Demam Tifoid
Disusun oleh:
Melati Ganeza
1102014153
Pembimbing :
dr. Ellen Rostati Sianipar, Sp. A (K)
Identitas Pasien
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 31 Juli 2007
Usia : 12 tahun
Agama : Islam
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2019 pukul 07.00 bertempat di
Bangsal Mawar dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu
kandung pasien.
Keluhan utama : Demam terus-menerus sejak 7 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami demam sejak 7 hari SMRS. Demam naik turun, demam terus
menerus, demam tertinggi saat malam hari terutama tengah malam, demam
diukur dengan suhu 38℃ dengan termometer digital, demam turun dengan
obat penurun panas, menggigil (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), berkeringat
(-), tidak ada riwayat berpergian dari luar kota, tidak disertai dengan kejang.
Muntah sejak 5 hari yang lalu, frekuensi 1x isi makanan dan minuman, lendir
(-), darah (-), kehijauan (-), muntah tidak menyemprot
Pasien sulit BAB 3 hari pada awal demam
Napsu makan pasien menurun sejak 7 hari yang lalu, sebelumnya pasien makan
dengan makanan biasa, frekuensi 2-3 kali sehari, menghabiskan satu porsi,.
Selama sakit pasien hanya mau makan seperempat porsi makan dalam sehari
Penurunan berat badan tidak jelas
Batuk tidak ada, pilek tidak ada
Sesak napas tidak ada
Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada
Riwayat bepergian ke daerah endmis malaria tidak ada
Riwayat bintik-bintik pada kulit tidak ada
BAK warna dan jumlah biasa
Pasien sering jajan di luar rumah
Pasien sebelum di bawa ke RSUD Pasar Rebo, dilakukan pemeriksaan Widal
pada hari ke 4 demam dengan hasil S. Paratyphi BO +1/160
Riwayat Kehamilan :
Ibu pasien P2A0, pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Saat pasien
di kandungan, ibu pasien rutin kontrol ke dokter kandungan setiap bulannya.
Tidak ada penyulit selama kehamilan.
Kesan : Riwayat kehamilan baik.
Riwayat Nutrisi :
Pasien menerima ASI hingga usia 1 bulan. Pasien diberikan susu formula sejak
usia 1 bulan. Pasien mendapat makanan pendamping asi pada saat usia 6 bulan
berupa biskuit susu, bubur kasar dengan campuran wortel, kentang, bayam,
telur, ayam,ikan dengan frekuensi 3x sehari.
Kesan : Secara kualitas kurang dan kuantitas nutrisi cukup.
Riwayat Imunisasi :
BCG (0 bulan)
DPT (2bulan, 3 bulan, 4 bulan)
Polio (2 bulan, 3 bulan, 4 bulan)
Campak (9 bulan)
Hepatitis B (0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Pemeriksaan fisis dilakukan pada tanggal 15 Juli 2019, pukul 07.00 di Bangsal
Mawar RSUD Pasar Rebo
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)
Tanda vital
Laju nadi : 136x/min, reguler, teraba kuat.
Laju nafas : 27 x/min
Suhu : 37.5OC
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Saturasi O2 : 99%
Kulit Warna sawo matang, lesi (-), jaringan parut (-), sianosis (-)
Hidung Deviasi septum nasi (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-)
Tenggorok Faring tenang, tonsil T1/T1 tidak hiperemis.
