id
Oleh
Sri Juwana 1)
ABSTRACT
dan nama kepiting untuk jenis Scylla serrata rajungan hasil budidaya sebagai komoditas
(FORSKAL). Kedua jenis ini termasuk yang ekspor.
umum diperdagangkan. Sedangkan jenis-jenis
kepiting Portunidae yang lain sudah jarang RAJUNGAN SEBAGAI JENIS UNTUK
diketemukan di pasar-pasar (MOOSA 1980). BUDIDAYA
Menurut BUSINESS NEWS (1989)
ekspor kepiting Indonesia ditujukan ke Disamping nilai ekonomisnya yang
berbagai negara dalam berbagai bentuk olahan. tinggi sebagai komoditas ekspor, rajungan
Kepiting hidup terbanyak di ekspor ke merupakan jenis yang baik untuk dibudi-
Singapura, Taiwan, Hongkong dan Malaysia. dayakan karena beberapa alasan berikut
Kepiting segar (hanya di es) di ekspor ke dibawah ini.
Singapura termasuk dalam hal ini rajungan
1. Distribusi rajungan luas yakni dari
segar. rajungan beku di ekspor ke Jepang,
daerah tropis hingga ke daerah yang
sedang kepiting beku di ekspor ke Inggris.
beriklim dingin (DELSMAN & DE
Daging kepiting beku telah di ekspor ke
MAN 1925). Hal ini menunjukkan
Singapura dan Belgia. Kepiting dalam kaleng
bahwa rajungan dapat beradaptasi pada
di ekspor ke Belanda. Basis pemasaran ekspor kisaran suhu dan salinitas yang luas.
kepiting Indonesia cukup luas dan melebar Bahkan pada suhu 35°C dengan
mulai dari Asia sampai Eropa dengan berbagai salinitas 43%o masih banyak terdapat
jenis produk yang juga sangat bervariasi. rajungan di Teluk Palk, India
Beberapa pengusaha pengalengan saat ini (PRASAD & TAMPI dalam
mulai mengembangkan komoditi ini untuk ROMIMOHTARTO 1979). Di Jepang
diekspor ke Eropa dan Amerika. bahkan burayak rajungan (Neptunus pelagicus)
"Philips Seafoods Indonesia Inc" berdomisili di alam berkembang pada suhu di atas
di Pemalang khususnya menangani 18°C (YATSUZUKA 1962). Menurut
pengalengan daging rajungan, P. pelagicus, POTTER et al (1983) P. pelagicus
untuk memenuhi permintaan Amerika (per- lebih suka di salinitas 30 - 40 %o.
sonal komunikasi).
Komoditas ekspor ini masih merupakan 2. Rajungan memijah sepanjang tahun,
hasil tangkapan dari laut. Meskipun menurut sehingga tersedia induk rajungan
statistikperikanan Indonesia (DIREKTORAT bertelur setiap saat sebagai percobaan
JENDERAL PERIKANAN 1994), dari tahun maupun usaha budidaya (ROMI
1984 diperoleh kepiting dan rajungan yang MOHTARTO 1979). Meskipun puncak
merupakan produksi perikanan budidaya pemijahan mungkin berbeda tergantung
tambak disamping hasil tangkapan dari laut. pada letak geografisnya (DELSMAN
Bahkan rajungan dari hasil tambak pada & DE MAN 1925, TORO 1981,
tahun 1991 pernah mencapai 70 ton, tetapi YATSUZUKA 1962).
menjadi tak ada pada tahun 1992. 3. Fekunditas rajungan sangat tinggi dapat
Tulisan ini merupakan tinjauan aspek mencapai lebih dari satu juta telur per
biologi, ekologi dan fisiologi budidaya induk. Di alam kondisi biologis ini
rajungan; permasalahan-permasalahan yang merupakan keseimbangan terhadap
dihadapi dalam penelitian budidaya; dan dasar kehilangan yang sangat besar selama
pemikiran tindak lanjut untuk mewujudkan
mulut atau bahkan lebih besar dari tubuhnya Telur Anemia di Indonesia merupakan produk
tidak merupakan masalah karena Megalopa impor. Penelitian peneluran ulang dan
telah dapat memegang mangsa, mengkoyak- pembentukan kista kembali telah dilakukan
koyak dan memakannya. Tentu saja untuk di Indonesia (DAULAY & SUHARTO 1982).
memperkecil mortalitas burayak sebaiknya Tetapi produksi secara komersial belum
diberikan mangsa yang lebih lemah. nampak.
