Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN MATERNITAS
KASUS I : ANTENATAL CARE (ANC)

Disusun oleh:
TUTOR F
David Firmansyah 220110160082
Isti Yuni Sriwulan 220110160083
Kharisma Gita Rinjani 220110160084
Asti Oktovianti Sunmaya 220110160085
Rifa Nur Afifah 220110160086
Khairun Nisa Rahmawati 220110160087
Alvira Putri Gitsyana 220110160088
Farida Aribah 220110160089
Olivia Rizki Khaerani 220110160090
Ricky Simbolon 220110160091
Jihan Salimah Aribah 220110160092
Annisa Rahmafillah 220110160093
Aulia Nurhanifa 220110160094
Dylla Iztiazahra 220110160095
Via Fauziati 220110160096

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
KASUS ANTENATAL CARE (ANC)

Ny A berusia 31 tahun G3P1A1 datang ke Poliklinik KIA Puskesmas DTP Jatinangor tanggal
27 Februari 2019 untuk kontrol kehamilan. Hasil pengkajian, pasien mengatakan sering BAK
terutama malam hari sehingga mengganggu tidur. Pasien mengatakan selama kehamilan tidak
boleh makan menggunakan piring ukuran besar karena dikhawatirkan ukuran plasenta akan
besar. HPHT 6 Juni 2018. Imunisasi TT lengkap. Hasil pemeriksaan fisik: Terdapat cloasma
gravidarum dan hiperpigmentasi pada areola, terdapat linia nigra, alba dan striae di abdomen.
Leopold I: TFU 30 cm, teraba bulat lebar dan tidak melenting, Leopold II teraba datar
memanjang di bagian abdomen kanan, dan teraba bagian-bagian kecil di abdomen kiri, Leopold
III presentasi teraba keras bulat melenting dan tidak bisa di goyangkan, Leopold IV Konvegen,
DJJ 145x/menit. Berat badan sebelum hamil 52 kg dengan TB 156 cm, dan BB saat ini 65 kg.
TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit dan frekuensi napas 18 x/menit, observasi vagina:
chadwik (-), keluaran cairan bening, tidak berbau, jumlah sedikit, tidak ada varises vagina,
ektremitas bawah edema -, Homan sign (+/+), varises (-/-), reflek patella (+/+). Hasil USG:
bayi tunggal, hidup dan cairan amnion cukup.

Learning Objektif:
1. Konsep Kehamilan
a. Konsepsi
Konsepsi (pembuahan) bersatunya ovum dan sperma yang didahului oleh
ovulasi dan inseminasi. Fertilisasi yaitu penyatuan sperma dari laki-laki dengan
ovum dari perempuan (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
b. Pembentukan plasenta
Plasentasi adalah proses pembentukan stuktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia,
plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Pada dasarnya,
plasenta berasal dari sel trofoblas yang mulai terbentuk pada stadium moruladan
akhirnya berdifferensiasi sehingga membentuk satu lapisan sel trofoblas yang
mengelilingi blastosis. Sehingga kehamilan menjadi matang, trofoblas
memainkan peranan penting dalam hubungan antara feto-maternal.
Trofoblas memamerkan berbagai struktur, fungsi, dan bentuk pertumbuhan
pada semua komponen plasenta (Hacker & Moore, 2001).
1
Pada hari ke-8 setelah fertilisasi, setelah aposisi, sel trofoblas
berdiferensiasi menghasilkan dua lapis trofoblas. Lapisan dalam disebut
sitotrofoblas, merupakan sel mononuklear dengan batas sel yang tegas, disebut
juga dengan sel Langhan. Lapisan luar disebut sinsitiotrofoblas, berupa sel
multinuklear dengan batas sel yang tidak tegas, berasal dari lapisan sitotrofoblas.
Setelah implantasi selesai, trofoblas akan berdiferensiasi mengikuti dua
jalur utama, yang membentuk vili dan ekstravili. Trofoblas vili akan
menjadi vili korion dimana berfungsi untuk membawa oksigen dan nutrisi
diantara fetus dan ibu. Manakala trofoblas ektravili akan bermigrasi ke
dalamdesidua dan miometrium dan juga berfungsi untuk menginvasi pembuluh
darah ibu. Oleh itu, trofoblas ekstravili dapat diklasifikasikan lagi sebagai
trofoblas interstisial dan trofoblas endovaskular. Trofoblas interstisial akan
menginvasi desidua dan akhirnya tembus ke miometrium untuk membentuk sel
giant pada placental bed. Selain itu, trofoblas ini juga akan bertanggungjawab
untuk menginvasi arteri spiralis (Farrel, 2001).
Setelah aposisi, sel trofoblas akan menginvasi epitel endometrium lebih
dalam, sehingga sekitar hari ke-10, blastosis akan tertanam di dalam endometrium
seluruhnya. Pada hari ke-9 perkembangan, bagian blastosis yang tertempel
pada dinding endometrium terdiri daripada satu lapis sel yang telah gepeng
sedangkan pada arah yang bertentangan, ketebalan dinding terdiri daripada
dua zona- trofoblas dan inner cell mass atau diskus embrio yang akan
berdiferensiasi menjadi plat ektoderm primitif dan lapisan bawahnya sebagai
lapisan endoderm.
Korion adalah lapisan membran yang terdiri daripada sel trofoblas dan
mesenkim yang melapisi rongga kavitas pada blastosis. Sel mesenkim di dalam
kavitas sangat banyak dan akan menjadi semakin mampat sehingga membentuk
body stalk. Dengan invasi blastosis ke dalam desidua yang semakin
mendalam, sitotrofoblas ekstravili akan membentuk vili pimer yang terdiri
daripada sitotrofoblas yang diselubungi oleh sinsitium sebelum hari ke-12 setelah
fertilisasi. Vili ini awalnya tersebar pada seluruh permukaan blastosis, tetapi
kemudian mulai menghilang kecuali bagian yang tertanam , yang akan menjadi
plasenta. Setelah itu, tepat pada awal hari ke-12 setelah fertilisasi, vili korion
mulai terbentuk (Farrel, 2001). Tali mesenkim yang terbentuk dari mesoderem

2
ekstraembrio akan menginvasi kolum trofoblas yang solid, membentuk vili
sekunder. Setelah angiogenesis bermula, vili tertier akan terbentuk.
Walaupun pada awal implantasi, pembuluh darah ibu di penetrasi, darah dari
ibu tidak akan masukke dalam rongga intervili sehingga hari ke-15. Dan pada hari
ke-17, pembuluh darah fetus mulai berfungsi dan sirkulasi plasenta terbentuk.
Bagian luar vili dilapisi oleh sinsitium manakala di dalam merupakan
lapisan sitotrofoblas. Sitotrofoblas pada puncak vili akan berproliferasi
menghasilkan sel kolumnar trofoblas yang akan membentuk anchoring villi.
Vili ini tidak diinvasi oleh mesenkim fetus dan akan tertanam pada lapisan
desidua di plat basalis (Hacker & Moore, 2001).
Oleh itu, dasar rongga intervili merupakan sisi maternal plasenta yang terdiri
daripada sitotrofoblas dari sel kolumnar, sinsiotrofoblas, dan lapisan desidua pada
plat basal. Sedangkan dasar untuk plat krion yang membentuk atap rongga
intervili terdiri daripada 2 lapisan- luar dilapisi oleh trofoblas dan dalam dilapisi
oleh mesoderem. Plat korion yang definit terbentuk pada minggu ke-8-10
bersamaan dengan amnion dan plat korion bagian mesenkim bergabung.
Pembentukan ini di lengkapi dengan pembesaran kantung amnion, dimana pada
saat yang sama, akan membentuk tali pusat.
c. Perkembangan embrio dan janin (mg per mg)
 Ovum
(1) Kehamilan 5 minggu usia kehamilan setelah (MHNA): Kantong
lengkap dengan diameter 1 cm yang terbungkus oleh vili korialis; ciri
khas manusia belum ditemukan.
 Embrio
(1) Kehamilan 6 minggu: Kantong berdiameter 2,3 cm, berat 1 gram;
kepala membesar: Terbentuk tonjolan lengan dan tungkai: Jantung
primitive mulai berfungsi; denyut jantung terdengar lewat alat
elektronik, sirkulasi dalam bentuk yang primitif; terbentuk hubungan
antar pembuluh darah dalam korion dan antar pembuluh yang sudah
tumbuh dengan body stalk.
(2) Kehamilan 10 minggu: Panjang embrio 4 cm, genitalia eksterna
terlihat, membran anus pecah, tangan dan kaki sudah bisa dikenali,
terlihat bentuk manusia.

