Anda di halaman 1dari 4

Pemuda Memaknai Kemerdekaan Indonesia di Era Digital

Oleh: Iradati Mahfudzah


Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Airlangga

Kemerdekaan Indonesia terjadi pada tahun 1945 bertepatan ketika itu adalah di bulan
Ramadhan 1365 H. Tepatnya adalah terjadi pada hari Jum’at Jumat, 17 Agustus 1945. Begitu
besar arti dan makna akan Kemerdekaan Indonesia ini terdahap kelangsungan pembangunan
Indonesia. Hanya saja sepertinya banyak yang melupakan mengenai sejarah kemerdekaan
Bangsa Indonesia ini yang telah benyak menguras korban jiwa dan harta benda pada jaman
kemerdakaan dahulu yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa Indonesia tercinta ini.
Secara filosofis kemerdekaan Indonesia dapat dibedah dari tiga aspek, yakni ontologi
(eksistensi realitas), epistemologi (esensi realitas), dan aksiologi (nilai realitas). Secara
ontologi, kemerdekaan Indonesia adalah realitas nyata perwujudan dari kehendak masyarakat
Indonesia untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai bangsa yang
merdeka. Secara epistemologi, kemerdekaan Indonesia adalah konstruksi berpikir para
founding fathers tentang desain negara yang merdeka dengan segenap cita-cita
kemerdekaannya. Secara aksiologi, kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan untuk
memperjuangkan sebuah nilai (value). Nilai yang secara tegas menentang setiap bentuk
kolonialisme di atas dunia.
Dalam perspektif yang lebih filosofis, setiap negara yang telah memperoleh
kemerdekaan dan kedaulatannya, seketika itu pula melekat kewajiban untuk memberikan
keadilan untuk setiap rakyatnya. Konsep keadilan tiap-tiap negara sangatlah beragam dan
bergantung pada basis epistemologi yang dianut masing-masing negara tersebut.
Di Indonesia sendiri konsep keadilan yang diperkenalkan Sukarno adalah keadilan sosial.
Suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua
orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, dan tidak ada penghisapan. Nilai keadilan
sosial tersebut kemudian termanifestasi dalam Pancasila dan menjadi tujuan kebangsaan.
Tujuh puluh empat tahun sudah Indonesia merdeka. Begitu banyak pengorbanan yang
dilakukan para pahlawan untuk mendapatkannya. Mereka berjuang, dan berperang mengusir
penjajah.. Hingga datanglah hari bersejarah, Indonesia merdeka!.. Dari Sabang sampai
Merauke bersepakat, antar agama, suku dan budaya untuk bersatu membangun Indonesia
berlandaskan Pancasila.
Kemerdekaan ini sudah lama kita nikmati, tapi adakah yang sungguh-sungguh
memaknai? Sadarkah kita?! berkat kemerdekaan kita bisa bebas berpendapat, menentukan
keputusan, mengembangkan kapasitas diri untuk menjadi berdaya, bisa menuntut ilmu
setinggi-tingginya. Pernah tidak kita berpikir apa yang terjadi bila kita belum merdeka?
Setiap hari merasa tidak aman, sebab sewaktu-waktu hak-hak milik kita dirampas oleh
penjajah. Tidak bisa melakukan pengembangan diri karena kita akan sibuk berperang
melawan penjajah dan hidup dalam ketidak berdayaan. Tentu kita tidak perlu mengalami
semua itu, berkat para pendahulu yang rela bertempur dan gugur, demi misi kemerdekaan
yang luhur.
Mengingat perjuangan pahlawan yang begitu besar untuk mewujudkan kemerdekaan,
lantas sudahkah kita benar-benar mensyukuri kemerdekaan? Mari kita renungkan. Lantas
bagaimana seharusnya orang yang bersyukur itu? Berterima kasih melalui perilaku,
mewujudkan keinginan para pahlawan, barangkali. Bapak proklamator kita, Mohammad
Hatta mengatakan “Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Kemerdekaan hanya syarat
untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat”. Jadi bapak proklamator ingin kita
hidup bahagia dan sejahtera bersama, sanggupkah kita memenuhinya? Meski medan
perjuangan yang kita hadapi berbeda dengan para pendahulu. Tetap saja harus kita pikirkan
cara mengisi kemerdekaan di era digital ini, jika memang sungguh-sungguh ingin berterima
kasih pada para pahlawan. Mari pikirkan apa yang sedang Indonesia hadapi dan bagaimana
cara menjawab tantangan zaman. Inilah langkah awal yang bisa dilakukan generasi muda
dalam memperjuangakan cita-cita bangsa Indonesia menjadi negara yang bersatu, adil, dan
makmur.
Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 pada tahun 2045
Selain itu pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi,
yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan
penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode
tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk
yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal
dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah
harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan,
termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja (Bappenas.go.id,
2017)
Selain itu, dunia kini sedang memasuki era digital akibat adanya globalisasi. Jarak
dan ruang bukan menjadi batasan antar negara untuk berkomunikasi, berkolaborasi dan
bersaing. Karakteristik zaman seperti inilah yang menimbulkan gig economy. Gig economy
sendiri muncul sebagai dampak dari adanya revolusi industri 4.0. yang mana mendisrupsi
berbagai bidang menjadi digital dan memunculkan beragam jenis pekerjaan baru dan
menghapus pekerjaan konvensional.
Mengacu pada data Bloomberg, sepertiga dari 127 juta masyarakat Indonesia yang bekerja
masuk pada kategori freelance dengan jam kerja di bawah 35 jam per minggunya. Angka fantastis
ini tidak lepas dari digitalisasi dan automisasi yang terjadi di era industry 4.0 di mana pekerjaan
dapat dilakukan di mana dan kapan saja (Unair News, 2019). Ini artinya para pemuda semakin
dibebaskan berkarya, tidak terikat dengan aturan ijazah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan
asalkan menguasai teknologi yang benar-benar dibutuhkan pasar kerja

