OLEH :
19J10228
korteks serebri
Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang yang
disusun oleh subtansia grisea.Hemisfer otak dibagi dalam beberapa
lobus atau daerah sesuai dengan tulang kranium. Lapisan korteks
mempunyai 4 macam lobus yaitu :
Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera
peraba.
Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran
Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.
Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan, kecerdasan,
memori, kemauan, nalar, sikap.
Fungsi korteks serebri :
a. korteks muncul primer (area 4,6,8)
mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi
tubuh kontralateral
lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral
dari kumpulan otot yang disarafi
area 6 dan 8 pada perangsangan akan timbul gerakan
mata dan kepala
b. Koteks sensorik primer (3,4,5)
Penerima sensasi umum
Menerima serabut saraf
Terdapat homunkulus sensorik
c. Korteks visual (penglihatan) area 17
terletak dilobus oksipital pada fisura kalkarina
lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual
lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan
pandang
menerima impuls dari radio-optika
d. Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41
terletak pada transvers temporal girus di dasar visura
lateralis serebri
menerima impuls dari radiasioauditorik yang berasal
dari korpus genikulatum medialis
e. Area penghidu (area reaptif olfaktorius)
terletak di daerah yang berdekatan dengan girus
parahipotalamus lobus temporalis
kerusakan jalur olfaktorius menyebabkan anosmia
lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktorius
f. Area asosiasi
korteks yang mempunyai hubungan dengan area
sensorik maupun motorik
kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan
gangguan dengan gejala yang sesuai dengan tempat
kerusakan
Basal ganglia
Basal ganglia merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari
telensefalon. Basal ganglia terdiri dari beberapa elemen saraf sebagai
berikut :
nukleus kaudatus dan putamen
globus palidus
korpus amigdaloideum
secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari :
nukleus kaudatus dan putamen
nuklesus subtalmikus
subtansia nigra
nukleus rubra
Rinensefalon
Rinensefalon merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan alo-
korteks yang melingkar sekeliling hilus hemisfer serebri serta berbagai
struktur lain yang lebih dalam yaitu amigdala, hipokampus dan nuklei
septal. Fungsi rinensefalon :
perilaku makan
bersama dengan talamus memerangi perilaku seksual, emosi,
serta motivasi
perubahan tekanan darah dan pernapasan
hiperfagia dan komnifagia
Mesencephalon/Otak tengah
Mesencephalon merupakan bagian otak yang terletak di depan
cerebellum dan jembatan varol. Berfungsi sebagai pusat pengaturanan
refleks mata, refleks penyempitan pupil mata dan pendengaran.
Diencephalon/Otak depan
Diencephalon merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari
batang otak dan di depan mesencephalon.Diencephalon terdiri dari :
Talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi impuls
yang sampai di otak dan medulla spinalis.
Hipotalamus yang berfungsi sebagai pusat pengaturan suhu
tubuh, selera makan dan keseimbangan cairan tubuh, rasa lapar,
daya sexualitas, watak, emosi.
Epitalamus
Nukleus subtalamus yang berfungsi sebagai nuklei penghubung,
nuklei asosiasi, dan nuklei proyeksi subkortikal
Cerebellum
Cerebellum merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang
otak besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan
yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.Terdapat 2
bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan
cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan
varoli/ponds varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
kedua bagian cerebellum. Jadi ponds varoli berfungsi sebagai
penghantar impuls dari otot-otot kiri dan kanan tubuh.
2.1.2 Medula
a. Medulla oblongata
disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau batang
otak.Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan
medulla spinalis, di depan cerebellum.Susunan kortexmya terdiri
dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan bagian medulla
terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu.Berfungsi sebagai
pusat pengaturan ritme respirasi, denyut jantung, penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah, tekanan darah, gerak alat pencernaan,
menelan, batuk, bersin,sendawa.
b. Medulla spinalis
Disebut juga dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam
ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampai dengan
tulang pinggang yang kedua.Berfungsi sebagai pusat gerak refleks
dan menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak ke
organ tubuh.
3. SST (Susunan Saraf Tepi/Perifer)
Merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan sistem
saraf pusat.
3.1 Sistem saraf sadar/somatik
Merupakan sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah
oleh otak. Indra somatik dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu :
a. somatik mekanoreseptif
Yang di rangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah jaringan tubuh,
meliputi indra raba, tekanan, tekanan yang menentukan posisi relatif, dan
kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh,yang dikelompokkan sebagai
berikut :
sensasi eksteroreseptif => sensasi dari permukaan tubuh
sensasi proprioseptif => sensasi yang berhubungan dengan keadaan
fisik tubuh termasuk sensasi kinestetik, sensasi tendo dan otot,
tekanan dari dasar kaki
sensasi viseral => sensasi dari visera tubuh organ dalam yang
berasal dari jaringan dalam seperti tulang atau fasia terutama
meliputi tekanan nyeri dan getaran dalam
b. Indera termoreseptor, mendeteksi panas dan dingin
c. Indera nyeri, digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan,
perasaan kompleks karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi
3.2 Sistem saraf Otonom
Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak
sadar/diluar kehendak/tanpa perintah oleh otak. Fungsi saraf otonom mengatur
motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral dengan
cara merangsang otot polos dan kelenjar eksokrin. Saraf otonom dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang keduanya
bekerja secara antagonis/berlawanan.