3
 Janin (fetus)
(1) Kehamilan 12 minggu: Panjang janin 8 cm, great 15 gram; jari tangan
serta jari kaki, mata serta telinga, sirkulasi dan ginjal sudah terbentuk;
septum nasi dan palatum telah menyatu; kelenjar endokrin dan system
saraf (respon refleks) mulai berfungsi.
(2) 16 minggu: Panjang janin 16 cm, berat 110 gram; jenis kelamin
mudah dikenali; kuku jari tangan dapat terlihat; denyut jantung
terdengar jelas; gerakan janin teraba. Perkembangan dasar kini sudah
lengkap – janin kini harus menjadi mature.
(3) 20 minggu: Panjang janin 22 cm, berat 300 gram; verniks pada kulit;
lanugo (bulu-bulu halus) pada badan, alis mata; janin kini secara
hokum sudah dianggap viable.
(4) 24 minggu: Panjang janin 30 cm, berat 600 gram; kulit keriput, lemak
terkumpul, perkembangan otak berlanjut.
(5) 28 minggu: Panjang janin 35 cm, berat 1000 gram; jika lahir, bayi ini
akan bergerak dengan kuat dan menangis.
(6) 32 minggu: Panjang janin 42 cm, berat 1700 gram; kulit berwarna
merah, keriput.
(7) 36 minggu: Panjang janin 46 cm, berat 2500 gram; kuku sudah
mencapai ujung jari tangan.
(8) 40 minggu: Panjang janin 50 cm, berat 3400 gram; tubuh bayi sudah
terbungkus jaringan lemak; kulit berwarna merah tidak keriput;
semua organ sudah berfungsi kecuali paru-paru.
2. Anatomi dan Fisiologi Kehamilan
a. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas genital interna, genital eksterna, dan
organ accessory (payudara). Genital interna terdiri atas vagina, uterus dan
ligamennya. Genital eksterna terdiri atas mons pubis, labia majora, labia minora,
clitoris, uretha meatus, dan paraurethal glands, hymen, vestibulum vagina, dan
perineal (Olds, S.B., et. All., 2000; london, M.L., all., 2003).
 Vagina merupakan rongga muskulomembranosa yang berbentuk tabung
mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai dengan vulva di
bagian kaudal ventral. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal

4
yang elastis, dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina adalah untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada
terjadinya menstruasi sebagai jalan untuk lahirnya bayi dan plasenta, serta
sebagai alat untuk melakukan hubungan seksual.

 Uterus atau rahim merupakan bagian inti dari sistem reproduksi wanita dan
merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi wanita,
mulai dari saat menstruasi hingga melahirkan. Kesehatan uterus
memengaruhi proses reproduksi itu sendiri. Uterus terletak di dalam rongga
abdomen. Uterus terletak di tengah-tengah rongga panggul, di antara
bladder (kandung kemih) dan rektum (rectum), di atas vagina. Uterus
memiliki bentuk seperti buah pir. Utenus terdiri atas corpus uteri, serviks
uteri yang berbentuk silinder, dan fundus uteri. Saat hamil, uterus akan
membesar dengan berat sampai 1000 gram (London all, 2003). Uterus juga
memiliki lapisan otot yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan
parametrium, lapisan myometrium, dan lapisan-lapisan myometrium.
 Serviks merupakan bagian terbawah dari uterus. Serviks terdiri atas
vaginalis dan pars supravaginalis. Serviks sering disebut dengan nama leher
rahim. Pada serviks terdapat organ yang bernama portio. Portio menjadi
sangat penting pada saat persalinan akan dimulai karena portio dapat
menentukar berapa cm pembukaan jalan lahir. Pembukaan jalan lahir

5
ditentukan dari 1-10 cm, di mana persalinan dimulai setelah pembukaan
portio mencapai 10 cm (Salmah, Rusmiati, Maryanah, & Susanti, 2005).

 Tuba falopi terletak pada uterus yang terletak di kiri dan kanan uterus
panjang 8-14 cm. Tuba falopi memiliki fungsi sebagai jalan transportasi
ovum dari ovarium sampai ke cavum uteri. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum. Ovum yang sudah
matang (sudah siap dibuahi) akan dikeluarkan dari ovarium dan
dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui tuba falopi. Ovum yang sudah
matang ini akan dikeluarkan oleh ovarium setiap bulan. Hal tersebut terjadi
selama wanita dalam masa subur (masa menarche sampai sebelum
menopause) (Solehati & Kosasih, 2015).
 Mons pubis merupakan bantalan lemak dan kulit. Mons pubis terletak di
bagian paling luar dari organ reproduksi wanita. Organ ini terdiri atas
lapisan lemak. Mons pubis pada masa pubertas mulai ditumbuhi oleh
rambut pubis. Labia majora merupakan lapisan lemak lanjutan dari mons
pubis ke arah bawah dan belakang. Labia majora berbentuk seperti
sepasang bibir besar yang terletak di bagian luar dan membatasi vulva.
Organ ini homolog embriologi dengan skrotum pada pria. Labia minora
merupakan lipatan jaringan tipis di balik labia majora dan tidak mempunyai
folikel rambut. Labia minora berbentuk seperti sepasang bibir kecil yang
terletak di bagian dalam dan membatasi vulva.
 Klitoris merupakan organ yang bentuknya kecil seperti kacang. Klitoris
merupakan organ dengan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. Organ

6
ini homolog embriologi dengan penis pada pria. Klitoris merupakan organ
reproduksi wanita yang sangat sensitif dengan rangsangan karena memiliki
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Hymen merupakan lapisan tipis
bermukosa, terdapat lubang kecil untuk menstruasi. Hymen merupakan
organ wanita yang paling dijaga karena merupakan salah satu mahkota
wanita.
 Vestibulum vagina merupakan daerah dengan batas atas klitoris, batas
bawah dengan fourchet, dan batas lateral dengan labia minora. Vestibulum
vagina merupakan area yang dikelilingi labia minora. Vestibulum vagina
berasal dari sinus urogenital. Perineal merupakan organ reproduksi wanita
yang terletak di luar. Perineal merupakan daerah antara tepi bawah vulva
dan tepi depan anus. Perineal menjadi sangat penting terutama pada saat
terjadinya persalinan pervaginam. Selain genital eksterna dan genital
interna, wanita juga memiliki organ reproduksi accessory. Organ
reproduksi accessory pada wanita seperti payudara merupakan organ yang
sering tidak diceritakan dalam reproduksi wanita. Padahal, payudara
merupakan salah satu organ penting dalam reproduksi wanita (Salmah,
Rusmiati, Maryanah, & Susanti, 2005).
 Fungsi sistem reproduksi wanita dipengaruhi berbagai hormon. Hormon –
hormon tersebut adalah sebagai berikut:
1) GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) adalah hormon
stimulator bagi sekresi hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH).hormon ini diproduksi oleh
hipotalamus di otak yang berfungsi dalam merangsang hipofisis
anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon – hormon
gonadotropin, seperti FSH dan LH. Apabila kadar esterogen tinggi,
maka esterogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus
sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitu pun sebaliknya.
2) FSH (Follicle Stimulating Hormone) diproduksi di sel – sel basal
hipofisis anterior. Hormon ini berfungsi untuk memicu pertumbuhan
dan pematangan folikel dan sel – sel granulosa di ovarium wanita
(memiliki fungsi merangsang pembentukan folikel sel telur).

