Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyamuk termasuk ke dalam Ordo Diptera, Famili Culicidae dengan tiga
subfamili yaitu Toxorhyn chitinae ( Toxorhyncites), Culicinae (Aedes, Culex,
Mansonia, Armigeres) dan Anopheline. Nyamuk memiliki tiga pasang kaki,
dua sayap, kepala, mata, toraks, abdomen, antena dan proboscis tipe
penusuk dan penghisap. Nyamuk betina memerlukan darah untuk
berkembangbiak, sedangkan nyamuk jantan hanya memerlukan nektar untuk
makan.1,2
Di Indonesia telah ditemukan bebagai jenis nyamuk dari berbagai genus,
banyak diantaranya yang menjadi vektor penyakit seperti Aedes aegypti yang
menyebabkan DBD.3,4
Untuk mengetahui perkembangbiakan nyamuk, maka perlu dilakukan
penelitian terhadap nyamuk, apakah nyamuk tersebut sudah pernah bertelur
atau belum dan pada peelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui umur
nyamuk tersebut. Semakin banyak jumlah dilatasi menunjukkan umur
nyamuk tersebut adalah semakin lama. Dengan semakin lama umur nyamuk
berarti semakin besar pula potensi terjadinya penularan di suatu wilayah.5
Pembedahan pada ovarium nyamuk dilakukan agar dapat diketahui
nyamuk tersebut parous atau nuliiparous. Parous artinya sudah pernah
bertelur, dan nuliiparous belum pernah bertelur.6,7
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui paritas nyamuk dan menghitung umur nyamuk.

1.3 Manfaat
1. Dapat melakukan pembedahan ovari nyamuk.
2. Dapat mengetahui paritas nyamuk.
3. Dapat menghitung umur nyamuk.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyamuk
Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang
dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai
kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk
jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan
disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih
sedikit disebut pilose.8
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan
bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak
diantara antena dan proboscis. Palpus merupakan organ sensorik yang
digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat
kelembaban. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk.
Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam,
tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik.8
Dada nyamuk terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks.
Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas
disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang.
Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang
panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan
dilengkapi dengan sisik. Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi
dengan sisik. Perut nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang
terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen
terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina
memiliki 8 segmen yang lengkap, akan tetapi segmen 9 dan 10 biasanya
tidak terlihat dan memiliki cerci yang melekat pada segmen ke 10. Beberapa
jenis nyamuk, seperti Culex dan Mansonia memiliki ujung perut yang
tumpul.8
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1:1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk
betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk

2
jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur
tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban
serta species dari nyamuk.8
Bagian mulut pada nyamuk betina, membentuk probosis panjang untuk
menembus kulit mamalia. Nyamuk betina memerlukan protein untuk
pembentukan telur dan kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah
untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda
dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk
menghisap darah.8
2.1.1 Siklus hidup nyamuk
Saat ini ada lebih dari 3.000 spesies nyamuk di dunia yang
dikelompokkan dalam 39 genus dan 135 spesies. Proses biologi
dalam kelompok ini cukup bervariasi, dan diperlukan sistem subdivisi
umum untuk membagi masing-masing nyamuk menjadi
pengelompokan yang logis. Nyamuk sejak telur hingga menjadi
nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan
(stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4
stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium
hidup dialam bebas.9
Semua nyamuk harus memiliki air yang untuk melengkapi siklus
hidup mereka. Air ini dapat berkisar dalam kualitas dari air salju
mencair untuk pembuangan limbah dan dapat dalam wadah air
secara umum. Jenis air di mana larva nyamuk ditemukan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi spesies nyamuk. Selain itu, air
dapat digunakan oleh nyamuk dewasa untuk menunjukkan preferensi
yang sangat berbeda di mana ia dapat bertelur. Mereka bertelur di
tempat-tempat seperti seperti lubang pohon yang menahan air secara
berkala, kolam air pasang di rawa garam, kolam pembuangan limbah,
irigasi yang ditumbuhi banyak rumput, kolam air hujan, dll. Setiap
spesies memiliki persyaratan lingkungan yang unik dalam
9
pemeliharaan siklus hidupnya.
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna: Telur – larva – pupa
– dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air