a. Sistem saraf simpatik
Saraf simpatik merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat
di medulal spinalis. Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar
karena saraf ini keluar dari vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan
vertebrae kolumbar ke-1 sampai dengan ke-3.Beberapa fungsi sistem saraf
simpatik yaitu :
Mempercepat denyut jantung
Memperlebar pembuluh darah
Menghambat pengeluaran air mata
Memperluas/memperlebar pupil
Menghambat sekresi air ludah
Memperbesar bronkus
Mengurangi aktivitas kerja usus
Menghambat pembentukan urine
b. Sistem saraf parasimpatik
Saraf parasimpatik merupakan sistem saraf yang keluar dari daerah
otak.Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor
VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus). Disebut juga
dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar dari daerah cranial
dan juga dearah sakral. Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
Memperlambat denyut jantung
Mempersempit pembuluh darah
Memperlancar pengeluaran air mata
Memperkecil pupil
Memperlancar sekresi air ludah
Menyempitkan bronkus
Menambah aktivitas kerja usus
Merangsang pembentukan urine
2. Faktor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
E. Proses terjadinya
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis
yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks
sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian
yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam
akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan
aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut
terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri.
Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui serat eferen
dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,
sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada
serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials
sistem supresif.
F. Manifestasi klinis
1. Activation Stage
Dimulai persepsi nyeri sehingga terjadi reaksi fight of fight. Efek yang terjadi
yaitu diantaranya muka pucat, pupil dilatasi, respirasi meningkat, denyut jantung
meningkat, kontraksi jantung meningkat, otot bertambah tegang, dan simpanan
energi menurun.
2. Rebound Stage
Nyeri hebat tapi singkat. Efek yang terjadi diantaranya yaitu tekanan darah
meningkat dan heart rate menurun.
3. Adaptation Stage
Jika terjadi hambatan pada pusat vasomotor di medula, maka tonus vasomotor
menurun.
G. Komplikasi
1. Gangguan pola istirahat tidur
2. Syok neurogenik
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. CT scan
3. MRI
4. EKG
I. Penatalaksanaan Nyeri
a. Penatalaksanaan terapi farmakologis dan non farmakologis
1. Terapi non-Farmakologis
Ada beberapa metode metode non-farmakologi yang digunakan untuk
membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan
terapi fisik (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot,
akupunktur untuk nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala),
terapi psikologis (musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan
rangsangan elektrik pada sistem saraf (TENS, Spinal Cord Stimulation,
Intracerebral Stimulation)
2. Terapi Farmakologis
Modalitas analgetik paska pembedahan termasuk didalamnya analgesik
oral parenteral, blok saraf perifer, blok neuroaksial dengan anestesi lokal
dan opioid intraspinal. Pemilihan teknik analgesia secara umum
berdasarkan tiga hal yaitu pasien, prosedur dan pelaksanaannya. Ada
empat grup utama dari obat-obatan analgetik yang digunakan untuk
penanganan nyeri paska pembedahan.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
Beri rasa aman
Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang
sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan
sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
terang, serta konsentrasi dari pasien.
Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola),
distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage,
memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter
terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot
dan migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
c. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat
analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
4. Perencanaan.
1) Rencana keperawatan
a) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
b) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, lokasi, 1. Menentukan sejauhmana nyeri yang
frekuensi, dan skala nyeri dirasakan dan untuk memudahkan
member intervensi selanjutnya.
2. Monitor tanda-tanda vital, perhatikan 2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan
takikardia, hipertensi, dan ketidaknyamanan
peningkatan pernafasan.
3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi 3. Membantu pasien menjadi rileks,
menurunkan rasa nyeri, serta mampu
mengalihkan perhatian pasien dari
nyeri yang dirasakan
4. Beri posisi yang nyaman untuk pasien 4. Mengurangi rasa sakit, meningkatkan
sirkulasi, posisi semifowler dapat
mengurangi tekanan dorsal.
5. Beri Health Education (HE) tentang 5. Pasien mengerti tentang nyeri yang
nyeri dirasakan dan menghindari hal-hal
yang dapat memperparah nyeri.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 6. Menekan susunan saraf pusat pada
analgesik seperti thalamus dan korteks serebri sehigga
dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri
Intervensi Rasional
Berikan promosi memfasilitasi penggunaan postur dan pergerakan
mekanika tubuh dalam aktivitas sehari-hari untuk mencegah
keletihan dan ketegangan atau cedera
muskuloskeletal.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi.
6. Evaluasi
Proses akhir keperawatan valuasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg
terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
keperawatan.
Pathway Gangguan Rasa nyaman Nyeri
Reseptor nyeri
Persepsi nyeri
Nyeri
Menekan saraf
Mobilitas fisik
terganggu
Nyeri
dipersepsikan
Gangguan mobilitas
Nyeri akut
fisik