7
3) LH (luiteizing hormone) diproduksi oleh sel –sel kromofob hipofisis
anterior.bersama dengan FSH memicu perkembangan folikel juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus.
4) Progesteron adalah hormon streoid yang berperan dalam siklus
menstruasi wanita, proses kehamilan, dadi ovn embriogenesis.
Progesteron diproduksi di korpus luteum di ovarium. Berfungsi
dalam merangsang pertumbuhan endometrium uterus.
5) Estrogen, diproduksi oleh sel – sel teka interna folikel di ovarium
secara primer. Berfungsi sebagai stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan berbagai organ reproduksi wanita, seperti uterus,
serviks, vagina, payudara, lekuk tubuh, tulang, dan rambut kemaluan.
6) HCG (Human Chrionic Gonadotrophin), mulai diproduksi sejak usia
kehamilan 3 – 4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Berfungsi
dalam meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
memproduksi hormon streroid. Hormon HCg kerap kali
menyebabkan ibu hamil merasa mual dan muntah selama masa awal
kehamilannya (emesis) sehingga ibu hamil menjadi kurang nafsu
makan. Padahal pada masa awal kehamilan organ penting bayi sedang
terbentuk seperti persyarafan dlln. Sehingga peran perawat penting
dalam hal ini dengan pemberian penyuluhan kesehatan pada ibu dan
keluarga.
7) LTH (Lactotrophic hormone)/prolaktin diproduksi di hipofisis
anterior, berfungsi dalam memicu/meningkatkan produksi dan
sekresi air susu ibu (ASI).
b. Payudara
Payudara (mammary glands) merupakan organ accessory pada sistem
reproduksi wanita, berbentuk seperti kerucut, terletak simetris pada dada wanita
sebelah kiri dan kanan yang terletak sejajar. Pada payudara melekat otot
pektoralis mayor, otot seratus anterior, dan jaringan fibrosa. Seluruh susunan
kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Pada bagian tengah
payudara terdapat nipple (puting) berdiameter 0.5-1.3 cm serta areola yang
mengelilingi puting tersebut berdiameter 2.5-10 cm. secara umum, payudara
terdiri atas glandular, jaringan fibrosa, dan jaringan adiposa/ lemak. Glandular

8
terdiri atas acini atau alveoli yang tersusun atas 15-24 lobus (Olds, S.b., et. All.;
2000).
Payudara memiliki multifungsi pada wanita. Bagi wanita, payudara
merupakan organ yang berfungsi untuk keindahan penampilan seorang wanita
sehingga menjadikan mereka tampil percaya diri, selain itu payudara juga
berfungsi dalam sensasi seksual dan fungsi laktasi yang memproduksi susu untuk
menutrisi bayi (Olds, S.B, et. All.; 2000)

c. Uterus
Uterus/rahim merupakan bagian inti dalam organ reproduksi wanita. Terletak
di dalam rongga abdomen. Berbentuk seperti buah pir, berongga, dan terdiri atas
sejumlah otot. Uterus terletak di tengah – tengah rongga panggul diantara urin
bladder dan rektum serta diatas vagina, uterus memiliki bobot 50 – 70 gram.
Panjang 6 – 8 cm. Dan tebal 1-2,5 cm (London, M.L., 2003 ). Fungsi uterus adalah
sebagai tempat implantasi, nidasi, retensi, dan nutrisi konseptus pada masa
kehamilan. Pada saat persalinan, uterus berperan dalam mengeluarkan isi

9
konsepsi (bayi dan plasenta)dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus.

3. Utero Placental
Plasenta adalah organ fetomaternal yang menghubungkan ibu dan janin pada saat
kehamilan. plasenta juga mensekresi endokrin dan merupakan tempat pertukaran
selektif zat yang dapat larut dalam darahmelalui uterus bagian trofoblas yang
mengandung pembuluh darah. Plasenta menghubungkan secara erat kapiler janin dan
darah ibu. Darah janin yang miskin organ mengalir ke plasenta melalui dua arteri
umbilikalis dan darah yang kaya oksigen dari ibu mengalir ke janin melalui satu vena
umbilikalis (Laveno, 2019).
Pembentukan normal pada pembuluh darah uteroplasenta terbagi menjadi dua
tahap. Tahap pertama dimulai sebelum usia kehamilan 12 minggu. Pada tahap ini terjadi
invasi dan modifikasi arteri spiralis desidua. Invasi dan modifikasi terjadi sampai batas
terluar dari myometrium. Antara usai 12 minggu sampai 16 minggu terjadi invasi tahap
kedua yaitu invasi pada intramyometrial arteri spiralis yang menyebabkan dilatasi
lumen arteri spiralis dan terjadi penurunan tahanan pada pembuluh uteroplasenter
(Laveno, 2019).
4. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Masa Antenatal
a. Graviditas dan paritas
Graviditas adalah jumlah keseluruhan kehamilan pada seorang pasien.
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil, primigravida adalah seorang
wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Mochtar, 1998). Primigravida dan
gravida >4 lebih beresiko mengalami komplikasi persalinan daripada gravida 2-
4. (BKKBN, 2008)
Paritas atau para wanita yang pernah melahirkan bayi aterm (Manuaba,
1998). Menurut Forney A dan E Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak
terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah melahirkan 1-3
kali (Manuaba, 1998).
b. Tes kehamilan
 HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan suatu hormon yang
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat
urin. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal
dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu chorio
10
carsinomal (Harti & Nurkusumawati, 2013). Kehamilan akan ditandai
dengan meningkatnya kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG
disekresikan 7 hari setelah ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode
immunokromatgrafi merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi
kehamilan dini. Prosedur pemeriksaan HCG:
1) Sampel urin dimasukan dalam tabung reaksi.
2) Stik plano test dimasukan dalam sampel sampai tanda garis, diamkan
sebentar agar urin meresap naik ke atas.
3) Stik plano test diangkat, kemudian baca hasilnya.
Interpretasi hasil:
1) Negatif : hanya terdapat satu tanda merah yang muncul pada bagian
control line (C) dan tidak tampak garis merah pada bagian test line
(T) (sensitifitas 0 IU/ml)
2) Postitif : terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian test line (T) dan
satu pada bagian control line (C) (sensitifitas 25 ml IU/ml)
 Tes strip dengan metode aglutinasi . Alat dan bahannya adalah urin, objek
glass, pipet tetes, timer, test strip, lateks. Prosedur kerja:
1) Metode Strip Test: Persiapkan alat dan bahan serta kondisikan pada
suhu ruang (15 - 30ºC). Strip tes dibuka dan diharapkan untuk segera
mungkin digunakan, setelah itu strip test dicelupkan secara vertikal
ke dalam urin dan tidak boleh melewati garis maksimal dari strip.
Setelah itu angkat dan letakan pada tempat datar dan kering
(Renowati, 2018).
2) Metode Aglutnasi: Spesimen dan reagen dipersiapkan dan dibiarkan
pada suhu ruangan . setelah itu dicampurkan keduanya pada lateks
reagen untuk membuat suspense pada partikel lateks. Dikocok dan
disuspensikan pada pregnancy lateks reagen., ditambahkan 1 tetes
menggunakan pipet tetes untuk setiap lingkaran pada aglutinasi slide.
Diteteskan 1 tetes kontrol negative ke dalam lingkaran aglutinasi
slide. Diteteskan 1 tetes kontrol positif ke dalam lingkaran aglutinasi
slide dengan memakai pipet tetes, diteteskan spesimun urin pada
lingkaran tersebut. Selanjutnya diaduk secara merata pada area
lingkaran tersebut. Interpretasi hasil pada pemeriksaan urin dengan
menggunakan metode latex menunjukan gambaran yang positif
11
apabila adanya gumpalan atau aglutinasi pada lingkaran setelah
diberikan reagen. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan HCG: urin yang digunakan harus urin pertama pagi hari,
umur kehamilan tidak lebih dari 7 bulan, adanya proteinuria dapat
menyebabkan perubahan ketepatan hasil, penyakit imunologi,
penyimpan reagen dan penghomogenan reagen yang mempengaruhi
keakuratan hasil (Panca, 2012).
 Test USG
 Test Rontgen
c. Tanda kehamilan
 Tanda perkiraan/dugaan (presumptive)
1) Amenorrhoe
2) Keletihan
3) Nyeri payudara
4) Pembesaran rahim
5) Morning sickness (mual dan muntah)
6) Quickening atau gerakan bayi pertama kali dirasakan ibu (multi; mg
14-16, nulli; mg ke-18 atau lebih)
 Tanda Mungkin (probable)
1) Tanda hegar itsmus uteri melunak dan dapat ditekan (mg 7 dan 8)
2) Tanda piskacek pembesaran uterus, terkadang tidak rata, pada daerah
telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya.
3) Kontraksi braxton hick: kontraksi uterus dapat dirasakan melalui
dinding agina (16 mg)
4) Ballotement: ketika uterus didorong (digoyangkan), janin melenting
dalam uterus: gerakan pasif janin (16-18 mg)
5) Tanda goodell: serviks melunak
6) Tanda chadwick: warna selaput lendir vulva dan vagini kebiruan
7) Teraba bagian janin
8) Test kehamilan positif
9) Pembesaran abdomen: setelah bulan ke-3 uterus dapat diraba dari luar
10) Keluarnya kolostrum

