Anda di halaman 1dari 3

Sambutan Plt Gubernur Aceh

Pada Pembukaan Rapat Koordinasi Program Inovasi Desa


Banda Aceh, September 2019
--------------------------------------------------------------------------
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb

Hamdan wa syukran lillah salatan wa salaman ala Rasulillah wa’ala alihi wasabihi wa mauwalah

Yang saya hormati (disesuaikan):


- Pimpinan DPRA serta unsur Forkopimda Aceh
- Kepala Bappeda Aceh, Kepala Dinas Pembadayaan Masyarakat dan Gampong Aceh, Kepala
Dinas Kesehatan Aceh serta pimpinan SKPA terkait
- Para Kepala Bappeda serta Kepala Dinas PMG dari Kab/kota se-Aceh
- Para akademisi, pendamping desa serta Perwakilan Tim Pelaksana Inovasi Desa se-Aceh
- Para camat dan Keuchik serta para kader pembangunan Aceh
- Seluruh undangan dan hadirin yang berbahagia,

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Agung, yang telah memberi kita
rahmad dan hidayahNya, sehingga kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam rangka menghadiri Rapat
Koordinasi Program Inovasi Desa tahun 2019.

Salawat dan salam senantisa kita curahkan ke pangkuan Baginda Rasul Nabi Besar Muhammad SAW,
juga kepada keluarga dan para sahabat Beliau, serta seluruh umatnya hingga akhir zaman

Saudara-saudari sekalian,
Hadirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pada hakekatnya bertujuan untuk
mendorong masyarakat desa lebih kreatif mengelolapotensi desanya agar berkembang menjadi desa-
desa mandiri. Untuk mencapai tujuan itu, dalam lima tahun terakhir ini Pemerintah telah
menggelontorkan dana desa sebesar Rp 257 triliun untuk seluruh Indonesia. Rencana dalam lima tahun
ke depan anggaran itu akan dinaikkan menjadi Rp 400 triliun.

Khusus untuk Aceh, dana desa yang kita terima sejak tahun 2015 hingga 2019 mencapai Rp 19,8 triliun.
Seperti biasa, dana itu kita bagikan secara proporsional kepada 6.487 gampong untuk dikelola secara
swadaya sesuai aturan yang berlaku.

Dari evaluasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong Aceh, terlihat jelas kalau penggunaan
dana desa itu lebih dominan untuk pembangunan fisik (sebesar 77,53 %), ada juga untuk pemberdayaan
ekonomi ( sebesar 17,13 persen), untuk penguatan Pemerintahan Gampong (sebesar 3,79%), dan untuk
pembinaan masyarakat (sebesar3,12%). Secara umum, kita akui kalau kehadiran dana desa itu membuat
aktivitas gampong di Aceh semakin semarak.
Sayangnya, pemanfaatan dana itu belum maksimal dalam mengintervensi indikator-indikator
kemiskinan, sehingga daya dorongnya bagi kesejahteraan rakyat belum begitu besar. Banyak desa
berpikir pragmatis, yang menganggap dana desa sebaiknya dimanfaatkan secepat mungkin, sebab
tahun depan akan ada lagi. Akibatnya, pemanfaatan dana desa tidak begitu optimal dalam memberi
keuntungan secara berkelanjutan bagi desa.

Cara berpikir pragmatis ini yang membuat banyak desa sulit berkembang menjadi gampong mandiri.
Untuk itulah, sejak tahun 2017 Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi menggagas
hadirnya Program Inovasi Desa berbasis pada pemanfaatan dana desa secara berkualitas. Program
Inovasi Desa ini bertujuan untuk mendorong warga desa agar kreatif dalam mengalokasikan dana
desanya dengan mengoptimalkan potensi desa, sehingga dana itu berputar secara berkelanjutan.

Adapun ruang lingkup inovasi itu bermacam-macam, ada inovasi bidang infrastruktur, inovasi bidang
kewirausahaan, inovasi di bidang pemberdayaan masyarakat dan Pemerintahan desa. Intinya, inovasi
ini sangat bermanfaat membangun desa untuk menggerakan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan,
sehingga pengelolaan dana desa itu justru memberi keuntungan secara berkelanjutan bagi desa itu.

Saudara-saudari sekalian,
Di Provinsi lain, sudah banyak inovasi desa yang terbukti mampu memberi keuntungan secara
berkelanjutan bagi warganya. Misalnya di Sulawesi Barat, ada desa yang mampu membangun sumber
Energi listrik Micro Hidro, sehingga desa yang dulunya tidak dialiri listrik, kini menjadi terang benderang.
Di Jawa Timur, ada desa yang mampu menciptakan sumur sentrifugal sehingga kekeringan yang selalu
melanda desa itu kini dapat teratasi. Ada pula yang sukses mengembangkan teknologi informasi dalam
sistem Pemerintahan desanya sehingga semua kebijakan berjalan transparan dan bisa diakses warga.

Kementerian PDTT secara periodik juga menggelar lomba untuk Program Inovasi Desa ini berdasarkan
kategori yang telah ditetapkan. Beberapa desa di provinsi lain telah mendapatkan penghargaan untuk
inovasi ini. Sementara desa-desa di Aceh -- meski tergolong sebagai tiga besar penerima kucuran dana
desa di Indonesia -- belum banyak yang mendapatkan penghargaan ini.

Untuk itu, perlu upaya kita bersama untuk mendorong desa di Aceh lebih inovatif memanfaatkan dana
desanya. Dalam hal ini, peran pendamping desa juga harus lebih ditingkatkan. Para pendamping desa
harus aktif memberikan referensi untuk Inovasi desa ini agar setiap desa termotivasi melakukan hal
yang sama. Ke depan kita berharap, dana desa yang mengucur akan lebih banyak dimanfaatkan untuk
menyentuh indikator-indikator kemiskinan, sehingga keberadaannya lebih optimal dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

Untuk itu, pada pertemuan ini, saya mengajak seluruh pemangku kepentingan agar aktif berembuk
memperkuat berjalannya Program Inovasi Desa di Aceh. Dengan demikian, dana desa yang mengucur di
daerah kita mampu menghadirkan desa-desa mandiri yang dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya secara berkelanjutan.
Saudara-saudari sekalian,
Demikian sambutan dan harapan dari saya. Semoga bermanfaat dan bisa memotivasi kita semua untuk
mensukseskan pertemuan ini. Selanjutnya, saya mengucapkan Selamat melaksanakan pertemuan
kepada seluruh peserta. Semoga mampu menghasilkan rekomendasi sebagai acuan kita dalam
mengefektifkan dana desa untuk pengentasan kemiskinan di Aceh.

Akhirnya, dengan mengharapkan ridho Allah SWT dan diawali ucapan Bismillahirrahmanirrahim, Rapat
Koordinasi Program Inovasi Desa di Aceh tahun 2019, dengan ini resmi saya nyatakan dibuka.

Billahitaufik walhidayah
Wassalamualiakum wr wb

Anda mungkin juga menyukai