Bibir simetris, sianosis (-), mukosa lembab, sianosis (-), gigi
Mulut lengkap, gusi merah muda, lidah kotor (-)
D. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja :
Demam Tifoid
Gizi Kurang
2. Diagnosis Banding :
Demam Dengue
Malaria
Tatalaksana
1. Diagnostik
- Darah perifer lengkap
- Tes widal
- Tubex test
2. Terapeutik
- IVFD K3B 1600/ hari = 23 tpm
1 botol dalam 7 jam
- Sirup Paracetamol 250mg/ 5ml
3 x 7,5 ml
- Injeksi Seftriakson 1 x 2 gram
3. Edukasi
Edukasi tentang:
Pentingnya cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan
Pentingnya menjaga higiene dan sanitasi lingkungan
Pentingnya mengetahui kebersihan dan higienisitas makanan
E. Prognosis
ad vitam : bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanactionam : dubia ad bonam
F. Follow Up
15 Agustus 2019
S/ Demam hari ke 7
muntah tidak ada
Batuk dan pilek tidak ada, sesak napas tidak ada
Buang Air Besar ada sedikit warna dan konstitensi biasa
Buang Air Kecil warna dan jumlah biasa
Makan belum banyak
O/ KU KES TD ND Nfs T
sdg CM 110/70 130x 24x 37,6ºC
A/ Demam tifoid
Gizi kurang
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 12 tahun dengan diagnosa demam
tifoid. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien datang keluhan
utama demam. Demam dirasakan sejak 7 hari yang lalu, Demam naik turun, demam
terus menerus, demam tertinggi saat malam hari terutama tengah malam, demam diukur
dengan suhu 38℃ dengan termometer digital, demam turun dengan obat penurun
panas, menggigil (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), berkeringat (-), tidak ada riwayat
berpergian dari luar kota, tidak disertai dengan kejang. Muntah sejak 5 hari yang lalu,
frekuensi 1x isi makanan dan minuman, lendir (-), darah (-), kehijauan (-), muntah tidak
menyemprot. Pasien sulit BAB 3 hari pada awal demam. Batuk tidak ada, pilek tidak
ada. Pasien memiliki kebiasaan membeli jajanan di luar rumah.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien suhu pasien pertama kali saat masuk
38 ˚C, tekanan darah 100/70mmHg dan nafas 24 kali/menit serta nadi 136 kali/menit.
Dari pemeriksaan didapatkan tidak adanya lidah kotor pada pasien.
Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Berdasarkan
definisi tersebut manifestasi klinis yang dapat muncul pada pasien demam tifoid dapat
berupa demam, gangguan saluran cerna, serta dapat disertai atau tanpa disertai
gangguan kesadaran. Pada pasien didapatkan keluhan demam yang sudah berlangsung
selama 7 hari, sering terjadi pada malam hari. Hal ini menuntun untuk mengarahkan
diagnosis ke penyakit demam tifoid. Gejala gangguan pada saluran cerna yang diderita
pasien berupa muntah sejak 5 hari yang lalu , nafsu makan menurun sejak 7 hari yang
lalu, serta sulit Bab pada 3 hari awal demam. Menurut teori gejala yang timbul dalam
7 hari pertama dapat berupa demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak nyaman di perut, batuk, bahkan epistaksis. Sedangkan pada
minggu kedua, gejala menjadi relatif lebih jelas dengan demam, bradikardia relative,
lidah kotor, hepatomegali, splenomegali, dan gangguan kesadaran. Berdasarkan
pemeriksaan fisik yang didapatkan hanya terjadi peningkatan suhu pada pasien yakni
38˚C.
Untuk menegakkan diagnosis demam tifoid perlu ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Pada pasien dilakukan pemeriksaan serologis untuk menunjukkan
diagnosis demam tifoid yaitu Tes Widal dengan hasil S. Paratyphii BO + 1/160.
Pengobatan yang diberikan pada pasien IVFD K3B 1600/ hari = 23 tpm, sirup
paracetamol 250 mg/ 5 ml, injeksi sefriakson 1 x 2 gram. Pengobatan dilakukan sesuai
dengan teori, yaitu pasien dianjurkan tirah baring, lalu diberikan cairan, obat
simptomatik, serta antibiotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b) Tes TUBEX
Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang
berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena
hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX® ini,
beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.
Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk
pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara
berkembang.6
Ada 4 interpretasi hasil :
Skala 2-3 adalah Negatif Borderline. Tidak menunjukkan infeksi demam
tifoid. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang 3-5 hari kemudian.
Skala 4-5 adalah Positif. Menunjukkan infeksi demam tifoid
Skala > 6 adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid
e) Pemeriksaan dipstik
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana
dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan
menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita
pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol.
Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan
alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas
laboratorium yang lengkap.4
Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan
mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis
tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi
dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.6