12
11) Hiperpigmentasi: chloasma gravidarum, hiperpigmentasi areola dan
papilla mammae.
 Tanda Pasti (positive)
1) USG
2) Bunyi jantung janin
3) Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan janin
4) Tampak rangka janin dengan sinar rontgen/ultrasound
d. Adaptasi terhadap kehamilan
 Sistem Reproduksi dan Payudara
1) Uterus
- Kadar hormon estrogen dan progesteron tinggi
- Meningkatnya vaskularisasi dan dilatasi PD
- Hiperplasia dan hipertropi
- Perkembangan desidua
- Pertumbuhan uterus meningkat
- Meningkatnya aliran darah uterus dan limfe
- Edema dan kongesti panggul
- Tanda chadwick, tanda hegar, tanda goodell, tanda mcdonald
2) Vagina dan vulva (Yulizawati, 2017)
- Hormon kehamilan : produksi mukosa vagina, jaringan ikat
longgar, hipertrofi otot polos, pemanjangan vagina
- Meningkatnya vaskularisasi (tanda chadwick dan meningkatnya
sensitivitas di trimester III)
- Deskuamasi sel vagina: leukore
- Meningkatnya keasaman pH: 6.5 (rentan infeksi)
3) Payudara
- Meningkatnya sensitivitas bervariasi: geli-geli – nyeri ajam
- Pigmentasi puting susu dan areola meningkat
- Hipertrofi kelenjar sebasea di areola primer: tuberkel montgomery
- Meningkatnya suplai darah
- Meningkatnya hormon luteal dan plasenta : meningkatnya
proliferasi duktus laktiferus dan jaringan lobulus-alveolar.
 Sistem Kardiovaskuler

13
Saat sedang hamil,jantung bekerja lebih berat dengan volume darah
yang meningkat 30%-50%. Estrogen menstimulasi adrenal untuk
memproduksi aldosteron,menyebabkan retensi garam dan air. Hal ini
mengarah kepada peningkatan volume darah dan edema jaringan,namun
demikian,tekanan darah relatif tidak mengalami perubahan,jika itu terjadi
maka menandakan ibu dicurigai mengalami preeklampsia.Tekanan uterus
pada vena cava terjadi ketika wanita hamil terutama pada trimester akhir
berbaring,atau disebut supine hypotensive syndrome yang menyebabkan
pusing, pucat sementara,pening dan klamines.
Sel darah merah meningkat hingga 33% dan hemoglobin sampai
15%,tapi karena meningkatnya volume plasma menyebabkan hemodilusi
yang berakhir pada anemia fisiologis kehamilan. Tingkat plasma fibrogen
meningkat hingga 40% atau bahkan lebih dan waktu pembekuan sama
seperti kondisi saat sebelum hamil. Akibatnya,pembekuan darah lebih
mudah terjadi. Karenanya pasangan dengan statis venosa menyebabkan
secara khusus akan mengalami trombosis vena (Hamilton P. M., 1995).
 Sistem Respirasi
Pada ibu hamil, terjadi perubahan fisiologis yang tidak hanya
berhubungan dengan bentuk dan berat badan, tetapi juga perubahan
biokimia, fisiologis, bahkan emosional yang merupakan konsekuensi dari
pertumbuhan janin dalam rahim. Sejalan dengan pertumbuhan janin dan
mendorong diafragma ke atas, bentuk dan ukuran rongga dada berubah
tetapi tidak membuatnya lebih kecil. Kapasitas paru terhadap udara
inspirasi tetap sama seperti sebelum hamil atau mungkin berubah dengan
berarti. Kecepatan pernapasan dan kapasitas vital tidak berubah. Volume
tidal, volume ventilator permenit, dan ambilan oksigen meningkat. Karena
bentuk dari rongga thorak berubah dan karena bernapas lebih cepat,
sekitar 60% wanita hamil mengeluh sesak nafas (Hamilton, 1995).
 Sistem Perkemihan
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya
bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60ml dari 10ml pada wanita
yang tidak hamil. Filtrasi glomerulus meningkat sekitar 69% selama
kehamilan peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi sampai

14
aterm dan akan kembali normal pada 20 minggu post partum. Ketika
ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal plasma flow
juga akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan
vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak. Pada kehamilan
tua, misalnya aliran urin dan ekskresi natrium sangat dipengaruhi oleh
postur, yang rata-rata kurang dari separuh dari kecepatan ekskresi pada
posisi telentang, disbanding dengan posisi berbaring kiri (Sakdiah, 2012).
Sementara postur jelas mempengaruhi ekskresi pada kehamilan
lanjut, dampaknya pada filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal
kelihatannya jauh lebih berubah-ubah. Chesley dan Sloan (1964),
misalnya, menemukan keduanya menurun biasanya ketika wanita hamil
tersebut dalam posisi telentang, sementara Dunlop (1976) menemukan
sedikit penurunan atau tidak ada penurunan. Ezimokhai dkk. (1981)
menyajikan bukti bahwa penurunan aliran plasma ginjal pada kehamilan
lanjut tidak begitu saja disebabkan oleh efek posisional.
Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih
membesar dibandingkan ureter kiri. Pada kehamilan ureter membesar
untuk menampung banyaknya pembentukan urin, terutama pada ureter
kanan karena peristaltic ureter terhambat karena pengaruh progesterone,
tekanan Rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan
disebabkan karena terdapat kolon dan sigmoid di sebelah kiri (Sakdiah,
2012).
Otot polos ureter mengalami hiperplasi, hipertropi, relaksasi,
sehingga menjadi panjang dan berkelok-kelok (menjadi lekukan) dan
menampung banyak urin. Keadaan ini membuat proses perkemihan
lambat, bisa terjadi urin stagnasi yang merupakan medium yang sangat
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu urin wanita hamil
mengandung nutrien dalam jumlah yang lebih besar, termasuk glukosa,
oleh karena itu selama hamil wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran
kemih.
Kandung Kemih Kandung kemih atau blass pada masa kehamilan
tertekan oleh uterus karena posisi blass berada di depan uterus menjadikan
uterus yang mulai membesar sehingga akan meningkatkan frekuensi
buang air kecil. Terutama pada trimester I, trimester II tekanan uterus
15
terhadap blass berkurang. Karena uterus sudah mulai keluar dari rongga
panggul dan pada trimester III sering terjadi rangsangan kembali karena
bagian terendah janin turun ke rongga panggul. Selain itu vaskularisasi
pada blass menyebabkan tonus otot turun. Terjadinya hemodilusi juga
menyebabkan metabolisme air meningkat sehingga pembentukan urin
bertambah dan kapasitas blass sampai 1500ml (Sakdiah, 2012).
Mendekati akhir kehamilan, khususnya pada nullipara di mana
bagian presentasinya sering sudah masuk sebelum terjadi persalinan,
seluruh basis kandung kemih terdorong ke depan dan ke atas, sehingga
mengubah permukaan normal yang cembung menjadi cekung. Sebagai
akibatnya, kesulitan prosedur diagnostik dan terapeutik semakin besar. Di
samping itu, tekanan dari bagian presentasi tersebut mengganggu drainase
darahdan limfe dari basis kandung kemih, yang sering membentuk edema,
yang mudah mengalami cedera, dan agaknya lebih peka terhadap infeksi.
Sistem perkemihan pada ibu hamil di Trimester 1 bulan-bulan
pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul
kencing karena tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Keadaan ini
akan hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak
berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan. Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami
tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada
saat kehamilan.
Trimester II kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar
mulai berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada
trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati
ke arah abdomen. Uretra memanjang sampi 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini
membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.
Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml (Sakdiah, 2012).
Pada Trimester III akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun
kepintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
16
kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi
hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Mendekati
akhir kehamilan, khususnya pada nullipara di mana bagian presentasinya
sering sudah masuk sebelum terjadi persalinan, seluruh basis kandung
kemih terdorong ke depan dan ke atas, sehingga mengubah permukaan
normal yang cembung menjadi cekung. Sebagai akibatnya, kesulitan
prosedur diagnostik dan terapeutik semakin besar (Sakdiah, 2012).
Normalnya hanya terdapat sedikit urin residual pada nullipara, tetapi
kadang kala ini timbul pada multipara dengan dinding vagina yang rileks
dan sistokel. Inkompetensi katup ureterovesikal dapat terjadi tumpang
tindih, dengan konsekuensi kemungkinan refluks urin vesikoureteral.
 Sistem Integumen
Pada ibu hamil akan terjadi peningkatan pituitary melanin
stimulating hormon yang menyebabkan hiperpigmentasi penggelapan
warna kulit pada bagian areola (sekitar puting), puting susu, vulva (bibir
vagina), aksila, perineum, dan linea nigra (garis memanjang di perut).
Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra tidak akan menghilang
sepenuhnya setelah melahirkan (Ladewig, London, & Olds, 2006). Terjadi
pigmentasi menyerupai bentuk kupu-kupu pada wajah, akan hilang
setelah kehamilan. Striae (stretchmark) di daerah abdomen, mammae, dan
paha (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
 Sistem Muskuloskeletal
(1) Tulang dan Persendian: Selama masa kehamilam wanita
membutuhkan kira kira sepertiga lebih banyak kalsium dan fosfor.
Dengan diet yang seimbang kebutuhan tersebut terpenuhi dengan
baik. Sendi pelvik saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Postur
tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen. Untuk mengkompensasi penambahan
berat ini, bahu lebih tertarik kebelakang dan tulang belakang lebih
melengkung, sendi tulang belakang menjadi lebih lentur, dapat
menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita (Deswani,
2018).