Mengingat bahwa megalopa bersifat kanibal Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta
maka harus diberi porsi makanan yang cukup telah berhasil memproduksi benih rajungan
atau agak berlebih supaya tidak ada siap tebar secara massal di laboratorium
kecenderungan memakan sesamanya. dalam skala 800 liter. Dari penelitian tersebut
Bentuk dewasa rajungan merupakan telah diperoleh petunjuk teknik produksi benih
karnivora dasar perairan yang dapat rajungan siap tebar secara massal. Tetapi di-
memangsa berbagai jenis hewan-hewan lihat dari biaya pakan perbenih, benih rajungan
bentik dan invertebrata yang bergerak sangat mahal bila dibandingkan dengan benih
lamban. Misalnya berbagai jenis gastropoda, udang. Untuk usaha produksi benih udang
moluska, krustasea, polikhaeta, ophiuroidea, saat ini telah bermunculan produk-produk
juga foraminifera, organik detritus dan algae pakan buatan dipasaran bebas, sehingga
(WILLIAMS 1982). penggunaan nauplii Anemia relatif sedikit
Sukses pemeliharaan burayak (20 - 30 nauplii/liter), bila dibandingkan
Brachyura yang paling awal diperoleh dengan keperluan usaha pembenihan rajungan,
mungkin sekitar tahun 1920 an, yaitu yaitu 5000 - 1000 nauplii/liter (JUWANA
LEBOUR (1928) berhasil memelihara 1995a).
beberapa jenis Brachyura di Plymouth Kemudian peningkatan kuantitas
(Inggris) dan membuat pertelaannya. maupun kualitas benih rajungan siap tebar,
Keberhasilan tersebut tercapai karena pada Crab III dan Crab IV, diperoleh dalam
saat yang sama di laboratorium juga sedang penelitian berikutnya dengan penambahan
dipelihara tiram, moluska dan polikhaeta. substrat berupa untaian-untaian serabut plastik
Sehingga burayak hewan-hewan tersebut pada saat Zoea telah bermetamorfosa menjadi
tersedia sebagai pakan hidup burayak Megalopa. Substrat ini disamping berfungsi
Brachyura (RICE and WILLIAMSON sebagai pelindung Megalopa yang saling
1970). memangsa, juga bersifat memperluas
Menyediakan pakan hidup dalam permukaan area pemeliharaan. Sedangkan
jumlah besar untuk pemeliharaan burayak macam pakan yang diberikan adalah dapat
rajungan merupakan suatu usaha budidaya tenggelam dan mengapung, yaitu berupa
tersendiri yang tentunya juga mempunyai cacahan daging kerang hijau dan rebon kering
permasalah-permasalahan yang harus (JUWANA 1995b).
ditanggulangi. Oleh karena itu nauplii Anemia
sebagai hasil tetas telur Anemia yang TINDAK LANJUT PENELITIAN
dipasarkan dalam kista (telur kering) dalam BUDIDAYA RAJUNGAN
kaleng, merupakan makanan yang tepat untuk
berbagai species krustasea dan ikan berasal Keberhasilan Puslitbang Oseanologi-
dari laut maupun dari air tawar. LIPI dalam pemeliharaan massal burayak
rajungan dan produksi massal benih rajungan terutama tergantung pada salinitas medium
siap tebar (Crab III & IV) memberikan dimana hewan dibudidaya, juga tergantung
peluang yang luas bagi pe.aksanaan tahapan- pada komposisi pakan yang diberikan
tahapan penelitian selanjutnya. Karena (CECCALDI 1982).
