumpul di depan bangunan pengambilan. Bangunan pembilas ditentukan
sebagai berikut :

 Lebar pembilas ditambah lebar pilarpembagi sebaiknya sama dengan 1/6 –1/10
dari lebar bersih bendung.
 Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilarnya.
 Letak dinding pemisah dapat diambil 60°-70° dari dinding masuk bangunan
pengambilan.
 Bangunan pembilas dilengkapi dengan pintu sorong, untuk mengatur waktu
pembilasan.

3.6.16. Desain Jaringan Irigasi

 Dimensi Saluran Primer, Sekunder dan Tersier


A. Saluran Tanpa Pasangan
Untuk keperluan saluran dengan penampang trapesium tanpa pasangan
adalah bangunan pembawa yang paling umum digunakan dengan biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Sedimentasi di dalam
saluran dapat terjadi bila kapasitas angkut sedimen per satuan debit tetap
sama atau sedikit lebih besar.

Tabel 3. 6. Harga-Harga Koefisien Strickler untuk Saluran Irigasi Tanah

Debit rencana K
(m3/dt)

Q > 10 46.00

5 < Q < 10 42.50

1<Q<5 40.00

Q < 1 dan saluran


36.00
tersier

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 37
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

1. Potongan Melintang Saluran


Saluran pada tanah tanpa pasangan, usaha untuk mendapatkan bentuk
ideal dari segi hidrolis cenderung menghasilkan potongan melintang yang
terlalu dalam atau sempit, saluran dengan debit rencana yang tinggi
biasanya lebar dan sempit.

2. Kemiringan Saluran
Talud saluran direncanakan securam mungkin dimana harga-harga
kemiringan minimum untuk saluran tanah yang dibuat dengan bahan-
bahan kohesif yang dipadatkan dengan baik dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3. 7. Kemiringan Saluran


Batas
Bahan Tanah Simbol Kemiringan
Talud
Batu < 0,25
Gambut kenyal Pt I-2
Lempung kenyal 1 - 1,5
Tanah halus CL, CH, MH 1-2
Lempung pasiran, tanah 1 - 1,5
pasiran
Kohesif SC, SM 1,5 - 2,5
Pasir lanauan SM 2-3
Gambut lunak Pt 3-4

3. Lengkung Saluran
Lengkung yang diijinkan untuk tanah tergantung pada :

 Ukuran dan kapasitas saluran


 Jenis tanah
 Kecepatan aliran

Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil


sekurang-kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 38
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

4. Tinggi Jagaan
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang direncanakan yang bisa
disebabkan oleh penutupan pintu secara tiba-tiba di bagian hilir, variasi
ini akan menambah besar debit sehingga menambah tinggi muka air di
saluran. Meningginya muka air dapat juga disebabkan oleh pengaliran air
buangan ke dalam saluran. Tinggi jagaan berguna untuk :

- Menaikan muka air diatas muka air maksimum


- Mencegah kerusakan tanggul saluran
- Tinggi jagaan minimum yang dipakai pada saluran dengan berbagai
variasi debit diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 3. 8. Kemiringan Saluran
Q Tinggi Jagaan
( m3/dt ) (m)

< 0,50 0,40

0,5 -1,5 0,50

1,5 -5,0 0,60

5,0-10,0 0,75

10,0-15,0 0,85

> 15,0 1,00

5. Muka Air yang Diperlukan


Tinggi muka air yang diperlukan dalam jaringan utama adalah
berdasarkan kebutuhan tinggi muka air yang diperlukan ke sawah-sawah
yang akan diairi. Perhitungan dimulai dengan menghitung tinggi muka air
di bangunan sadap tersier, sehingga kehilangan di saluran tersier dan
kuarter serta bangunan dijumlahkan menjadi kebutuhan tinggi muka iar di
sawah yang diperlukan dalam petak tersier. Ditambah dengan kehilangan
tinggi energi di bangunan sadap tersier dan persediaan untuk variasi
muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada tinggi muka air parsial.

