BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai Illegal Logging tentu tidak terlepas dari yang namanya
penebangan hutan secara membabi buta dan tidak mengikuti aturan-aturan
penebangan hutan secara benar. Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat di
perbaharui dengan mengikuti sistem pengelolaan yang bijaksana dan salah satunya
dengan pelestarian hutan dalam konsep Islam. Hutan adalah tanah luas yang
ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang).Hutan memiliki peranan
besar bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Sejak manusia lahir
sampai nanti masuk ke liang kubur, manusia membutuhkan bahan-bahan yang telah
di hasilkan oleh hutan untuk di olah menjadi benda yang berguna untuk dirinya dan
untuk manusia yang lain. Hutan memberikan perlindungan, naungan dan bahan-bahan
yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya. Demikian pula hutan
merupakan tempat hidupnya binatang liar dan sumber plasma nutfah yang semuanya.
1
2
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kesejatraan
manusia dan juga sebagai tempat tinggal bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya.8
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h.83.
9Republik indonesia,Undang undang Nomor 18 tahun 2013,tentang pemberantasan dan pengerusakan
hutan.
10Ir.Arifin Arief,Hutan dan Kehutanan(Yogyakarta:Penerbit Kanisius,2001), h.5.
3
Oleh karena itu pengawasan terhadap hutan sangat penting melihat dari fungsi
tersebut. Berbicara tentang pelestarian atau pengelolaan hutan perlu kita ketauhi
bahwasanya di dalam agama islam ada cara pengelolaan hutan.
Pertama, khitab nabi tentang pembuatan cagar alam Naqie’ untuk konservasi
sumber daya air dan flora, guna kesediaan makanan ternak khususnya ternak kuda
kaum muslimin ini merupakan isyarat, perlunya penguasa mengadakan kawasan
konservasi.11
Pertama, larangan merusak fauna dan flora, karena pekerjaan itu hanya di
lakukan oleh orang-orang munafik. Prinsip ini hanya didasarkan atas firman
Allah dalam (Q.S. al-Baqarah,2 : 204-205).13
11A.Qadir gassing ,Fiqih (Makassar:Pidato pengukuhan guru besar uinam fsh), h.81.
12
Prof.Dr.H.A.Qadir gassing HT.,MS,Fiqih lingkungan,hal.82.
13
Prof.Dr.H.A.Qadir gassing HT.,MS,Fiqih lingkungan,hal.86.
4
yang akan ke medan perang. Dari hadis ini dapat disimpulkan dalam keadaan
perangpun sedapat mungkin dihindari pembabatan pohon-pohon terutama
yang berbuah karena pohon tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan
hidup makhluk hiduplainnya.14
Islam juga menerangkan dan memberikan peringatan kepada umat manusia agar tetap
menjaga alam . Dalam Firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran. Secara umum,
kerusakan hutan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
mentalitas manusia, kepentingan ekonomi, dan penegakan hukum yang lemah. Kasus
Illegal Logging yang terjadi dikawasan konservasi Hutan Barru tidak terlepas dari
luas daerah kawasan hutan tersebut. Kurangnya jumlah petugas polisi hutan dan
tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang pengelolaan kawasan
hutan mengakibatkan kasus Illegal Logging kian marak dan tidak terkontrol.
Sehingga dapat mengkibatkan kerusakan hutan secara permanen. Berdasarkan hal
tersebut di atas, mendorong keingintahuan penulis untuk mengkaji lebih lanjut
tentang penerapan hukum terhadap tindak pidana di bidang kehutanan khususnya
Illegal Logging (penebangan liar) yang terjadi di Kawasan konservasi Hutan yang
dilakukan oleh oknum masyarakat sekitar untuk kepentingan ekonomi. Olehnya itu
penelitian ini selanjutnya akan difokuskan pada judul“Tinjauan Yuridis terhadap
Tindak Pidana Illeggal Logging di Kawasan Konservasi Hutan Barru (Studi
Kasus Putusan Putusan Nomor : 40/Pid.sus/2017/PN Bar tahun 2017)
14
Prof.Dr.H.A.Qadir gassing HT.,MS,Fiqih lingkungan,hal-88.
5
B. Rumusan Masalah
C.Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil hasil penelitian
yang pernah di lakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu yang mempunyai
keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan maupun dari beberapa buku yang
dimana di dalamnya terdapat pandangan dari beberapa ahli. Adapun beberapa
literatur yang ada di dalamnya membahas tentang peraturan daerah sebagai berikut ;
dari beberapa literatur yang di temukan oleh penulis, belum ada yang
membahas tentang analisis terhadap Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Illeggal Logging Di Kawasan Konservasi Hutan Barru (Studi Kasus Putusan Putusan
Nomor : 40/Pid.Sus/2017/PN Bar Tahun 2017).