17
(2) Otot: Kram otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama
kehamilan, penyebabnya tidak diketahui tetapi mungkin berhubungan
dengan metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya drainase sisa
metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang. Kram biasanya
terjadi setelah berdiri sepanjang hari dan pada malam hari setelah
tubuh istirahat, sedikit gerakan dan penggunaan kompres hangat
dapat sedikit membantu. Aktivitas sehari hari yng sedang dan lebih
banyak waktu untuk beristirahat dengan kaki dinaikan merupakan
cara yang pada umumnya berhasil untuk mengurangi
ketidaknyamanan (Hamilton P. M., 1995).
 Sistem Neurologi
(1) Rasa baal dan nyeri berkala
(2) Nyeri kepala
 Sistem Pencernaan
(1) Gusi menjadi bengkak, lunak dan berlubang karena efek dari
peningkatan Estrogen
(2) Peningkatan saliva atau ptialin
(3) Komplikasi mual dan muntah (peningkatan Hestrogen atau HGC
merelaksasi otot perut) terjadi pada kehamilan minggu ke 4-8 dan
minggu 14-16
(4) Peningkatan rasa lapar dan haus karena penurunan osmolaritas
plasma dan peningkatan kadar prolaktin
(5) Nafsu makan bertambah karena peningkatan progesteron untuk
penyimpanan lemak agar keseimbangan energi selama kehamilan
(6) Perubahan indra pengecap (lidah) mengakibatkan mengidam
(7) Penurunan tekanan intraesofagus dan peristaltik disertai peningkatan
tekanan intrastrik refluks ke esofagus mengakibatkan mual dan
muntah
 Sistem Endokrin
Kelenjar dari sistem endokrin menghasilkan bahan bahan kimia yang
mempengaruhi seluruh tubuh. Selama masa kehamilan, banyak perubahan
yang terjadi.

18
(1) Ovarium dan Plasenta: Ovarium merupakan sumber estrogen dan
progesteron pada wanita tidak hamil. Pada saat konsepsi, korpus
luteum tempat ovum berasal mulai menghasilkan estrogen dan
progesteron. Segera setelah plasenta terbentuk dengan baik, ia
menjadi sumber utama kedua hormon tersebut. Plasenta juga
membentuk steroid dan tiga jenis hormon lainnya: human chorionic
gonadotropin (hCG), human placental lactogen (hPL) juga disebut
human chorionic somatomammotropin (hCS), dan human chorionic
thyrotropin (hCT).
(2) Kelenjar Tiroid: Selama masa kehamilan, basal metabolic rate (BMR)
menigkat hampir 20% dan kelenjar tiroid membesar, tetapi jumlah
hormon yang dihasilkan tetap sama (tiroksin). Ukurannya meningkat
karena pertumbuhan sel sel acinar, dan menigkatnya metabolic rate
disebabkan karena oksigen digunakan lebih banyak
(3) Kelenjar Paratiroid: Kelenjar paratiroid ukurannya meningkat selama
masa kehamilan, terutama selama minggu ke 15 sampai minggu ke
30 ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar. Hormon paratiroid
penting untuk mempertahankan kecukupan kalsium dalam darah,
tanpa hormon tersebut metabolisme tulang dan otot terganggu.
(4) Pankreas: Insulin dihasilkan oleh sekelompok sel sel kecil yag disebut
pulau langerhans, yang terjadi di seluruh jaringan pankreas. Selama
masa kehamilan sel sel ini tumbuh dan menghasilkan lebih banyak
insulin untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Walaupun
demikian, karena keterbatasan penyimpanan glikogen, wanita sehat
yang hamil kurang mampu mengatasi jumlah gula yang lebih banyak,
sehingga beberapa dari mereka menegeluarkannya dalam urin. Bagi
ibu yang diabetes, kehamilan merupakan hal riskan yang
berkelanjutan.
(5) Kelenjar Pituitari: Lobus anterior dari kelenjar pituitari mengalami
sedikit pembesaran selama kehamilan dan terus menghasilkan semua
hormon tropik, tertai dengan jumlah yang sedikit berbeda. Follicle
stimulating hormon (FSH) ditekan oleh chrorionic gonadotropin
(hCG) yang dihasilka dalam plasenta. Hormon pertumbuhan
berkurang dan hormon melanotropik meningkat menyebabkan
19
peningkatan pigmentasi puting susu, wajah, dan abdomen.
Pembentukan prolaktin meningkat dan berlanjut setelah persalinan
selama menyusui. Sebagaimana bayi telah matur, pembentukan
prolaktin oleh lobus posterior meningkat dalam menyiapkan
perannya menstimulasi kontraksi otot uterus dalam proses persalinan.
(6) Kelenjar Adrenal: Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama
kehamilan, terutama bagian kortikal yang membentuk kortin. Jumlah
ion natrium dan kalium dalam aliran darah diatur oleh kortin. Bagian
medula dari kelenjar adrenal mensekresi epinephrine, hormon yang
sangat penting. Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi
bagian medula.
5. Adaptasi Maternal
Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk
berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif.
Pada kehamilan awal tidak ada yang berbeda. Ketika fetusnya mulai bergerak pada
trimester ke-2, wanita tersebut mulai menaruhperhatian pada kehamilannya dan
menjalin percakapan dengan ibunya atau teman-temann lain yang pernah hamil
(Manuaba, 2007).
Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress
tetapi imbalannya adalah wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk
bertanggung jawab dan menyiapkan peran barunya. Perkembangan ini membutuhkan
suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas dengan mencakup menerima
kehamilannya, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali hubungan
dengan ibunya, suami, dan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran
anaknya (Wayland & Tate, 1993).
Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil, ketika ibu menghayal dan
memimpikan dirinya sebagai ibu. Hubungan ibu dan anak berkembang dalam tiga fase
hamil, yaitu:
a. Fase 1
Ibu menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan pernyataan
“saya hamil” dan menyatakan ide tentang anak di dalam tubuhnya dan gambaran
dirinya sebagai berikut:
 Pikiran terpusat pada dirinya

20
 Menyadari kenyataan dirinya hamil
 Fetus adalah bagian dari dirinya
 Fetus seolah-olah tidak nyata
b. Fase 2
 Menerima tumbuhnya fetus yang merupakan makluk yang berbeda dengan
dirinya
 Timbul pernyataan “saya akan mempunyai seorang bayi”
 Tumbuh kesadaran bahwa bayinya adalah makhluk lain yang terpisah dari
tubuhnya
 Terlibat dalam hubungan ibu-anak, Asuhan, dan tanggung jawab
c. Fase 3
Pada fase ini adalah proses kelekatan ibu dan anak merasakan sebagai berikut:
 Merasa realistic
 Mempersiapkan kelahiran
 Persiapan menjadi orang tua
 Spekulasi mengenai jenis kelamin
 Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telingannya ke perut ibu dan
berbicara dengan fetus
6. Adaptasi Paternal
Perkembangan pengalaman ayah dibagi sesuai fase – fase dalam kehamilan
istrinya:
a. Trimester I
 Setelah mengetahui istrinya hamil, ia akan memberi tahu teman teman dan
relasinya mengenai kabar gembira tersebut
 Sering bingung terhadap perubahan perasaan istrinya, termasuk perubahan
tubuhnya. Ia memperhatikan kebutuhan istrinya yang mudah lelah dan
menurunnya keinginan hubungan seksual istrinya
 Saat ini, anaknya adalah bayi yang “potensial”. Ayah sering dibayangkan
berinteraksi dengan anaknya yang dibayangkan berumur 5 atau 6 tahun,
walaupun kehamilan istrinya belum kelihatan (Jordan, 1990)
b. Trimester II
 Peran ayah pada saat ini masih samar – samar, tetapi keterbatasannya
meningkat dengan melihat dan merasakan gerakan fetus.