6. Perencanaan Kemiringan Saluran


Kemiringan memanjang saluran ditentukan terutama oleh terutama
keadaan topografi. Kemiringan saluran akan banyak mengikuti garis

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 39
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

muka air tanah trase saluran yang dipilih. Kemiringan memanjang saluran
mempunyai harga maksimum dan minimum. Dalam usaha mencegah
terjadinya sedimentasi memerlukan kemiringan memanjang yang
minimum, dan untuk mencegah terjadinya erosi maka kecepatan
maksimum harus dibatasi.

B. Saluran dengan Pasangan


Saluran pasangan yang direncanakan dibangun dimaksudkan untuk :

 Mencegah kehilangan air akibat rembesan


 Mencegah gerusan dan erosi
 Mengurangi biaya pemeliharaan
 Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
 Mempercepat distribusi aliran ke petak-petak, terutama petak terjauh

1. Jenis-jenis Pasangan
Bahan yang dianjurkan dipakai sebagai saluran pasangan :

- Pasangan batu
- Beton
- Tanah
- Komponen Pendukung

Pasangan batu dan beton sesuai dengan berbagai keperluan, kecuali


untuk per-baikan stabilitas tanggul, sedang pasangan tanah tanah hanya
sesuai untuk pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.
Tersedianya bahan di tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor
yang sangat penting dalam memilih jenis pasangan. Aliran yang masuk
ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan
bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan
berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas.

2. Perencanaan Hidrolis
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran sub kritis pada saluran
pasangan yang dianjurkan adalah :

- Pasangan batu = 2 m/det


- Pasangan beton = 3 m/det

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 40
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

- Pasangan tanah = kecepatan maksimum yang diijinkan 0.8


m/dt

Kecepatan maksimum ijin akan menentukan kecepatan rencana untuk


saluran tanah dengan pasangan campuran. Bilangan Froude sangat
penting untuk pemakaian kecepatan yang tinggi dan kemiringan saluran
yang tinggi. Dengan kriteria bilangan Froude sebagai berikut :

Fr ≤ 0.55 = aliran stabil


0.55 < Fr < 1.40 = aliran sub kritis
Fr ≥ 1.40 = aliran super kritis

Apabila terjadi aliran superkritis di saluran maka harus diperhitungan


sebagai got miring :

𝑚+𝑛
𝐹𝑟 = 𝑣. (𝑔. ℎ. )
2𝑚 + 𝑛

3. Lengkung Saluran
Jari-jari minimum untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar
permukaan. Jika dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, kehilangan tinggi
energi tambahan harus diperhitungkan.

4. Tinggi Jagaan
Harga harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan
pada tabel berikut ini. Harga harga tersebut diambil dari USBR yang
menunjukan tinggi jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul
saluran tanah pasangan.

Tabel 3. 9. Tinggi Jagaan Untuk Saluran Pasangan

Q ( m3/dt ) Tanggul (m) Pasangan (m)

< 0.5 0.40 0.20

0.5 < 1.5 0.50 0 .20

1.5 < 6.0 0.60 0.25

6.0 < 10.0 0.75 0.30

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 41
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

10.0 < 16.0 0.85 0.40

> 16.0 1.00 0 0.50

3.6.17. Perencanaan Bangunan Pendukung

1. Bangunan Bagi
Bila air irigasi dibagi dari saluran primer ke saluran sekunder, maka akan dibuat
bangunan bagi yang terdiri dari pintu-pintu sebagai pengukur dan pengatur
muka air. Salah satu dari pintu-pintu bagi berfungsi sebagai pengatur muka air
dan pintu sadap lainnya sebagai pengukur debit.

2. Bangunan Sadap
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran tersier dan melayani
lebih dari satu petak tersier, dimana kapasitas bangunan sadap lebih dari atau
sama dengan 0,25 m3/detik. Dengan menggunakan muka air rencana yang
lebih rendah untuk bangunan sadap, periode peninggian muka air berkurang.
Muka air rencana yang lebih rendah memberikan fleksibilitas dalam pembagian
air irigasi.

