Anda di halaman 1dari 17

MODUL PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA

Oleh:
TIM DOSEN DAN ASISTEN MEKANIKA FLUIDA

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
ACARA I

DEBIT ALIRAN

A. Tujuan Praktikum
Mengukur debit aliran air pada saluran terbuka.

B. Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat memahami prinsip pengukuran debit aliran.

C. Teori Dasar
Debit adalah satuan besar air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubik per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2002). Debit aliran
dapat dinyatakan dengan persamaan:

Q=A.V

Keterangan:
Q = Debit Aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran (m/s)
Gerak fluida dapat dinyatakan dengan mengikuti gerak tiap partikel di
dalam fluida. Hal ini sulit dilakukan karena koordinay X, Y, Z dari partikel
fluida harus ditentukan dahulu sebagai fungsi dari waktu.

Leonard Euler (1907-1983), menyatakan bahwa rapat massa dan


kecepatan pada tiap titik di dalam suatu ruangan akan berubah terhadap waktu.
Fluida sebagai medan rapat massa dan medan vektor kecepatan. Jika kecepatan
tiap partikel fluida pada suatu titik tertentu adalah tetap, maka aliran fluida
tersebut bersifat lunak.
D. Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
1. Pipa kaca dihubungkan dengan selang untuk mengalirkan air ke dalam
saluran.

2. Kran dibuka dan air dibiarkan mengalir sampai aliran stabil.


3. Tinggi dan lebar air dalam pipa kaca diukur.
4. Potongan daun kering dialirkan dalam pipa kaca sejauh 1 meter dan waktu
yang ditempuh dicatat. Percobaan diulang sampai 3 kali dengan ketinggian air
yang berbeda.
CATATAN :
ACARA II

PERSAMAAN BERNOULLI

A. Tujuan Praktikum
Menentukan tekanan dan kecepatan aliran pada pipa yang tidak merata.

B. Teori Dasar
Konstanta integrasi (yang disebut konstanta Bernoulli) pada umumnya
berubah dari satu garis aliran lainnya tetapi konstanta sepanjang suatu garis aliran
dalm aliran Steady, tanpa gesekan tak mampu mampat. Kerja aliran adalah kerja
bersih yang dilakukan oleh elemen fluida terhadap lingkungan selagi fluida tersebut
mengalir. Sebagai contoh bayangkan sebuah turbin yang terdiri dari satu satuan
bersudut yang berputar bila fluida mengalir melaluinya dengan melakukan torsi
pada porosnya. Untuk perputaran yang kecil, jatuh tekanan melintasi sebuah sudut
kali luas sudut yang terkena tekanan adalah gaya yang terhadap rotor, bila dikalikan
dengan jarak dari titik pusat daya ke sumbu rotor maka diperoleh torsi. Kerja
elemental yang dilakukan oleh ρδA ds oleh ρδA ds satuan fluida yang mengalir, oleh
karena itu kerja per massa satuan ialah p/ρ.

Persamaan Bernoulli pada dua titik pada suatu garis aliran adalah sebagai
berikut:

(Persamaan 1)

Persamaan ini menunjukkan bahwa sebenarnya beda energi potensial, energi


aliran dan energi kinetik yang mempunyai arti dalam persamaan tersebut. Jadi Z1
dan Z2 tidak bergantung pada datum ketinggian tertentu, karena merupakan beda
ketinggian kedua titik tersebut. Demikian pula ρ1/λ-ρ2/λ ialah beda tinggi tekanan
yang dinyatakan dalam satuan panjang fluida yang mengalir dandan titik diubah
oleh datum tekanan tertentu yang terpilih. Karena siku-siku kecepatan tidak linier
maka datumnya tertentu.
Persamaan asumsi-asumsi yang mendasar persamaan Bernoulli 1:

1. Bila semua garis aliran berasal dari sebuah reservoar, dimana kadar energinya
sama maka konstanta integrasi tidak berubah dari suatu garis aliran ke garis
lainnya. Dan titik satu dan titik dua untuk menerapkan persamaan Bernoulli
dapat dipilih sembarang yakni tidak perlu pada garis yang sama.

2. Dalam aliran suatu gas, seperti dalam sistem ventilasi dimana perubahan tekanan
hanya merupakan bagian kecil (beberapa persen) dari tekanan mutlak, maka gas
tersebut dapat dianggap tidak mampu mampat, dapat digunakan persamaan 1
dengan berat jenis rata-rata γ.

3. Untuk aliran tidak steady (tak ajek) dengan perubahan kondisi-kondisi yang
terjadi secara berangsur-angsur, misalnya penggosongan suatu reservoar, maka
dapat diterapkan persamaan Bernoulli tanpa kesalahan yang berarti.