21
 Ayah menjadi lebih nyaman dengan peran yang baru. Dengan melihat
anaknya di USG adalah pengalaman yang penting dalam menerima
kenyataan istrinya hamil.
 Seorang ayah ingin meniru atau membuang perilaku sebagai ayah sesuai
keinginannya. Bisa juga timbul konflik pada pasangan tentang bagaimana
menjadi ayah. Dalam peran ayah sebagai pencari nafkah yang oleh istrinya
ditambah dengan terlibat secara aktif dalam mempersiapkan perawatan anak
, maka stresnya akan meningkat. Untuk itu, perlu persetujuan bersama
pembagian peran (Diemer, 1997). Di satu sisi ibu ingin dominan, tetapi di
sisi yang lain ayah ingin lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja,
melakukan hobinya atau dengan teman – temannya.
c. Trimester III
Bila pasangan mampu berkomunikasi dengan baik trimester tiga ini adalah
waktu yang khusus dengan gambaran yang jelas tentang peran – perannya dan
mempersiapkan bersama kondisi ke depan (Mandang, Tombokan, & Tando,
2016).
 Terlibat dalam kelas bersama, pendidikan kesehatan tentang melahirkan
 Persiapan yang nyata untuk kelahiran bayi
 Perannya menjadi jelas
 Timbul rasa takut
 Timbul pertanyaan, menjadi orang tua seperti apa?
 Dapatkah ia membantu istrinya melahirkan?
 Apakah mereka akan mempunyai bayi
7. Adaptasi Kakek Nenek
Perubahan peran dalam keluarga akan sangat memengaruhi seorang individu,tidak
terkecuali pada calon kakek dan nenek. Kelahiran seorang cucu adalah bukti bahwa
mereka sudah menjadi kakek atau nenek. Ada individu yang bereaksi negatif terhadap
hal ini ada pula yang bersikap positif. Mereka merasa belum siap dengan peran yang
baru,termasuk perasaan takut kehilangan perhatian dari anak mereka yang tidak lama
akan membagi perhatian kepada sang bayi. Akan tetapi ada juga beberapa diantara
mereka yang menyambut baik saat mengetahui mereka akan mempunyai anggota
keluarga baru. Hal yang biasa ditunjukan adalah dengan menjaga anaknya yang sedang
hamil,berbagi pengalaman saat mereka berada diposisi yang sama dulu,juga

22
membayangkan saat pertama kali mereka menjadi orang tua. Hal seperti ini juga
menjadi penting bagi psikis ibu hamil (Hamilton P. M., 1995).
8. Adaptasi Sibling
Anak yang lebih tua sering mengalami perasaan kehilangan atau cemburu karena
digantikan oleh saudaranya yang baru. Beberapa faktor yang mempengaruhi respons
anak diantaranya:
a. Usia
b. Perilaku orang tua
c. Peran ayah
d. Jarak pemisah dari ibu
Ibu dengan anak lainnya harus menyediakan waktu dan usaha untuk menyusun
kembali hubungannya dengan mereka. Ia perlu mempersipkan saudara untuk kelahiran
anak dan memulai proses perubahan peran dalam keluarga denganmelibatkan anak
dalam kehamilan dan peduli terhadap anak.yang lebih tua mengenai kehilangan tempat
mereka dalam hierarki keluarga. Respons saudara terhadap kehamilan bervariasi
berdasarkan usia dan tingkat ketergantungannya yaitu:
a. Usia 1 tahun
Tampak tidak menyadari proses tersebut.
b. Usia 2 tahun
Akan menyadari perubahan pada penampilan ibunya dan dapat mengatakan bahwa
“Ibu gemuk”. Kebutuhan balita akan lingkungan yang sama membuat anak
menyadari adanya perubahan. Mereka dapat menunjukkan perilaku yang lebih
bergantung dan terkadang mengalami penurunan dalam latihan menggunakan toilet
dan makan (Susanti & Nengah, 2008).
c. Usia 3 atau 4 tahun
Anak senang mendengar cerita mengenai asal mula mereka dan mendengarkan
bagaimana perkembangan mereka yang digambarkan seperti kehamilan saat ini.
Mereka senang mendengarkan denyut jantung janin dan merasakan bayi bergerak
dalam Rahim.
d. Anak Usia Sekolah
Memiliki ketertarikan klinis yang lebih besar dalam kehamilannya. Anak usia ini
masih berpikir konkret dan dasar pengkajiannya pada kenyataan saat ini, mereka
berespons positif terhadap kesehatan ibunya yang baik saat ini.

23
e. Usia Remaja Awal dan Pertengahan
Mereka terpreokupasi dengan pembentukan identitas seksual mereka dapat
memiliki kesulitan dalam menerima bukti dari aktivitas seksual orang tuanya.
Banyak wanita hamil dengan anak remaja akan mengakui bahwa perilaku anak
remaja mereka merupakan aspek tersulit dari kehamilan mereka saat ini (Susanti &
Nengah, 2008).
f. Remaja Akhir
mereka tidak terganggu oleh peristiwa ini. Mereka sibuk membuat perencanaan
untuk kehidupannya sendiri dan menyadari bahwa mereka akan segera
meninggalkan rumah.
Saudara kandung (silbing) perlu dipersiapkan akan kedatangan adiknya karena
dapat menimbulkan perasaan bersaing (sibling rivalry). Sibling rivalry timbul karena
anak-anak takut perhatian orang tuanya berubah. Pencegahan kondisi ini dapat
dilakukan dengan cara
a. Anak-anaknya yang lain diberitahu sejak awal kehamilan.
b. Kepada anak toddler diberikan kesempatan untuk merasakan gerakan bayi dalam
Rahim dan dijelaskan bahwa Rahim adalah tempat khusus tumbuhnya bayi.
c. Anak dapat membantu mengatur baju bayi atau menyiapkan tempat tudr, dll.
d. Bantu anak menyusuaikan diri terhadap perubahan ini.
e. Mengajak anak ke tempat pemeriksaan kehamilan dan berikan kesempatan untuk
mendengarkan denyut jantung janin.
9. Nutrisi Selama Kehamilan
Wanita hamil memerlukan nutrisi lebih banyak dari biasanya guna menunjang
kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan nutrisi
dapat dilihat dari berat badan seseorang. Namun pada wanita hamil, perlu adanya
pengontrolan berat badan guna terpenuhinya asupan nutrisi bagi wanita hamil dan janin
yang dikandungnya. Wanita hamil yang memiliki berat badan kurang (sesuai dengan
perhitungan IMT) sebelum masa kehamilan,beresiko melahirkan bayi dengan berat
badan bayi lahir rendah (BBLR), sedangkan apabila berat badan lebih sebelum masa
kehamilan, wanita hamil beresiko terkena diabetes gestasional, komplikasi ibu, juga
terhambatnya pertumbuhan janin dikarenakan terjadinya penyempitan pembuluh darah
(Mintarsih, 2008).