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pidana berasal dari kata straf (Belanda) yang ada kalanya disebut dengan istilah
hukum. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukum, karena hukum sudah lazim
terjemahan dari Recht. Pidana lebih tepat didefenisikan sebagai suatu penderitaan
yang sengaja di jatuhkan / diberikan oleh Negara kepada seseorang atau beberapa
orang sebagai akibat hukum (Sanksi) baginya atas perbuatan yang telah melanggar
larangan hukum pidana. Secara khusus larangan dalam hukum pidana ini disebut
sebagai tindak pidana (stafbar feit).15
Doktrin membedakan hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Mr. J.M
van Bemmelem menjelaskan kedua hal itu sebagai berikut. Hukum pidana materil
terdiri atas tindak pidana yang disebut berturut-turut, peraturan umum yang dapat
diterapkan terhadap perbuatan itu dan pidana yang diancam terhadap perbuatan itu.
Hukum pidana formil cara bagaimana acara pidana seharusnya dilakukan dan
menentukan tata tertib yang harus diperhatikan pada kesempatan itu.16
Mencantumkan Pidana pada setiap larangan dalam hukum pidana (strafbaar feit:
tindak pidana), disamping bertujuan untuk kepastian hukum dan dalam rangka
15
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2010), h. 24-25.
16
Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),
h 2.
10
membatasi kekuasaan negara juga bertujuan untuk mencegah (preventif) bagi orang
yang berniat untuk melanggar hukum pidana.17
Berdasarkan buku kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai induk atau
sumber utama bagi hukum pidana telah membagi jenis-jenis pidana dalam pasal 10
KUHP, pidana dibedakan menjadi 2 kelompok antara pidana pokok dengan pidana
tambahan.
1) Pidana Mati
Pidana mati sebagai salah satu jenis pidana yang paling controversial di
Indonesia dan mendapat sorotan seluruh kalangan masyarakat setempat maupun
masyarakat dunia. Berbagai macam pendapat yang pro dan kontra terhadap pidana
mati tersebut.
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 25.
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h. 29.
11
2) Pidana Penjara
Dalam Pasal 12 KUHP diatur mengenai lamanya ancaman atau penjatuhan pidana
penjara, yaitu :
c) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh
tahun berturut-turut dalam hal kejahatan yang pidananya boleh dipilih
Hakiman antara pidana mati, pidana penjara seumur hidup, dan pidana
penjara selama waktu tertentu.
19
Wiwik Utami Widodo. Hukum Pidana & Penologi (Yogyakarta:Aswaja Pressindo.
2014), h.26-27.
12
d) Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih dari dua
puluh tahun.20
3) Pidana Kurungan
Hukuman kurungan lebih ringan dari hukuman penjara. Lebih ringan antara
lain dalam hal melakukan pekerjaan yang diwajibkan dan kebolehan membawa
peralatan yang dibutuhkan terhukum sehari-hari, misalnya tempat tidur, seliut, dan
lain-lain.21
Dalam beberapa hal pidana kurungan adalah sama dengan pidana penjara, yaitu
sebagai berikut:
20
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.6.
21
Laden Marpaung, , Asas Teori Praktik Hukum Pidana(Surabaya: Pustaka
Karya,2002), h 109.
13
e) Pidana kurungan dan pidana penjara mulai berlaku apabila terpidana tidak
ditahan, yaitu pada hari putusan hakim (setelah mempunyai kekuatan
tetap) dijalankan/dieksekusi, yaitu pada saat pejabat kejaksaan
mengeksekusi dengan cara melakukan tindakan paksa memasukkan
terpidana ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Akan tetapi, apabila pada saat putusan hakim dibacakan, terpidana kurungan
maupun penjara sudah berada dalam tahanan sementara sehingga putusan itu mulai
berlaku (dijalankan) pada hari ketika putusan itu mempunyai kekuatan hukum tetap
Berdasarkan Pasal 30 ayat (2) KUHP apabila denda tidak dibayar harus diganti
dengan pidana kurungan, yang menurut ayat (3) lamanya adalah minimal satu hari
dan maksimal enam bulan, menurut Pasal 30 ayat (4) KUHP, pengganti denda itu
diperhitungkan sebagai berikut :
a) Putusan denda setengah rupiah atau kurang lamanya ditetapkan satu hari.