Selama musim penghujan, maka ketersediaan air tidak menjadi masalah, air
irigasi lebih baik dieksplotasikan pada persediaan minimum (Q70%) dari debit
rencana. Untuk pengaturan muka air digunakan bangunan pengatur berupa
pintu sorong. Perhitungan perencanaan hidrolis pintu sorong adalah sebagai
berikut :

𝑄 = 𝐾. 𝑢. 𝑎. 𝑏. (2𝑔ℎ)2

dimana :
Q = debit (m3/det)
U = koefisien debit
a = bukaan pintu ( m )
b = lebar pintu ( m )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )
h = kedalaman air di depan pintu, m

3. Gorong-Gorong

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 42
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Dimensi gorong-gorong diperhitungkan berdasarkan debit rencana dan


perhitungan kapasitas dimensi gorong-gorong, dirumuskan :

 Luas Penampang
1. Gorong-gorong segi empat

𝐴 = 𝑏×ℎ

Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dimensi (m)
h = tinggi (m)

2. Gorong-Gorong Lingkaran

𝐴 = 𝜋𝑟 2

Dimana :
r = jari-jari lingkaran (m)

 Kecepatan :

1 2/3 1/2
𝑉= .𝑅 .𝐼
𝑛

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka Manning
R = jari-jari hidrolis ( m )
I = kemiringan

 Kapasitas debit :

𝑄 = 𝑉×𝐴

Dimana :
Q = debit aliran (m3/det)
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 43
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

 Kecepatan aliran :
V1 = Kecepatan aliran pada hulu
V2 = Kecepatan aliran pada hilir

Perhitungan kehilangan tinggi di inlet dan outlet, dirumuskan

ℎ𝑓𝑖 = 𝜉 × (𝑥1 − 𝑥2 )2/(2. 𝑔)

Dimana :
hfi = Kehilangan tinggi, m
ξ1 = faktor perubahan bentuk pada in let segiempat = 0,50
ξ2 = faktor perubahan bentuk pada in out let = 1
V1 = Kecepatan aliran pada hulu inlet
V2 = Kecepatan aliran pada hilir outlet

3.6.18. Perencanaan Bangunan Pengatur Muka Air

1. Pintu Skot Balok


Pintu skot balok merupakan pintu pengatur tinggi muka air dengan peralatan
sederhana berbentuk balok-balok profil segi-empat yang ditempatkan tegak
lurus terhadap potongan segi empat saluran, dengan disangga dalam
sponeng/alur yang lebih lebar 0,03 – 0,05 m dari tebal balok itu sendiri.

Pintu skot balok mengalirkan debit air dengan kondisi melimpas di atas balok.
Persamaan tinggi debit aliaran pada skot balok sebagai berikut :

2
𝑄 = 𝐶𝑑. 𝐶𝑣. . 𝑏. ℎ𝑙1,5
2
3√3𝑔

Dengan :
Q = debit,m3/det
Cd = koefisien debit, lihat gambar pada (KP-04, hal :32)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (=9,81)
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 44
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Tinggi muka air dapat diatur dengan cara menempatkan/mengambil satu atau
lebih skot balok. Ketinggian yang cocok untuk skot balok dalam bangunan
saluran irigasi adalah 0,20 m.

Kelebihan-kelebihan yang dimilki pintu skot balok :


- Konstruksi ini sederhana dan kuat
- Biaya pelaksaannya kecil

Kelemahan-kelemahan yang dimilki pintu skot balok :


- Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sedikitnya dua orang
dan banyak menghabiskan waktu.
- Tinggi muka air bisa diatur selangkah demi selangkah saja, setiap langkah
sama dengan tinggi sebuah balok.
- Ada kemungkinan dicuri orang
- Skot balok bisa dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang.
- Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui secara pasti.

2. Pintu Sorong
Pintu sorong merupakan pintu pengatur/pengontrol muka air dengan kondisi
aliran debit berada di bawah pintu. Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu
sorong adalah :

𝑄 = 𝐾. 𝜋. 𝑎. 𝑏. √2. 𝑔. ℎ𝑙

Dengan :
Q = debit, m3/det
k = faktor aliran tenggelam, lihat gambar pada (KP-04 , hal :36)
μ = koefisien debit, lihat gambar pad (KP-04, hal : 37)
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( = 9,81 )
h1 = kedalamaan air di depan pintu di atas ambang, m

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki pintu sorong/pembilas bawah :


- Tinggi muka air hulu dapat dikontrol dengan tepat
- Pintu bilas kuat dan sederhana
- Sedimen yang diangkut oleh saluran hulu dapat melewati pintu bilas

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 45
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Kelemahan-kelemahannya :
- Kebanyakan benda-benda hanyut bisa tersangkut dipintu
- Kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika aliran
moduler.

3.6.19. Rencana Bangunan Pelengkap

 Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuangan) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api.
a. Kecepatan Aliran
 Besarnya kecepatan dipengaruhi oleh besarnya kehilangan energi yang
ada dan geometri lubang masuk dan keluar.
 Untuk gorong-gorong di saluran irigasi, kecepatan diambil sebesar 1,5
m/det.
 Untuk gorong-gorong di saluran pembuangan kecepatan diambil
sebesar 3 m/det.
 Kecepatan di bangunan pembawa harus lebih besar dari kecepatan di
saluran di bagian hulu maupun di bagian hilir (Vb>Vs).

b. Kapasitas Pengaliran
Kapasitas pengaliran pada gorong-gorong di pengaruhi oleh kehilangan
tinggi energi dan kedudukan dasar bangunan terhadap dasar saluran dan
dihitung dengan rumus :

𝑄 = 𝜇. 𝐴. √2𝑔𝑧

Dengan :
Q = debit, m3/det
μ = koefisien debit (lihat tabel berikut)
A = luas penampang gorong-gorong, m2
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/det2 )
z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m

Tabel 3. 10. Harga-Harga Koefisien Debit Pada Gorong-Gorong

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 46
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Tinggi dasar dibangunan Tinggi dasar di bangunan lebih tinggi


sama dengan di saluran daripada di saluran
Sisi μ Ambang Sisi μ
Segi empat 0,80 0.80 Segi empat Bulat Bulat Segi empat 0,72 0.72
bulat 0,90 0.90 Bulat Segi empat 0,76 0.76
Bulat Bulat 0,85 0.85
Sumber : Kriteria Perencanaan 04, Departemen Pekerjaan Umum

c. Kehilangan Tinggi Energi


Kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong dipengaruhi oleh panjang
gorong-gorong pendek (gorng-gorong yang mempunyai ukuran panjang, L
< 20 m ), kehilangan tinggi energi dapat dihitung dengan rumus di atas,
sedangkan untuk gorong-gorong yang mempunyai pajang > 20 m
diperhitungkan lengkap terhadap :

 Kehilangan energi di bagian masuk :


(𝑉𝑠 − 𝑉𝑏)
∆𝐻𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝜉𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
2𝑔

 Kehilangan energi akibat gesekan :

𝑉𝑏 2 . 𝐿 2. 𝑔. 𝐿 𝑉𝑏2
∆𝐻𝑓 = = 2 ×
𝐶2. 𝑅 𝐶 . 𝑅 2. 𝑔

 Kehilangan energi akibat di bagian keluar :

(𝑉𝑠 − 𝑉𝑏)
∆𝐻𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝜉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
2𝑔

Dengan :

ξ masuk , ξ keluar
= factor kehilangan energi, ditunjukkan pada
gambar (KP-04, hal : 61 & 62)
Vb = Kecepatan aliran pada gorong, m/det
Vs = Kecepatan aliran di saluran, m/det
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det)
L = panjang gorong-gorong (m)
C = koefisien Chezy

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 47
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

= K. R1/6
k = koefisien kekasaran Strickler, lihat tabel berikut

Tabel 3. 11. Harga-Harga K

Bahan K (m1/3/det)
Baja beton 76
Beton 70
Baja 80
Pasangan batu 60
Sumber : Kriteria Perencaaan 04,
Departemen Pekerjaan Umum