meyakinkan bahwa hewan uji dari tingkat Rajungan memerlukan molting untuk
perkembangan burayak sampai pasca-burayak tumbuh ke tingkat perkembangan selanjutnya.
rajungan dapat disediakan di laboratorium. Pada suhu yang relatif tinggi, interval molting
Tahapan-tahapan penelitian yang akan terjadi lebih pendek. Berarti pertumbuhan
dilakukan selanjutnya berdasarkan pada rajungan lebih cepat dan keseragaman ukuran
pemikiran nilai ekonomis dari hasil budidaya tercapai. Pada budidaya secara intensif,
rajungan. Misalnya menetapkan kondisi pengaturan salinitas dan suhu optimum bagi
lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan setiap tingkat perkembangan burayak di bak-
burayak rajungan dan menggunakan pakan bak pemeliharaan akan meningkatkan kelulus-
yang relatif murah sehingga diperoleh hasil hidupan burayak.
optimum benih rajungan dengan menekan Karena proses pembesaran benih
biaya produksi. Kemudian penelitian proses rajungan menjadi rajungan dewasa
pasca panen yang dapat meningkatkan nilai memerlukan waktu berbulan-bulan. Hal ini
ekonomis rajungan sebagai bahan makanan akan menjadi tidak menguntungkan bila
domestik (sea food) maupun komoditas ekspor dikerjakan di hatchery. Sehingga penetapan
dari hasil budidaya. salinitas dan suhu optimum bagi setiap tingkat
Maka tahapan penelitian yang perlu perkembangan burayak diperlukan untuk
dilakukan dari tahun ke tahun dapat meliputi mengembangkan teknik pemeliharaan massal
aspek biologi, ekologi, fisiologi, biokimia, bagi produksi benih rajungan skala industri
yang antara lain meliputi : (1) penetapan dengan kondisi lingkungan yang terkontrol.
kondisi lingkungan optimum dan sistim Selanjutnya pembesaran benih rajungan
budidaya untuk rajungan; (2) penggunaan dilakukan di alam dengan kondisi lingkungan
pakan buatan dalam budidaya rajungan; (3) yang sesuai bagi pertumbuhannya. Meskipun
penelitian penebaran benih rajungan kembali molting akan lebih kerap terjadi pada suhu
ke alam; dan (4) penelitian proses pasca- tinggi, suhu optimum untuk kejadian ini
panen. belum tentu terletak pada kisaran suhu tinggi
(CADMAN & WEINSTEIN 1988).
Kondisi Lingkungan Optimum dan Sistim Hasil penelitian yang baru-baru ini
Budidaya Rajungan diperoleh menunjukkan bahwa suhu optimum
untuk pemeliharaan Zoea rajungan adalah
Selanjutnya pengetahuan mengenai 30°C dalam kkisaran suhu 28-32°C.
biologi dan fisiologi rajungan sangat Sedangkan suhu optimum untuk Megalopa
diperlukan dalam budidaya agar dapat rajungan adalah 28-34°C (JUWANA 1998).
diciptakan kondisi lingkungan yang paling Pada saat bakteri patogen Aeromonas dan
menguntungkan bagi keseragaman Pseudomonas mengkontaminasi bak-bak
pertumbuhan setiap tingkat perkembangan budidaya, produksi benih rajungan (Crab III)
dan diberi pakan yang sesuai untuk yang diperoleh pada salinitas 26-27‰ jauh
memperoleh hasil yang optimum. Pengeluaran lebih tinggi dibanding dengan yang diperoleh
ekskresi akan berkurang. Ekskresi nitrogen pada salinitas 33-34‰ (JUWANA 1997a).