4. Persamaan Bernoulli bermanfaat dalam analisis mengenai awal-awal fluida


nyata dengan pertama-tama mengabaikan gesekan viskos guna memperoleh
hasil teoritik. Kemudian persamaan yang diperoleh dapat dimodifikasi dalam
suatu koefisien yang ditentukan dengan eksperimen, guna mengoreksi
persamaan teoritik tersebut agar sesuai awal fisik yang sebenarnya. Dari
persamaan kontinuitas (persamaan 1) diperoleh persamaan berikut:

Dengan :
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang pipa (m2)
V = kecepatan aliran air (m/s)

C. Alat dan Bahan


1. Pipa 1 inci
2. Pipa 3 inci
D. Prosedur Kerja
1. Siapkan aliran terbuka (pada sungai) yang dibendung supaya merata.
2. Tenggelamkan pipa hingga seluruh bagiannya tidak keluar dari permukkan
air.

3. Ukur tekanan pada pipa dengan melihat tinggi air pada pipa pengukur.
4. Catat hasil pengukuran dan dihitung dengan persamaan Bernoulli untuk
mengukur kecepatan aliran.
CATATAN :
ACARA III

BILANGAN REYNOLD

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah menghitung besarnya bilangan reynold pada
suatu aliran air.

B. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum adalah:
1. Mengetahui besarnya bilangan reynold pada suatu fluida.
2. Mengetahui jenis aliran fluida pada suatu pipa tertutup.

C. Teori Dasar
Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya inersia, gravitasi
dan kekentalan (viskositas) dikenal sebagai bilangan reynold (RE) ditulis
sebagai berikut:

Re = V x L/v Dimana:

V = Kecepatan rata-rata aliran


L = Panjang karakteristik (m)
h untuk aliran terbuka d
untuk aliran tertutup

v = Viskositas kinematik (m2/detik)


Aliran fluida dalam pipa, berdasarkan bilangan Reynold dibedakan
menjadi aliran laminar, aliran transisi dan aliran turbulen. Dalam hal ini, jika
nilai Re kecil aliran akan meluncur di atas lapisan lain yang dikenal dengan
aliran laminar. Sedangkan jika aliran-aliran tadi terdapat pada garis edar tertentu
yang dapat dilihat, aliran ini disebut aliran turbulen.
Laminer→Re<2100 Turbulen→Re>4000
Gambar 2. Aliran Laminer dan Turbulen

Pada pipa:
• Aliran laminar terjadi jika Re < 2100
• Aliran turbulen terjadi jika Re > 4000
Untuk kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi.
Untuk saluran tertutup, Bilangan reynold dinyatakan sebagai berikut:

V.D
Re

Pada saluran terbuka:


• Aliran laminar terjadi jika Re < 500
• Aliran turbulen terjadi jika Re > 1000
Untuk kondisi 500 < Re < 1000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi.
Dimana:

V.D
Re ; R = jari-jari hidrolis (m)

Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi, Reynold melakukan


eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah tabung kaca
dipasang horisontal dengan satu ujungnya di dalam tangki dan sebuah katup
pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk corong lonceng
yang licin, dengan cat warna yang diatur demikian sehingga arus zat waktu yang
halus dapat disemprotkan di titik setiap didepan corong lonceng tersebut.
Sebagai kecepatan karakteristik, Reynold memakai kecepatan rata-rata V dan
sebagai panjang karakteristik garis tengah tabung (D) sehingga

V.D.
Re

Untuk debit yang kecil arus zat warna bergerak melalui tabung
membentuk lamina-lamina (benang-benang) yang menunjukkan bahwa aliran
tersebut merupakan aliran laminar. Dengan meningkatnya laju aliran tersebut
maka bilangan Reynold akan bertambah besar karena parameter V berbanding
lurus dengan laju aliran sedangkan parameter D, ρ, µ adalah konstan. Zat warna
pada kondisi tersebut akan bercampur dengan air. Aliran telah berubah menjadi
aliran turbulen dengan pertukaran momentumnya yang besar yang telah
sepenuhnya mengganggu gerakan teratur aliran laminar.

