Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

Disusun Oleh:
Georgina Kolanus (17061051)
Gita Karundeng (17061102)

Meis Mangerongkonda (17061053)

Novianti Awaeh

Gloria Kondoy

Sheiren Mamuko

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan karena atas tuntunannya makalah mengenai Resiko Bunuh Diri
dalam rana Keperawatan Jiwa ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah kami maam Syenshie Wetik S. Kep.,
Ns., M.Kep., Sp.J yang telah membimbing kami dan memberikan tugas makalah ini sehingga
kami dapat mengerti dan memahami.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi pembaca dan membantu dalam
proses pembelajaran. Kami juga sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
dari pembaca guna perbaikan makalah ini.

Manado, 27 Agustus 2019

Kelompok III
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri
kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat.

WHO menyimpulkan bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi kesehatan
masyarakat di negara maju dan menjadi masalah yang terus meningkat jumlahnya
di negara berpenghasilan rendah dan sedang. Hampir satu juta orang meninggal
setiap tahunnya akibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik jatuh
korban bunuh diri. (Depkes, 2014).

Kasus bunuh diri bisa terjadi di mana saja di seluruh dunia. Meski demikian, data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 memperlihatkan Korea Selatan
menempati urutan pertama sebagai negara dengan kasus bunuh diri tertinggi. Di
dunia, 800.000 orang bunuh diri setiap tahun. Angka bunuh diri di Korsel yaitu
36,8 dari 100.000 penduduk. Di urutan kedua adalah Guyana dengan 34,8 dan
Lituania 33,5. Di Indonesia, kasus bunuh diri 3,7 per 100.000 penduduk.
Dibandingkan negara-negara Asia lain, prevalensi itu lebih rendah. Namun dengan
258 juta penduduk, berarti ada 10.000 bunuh diri di Indonesia tiap tahun atau satu
orang per jam. (Lussia, 2016).

Beberapa gejala dini yang harus diperhatikan untuk mendeteksi secara dini
percobaan bunuh diri pada individu seperti: kesedihan, kecemasan, perubahan
suasana perasaan, keresahan (kebingungan), cepat marah, penurunan minat
terhadap aktivitas sehari-hari seperti kebersihan, penampilan, makan, sulit tidur,
sulit untuk mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri sendiri seperti tidak mau
makan, melukai diri dan mengisolasi diri.

Bunuh diri dapat dicegah, semua anggota masyarakat dapat melakukan tindakan
yang akan menyelamatkan kehidupan dan mencegah bunuh diri pada individu dan
keluarga, sangat dibutuhkan kerjasama yang erat antara individu, keluarga,
masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalahnya,
tandasnya.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apakah pengertian bunuh diri ?
1.2.2 Apakah etiologi bunuh diri ?
1.2.3 Apakah faktor predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri ?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis klien resiko bunuh diri ?
1.2.5 Bagaimana asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian bunuh diri.
1.3.2 Mengetahui etiologi bunuh diri.
1.3.3 Mengetahui predisposisi dan faktor presipitasi bunuh diri.
1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri.
1.3.5 Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri.
BAB II
PEMBAHASAN

ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), penyebab bunuh diri antara lain :
1. Faktor Prediposisi
a. Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

DAFTAR PUSTAKA
 https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=110159456&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22
archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22d
ownload%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
 https://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/09/140700323/10.negara.dengan.angka.bunu
h.diri.tertinggi.di.dunia.
 http://www.depkes.go.id/article/view/201409170003/10-september-hari-pencegahan-
bunuh-diri-sedunia.html
 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358645-TA-Khusnul%20Aini.pdf

Anda mungkin juga menyukai