3
sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Empat stadium
nyamuk tersebut, sebagai berikut:

Gambar 2.1 siklus hidup nyamuk

2.1.1.1 Telur nyamuk


Telur yang baru diletakkan baerwarna putih, tetapi
sesudah 1-2 jam berubah menjadi hitam. Pada
genus Anopheles telur diletakkan satu per satu terpisah di
permukaan air. Pada Aedes telur-telur ini juga diletakkan
satu per satu terpisah tetapi telur ditemukan ditepi
permukaan air pada lubang pohon dan containers, dapat
juga pada lubang tanah yang kering yang kemudian
digenangi air. Pada nyamuk Culex danMansonia telur
diletakkan saling berlekatan sahingga membentuk rakit
(raft). Telur Culex diletakkan di atas permukaan air,
sadangkan telur Mansonia diletakkan di balik permukaan
daun tumbuh-tumbuhan air.10

2.1.1.2 Larva
Telur nyamuk akan menetas menjadi larva setelah
2-4 hari, larva selalu hidup di air. Larva ini disebut juga
dengan jentik nyamuk. Tempat perindukan (breeding

4
place) untuk masing-masing spesies berlainan, misalnya
rawa, kolam, sungai, sawah, kecomberan, dan tempat-
tempat yang dapat digenangi air seperti got, saluran air,
bekas jejak kaki binatang, lubang-lubang pohon, dan
kaleng-kaleng. Larva terdiri atas 4 substadium
(instar) dan mengambil makanan dari tempat
peridukannya. Pertumbuhan larva stadium I sampai
dengan stadium IV berlangsung 6-8 hari
pada Culex dan Aedes, pada Mansonia pertumbuhan
memerlukan waktu kira kira 3 minggu.10
2.1.1.3 Pupa
Selama tahap pupa nyamuk berhenti makan dan
perubahan terjadi yang mengarah ke tahap dewasa.
Nyamuk dewasa muncul dari kepompong, meninggalkan
water air dan dapat hidup di udara (Nadadisastra, 2005).
Walaupun pupa ini tidak makan, akan tetapi masih
memerlukan oksigen yang diambilnya melalui tabung
pernafasan (breathing trumpet). Pupa dapat tumbuh
menjadi dewas memerlukan waktu 1-3 hari sampai
beberapa minggu. Pupa jantan menetas terlebih dahulu
daripada pupa betina.10

2.1.1.4 Nyamuk dewasa


Nyamuk jantan dan betina dewasa memiliki
perbandingan 1:1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu
dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat
sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong,
setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan
langsung mengawini betina sebelum mencari darah.
Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin.9
Nyamuk betina menghisap darah untuk
pembentukan telur, tetapi ada beberapa spesies yang

5
tidak memerlukan darah untuk pembentukan telurnya
(autogen), misalnya Toxorhynchintes amboinensis.10
2.1.2 Aktivitas menggigit
Di bawah ini merupakan beberapa contoh aktivitas
menggigit dari nyamuk:

1. Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia
(anthropophilic) daripada darah binatang dan nyamuk jantan
hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada
bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki
kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan
sore hari antara 15.00-17.00 WIB.3
Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela
pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap
atau lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit
berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti
air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar
rumah.3
2. Nyamuk Culex
Nyamuk Culex hidup baik di dalam maupun luar ruangan.
Spesies ini sering ditemukan di dalam rumah dan nyamuk
betina merupakan nyamuk yang aktif pada malam hari.
Nyamuk ini lebih menyukai menggigit manusia setelah
matahari terbenam.3

3. Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles mempunyai aktivitas menggigit pada
permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai
dengan matahari terbit.3

2.2 Penyebaran Nyamuk


Nyamuk termasuk Kelas Insecta, Ordo Diptera, dan family
Culicidae. Nyamuk tersebar di seluruh dunia kecuali antartika. Dapat
hidup antara 5.550 meter di atas permukaan laut sampai 1.250 meter di