Perairan laut Indonesia lebih luas dari dari penetasan telur, pembenihan sampai
daratan, maka sebaiknya untuk pembesaran pembesarannya telah berhasil dilakukan oleh
benih rajungan dilakukan diperairan pantai, P.3.O-LIPI, biaya pakan dianggap terlalu
di dalam jaring kurung mendasai. Karena tinggi untuk tingkat komersial. Sesungguhnya
sifat rajungan yang lebih menyukai salinitas teknik budidaya rajungan telah diketahui,
30-40‰ dan dapat hidup di aneka ragam penelitian selanjutnya ditujukan untuk mencari
habitat maka penelitian area tebar lebih leluasa bahan pakan lokal yang murah. Atau
dan dapat menghindai perairan yang mudah sebaiknya lokasi penebaran kembali benih
mendapat cemaran dari darat. rajungan di alam mendekati perairan dimana
Produksi massal benih rajungan di pakan berbentuk ikan rucah mudah diperoleh.
P.3.O-LIPI menggunakan sistim pergantian Baru-baru ini dilaporkan bahwa pembesaran
air laut budidaya yang dilakukan pada pagi rajungan dapat dilakukan di dalam jaring
dan sore hari (2x75%). Ransum makanan kurung mendasar dengan rumpon berupa
yang diberikan adalah nauplii Anemia untaian-untaian serabut plastik sebagai
ditambah dengan cacahan daging kerang hijau pengganti padang lamun (JUWANA 1997c).
dan rebon pada saat megalopa terjadi. Bahkan Sistem pembesaran secara individual
pendederan benih rajungan Crab I untuk dengan pakan pellet akan lebih mudah
menjadi benih rajungan siap tebar (Crab III & dikontrol dan memberikan keseragaman
IV) juga telah dapat dilakukan di laboratorium ukuran pada waktu panen. Maka selain
dengan hasil kelulus hidupan yang cukup formulasi pakan buatan merupakan faktor
tinggi (42-60%). Sehingga diharapkan benih yang diteliti juga sistem tersebut perlu
rajungan tersebut telah mempunyai ketahanan diciptakan. Misalnya pada rakit terapung
hidup yang lebih baik bila ditebar kembali ke diperairan laut (ROSAS et al. 1993) maupun
alam (JUWANA 1995b). dengan sistem sirkulasi air di laboratorium
Dalam pemeliharaan burayak rajungan (DABRAMO et al. 1988) karena ukuran yang
selanjutnya, pakan buatan berbentuk butiran seragam dan serentak akan memudahkan
kering ukuran 125 mikron yang disiapkan di perencanaan penggemukkan sebelum panen
laboratorium dan diberikan sebagai pakan dilakukan atau produksi "soft crab". Untuk
tambahan disamping nauplii Anemia nampak ini perlu diperhatikan aspek biologi rajungan
lebih dapat memberikan kelulus-hidupan yang suka memendamkann diri dalam pasir
burayak rajungan pada saat ada gangguan dan berlindung pada tumbuh-tumbuhan atau
bakteri patogen Aeromonas dan Psedomonas karang. Juga kemungkinan ada pengaruh luas
(JUWANA 1997a). ruang terhadap pertumbuhan rajungan
Kemudian penebaran benih rajungan (WILBER & WILBER 1989,JUWANA
di perairan P. Pari baik secara monokultur 1996b).
(JUWANA 1996a) maupun secara polikultur Produksi rajungan molting mungkin
dengan bandeng (JUWANA 1997b) dalam dapat dipercepat dengan cara ablasi mata,
jangka waktu 4 (empat) bulan berhasil karena cara ini telah banyak dipraktekkan
mencapai produksi 1 (satu) ekor rajungan pada udang, lobster dan kepiting (Me VEY &
MOORE 1983; CASTELL et al. 1976;
dewasa per m2 . Dalam hal ini karena
COWAN 1984). Juga dengan pengaturan
persediaan pakan (ikan rucah) di perairan P.
kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) atau
Pari tidak mencukupi, maka pakan berupa kerusakan fisis atau kerusakan fisis dengan
pellet diberikan. Meskipun budidaya rajungan
menghilangkan 4 pasang kaki-kaki jalannya rajungan yang akan molting. Segera setelah
seperti dilakukan terhadap kepiting (LE 1992). molting, rajungan yang masih lemah diambil
Cara yang paling tepat untuk mempercepat dan dibungkus dengan substrat yang lembab
proses molting pada rajungan mesih dalam (misal rumput laut atau kertas) dan dikirim ke
taraf penelitian di P.3.O-LIPI. ruang pendingin ("freezer" atau "cold stor-
age"). Dengan cara ini soft crab dapat
PROSES PASCA PANEN disimpan sebelum dipasarkan atau di ekspor.