24
a. Peningkatan berat badan selama kehamilan
Kenaikan berat badan tetap dianjurkan pada wanita hamil selama masa
kehamilan, namun jumlah kenaikan tergantung pada berapa tinggi badan dan
berat badan sebelum kehamilan. Apabila sebelum kehamilan memiliki berat
badan kurang dari BMI, maka dianjurkan kenaikan berat badan sebesar 14-20 kg,
apabila sebelum kehamilan memiliki berat badan normal maka dianjurkan
kenaikan berat badan sebesar 7,5-12 kg, dan apabila sebelum masa kehamilan
memiliki berat badan lebih dari BMI maka dianjurkan kenaikan berat badan
sebesar 12,5-17,5 kg. Kurang atau lebihnya berat badan yang dimiliki wanita
hamil selama masa kehamilan bukan berarti wanita hamil harus menambah porsi
makan besar-besaran atau melakukan diet, tetapi harus memiliki atau
memperbaiki pola makannya sesuai dengan anjuran dari tenaga medis.
(Mintarsih, 2008)
b. Pola peningkatan berat badan selama kehamilan
 Trimester pertama : kenaikan berat badan sebesar 1-2 kg
 Trimester kedua : kenaikan berat badan sebesar 0,35-0,4 kg perminggu
c. Kebutuhan nutrisi selama kehamilan
Wanita hamil perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, air, vitamin, mineral, zat besi, natrium, asam folat,fluor, dan suplemen
nutrient. (Mintarsih, 2008)
10. Imunisasi Selama Kehamilan
Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan
perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari
pajanan infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi
juga penting dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan (Ayuningrum &
Murdiati, 2013). Imunisasi yang rutin dilakukan selama kehamilan sebaiknya ditunda
sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan teratogen (membuat cacat) bagi
janin. Waktu terbaik untuk membicarakan tentang imunisasi adalah ketika sedang
merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita terkena
penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi
dipertimbangkan dari untung dan ruginya. Jenis imunisasi dan vaksin yang dibutuhkan
wanita hamil adalah:

25
a. Tetanus (Tetanus Toksoid)
Vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus
neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak
melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster.
b. Hepatitis B
Untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan
seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual,
penggunaan narkoba suntik)
c. Influenza (Inaktif)
Vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun sebaiknya
diberikan setelah minggu ke-14 Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan
pada wanita hamil dengan pajanan infeksi spesifik
d. Pneumokokus
Diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko
tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan
gangguan jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh;
diabetes)
e. Rabies
Hanya diirekomendasikan bagi mereka yang terpajan dan terpapar dengan
rabies.
f. Hepatitis A
Belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama
kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)
g. Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif
h. MMR (Mumps, Measles, Rubella)
Merupakan kontraindikasi bagi kehamilan karena kemungkinan risiko
kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya menunggu selama 3 bulan
sebelum hamil setelah menerima vaksin virus hidup ini.
i. Varisela
Tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela
pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan.

26
j. HPV (Human Papiloma Virus)
Memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan ibu hamil. Data
vaksinasi pada wanita hamil terbatas (Mustika & Hasanah, 2018).
Agen Tipe Agen Indikasi
No. Jadwal Dosis Keterangan
Imunobiologi Imunisasi Imunisasi

1. Tetanus Toksoid X Diberikan 3


toksoid kali, 2 terakhir
ketika hamil

2. Hepatitis A Vaksin virus 2 dosis Direkomendasika


inaktif n pada wanita
dengan risiko
tinggi

3. Hepatitis B Hepatitis B Tergantung Umumnya


Imunoglobin pajanan diberikan dengan
vaksin virus
Hepatitis B, bayi
baru lahir yang
terpajan
membutuhkan
profilaksis

4. Influenza Vaksin virus X (musim Dosis tunggal,


inaktif influenza) IM

5. MMR Vaksin virus Dosis tunggal, Subkutan


hidup subkutan Vaksinasi
terhadap wanita
risiko tinggi
sebaiknya
dilakukan setelah
melahirkan,
imunisasi sebelum
kehamilan

6. Varisela Zoster Dosis tunggal, Imunisasi


immunoglobulin IM, 96 jam sebelum
setelah kehamilan
terpajan

7. Pneumokoku Vaksin polivalen Dosis tunggal Direkomendasika


s polisakarida SC atau IM n pada wanita
dengan risiko
tinggi

27
8. Rabies Vaksin virus Direkomendasika
mati n pada wanita
dengan risiko
tinggi

9. Polio Virus hidup oral Oral dan Direkomendasika


dan vaksin virus subkutan n untuk wanita
inaktif (SK) hamil yang
bepergian ke
daerah endemis

11. Stimulasi Selama Kehamilan


Stimulasi yang dilakukan saat masa kehamilan dapat meningkatkan potensi
kecerdasan anak. Kurangnya stimulasi otak pada saat kehamilan dapat menyebabkan
ketidak mampuan anak untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat
(Depkes RI, 2009). Stimulasi janin di dalam kandungan dilakukan dengan mengajak
berbicara, mengobrol, menyanyikan lagu, membacakan doa, lagu-lagu keagamaan
sambil mengelus-elus perut ibu. Dapat pula dengan memperdengarkan lagu melalui
radio kaset yang ditempelkan di perut ibu. Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap hari,
setiap saat ibu dapat berinteraksi dengan janinnya, misalnya sambil mandi, memasak,
mencuci pakaian, berkebun, membaca koran/majalah, menonton TV, di kendaraan, di
kantor, di pasar, dimana saja dapat memberikan stimulasi (Soedjatmiko, 2009).
12. Pemeriksaan Lab dan Penunjang
a. Pemeriksaan USG: untuk membuktikan kehamilan, usia kehamilan, dan ukuran
serta lokasi plasenta.
b. Rontgen: untuk memastikan usia kehamilan
c. Tes spesimen mid-stream: untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi traktus
urinarius
d. Pengumpulan estriol: untuk menilai fungsi plasenta dan kesehatan janin
e. Tes golongan darah dan Rh: untuk mengetahui golongan darah dan Rh yang
penting pada kasus yang memerlukan transfuse segera; pemeriksaan antibodi
dilakukan pada darah dengan Rh negatif
f. Tes kadar estriol serum: untuk memeriksa fungsi plasenta
13. Masalah yang Sering Dialami pada Masa Kehamilan
a. Morning sickness
b. Mengidam (faktor psikologis)

28
c. Pingsan, karena Hb yang rendah, biasanya terjadi sampai minggu ke 16.
d. Sering BAK
e. Obstipasi karena fungsi tonus otot menurun, dipengaruhi hormon steroid
f. Pigmentasi kulit
g. Varises pada daerah genitalia eksterna, fosa poplieta, kaki dan betis
h. Edema pada kaki
i. Gangguan hemoroid (wasir)
14. Konsep Peka Budaya yang Mempengaruhi Selama Kehamilan
Peka budaya adalah model asuhan keperawatan dengan kompetensi kultural
perawat sebagai pondasi dalam memberi asuhan keperawatan (Andrew & Boyle, 2003).
Model asuhan keperawatan yang digunakan pada budaya yang mempengaruhi
kehamilan adalah Paradigma Transcultural Nursing Leinenger (1985).
a. Cara 1 : mempertahankan budaya jika budaya tersebut tidak bertentangan dengan
kesehatan. Implementasi yang diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan.
b. Cara 2: Negosiasi budaya intervensi dan implementasi keperawatan.
Menganjurkan klien untuk memilih budaya lain yang mendukung peningkatan
kesehatan.
c. Cara 3: Restrukturisasi budaya jika budaya tersebut merugikan kesehatan.
15. Asuhan Keperawatan Terhadap Gangguan Nutrisi pada Ibu dalam Masa Kehamilan
a. Pengkajian Keperawatan
 Status nutrisi
 Indikator fisik
 BB sebelum hamil
 Pertambahan BB selama hamil
 Kebiasaan diet saat ini
 Nilai laboratorium (hb, ht)
 Asupan makanan harian
 Faktor individu dalam pemilihan makanan
 Pemahaman klien tentang nutrisi
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul terkait nutrisi pada ibu hamil:
 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