22
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h.39
14
b) putusan denda yang lebih dari setengah rupiah ditetapkan kurungan bagi
tiap-tiap setengah rupiah dan kelebihannya tidak lebih dari satu hari
lamanya.
Hukuman denda tersebut boleh dibayarkan oleh siapa saja. Artinya, baik keluarga
ataupun kenalan dapat melunasinya23.
5) Pidana Tutupan.
Pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseorang yang dapat mengakibatkan kematian
perdata (burgelijk daad) tidak diperkenankan pada Pasal 3 Kitab UndangUndang
Hukum Perdata. Undang-Undang hanya memberikan kepada negara wewenang
(melalui alat/lembaganya) melakukan pencabutan hak tertentu saja.
23
Laden Marpaung, , Asas Teori Praktik Hukum Pidana(Surabaya:Palito Media,2004),
h 109-110.
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1946 tentang Hukuman
Tutupan.
15
Memberikan kekuasaan kepada Negara melalui alat atau lembaga Negara untuk
melakukan pencabutan hak-hak tertentu diatur dalam Pasal 35 ayat (1) KUHP, hak-
hak yang dapat dicabut tersebut adalah :
Adapun sifat hak tertentu yang dapat dicabut oleh hakim, tidak untuk selamanya
akan tetapi dalam waktu sementara saja, kecuali bila yang bersangkutan dijatuhi
pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.25 2)Pidana Perampasan Barang
Tertentu.
25
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h.44-45
16
Ada dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan Hakim pidana, (Pasal 39
KUHP), yaitu:
Pidana pengumuman putusan Hakim ini hanya dapat dijatuhkan dalam hal-hal yang
telah ditentukan oleh Undang-Undang, misalnya terdapat dalam Pasal : 128, 206, 361,
377, 395, 405.
Setiap putusan Hakim memang harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum (Pasal 195 KUHAP, dulu Pasal 317 HIR). Bila tidak, putusan itu batal
demi hukum. Tetapi pengumuman putusan Hakim sebagai suatu pidana bukanlah
seperti yang disebutkan di atas. Pidana pengumuman putusan Hakim ini merupakan
suatu publikasi ekstra dari suatu putusan pemidanaan seseorang dan pengadilan
pidana.
Dalam pidana pengumuman putusan Hakim ini, Hakim bebas menentukan perihal
cara melaksanakan pengumuman itu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui surat
26
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP(Yogyakarta:Sinar Grafika,2007), h.21.
17
kabar, plakat yang ditempelkan pada papan pengumuman, melalui media radio
maupun televisi, yang pembiayaannya dibebankan pada terpidana.27
Dalam KUHP tidak memberikan pengertian secara jelas mengenai apa yang
sebenarnya dimaksud dengan perkataan strafbaarfeit (tindak pidana)sehingga
timbullah di dalam doktrin berbagai pendapat tentang apa sebenarnya yang dimaksud
strafbaarfeit.
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi dan barang siapa
melanggar tersebut.30
27
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, h.53-55.
28
Leden Marpaung, Asas teori praktik hukum pidana (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius,2001) h.112-113.
29
Franciscus Theojunior Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia
(Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h.178-179.
30
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1993), h 58.
18
Menurut Moeljatno pada hakikkatnya tiap-tiap tindak pidana harus terdiri dari unsur-
unsur lahir, oleh karena perbuatan, yang ditimbulkan karenanya adalah suatu kejadian
dalam lahir.
(maksudnya hukum pidana materil ) terletak pada masalah yang saling terkait adalah:
31
Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana Edisi Revisi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), h.136.
32
Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1993), h.57-58
19
1. Pengertian Hutan
2. Jenis-jenis Hutan
Dalam rangka memanfaatkan hutan bagi umat manusia maka para ahli
kehutana mengklasifikasikan hutan dalam berbagai macamhutan.
Mengklasifikasi sesuatu merupakan bagian penting suatu
prosesberpfkir.Adapun jenis-jenis hutan berdasarkan Undang-Undang
Nomor41 Tahun1999 tentang Kehutanan, yaitu:
a. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak atas tanah.
b. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani
1. Perizinan, apabila ada kegiatan tersebut tidak ada izinnya atau belum ada
izinnya atau izin yang telah kadaluarsa
4. Produk kayu apabila kayunya sembaran jenis (dilindungi), tidak ada batas
diameter, tidak ada identitas asal kayu, tidak ada tanda pengenal
perusahaan
7. Penjualan, apabila pada saat penjualan tidak ada dokumen maupun ciri fisik
kayu atau kayu diselundupkan.
memiliki izin namun melanggar dariketentuan yang ada dalam perizinan itu
seperti over atau penebangan diluar areal konsesi yang dimiliki.