Kondisi gyg ekonomi dan bonus demografi di atas bisa menjadi peluang, apabila
Indonesia berhasil memanfaatkan dengan baik, Menjadikan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk melakukan pembangunan. Tidak mustahil bagi Indonesia menjadi negara
dengan ekonomi terbesar ke-7 kelak. Sebaliknya, jika bonus demografi tidak terkelola
dengan baik, maka dapat menjadi bencana pengangguran yang sangat besar bagi Indonesia.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai pemuda apa yang harus kita lakukan di era
gig economy? Bukankah kita termasuk dalam bonus demografi, menjadi peluang sekaligus
tantangan untuk kemajuan Indonesia masa mendatang? Bagaimana bila kita ikut membantu
Indonesia menjadi 7 negara ekonomi terbesar dunia di 2030? Dengan menjadi sumber daya
manusia yang unggul, melalui upaya perbaikan diri secara terus-menerus. Sehingga ketika
terjun berkarir nanti kita benar-benar bisa menjadi SDM yang berkualitas, bisa diandalkan
untuk membangun bangsa. Di era gyg ekonomi ini kita diberikan kemerdekaan untuk belajar
sendiri tanpa harus terikat dengan institusi pendidikan. Sebaiknya kesempatan ini
dimaksimalkan untuk memperbanyak bekal, menguasai skill yang dibutuhkan di era digital
guna pembangunan Indonesia mendatang.
Beragam upaya perbaikan diri bisa kita lakukan. Mulai meningkatkan produktifitas
dengan pengembangan diri di ekstra kurikuler, berorganisasi. Mengikuti berbagai kompetisi
internasional untuk mengharumkan nama bangsa. Melakukan riset yang bisa membantu
menyelesaikan permasalahan masyarakat. Belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga
diperoleh ilmu yang bermanfaat sebagai bekal terjun di masyarakat kelak.
Kemerdekaan ini terlalu agung untuk dimaknai secara sekadarnya. Maka cara terbaik
memaknainya dengan bersyukur, dan melanjutkan perjuangan pahlawan mewujudkan cita-
cita Indonesia. Sebagai pemuda baiknya ikut memikirkan kondisi dan tantangan yang sedang
Indonesia hadapi, juga menjadi sumber daya manusia yang unggul, memperbaiki diri dengan
meningkatkan produktifitas, berkarya dengan totalitas di bidang masing-masing. Sampai tiba
saatnya, SDM produktif Indonesia bisa turut serta memakmurkan Indonesia. Mari kita
buktikan bahwa generasi muda mampu berterima kasih, sehingga para pahlawan tidak pernah
menyesal telah memperjuangkan kemerdekaan untuk kita.

Daftar Pustaka

https://www.bappenas.go.id/files/9215/0397/6050/Siaran_Pers__Peer_Learning_and_Kno
wledge_Sharing_Workshop.pdf
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/15/200900526/milenial-dan-gig-economy-di-
era-industri-4.0?page=all

http://news.unair.ac.id/2019/06/10/tren-gig-economy-di-indonesia-membawa-berkah-atau-
malapetaka/

Anda mungkin juga menyukai