6
bawah permukaan laut. Genera (genus) yang terpenting bagi manuasia,
yaitu Anopheles, Culex, Aedes, dan Mansonia.9

2.3 Nyamuk Culex culiciaomyia


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Subgenus : Pipian faigans
Spesies : Culex culiciaomyia
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap
spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex
sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan
bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.3
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperatur,
tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum
waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5
hari.3
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang
satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk
menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan
akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari
air.3
Telur Culex diletakkan di atas permukaan air dan saling berlekatan
sehingga membentuk rakit (raft). Pada stadium jentik membentuk sudut dan
terdapat alat untuk menghisap oksigen seperti nyamuk Aedes aegepty, akan
tetapi pada Culex alat penghisap lebih panjang dan tidak begitu menempel di
permukaan. Pupa Culex berada dibawah permukaan air dan menggantung

7
dengan melingkarkan tubuhnya sehingga kepala hampir bertemu dengan
ekor pupa.3
Nyamuk Culex culiciomyia memiliki tubuh berwarna kecokelatan,
proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik
berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan
terdapat warna emas dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna
gelap, kaki belakang memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki
berwarna gelap kecuali pada bagian persendian. Nyamuk ini bisa hidup baik
di dalam maupun luar ruangan.3

2.4 Nyamuk Culex lophoceraomya


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Subgenus : Pipiens faigans
Spesies : Culex lophoceraomya

Culex lophoceraomya dengan Culex culiciaomyia hanya memiliki sedikit


perbedaan yaitu pada scutumnya. Sisik pada scutum Spesies
lophoceraomya tersebar dan kelihatan kasar.3

2.5 Pembedahan Ovarium Nyamuk


Struktur umur nyamuk dinyatakan dalam perubahan sistem reproduksi
nyamuk betina dengan mengikuti selesainya siklus gonotropik. Untuk
mengetahui umur relative suatu vektor (nyamuk) adalah dengan tingkat
dilatasi pada saluran telur (pedikulus) atau dengan melihat parousitas (parity
rate) yang dapat dilakukan dengan pembedahan ovarium nyamuk.11
Pembedahan ovarium untuk mengetahui “persen parous” dari populasi
vektor. Angka ini dikombinasikan dengan kepadatan nyamuk yang ditangkap
dengan umpan orang (jumlah nyamuk ditangkap per orang per malam)
merupakan parameter untuk mengetahui besar/kecilnya penularan yang

8
berlangsung. Kepadatan tinggi dengan persen parous tinggi menerangkan
penularan masih berlangsung. Sedangkan kepadatan tinggi/rendah dengan
persen parous rendah, menerangkan bahwa penularan telah terhenti.
Persen parous lebih dari 6% tergolong rendah.12
Untuk memperkirakan umur populasi nyamuk Anopheles, dilakukan
pembedahan kandung telur (ovarium) nyamuk Anopheles betina dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi nyamuk pernah bertelur (parous) dan belum
pernah bertelur (nulliparous).3
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80
ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut
adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui
kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk
dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya
pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).7
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkiraan umur nyamuk secara
fisiologis dapat dilihat dari kondisi ovarium nyamuk. Bila terdapat ovarium
yang membesar satu berarti nyamuk pernah bertelur satu kali atau sudah
pernah mengalami satu siklus gonotropik atau satu dilatasi, bila terdapat dua
pembesaran ovarium berarti dua kali siklus gonotropik atau dua dilatasi, dan
seterusnya.Satu siklus gonotropik atau satu dilatasi diperkirakan empat hari,
sehingga untuk memperkirakan umur fisiologis nyamuk yang tertangkap
yaitu dari jumlah dilatasi dikalikan empat hari.7
Untuk mengetahui rata-rata nyamuk di suatu wilayah, dapat dilakukan
pembedahan nyamuk-nyamuk yang ditangkap untuk memeriksa keadaan
ovarium dibawah mikroskop. Apabila ujung-ujung pipa udara (Tracheolus)
pada ovarium masih menggulung dan ovarium belum membesar, berarti
nyamuk itu belum pernah bertelur (nulli parous). Apabila pipa-pipa udara
sudah terurai / terlepas gulungannya serta ovarium pernah membesar maka
nyamuk itu sudah pernah bertelur (parous).7

9
Gambar 2.2 Ovarium nyamuk nulliparous

Gambar 2.3 Ovarium nyamuk parous

Nyamuk betina parous (kenyang darah) yang telah melengkapi satu atau
lebih siklus gonotropik dan memiliki peluang lebih besar terinfeksi parasit
daripada nyamuk betina yang baru pertama kali menghisap darah
(nulliparous) Darah yang dihisap, seberapa pun banyaknya, menimbulkan
kematangan telur. Nyamuk menghisap mulai menunjukkan suatu penurunan
aktifitas pencarian host dalam 30 jam, maksimum 48 – 72 jam. Mekanisme
ini melibatkan sel-sel neurosekretori dari otak, ovarium, lemak tubuh, dan
substansi kelenjar aksesori jantan yang telah dipindahkan ke betina yang
dikawini.5
Untuk memperkirakan rata-rata umur suatu populasi nyamuk secara lebih
tepat perlu dilakukan pembedahan ovarium dari nyamuk-nyamuk yang
parous yaitu dengan menghitung jumlah dilatasi pada saluran telur
(pedikulus). Umur rata-rata populasi nyamuk dapat ditunjukkan dengan
melihat rata-rata jumlah dilatasi dikalikan siklus gonotropik. Semakin banyak
jumlah dilatasi menunjukkan umur nyamuk tersebut adalah semakin lama.
Dengan semakin lama umur nyamuk berarti semakin besar pula potensi
terjadinya penularan di suatu wilayah karena sesuai dengan kebutuhan
waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan virus dengue dalam tubuh
nyamuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

10
Gambar 2.4 Ovarium Nyamuk dengan Dilatasi

11
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembedahan Ovarium Nyamuk dilaksanakan di Laboratorium
Terpadu FKM Undip pada hari Rabu tanggal 06 April 2016 pada pukul 08.00
WIB sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan


No Alat dan Bahan Fungsi
1 Nyamuk dewasa Sebagai sampel pembedahan
2 Kloroform Untuk membuat nyamuk pingsan
3 Air Untuk menjaga sampel agar tidak kering
4 Mikroskop disecting Untuk mengamati ovari nyamuk
5 Cawan petri Wadah sampel yang diamati
6 Kapas Sebagai perantara kloroform
7 Jarum bedah serangga Alat bedah nyamuk

3.3 Langkah Kerja

Nyamuk dibunuh dengan kloroform dan diidentifikasi untuk menentukan


spesiesnya

Nyamuk yang akan dibedah dilepaskan kaki dan sayapnya, letakkan nyamuk
pada cawan petri dan tetesi dengan air agar basah

Nyamuk diatur hingga kepala menghadap ke kanan, tusuk jarum yang ada di
tangan kiri tepat di toraks, tangan kanan merobek abdomen ke-7, kemudian
tarik abdomen perlahan sampai indung telur keluar

Periksa ovarium nyamuknya

Gambar 3.1 Langkah Kerja Praktikum

12
BAB IV

HASIL

Tabel 4.1 Hasil Pembedahan Ovarium Nyamuk

No Gambar Keterangan
1 Nulliparous pada Culex

2 Nulliparous pada Aedes

3 Nuliiparous pada Culex

13
4 Nuliiparous pada Culex

5 Nulliparous pada Culex

6 Nulliparous pada Culex

7 Parous pada Culex

8 Parous pada Aedes

14
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Nulliparous pada Culex dan Aedes