D. Alat dan Bahan 


Alat:

• Selang
• Penggaris
• Stopwatch
• Alat penguji
• Tempat penampungan air  Bahan:

• Air
• Tinta

E. Prosedur Kerja
1. Pastikan alat penguji aliran fluida terpasang dengan benar.
2. Isilah tabung penguji (no. 2) air sampai penuh, dipastikantinta telah
dimasukkan ke dalam tabung (no. 1).
3. Bukalah kran air (no. 4) dengan mengaturnya, untuk mengalirkan air dalam
tabung penguji (no. 2) katup dibuka (no. 3) yang terpasang dibawah tempat
tinta untuk mengalirkan tinta. Katup diatur agar aliran tinta pada saat kran air
dibuka penuh dan tidak penuh dapat dibedakan (membentuk benang atau
tidak).
4. Amati aliran tinta dalam pipa. Apakah membentuk benang atau tinta
bercampur dengan air.

5. Tampung aliran air yang keluar dari kran no. 4 untuk mengetahui debit (Q)
dan dicatat lama proses penampungan tersebut (t).

6. Percobaan diulang sampai 2 kali dengan t = 5 detik dan t = 10 detik.

F. Hasil dan Pembahasan


A. Hasil / Perhitungan
Bilangan Reynold pada aliran air melalui tabung
• Kecepatan aliran (v)
Vairyangditampung
V

A.t

Dimana:

t = lama proses penampungan (detik)

A=luas penampang (m2)

• Menghitung bilangan Reynold (Re) = V.D.ρ / µ


Massa jenis fluida (ρ) = 1000 kg/m3
Viskositas absolut = 1,519 Ns/m2 (lihat tabel sifat-sifat fisika fluida)
CATATAN :
ACARA IV

PENENTUAN KEHILANGAN HEAD ALIRAN DALAM PIPA LURUS (hf)

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah menghitung kehilangan head pada pipa
(hf).

B. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum adalah mengetahui besarnya kehilangan head
aliran pada pipa.

C. Teori Dasar
Head kerugian yaitu head untuk mengatasi kerugian-kerugian yang
terdiri atas head kerugian gesek di dalam pipa-pipa dan head kerugian di dalam
belokan–belokan, reduser, katup-katup, dsb. Dalam keadaan turbulen, peralihan
atau laminar untuk aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah dikembangkan
rumus Darcy Weisbach yaitu:

lxv 2
Hf f

Dx2g
Dimana:
Hf = kehilangan energi akibat gesekan
f = faktor gesekan l = panjang pipa
(m) v = percepatan gravitasi (m/s2)

D = diameter pipa (m)


Nilai f dipengaruhi bilangan Reynold (Re) dan kekasaran relatif dinding
pipa (e/a). Untuk menetapkan nilai f, harus diperhatikan kondisi berikut:

1. Kalau Re < 2100, aliran tersebut dinamakan aliran laminar dan nilai f
ditetapkan dengan persamaan Hagen-Poiseulle f = 64/Re.
2. Kalau e/d kecil (dinding pipa licin) tetapi Re > 2100, alirannya disebut
“hydraulically smooth” atau “turbulent smooth”.
3. Kalau Re > 4000 atau e/d besar, alirannya disebut aliran turbulent rought.

4. Jika aliran berada antara kondisi 2 dan 3 maka aliran tersebut disebut aliran
transisi.

Berdasarkan kondisi di atas, nilai f ditetapkan dengan rumus yang sesuai


dengan jenis aliran tersebut seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Rumus penetapan f berdasarkan jenis aliran fluida.


Jenis aliran Rumus penetapan f Kisaran Re
1. Laminar 64/Re Re<2100
2. a. Hydroulically smooth F = 0,361/Re0,25 Re>4000
b.Turbulent smooth 1/f = 1,14-2 log10 (Re f )-0,8
3. Transisi 1/f = 1,14-2 log 10 Re>4000

e 9,35

D Re f

Hydroulically tough atau 1/f = 1,14-2 log 10 (D/e) Re>4000


wholly rough

Nilai koefisien f juga dapat diperoleh dengan menggunakan diagram Moody atau
secara empiris dengan formula Darey dan Hazen William.

• Persamaan Manning

Hf = 10d ,295,333 n2 L 2
Q

• Persamaan Hazen-William
10,7L 1,852
Hf = 1,852 4,87 Q

CHW d
Dimana : n = koefisien Manning
CHW = koefisien Hazen-William
Untuk jenis pipa PVC koefisien Hazen sebesar 150 dan koefisien Manning sebesar
0,008.

D. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Selang
2. Penggaris
3. Stopwatch
4. Alat penguji
5. Tempat penampungan air

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Air
2. Tinta

E. Prosedur Kerja
1. Hitung faktor gesekan (f) pada masing-masing aliran.
2. Dengan menggunakan data hasil praktikum II hitung kerugian head aliran
pada pipa lurus (hf).
CATATAN :

Anda mungkin juga menyukai