3. Penyelundupan
- Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi (badan hukum atau
badan usaha, maka menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan (Pasal 78 ayat (14) pertanggung jawaban
pidana (penuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai
dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga)
dari pidana yang dijatuhkan. Masalah kualifikasi Tindak Pidana,
- Pelanggaran adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan
ayat (12)Masalah Perumusan sanksi Pidana,
29
- UU No. 41 tahun 1999 merumuskan adanya 2 (dua) jenis sanksi yang dapat
dikenakan kepada pelaku yaitu :
1. Sanksi pidana
· Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh dan atau badan hukum
atau badan usaha (korporasi) dikenakan pidana sesuai dengan ancaman
pidana sebagaimana tersebut dalam pasal 78 ditambah dengan 1/3
(sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan, dan berdasar pasal 80 kepada
penanggung jawab perbuatan diwajibkan pula untuk membayar ganti rugi
sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang ditimbulkan kepada
negara untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan dan tindakan lain
yang diperlukan.
2. Sanksi Administratif
Hakim dalam memimpin sidang harus tegas dan berwibawa, tapi cukup
ramah dan berbudi pekerti luhur . Segala sesuatu yang terjadi di persidangan dihadapi
dengan tenang dan sabar. Di dalam persidangan Hakim sebelum memeriksa dan
mengadili perkara terlebih dahulu mempelajari, meneliti saksi-saksi, berkas
pemeriksaan pendahuluan dan soal penahanan secara teliti, karena hal itu menyangkut
hak asasi manusia, hak asasi tertuduh.
Ketentuan menenai pertimbangan Hakim diatur dalam Pasal 197 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang menentukan: “Pertimbangan disusun
secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh
dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan-penentuan kesalahan
terdakwa”.
Beradarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil ketua Pengadilan Negeri
Malili mengatakan yang menjadi pertimbangan-pertimbangan hakim itu harus
merupakan suatu keseluruhan yang lengkap, tersusun satu sama lainnya mempunyai
hubungan yang logis tidak ada pertentangan satu sama lain. Pertimbangan putusan itu
harus memberi gambaran, bahwa Hakim dalam mempertimbangkan sesuai dengan
penyusunan yang dilakukan dalam urutan tertentu,yang sebaiknya diikut terdiri dari
32
pertimbangan yuridis dan fakta yang ada dalam persidangan, dengan secara singkat
isi tiap barang bukti hendaknya di rumuskan dalam pertimbangan.
Pidana baru, dapat dijadikan referensi. Disebutkan bahwa dalam penjatuhan pidana
Hakim dalam memimpin sidang harus tegas dan berwibawa, tapi cukup
ramah dan berbudi pekerti luhur . Segala sesuatu yang terjadi di persidangan
dihadapi dengan tenang dan sabar. Di dalam persidangan Hakim sebelum
memeriksa dan mengadili perkara terlebih dahulu mempelajari, meneliti saksi-
saksi, berkas pemeriksaan pendahuluan dan soal penahanan secara teliti, karena
hal itu menyangkut hak asasi manusia, hak asasi tertuduh.
Ketentuan menenai pertimbangan Hakim diatur dalam Pasal 197 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang menentukan: “Pertimbangan disusun
secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang
diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan-penentuan
kesalahan terdakwa”.
15. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat tindak pidana.
19. Pengurus tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban dan;
Subtansi penyelesaian perkara cerai dengan alasan zina dalam ketentuan ini
adalah terletak pada pada peoses pembuktian. Pembuktian tersebut dimaksudkan
apakah pemohon atau penggugat mampu membuktikan bahwa termohon atau
tergugat benar-benar telah berzina sebagaimana yang dituduhkan. Pembuktian
26
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan (Jakarta: Sinar Grafika,2008), h.91.