Dari hasil pembedahan ovarium nyamuk diketahui bahwa terdapat
nyamuk Culex sp yang nulliparous sebanyak 5 ekor nyamuk dan 1 ekor
Aedes yang nulliparous. Hal ini menunjukkan nyamuk-nyamuk tersebut
belum pernah bertelur karena ovariumnya tidak ada yang membesar.11
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkiraan umur nyamuk secara
fisiologis dapat dilihat dari kondisi ovarium nyamuk. Bila terdapat ovarium
yang membesar satu berarti nyamuk pernah bertelur satu kali atau sudah
pernah mengalami siklus gonotropik atau satu dilatasi, dan seterusnya. Satu
siklus gonotropik atau satu dilatasi diperkirsakan 4 hari, sehingga untuk
memperkirakan umur fisiologis nyamuk yang tertangkap yaitu dari jumlah
dilatasi dikalikan 4 hari.7,11
5.2 Parous pada Culex sp dan Aedes albopictus
Sebelum pembedahan ovarium, dilakukan identifikasi terlebih dahulu
terhadap nyamuk. Pada nyamuk Aedes, diketahui nyamuk yang akan
dibedah adalah Aedes albopictus karena tidak terdapat strip putih pada
femur.13,14
Pada hasil pembedahan, ditemukan nyamuk Culex sp dan Aedes
albopictus yang parous, hal ini diketahui karena ovarium pada kedua
nyamuk membesar.
Untuk mengetahui rata-rata nyamuk disuatu wilayah, dapat dilakukan
pembedahan nyamuk-nyamuk yang ditangkap untuk memeriksa keadaan
ovarium dibawah mikroskop. Apabila ujung-ujung pipa udara pada ovarium
masih menggulung dan ovarium belum membesar, berarti nyamuk itu belum
pernah bertelur (nulliparous). Apabila pipa-pipa udara sudah terurai
gulungannya, serta ovarium membesar maka nyamuk itu sudah pernsh
bertelur (parous).15

15
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pada nyamuk nulliparous berarti nyamuk tersebut belum pernah bertelur
karena ovariumnya tidak membesar, sedangkan parous ovarium nyamuknya
membesar, dari hal ini kita bisa mengetahui paritasnya.

6.2 Saran
Sebaiknya lama praktikum ditambah agar bisa membedah ovarium semua
sampel nyamuk.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Tolle, Michael A. 2009. Mosquito-Borne Disease. Curr Probl Pediatr Adolesc


Health Care. Hal 39, 97-140.
2. Becker, N., dkk. 2010. Mosquitos and Their Control. London: Spinger.
3. Djunaedi. 2006. Demam Berdarah (Dengue DB). Malang: UMM Pers.
4. Candra. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Jurnal Aspirator Vol. 2. No. 2 Tahun 2010: 110-119.
5. Hestiningsih, Retno. 2015. Petunjuk Praktikum Teknik Entomologi Edisi ke-
Dua. Semarang: FKM Undip.

6. Arian, H. 2009. Studi Vektor Filaria. [diunduh dari :


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-haniariant-6546-3-
babii.pdf] (diakses pada 10 April 2016)

7. Munif. 2007. Kolerasi Kejadian Populasi Anopheles. Centre for Research and
Development of Health Ecology, NIHRD.
8. Lestari, Bekti Dyah; Gama, Zulfaidah P; Rahardi, Brian. 2011. Identifikasi
Nyamuk di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Malang: UMM Press.
9. Nadadisastra, Djaenuin., dan Agoes Ridad. 2005. Parasitologi Kedokteran:
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
10. Gandahusada, Srisasi., Ilahude, Herry D., dan Pribadi, Wita. 2000.
Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
11. Depkes. 2002. Petunjuk Teknis Penyelidikian Epidemiologi, Penanggulangan
Seperlunya dan Penyemprotan Massal dalam Pemberantasan Penyakit DBD.
Jakarta: Ditjen P2PL.
12. Nurmaini. 2001. Survei Entomologi dalam Penanggulangan Wabah Malaria.
[diunduh dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3724/1/fkm-
nurmaini4.pdf] (diakses 10 April 2016)
13. Sucipto. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
14. Pradani, Y. 2009. Indeks Pertumbuhan Larva Aedes aegypti. Jurnal Aspirator
Vol.1 No.2. Tahun 2009:81-86. Loka Litbang P2B2 Ciamis.
15. Effendi, A. 2002. Studi Komunitas Nyamuk. [diunduh dari:
http/repost.ory.ipb.ac.id/handle/123456789/6037/.pdf?sequence=11].

17
LAMPIRAN

18
Lampiran I

19

Anda mungkin juga menyukai