R = Jari-jari hidrolis (m)


A = Luas penampang gorong-gorong (m2)
P = Keliling basah (m)

3.6.20. Talang

Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya, saluran
pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam talang
adalah aliran bebas.

a. Kecepatan dan kemiringan dasar bangunan talang, yaitu :


- Kecepatan pada bangunan harus lebih tinggi daripada kecepatan di
saluran
- Kemiringan dipilih sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kecepatan super kritis atau kritis.
- Untuk perencanaan kemiringan maksimum (Imaks) = 0,002

b. Potongan Melintang
Untuk menghindari potongan melintang yang ekonomis, maka ditentukan
perbandingan antara lebar dasar dengan ke dalam air berkisar antara 1 sampai
3.

c. Kapasitas Bangunan dan Tinggi Jagaan


- Untuk menghitung kapasitas bangunan dengan anggapan seperti pada
saluran terbuka.
- Tinggi jagaan dapat diambil seperti pada saluran dengan pasangan yang
harganya dipengaruhi oleh besarnya kapasitas bangunan.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 48
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

d. Bagian Peralihan
- Bagian peralihan mengikuti kriteria pada peralihan gorong-gorong.

3.6.21. Bangunan Terjun Tegak

Bangunan terjun tegak tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi di atas
bangunan melebihi 1,50 m.

Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran-besaran berikut :

Hi = Tinggi energi dimuka ambang, m


ΔH = Perubahan tinggi energi pada bangunan, m
Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak,m
Q = Debit per satuan lebar ambang, m2/det
g = Percepatan gravitasi, m/det2 (= 9,81)
n = Tinggi ambang pada ujung kolam olak, m

Besaran-besaran ini dapat digabung untuk membuat perkiraaan awal tinggi


bangunan terjun :

𝐴𝐻 = (𝐴𝐻 + 𝐻𝑑) − 𝐻𝑖

Untuk perkiraan awal Ha, boleh diandaikan, bahwa :

𝐻𝑑 = 1,67𝐻𝑖

Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan :

𝑉𝑛 = √2. 𝑔. ∆𝑍

dan selanjutnya :

𝑌𝑢 = 𝑞/𝑉𝑢

Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan


Froude tak berdimensi :

𝑉𝑢
𝐹𝑟𝑢 =
√𝑔. 𝑌𝑢

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 49
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang Y / Z dan


Lp / Z dihitung dari gambar (KP-04, hal :88).

Gambar 3. 5. Ilustrasi Peristilahan Bangunan Terjun Tegak


Sumber : Kriteria Perencaaan 04, Departemen Pekerjaan Umum

3.6.22. Bangunan Terjun Miring

Bangunan terjun miring dibutuhkan jika tinggi energi jatuh melebihi 1,5 m. Pada
bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin dan
relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan pengontrol
dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak
lebih curam dari 1: 2.

Alasannya adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring. Jika
diperlukan kemiringan yang lebih curam, sudut runcing harus diganti dengan kurve
peralihan dengan jari-jari r ≈ 0,5 Hl maks. Harga-harga yu dan Hd, yang dapat
digunakan untuk perencanaan kolam di belakang potongan U.

Tabel 3. 12. Harga Yu dan Hd

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 50
Rehabilitasi Daerah Irigasi Lebak Sumengko

3.6.23. Bangunan Pengukur Debit

Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan diatur)
pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier.
Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini.
Namun demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya
beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah irigasi.

Rekomendasi penggunaan bangunan tertentu didasarkan pada faktor penting


antara lain :

- Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit


- Ketelitian pengukuran di lapangan
- Bangunan yang kokoh, sederhana dan ekonomis
- Rumus debit sederhana dan teliti
- Operasi dan pembacaan papan duga mudah
- Pemeliharaan sederhana dan murah
- Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh para petani.

Office : Griya Shanta Blok J No. 316 Malang 65142

III - 51

Anda mungkin juga menyukai