RESIKO JATUH
Disusun Oleh
20150320059
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Resiko Jatuh
Jatuh merupakan hal yang sering di jumpai pada usia lanjut. Banyak faktor yang
berperan di dalamnya, seperti gangguan berjalan, kelemahan otot ekstermitas bawah,
terjadi kekakuan sendi, pengelihatannya mulai menurun, lantai licin, tersandung benda-
benda. Rentan terhadap resiko jatuh, yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan
kesehatan (NANDA, 2015).
Risiko jatuh adalah bahaya lansia yang paling mungkin terjadi dan cedera akibat
jatuh sebagai kondisi nomor dua yang memberi dampak terburuk. Meskipun begitu,
risiko jatuh juga menjadi ancaman yang paling mungkin diantisipasi.Jatuh pada lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada yang mengelompokkannya menjadi mobilitas
(mobility), perilaku pengambilan risiko (risk taking behavior), serta kondisi lingkungan
(physical environtment). Terdapat pula yang mengelompokkannya menjadi faktor
internal, dari diri lansia, dan eksternal, dari luar diri lansia (Stefani Natalia, 2015).
B. Faktor Risiko
1. Faktor Instrinsik
Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan insiden jatuh termasuk proses penuaan
dan beberapa kondisi penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke dan gangguan
ortopedik serta neurologic, sinkop. Faktor intrinsik dikaitkan dengan insiden jatuh pada
lansia adalah kebutuhan eliminasi individu. Beberapa kasus jatuh terjadi saat lnsia sedang
menuju, menggunakan atau kembali dari kamar mandi. Perubahan status mental juga
berhubungan dengan peningkatan insiden jatuh. Faktor intrinsik lain yang menimbulkan
resiko jatuh adalah permukaan lantai yang meninggi, ketinggian tmpat tidur baik
yang rendah maupun yang tinggi dan tidak ada susut tangan ditempat yang strategis
seperti kamar mandi dan lorong.
2. Faktor Luar
faktor eksternal yang secara langsung mempengaruhi risiko jatuh yang sering
dibahas yaitu elemen yang terkait dengan terpeleset, tersandung, terjatuhkarena
kehilangan kese-imbangan. Sedangkan yang secara tidak langsung mempengaruhi risiko
jatuh,elemen yang terkait penglihatanserta perlengkapan keselamatan (Stefani Natalia,
2015).
C. Faktor–faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak
di bawah
2. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
3. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
4. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
5. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan
benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
6. Lantai yang licin atau basah
7. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
8. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
D. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti : ( Kane, 2005; Van –
der – Cammen, 2000 )
1. Perlukaan ( injury )
a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
jaringan otot, robeknya arteri / vena.
b. Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan
bawah, tungkai bawah, kista.
c. Hematom subdural
2. Perawatan rumah sakit
a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).
b. Risiko penyakit – penyakit iatrogenik.
3. Disabilitas
a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik.
b. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan
gerak.
E. Pencegahan
1. Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan, diberikan
latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik, koordinasi keseimbangan
serta mengatasi faktor lingkungan. Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana
keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat dan pindah posisi.
Penilaian goyangan badan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh, begitu
pula dengan penilaian apakah kekuatan otot ekstremitas bawah cukup untuk berjalan
tanpa bantuan, apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah,
dan mengangkat kaki dengan benar saat berjalan. Kesemuanya itu harus diperbaiki
bila terdapat penurunan.
2. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan
memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian
disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai yang tidak licin dan
penerangan yang cukup.
3. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Apabila keadaan
lansia lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan dan
usahakan pelan-pelan jika akan merubah posisi (Darmojo, 2009).
F. Pathway
Tidak lancarnya
aliran darah otak
Tidak lancarnya
aliran darah otak
Jatuh
Nyeri
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Tanggal lahir : 5 Maret 1943
Alamat : Gamping Sleman
Dx medis :
Tanggal pengkajian : 2 April 2018
B. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
- Usia 78 tahun - Klien mengatakan pernah operasi 4x
- Klien operasi pinggul karena jatuh - Klien mengeluhkan nyeri sekala 4
- Patah lengan akibat terjatuh akibat - Klien mangatakan takut berjalan
di kamar mandi sendiri untuk ke kamar mandi
- Keluarga mengaku tidak mengerti
tentang resiko jatuh dan lingkungan
aman untuk pasien
- mengguanakan alat bantu saat
berjalan
C. Analisa Data
Data objektif dan subjektif Etiologi Masalah Keperawatan
DO: - usia > 65 th Resiko Jatuh
- Usia 78 tahun - riwayat jatuh
- Klien operasi - berjalan mengguanakan
pinggul karena jatuh akal bantu (tongkat)
- Patah lengan akibat
terjatuh akibat di
kamar mandi
- Menggunakan alat
bantu saat berjalan
DS:
- Klien mengatakan
pernah operasi 4x
D. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Jatuh
A:
- Resiko Jatuh sudah teratasi
P:
- Memberikan konseling kepada
keluarga tentang pencegahan
resiko jatuh saat di rumah