29
(1) Ketidakadekuatan pemahaman mengenai kebutuhan nutrisi selama
kehamilan
(2) Mual dan muntah pada awal kehamilan
(3) Pengaruh budaya atau etnik pada pola diet
(4) Pembatasan diet yang ditentukan oleh diri sendiri
(5) Ketidakadekuatan asupan kalori
(6) Alergi atau intoleransi makanan
 Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
(1) Makan berlebihan
(2) Penurunan aktivitas fisik seiring dengan pertambahan usia
kehamilan
(3) Pemahaman yang buruk mengenai kebutuhan nutrisi selama
kehamilan
 Konstipasi yang berhubungan dengan
(1) Ketidakadekuatan asupan makanan berserat
(2) Penurunan aktivitas fisik seiring bertambahnya usia kehamilan
 Risiko defisist volume cairan yang berhubungan dengan ketidakadekuatan
asupan cairan
 Risiko infeksi yang berhubungan dengan malnutrisi
 Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan
(1) Kebutuhan nutrisi selama kehamilan
(2) Perubahan sistem tubuh dalam kehamilan dan kebutuhan untuk
meningkatkan nutrien
(3) Efek nutrisi pada pertumbuhan dan perkembangan janinIntervensi
Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
 Berikan konseling diet dalam area yang sesuai kebutuhan untuk membantu
klien memperoleh status nutrisi yang optimal selama kehamilan
 Libatkan klien dalam perencanaan
 Pertimbangkan kebutuhan individu, kesukaan, sikap, kebutuhan keluarga,
dan latar belakang budaya atau etnik
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrien

30
 Rencanakan menu dengan klien, termasuk makanan yang disukai dan dapat
dijangkau serta dapat disiapkan
 Ajarkan pentingnya pertambahan BB untuk membantu klien menerima
perubahan pola makan dan citra tubuh
 Gunakan dan diskusikan kisi kenaikan BB pada setiap kunjungan untuk
memberi tahu klien tentang perkembangannya
 Rujuk ke ahli gizi jika perlu untuk memberikan konseling nutrisi tambahan
dalam situasi tertentu
d. Evaluasi Keperawatan
 Masalah yang berkaitan dengan nutrisi tidak ada
 Pertambahan BB adekuat dan sesuai dengan pola yang direkomendasikan
 Pertumbuhan dan kesejahteraan janin sesuai dengan pola yang optimal.

16. Asuhan Keperawatan Kasus


a. Pengkajian Keperawatan
 Nama : Ny A
 Usia : 31 tahun
 G..P..A.. : G3P1A1
 HPHT: 6 Juni 2018
 Kelthan : Pasien mengatakan sering BAK terutama malam hari sehingga
mengganggu tidur. Selama kehamilan tidak boleh makan menggunakan
piring ukuran besar karena dikhawatirkan ukuran plasenta akan besar.
 Imunisasi TT lengkap
 Hasil pemeriksaan fisik:
(1) Terdapat cloasma gravidarum dan hiperpigmentasi pada areola,
terdapat linia nigra, alba dan striae di abdomen.
(2) Leopold I : TFU 30 cm, teraba bulat lebar dan tidak melenting,
(3) Leopold II : Teraba datar memanjang di bagian abdomen kanan, dan
teraba bagian-bagian kecil di abdomen kiri
(4) Leopold III : Presentasi teraba keras bulat melenting dan tidak bisa
di goyangkan.
(5) Leopold IV : Konvegen
(6) DJJ : 145x/menit.

31
(7) Berat badan sebelum hamil 52 kg dengan TB 156 cm, dan BB saat
ini 65 kg.
(8) TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 82x/menit dan frekuensi napas 18
x/menit,
(9) Observasi vagina: chadwik (-), keluaran cairan bening, tidak berbau,
jumlah sedikit, tidak ada varises vagina, ektremitas bawah edema -,
Homan sign (+/+), varises (-/-), reflek patella (+/+)
(10) Hasil USG: bayi tunggal, hidup dan cairan amnion cukup.
b. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering bak pada malam hari.
Ds: Sering bak terutama malam hari menggangu tidur.
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cloasma gravidarum
Do: Cloasma gravidarum, hiperpigmentasi pada wajah

c. Intervensi Keperawatan
 Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering bak pada malam hari.
(1) Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan
kehamilan
(2) Tentukan pola tidur saat ini
(3) Evaluasi tingkat kelelahan
(4) Kaji terhadap kejadian insomnia dan respon klien terhadap
penurunan tidur
(5) Mengkaji sel darah merah dan kadar Hb
(6) Rujuk klien untuk konseling apabila kekurangan tidur atau
kekelahan mempengauhi aktivitas kehidupan sehari-hari
 Dx : Gangguan citra tubuh b.d. perubahan penampilan karena cloasma
gravidarum
(1) Terima persepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa ia dapat
mengatasi krisis ini
(2) Dorong klien melakukan perawatan diri
(3) Kaji persiapan klien, kemudian libatkan klien dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan bila memungkinkan

32
(4) Berikan kesempatan pada klien untuk menyatakan perasaannya
tentang citra tubuh
(5) Bimbing dan kuatkan fokus klien pada aspek-aspek positf dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan citra tubuh
d. Evaluasi Keperawatan
 Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering bak pada malam hari.
(1) Klien dapat mengalami perbaikan pola tidur/istirahat
(2) Klien dapat mengalami peningkatan rasa sejahtera dan perasaan
segar
 Dx : Gangguan citra tubuh b.d. perubahan penampilan karena cloasma
gravidarum
(1) Klien menerima perubahan citra tubuh
(2) Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.
(3) Klien mengkomunikasikan perasaan terhadap perubahan citra tubuh.
(4) Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.

33
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, & Boyle. (2003). Transcultural Conceptin Nursing Care 4th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins.
Agnes Sri Harti., E., & Nurkusumawati., H. (2013). Pemeriksaan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi, 1–4.
Retrieved from
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/download/54/99/
Ayuningrum, L., & Murdiati, A. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Imunisasi
Tetanus Toksoid Dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil
Primigravida Di Puskesmas Rowosari Kota Semarang. Jurnal Dinamika Kebidanan, 3
(2). dilihat pada tanggal 20 Desember 2019
http://jurnal.abdihusada.ac.id/index.php/jurabdi/article/view/38
Deswani. (2018). Asuhan Keperawatan Prenatal Dengan Pendekatan Neurosains. Malang:
Wineka Media.
Farrel, H. (2001). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hacker, N. F., & Moore, J. G. (2001). Hacker, N. F., & Moore, J. G. (2001). Essensial
Obstetri dan Ginekologi 2nd Edition. Jakarta: Hipokrates.
Hamilton, P. M. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta: EGC.
Harti, A. S., & Nurkusumawati, H. (2013). Pemeriksaan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan Dini Secara Immunokromatografi. Jurnal
Stikes Kusumahusada, 1-4.
Helen, F. (2001). Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kurniawati, Novi., Triyawati, L. (2013). Pengaruh Usia dan Paritas terhadap Kejadian
Plasenta Previa pada Ibu Hamil Trimester III, 29–41. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/236509-pengaruh-usia-dan-paritas-
terhadap-kejad-07fa9719.pdf
Ladewig, P. W., London, M. L., & Olds, S. B. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru
Lahir Edisi 5. Jakarta: EGC.
Laveno, K. J. (2019). Obstetri William Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.
Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., & Cashion, K. (2013). Maternity Nursing 8th Edition.
Singapore: Elsevier.
Mandang, L., Tombokan, S., & Tando, N. M. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor:
In Media.
34
Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mintarsih, S. (2008). Berat Badan dan Nutrisi Pada Wanita Hamil. Profesi (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian, 27-34.
Mustika, S., & Hasanah, D. (2018). Mustika, S & HAsanah, D 2018, 'Prevalensi Infeksi
Hepatitis B Pada Ibu Hamil Di Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 30 (1). dilihat
pada 20 Desember 2019 https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/2046
Nurachmawati, A., & Anggraeni, I. (2010). Tradisi Kepercayaan Masyarakat Pesisir
menangani Kesehatan Ibu di Desa Tanjang Limau Muara Badak Kalimantan Timur.
Jurnal Kesehatan reproduksi, 1 (1).
Reeder, S., Leonide, M., & Deborah, K. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Renowati, S. S. (2018). Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode Strip Test dengan
Metode Aglutinasi. Jurnal Stikes Perintis, 1 (1). Retrieved from
https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/73/64
Rusmiati, S., Maryanah, A., & Susanti, N. N. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
EGC.
Sakdiah, H. (2012). Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan.
Jakarta: Budi Utama.
Salmah, Rusmiati, Maryanah, & Susanti, N. (2005). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
EGC.
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung: PT. Refika Aditama.
Susanti, & Nengah, N. (2008). Psikologi Kehamilan. Jakarta: EGC.
Yulizawati, E. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Padang: Erka.

35

Anda mungkin juga menyukai