Anda di halaman 1dari 4

Monica Paskawita Haurissa (100111138) Ruang 6

Kurniawan K Patambo (100111195) Ruang 2


Kelas A

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka penambahan kasus HIV-
AIDS tercepat di Asia. Di Asia Tenggara laju pertambahan kasus, di Indonesia adalah
tercepat. Saat ini, AIDS ditemukan pada hampir di semua negara dan merupakan
suatu pandemi di seluruh dunia.
Di Sulawesi Utara kasus HIV-AIDS tersebut tersebar di 13 kabuten / kota
dimana Manado adalah daerah yang mempunyai kasus HIV-AIDS paling tinggi.
Tahun 1997, AIDS pertama kali ditemukan di RS Betesda Tomohon. Sampai dengan
Mei 2011 kasus AIDS terus bertambah menjadi 859 kasus dan meninggal 124 orang
yang terbanyak adalah usia produktif (20-39 tahun). Dari total penderita HIV-AIDS di
Sulawesi Utara, presentasi HIV-AIDS tertinggi adalah Manado 39,1 %, kemudian
Bitung 23,6 % dan Minahasa 9,5 %. Kasus HIV-AIDS tertinggi berdasarkan usia
ditemukan pada usia 20-29 tahun (11,9 %). Proposal kasus berdasarkan jenis kelamin
di propinsi Sulawesi Utara tahun 1997-Mei 2011 yaitu laki-laki lebih banyak dari
perempuan.
Kini berjuta orang hidup terinfeksi HIV, dimana bila dan sekali terinfeksi
individu tersebut akan tetap terinfeksi sepanjang hidupnya. Cara penularan HIV-AIDS
yang tertinggi adalah pengguna Napza suntik dan yang lebih rendah adalah hubungan
seks serta transmisi dari ibu ke bayi pada masa perinatal. Individu yang terinfeksi
dapat mengalami infeksi oportunistik dan keganasan karena terjadi penurunan sistem
imun, sehingga AIDS menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Pada
berbagai jalur penularan, masalah yang dihadapi dalam upaya pencegahan akan
berbeda-beda.
Masyarakat Indonesia pada umumnya masih beranggapan bahwa kelompok
yang beresiko tinggi terkena HIV-AIDS adalah kelompok seks komersial atau
kelompok yang mempunyai orientasi seksual sejenis. Akan tetapi pendataan yang
dilakukan World Health Organization (WHO) selama beberapa tahun terakhir

Page 1 of 4
Monica Paskawita Haurissa (100111138) Ruang 6
Kurniawan K Patambo (100111195) Ruang 2
Kelas A
menunjukkan bahwa kelompok remaja (15-24 tahun), kini menjadi salah satu
kelompok yang paling rentan terhadap HIV-AIDS dan setiap hari diperkirakan 6000
remaja di dunia terinfeksi HIV.
Sehubungan dengan peningkatan kasus dari tahun ke tahun maka penulis
melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang
pencegahan HIV-AIDS. Penulis memilih lokasi sebuah SMP Cendrawasih Manado
karena di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian sehubungan dengan
HIV-AIDS sedangkan sekolah tersebut berada di tengah kota yang memungkinkan
remaja lebih mudah terpengaruh pergaulan buruk sebab pada dasarnya remaja sangat
rentan terhadap pengaruh lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan tentang pencegahan HIV-AIDS pada siswa
SMP Cendrawasih Manado?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa SMP Cendrawasih Manado
tentang pencegahan HIV-AIDS.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi : menambah kepustakaan tentang HIV-AIDS yang
berhubungan dengan pencegahan.
2. Bagi Sekolah : sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang HIV-AIDS.
3. Bagi Siswa : meningkatkan pengetahuan siswa tentang HIV-AIDS
sehingga dapat melakukan pencegahan sedini mungkin.
4. Bagi Penulis : memberi pengalaman untuk melakukan penelitian.

Page 2 of 4
Monica Paskawita Haurissa (100111138) Ruang 6
Kurniawan K Patambo (100111195) Ruang 2
Kelas A
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi
sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan AIDS.
2. AIDS
AIDS (Aquired immune defisiency syndrom) adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh
HIV (Human Immunodeficiency Virus).
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang merupakan famili dari Retrovirus subfamilia Lentiviridae.
C. Patogenesis
Sistem tahapan infeksi menurut WHO:
1. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik, aktivitas normal, limfadenopati
melias persisten, mencul 6 minggu pertama setelah paparan HIV.
2. Stadium II: membran mukosa ringan dan radang saluran pernafasan atas
yang berulang, berat badan menurun, kelainan kulit, herpes zooster,
sinusitis bakterial, aktifitas normal. Tahap ini berlangsung 6 minggu
hingga beberapa bulan bahkan tahun setelah infeksi.
3. Stadium III: diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, TB paru, berat badan menurun, demam
lebih dari sebulan, kandidiasis oral dan selama 1 bulan terakhir tinggal di
tempat tidur <50 %.
4. Stadium IV: HIV wasting syndrom : berat badan turun, kriptosporidiasis,
dengan diare > 1 bulan , deman, pneumonia, pneumositis karanii,
toxoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus dan paru,
sarkoma kaposi, kriptokokus, ekstrapulmoner, sitomegalovirus pada organ

Page 3 of 4
Monica Paskawita Haurissa (100111138) Ruang 6
Kurniawan K Patambo (100111195) Ruang 2
Kelas A
selain hepar, lien, limfadenopati, herpes simplks mukokutaneus,
progressive multifokal, leukoencephalopaty, mikosis diseminata,
mikrobakteriosis atipikal diseminata, septikemia salmonella non-
thyphoidal, tuberkulosis dan selama 1 bulan terkhir tinggal di tempat tidur
>50%.
D. Cara Penularan
1. Penularan Seksual
2. Kontaminasi Patogen Melalui Darah
3. Penularan Masa Perinatal
E. Pencegahan
Prinsip pencegahan menurut WHO ialah:
- A (Abstinent) : puasa, tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
- B (Be faithfully) : setia pada pasangan, melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang sah.
- C (Condom use) : menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
beresiko.
- D (Don’t use drug) : hindari penyalahgunaan NARKOBA.
- E (Edukation) : menyebarkan infomasi yang benar tentang HIV-AIDS pada setiap
kesempatan.
F. Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan. Pemeriksaan sedini mungkin untuk
infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut.
Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat
mengurangi faktor resiko. Apabila sudah terdignosis infeksi HIV dilakukan dengan
dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot
dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dianjurkan
oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.

Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai