Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk
yang berusia 15-24. (Marmi, 2014) Pada masa remaja akan muncul serangkaian
perubahan fisiologis yang kritis, yang membawa individu pada kematangan fisik
dan biologis (Prawirohardjo, 2010).
Pada saat memasuki masa pubertas, pada anak perempuan akan
mengalami perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai
membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Selain itu
juga akan menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif
(Marmi, 2014).
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara
rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan.
Perempuan yang mengalami menstruasi biasanya terjadi sekitar 2 sampai 8 hari
dan darah yang keluar umumnya 10-80 mL per hari (Nur Najmi, 2011).
Terkadang menstruasi sering diikuti dengan dismenorea yang menyebabkan
beberapa diantaranya mengganggu aktivitas.
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi. Dismenorea terbagi menjadi 2, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang tidak
berhubungan dengan patologi pelvis makroskopis. Sedangkan dismenorea
sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang berkaitan
dengan ginekologi (Intan, 2012). Dismenorea dapat di atasi dengan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat
analgetik, terapi hormonal, obat nonsteroid prostaglandin dan dilatasi kanalis
servikalis (Prawirohardjo, 2009). Terapi non farmakologi antara lain Terapi es dan
panas/kompres panas, TENS, relaksasi, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnosis,
akupuntur, umpan balik biologis dan masase (Sulistyo, 2016).
Dismenorea dialami oleh 95% wanita usia reproduksi. dismenorea
sekunder lebih jarang ditemukan dan terjadi pada 25 % wanita yang mengalami
dismenorea dan 70% diantaranya mengalami dismenorea primer. Di Amerika
Serikat, nyeri haid didapatkan pada 30-50% wanita dalam usia reproduksi, serta
pada 60–70% wanita dewasa yang tidak menikah dan berusia antara 30-40 tahun
(Harunrianto, 2009 dalam Aris Dwi dkk, 2010). Di Indonesia angka kejadian
dismenorea sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan
9,36 % dismenorea sekunder (Anonim, 2008 dalam I Agusti dkk, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Asmita Dahlan dan Tri Veni Syahminan
pada tahun 2015 tentang pengaruh terapi kompres hangat terhadap nyeri haid
(Dismenorea) pada siswi SMK Perbankan Simpang Haru Padang, ada perbedaan
signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres
hangat. Penelitian yang dilakukan oleh Marni dan Retno Ambarwati pada tahun
2015 tentang Efektivitas relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri haid, ada
perbedaan yang bermakna skala nyeri haid antara sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan relaksasi. Penelitian di atas sudah jelas jika pemberian terapi nafas dalam

1
2

dan kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dismenorea


primer, oleh karena itu peneliti akan meneliti perbedaan dari terapi nafas dalam
dan kompres hangat, manakah diantara kedua perlakuan tersebut yang lebih
berpengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri dismenorea primer.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23
November 2016 di kampus Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri
pada mahasiswa tingkat 1 sejumlah 103 mahasiswa, sebanyak 67 mahasiswa
(65,05%) mengalami Dismenorea Primer dan 36 mahasiswa (34,95%) tidak
mengalami Dismenorea Primer. Penanganan yang mereka lakukan dengan cara
mengoleskan minyak kayu putih, meminum air putih yang banyak, meminum obat
penurun nyeri dan tidur. Dampak yang ditimbulkan akibat nyeri dismenorea
primer ini yaitu, sebagian besar mengganggu aktifitas mahasiswa dalam belajar
bahkan beberapa diantaranya tidak mengikuti kuliah.
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Perbedaan Antara Terapi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Mahasiswi
Tingkat I Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri”.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah Perbedaan Antara Terapi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Mahasiswi
Tingkat I Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Perbedaan Antara Terapi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Dismenorea Primer Pada Mahasiswi
Tingkat I Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi nyeri dismenorea primer sebelum pemberian terapi nafas
dalam pada Mahasiswa Tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Malang Prodi
Kebidanan Kediri
b. Mengidentifikasi nyeri dismenorea primer sebelum pemberian kompres hangat
pada Mahasiswa Tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan
Kediri
c. Mengidentifikasi nyeri dismenorea primer setelah pemberian terapi nafas
dalam pada Mahasiswa Tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Malang Prodi
Kebidanan Kediri
d. Mengidentifikasi nyeri dismenorea primer setelah pemberian kompres hangat
pada Mahasiswa Tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan
Kediri
e. Menganalisis perbedaan antara terapi nafas dalam dan kompres hangat
terhadap perubahan intensitas nyeri dismenorea primer Mahasiswa Tingkat 1
Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Kebidanan Kediri
3

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi :

1.4.1 Manfaat teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai perbedaan penanganan
dismenorea primer dengan terapi nafas dalam dan kompres hangat.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai sarana pendidikan bagi mahasiswa dalam melaksanakan penelitian
yang lebih lanjut.
c. Bagi Responden
Memberikan informasi kepada responden tentang prosedur penanganan
nyeri saat dismenorea primer dan memberikan pelayanan kesehatan untuk
responden.

Anda mungkin juga menyukai