35
bahwa zina benar-benar terjadi bukan sesuatu yang mudah atau gampang. Dalam
Al-Qur’an surah An-Nur ayat 427
27
Hadi Dg Mapuna, Problematika Pelaksanaan Hukum Acara Peradilan
Agama (Makassar: CV. Kencana, 2003) h 50
28
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tejemahnya (Semarang: PT. Toha Putra,
1989) h 543
36
berhubungan kelamin atau catching a couple in flagrante delicto. Para saksi tidak
boleh hanya berdasarkan asumsi atau konklusi.29
Selain itu juga, maksud dari ayat di atas ialah mengingatkan tentang
keburukan serta sanksi hukum terhadap mereka yang menuduh dan mencemarkan
nama baik seorang wanita terhormat. Berdasar dari kalimat “mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi” mengandung makna yang berarti pria yang
menyaksikan kebenaran tuduhannya di hadapan pengadilan.12 Untuk itu dalam
pandangan hukum Islam seseorang yang dinyatakan bersalah dan melakukan
pelanggaran hukum maka diwajibkan agar dapat mendatangkan empat orang saksi
guna untuk memberikan keterangan mengenai kesaksiannya dan dipertimbangkan
dari keterangan keempat saksi tersebut agar seseorang dapat dinyatakan bersalah
atau tidak.
29
Hadi Dg Mapuna, Op.Cit, h. 51
37
Sikap kaum musyrikin yang diuraikan ayat ke ayat dalam Al-Qur’an, yang
intinya adalah mempersekutukan Allah, dan mengabaikan tuntunan-tuntunan
agamanya, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat dan lingkungan.
Ini dijelaskan oleh ayat di atas dengan mengatakan : “telah nampak kerusakan di
darat” seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan “di laut” seperti
ketertenggelaman, kekurangan hasil laut dan sungai, “disebabkan karena
perbuatan tangan manusia” yang durhaka, “sehingga akibatnya Allah
menciptakan” yakni merasakan sedikit “kepada mereka sebagian dari” akibat
“perbuatan” dosa dan pelanggaran “mereka, agar mereka kembali” ke jalan yang
benar.31
Berdasarkan ayat tersebut di atas dengan judul penulisan skripsi ini, penulis
menafsirkan bahwa penebangan liar (Illegal Logging) merupakan suatu perbuatan
yang merusak alam, seperti yang diuraikan sebelumnya berdasarkan terjemahan
surah Ar-Ruum (30) ayat 41 tentang kerusakan yang terjadi di darat yang
disebabkan karena tangan manusia yang mengakibatkan kekeringan, paceklik, dan
hilangnya rasa aman. Akibat dari penebangan liar hutan (Illegal Logging) maka
kekeringan dan paceklik akan melanda alam. Hutan yang tersisa sudah tidak
mampu lagi menyerap air hujan yang turun dalam curah yang besar, dan pada
akhirnya banjir menyerang pemukiman penduduk. Para penebang liar hidup di
tempat yang mewah, sedangkan masyarakat yang hidup di daerah dekat hutan dan
tidak melakukan Illegal Logging hidup miskin dan menjadi korban atas perbuatan
30
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 221
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Volume 11) (Jakarta: Lentera Hati,
2002), h. 76
38
jahat para penebang liar. Hal ini merupakan ketidakadilan sosial yang sangat
menyakitkan masyarakat.32
Ayat di atas menyebutkan darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu.
Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, misalnya dengan
terjadinya pembunuhan dan perampokan di kedua tempat itu, dan dapat juga
berarti bahwa darat dan laut sendiri telah mengalami kerusakan,
ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat. Laut telah tercemar, sehingga ikan
mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau
panjang. Alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang
mengancam, sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat
tentang kerusakan lingkungan. Bahwa ayat di atas tidak menyebut udara, boleh
jadi karena yang ditekankan di sini adalah apa yang nampak saja., sebagaimana
makna kata zhahara yang telah disinggung di atas apalagi ketika turunnya ayat
32
Ibid, h. 77
39
Dari penjelasan kedua penjelasan ayat tersebut maka dapat kita simpulkan
bahwa di dalam Islam juga melarang manusia merusak lingkungan karena dapat
menimbulkan bencana terutama apabila manusia merusak hutan, karena telah kita
pahami bahwa keberadaan lingkungan dalam hal ini hutan, tidak hanya dapat
dilihat dari sisi ekonomis saja untuk kehidupan manusia akan tetapi hutan juga
sebagai tempat tinggal berbagai macam mahluk hidup, binatang, dan tumbuhan
serta dari sisi kesehatan sebagai paru-paru dunia, senjata ampuh bagi “Global
Warming” serta banyak manfaat lain. Maka dari itu dijanjikan bahwa manusia
yang berbuat baik kepada lingkungan itu dekat dengan Allah SWT.
33
Ibid