Oleh karena itu, untuk usaha produksi rajungan
Disamping keseragaman ukuran lunak perlu memperhatikan lokasi dan sarana
merupakan persyaratan utama untuk proses transportasi yang mudah mencapai tempat
pasca panen juga terdapat berbagai persyaratan pendinginan.
yang harus dipenuhi bagi produk akhir yang
dikehendaki. Misalnya untuk pengalengan DAFTAR PUSTAKA
daging rajungan persyaratan berikut ini harus
dipenuhi. Yaitu rajungan harus hidup atau AGBAYANI, R.F., D.D.BALIAO, G.P.B.
baru saja mati ketika direbus, rajungan harus SAMONTE, R.E. TUMALIUAN and
dimasak sedikitnya lima menit dalam air R.D.CATURAO 1990. Economic fea-
mendidih. Rajungan segera dipotong-potong sibility analysis of the monoculture of
dan dagingnya dikupas segera setelah direbus. mudcrab (Scylla serrata) FORSKAL.
Apabila terjadi penundaan harus disimpan di Aquaculture 91: 223-231.
es. Pada saat pemotongan, seluruh isi perut BUSINESS NEWS 1989. Kepiting, komoditas
dan bagian-bagian mulut dibuang, kemudian penting tapi belum digarap serius. No.
potong-potongan rajungan dicuci bersih. 4863. Thn XXXIII, Jakarta, 30 Sep-
Daging rajungan harus dikupas dengan wadah tember.
dan peralatan yang bersih. Tidak ada CADMAN, L.R. and M.P. WEINSTEIN 1988.
kontaminasi oleh lalat atau bahan-bahan lain Effects of temperature and salinity on
yang tidak diperlukan. Bagian-bagian daging the growth of laboratory-reared juve-
capit, kaki dan tubuh rajungan sebaiknya nile blue crabs Callinectes sapidus
telah dipisah pada saat dikupas karena RATHBUR, J. Exp. Mar. Biol Ecol
mempunyai nilai jual yang berbeda. Daging 121: 193-207.
kupas segera di bungkus untuk mencegah CASTELL, J.D., J.C. HAUVIOT, and J.F.
kontaminasi dan segera didinginkan. Apabila COVEY 1976. The use of eyestalk
tidak dikupas dipabrik pengalengan, juga ablation in nutrition studies with
tetap didinginkann selama pengangkutan. American Lobsters (Homarus
Sehingga proses pengupasan daging rajungan americanus). Proc. Seventh Ann. Meet.
dapat dilakukan didekat peternakan rajungan World Marl Soc. : 431-437.
sebagai "cottage industry" (HOWGATE CASTELL, J.D., J.C. KEAN, D.G.C. Mc
1984). Dalam hal ini peralatan sederhana CANN, A.D. BOGHEN, D.E.
dapat disesuaikan dengan prosedur yang benar CONKLIN and L.R. DABRAMO
dan sanitasi hams diperhatikan untuk menjaga 1989. A standard reference diet for
kualitas produk (SCHULER 1984). crustacean nutrition research II. Selec-
"Soft crab" atau rajungan lunak yang tion of a purification procedure for
baru molting mempunyai harga berlipat ganda production of the rock crab Cancer
dibanding produk lainnya. Pengamatan irroratus protein ingredient. Jour.
rajungan molting dapat dilakukan secara alami. World Aqua. Soc. 20 (3): 100-106.
Yaitu setiap saat peternak rajungan mengamati
10
11
12