Perawatan Dan Penyembuhan Luka Dengan Balutan Luka Modern
Perawatan Dan Penyembuhan Luka Dengan Balutan Luka Modern
Modern
Perawatan luka saat ini sedang memasuki era baru dimana sedang terjadi perubahan metode
dalam perawatan luka, trend saat ini adalah merawat luka dengan tehnik lembab, dimana
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh 3 orang peneliti dunia sejak tahun 1940 – 1970
dan didapatkan kesimpulan bahwa tehnik perawatan luka dengan tehnik lembab mempunyai
banyak kelebihan diantaranya adalah: 1. Laju epitelisasi pada luka yg ditutup oleh poly-etylen 2
kali lebih cepat sembuh disbanding dengan luka yg dibiarkan kering, 2. Merawatan luka lembab
tidak meningkatkan infeksi (hanya 2,5%) dibandung dengan meteode perawatan kering (9%).
Berawal dari penelitian2 itulah hingga saat ini telah berkembang balutan luka yang mampu
menjaga kelembaban luka atau yang biasa disebut balutan luka modern. Balutan modern adalah
balutan luka yang diproses sedemikian rupa yang berfungsi menjaga kelembaban luka dan
diharapkan ketika luka dalam kondisi lembab maka proses penyembuhan luka akan berjalan
lebih baik.
Balutan modern sudah dikenal didunia sejak awal tahun 1990an namun baru berkembang pesat
pada beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Di dunia sudah ada sekitar 3000an lebih jenis-
jenis balutan modern dan senantiasa berkembang mengikuti perkembangan teknologi dalam
perawatan luka.
1. Hidrokoloid
Mengandung partikel hydroaktif yag terikat pada polimer hydrofobik. Kelebihan akan cairan
pada luka akan diserp dan balutan akan berubah menjadi gel.balutan yang berfungsi menjaga
kelembaban luka, mempunyai kemampuan menyerap cairan minimal, cocok untuk luka pada
fase epitelisasi (warna dasar luka pink), dapat juga digunakan untuk mencegah terjadinya
maserasi. Contoh produk: comfeel transparan
2. Alginate
Balutan luka yang berbahan dasar dari rumput laut, mempunyai kemampuan menyerap cairan
luka minimal-sedang, juga mempunyai kemampuan menghentikan pendarahan minimal, cocok
untuk luka pada fase granulasi. Contoh produk: Cutimed Alginat, Curasorb
3. Hydrogel
Balutan ini berbahan dasar gliserin, mempunyai kemampuan untuk melunakkan jaringan luka
yang telah mati, cocok untuk luka dengan warna dasar hitam/kuning
5. Foam
Balutan ini adalah berbahan dasar polyurethane foam mempunyai kemampuan yg sangat besar
dalam menyerap cairan luka, cocok untuk luka yang memiliki eksudat yang banyak.
6. Silver Dressing
Balutan yang mengandung silver, mampu menghancurkan koloni kuman dgn baik. Cocok untuk
luka yang terinfeksi. Contoh: Acticoat
Demikian adalah beberapa contoh dari sekian banyak balutan yang ada di dunia, yang bila
digunakan dengan tepat akan mempercepat proses penyembuhan luka. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai perawatan luka dengan metode balutan luka modern dapat menghubungi Klinik
Khusus Perawatan Luka 021-99442130 / 081584077677 atau mengunjungi
http://www.balutanlukamodern.com/ Semoga bermanfaat.
Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan luka.
Konvensional :
1. Tdk mengenal perawatan luka lembab.
2. Kasa lengket pada area luka.
3. Luka dalam kondisi kering.
4. Pertumbuhan jaringan lambat.
5. Infeksi lebih banyak.
6. Balutan luka hanya menggunakan kasa.
7. Luka terbuka/tertutup
Modern :
1. Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang lembab.
2. Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut metode konvensional hanya
membersihkan luka dengan normal salin atau ditambahkan dengan iodin povidine,
hidrogen peroksida, antiseptik seperti itu dapat mengganggu proses penyembuhan luka,
tdk hanya membunuh kuman tapi membunuh leukosit yg bertugas membunuh kuman
pathogen, kemudian di tutup dengan kasa kering.
3. Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel pada luka dan
menyebabkan rasa sakit pada klien, disamping itu juga sel-sel yang baru tumbuh pada
luka juga rusak.
4. Luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses penyembuhan dan akan
menimbulkan bekas luka.
1. Moist wound healing (perawatan luka lembab) diawali pada tahun 1962 oleh Prof.
Winter.
2. Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka
tetap lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka.
3. Lingkungan luka yang lembab dapat diciptakan dengan occlusive dressing (perawatan
luka tertutup).
1. Fibrinolisis
2. Angiogenesis.
3. Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%).
4. Pembentukan growth factors (faktor tumbuh) Epidermal Growth Factor (EGF).
5. Platelet Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor- beta (TGF-beta).
6. Percepatan pembentukan sel aktif
85% penderita diabetes akan mengalami luka pada kaki dan sekitarnya hingga amputasi menjadi
jalan satu-satunya. Pada awalnya penderita diabetes akan mengalami seperti kesemutan,
kemudian mati rasa pada bagian tertentu yang kemudian akan diikuti perubahan warna menjadi
kehitaman sebelum kemudian muncul luka. Luka tersebut pada awalnya hanya kecil, tapi lama-
kelamaan bisa menjadi besar dan bila dibiarkan akan sangat berbahaya. Kadar gula dalam darah
yang tinggi akan membuat bakteri dengan mudah berkembang biak dan mengakibatkan luka
semakin membengkak serta membusuk. Pada saat luka semakin memburuk dan tidak kunjung
diatasi dan terjadi kurangnya aliran darah serta oksigen ke kaki, maka jaringan syaraf akan rusak
dan mati. Hal tersebut yang menjadi alasan kenapa kebanyakan pasien yang mengalami luka
harus diamputasi agar tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. Hal seperti ini masih bisa diatasi
dengan teknik perawatan luka modern.
7. Luka Bakar
Luka bakar bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti suhu panas, sengatan listrik, sinar
matahari, reaksi kimia, serta radiasi. Namun dengan kalimat sederhana, luka bakar merupakan
kerusakan pada kulit yang sering terjadi karena panas. Luka bakar biasanya akan menimbulkan
gejala seperti kulit memerah, kulit mengelupas, luka melepuh, kulit hangus, atau terjadi
pembengkakan.
Dua contoh jenis luka di atas bisa menjadi lebih parah karena terjadi infeksi yang disebabkan
karena bakteri, virus, ataupun parasit jika tidak ditangani dengan benar. Dan bagaimana proses
terjadinya infeksi pada setiap luka yang terjadi? Berikut penjelasan singkat proses terjadinya
infeksi pada luka.
Invasi dimulai ketika sebuah jaringan mengalami luka terbuka dan terjadi kontak langsung
dengan mikroorganisme patogen, mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang membahayakan.
Kontak bisa terjadi dikarenakan dua hal berikut ini, pertama, misalnya saat terjatuh di tempat
yang kotor yang banyak terdapat bakteri sehingga masuk ke dalam luka, dan kemungkinan kedua
pada saat luka tersebut sedang dalam proses perawatan. Mikroorganisme dapat hidup dengan
sendirinya pada luka yang tidak dirawat dengan baik.
Di dalam teknik perawatan luka modern, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan serta
skill dalam hal perawatan luka, misalnya pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi
luka, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama proses perawatan, serta
dokumentasi hasil yang sistematis. Perawat juga bertanggung jawab terhadap keadaan
pembalutan dan pengawasan terhadap luka akut. Intervensi perawatan merupakan titik tolak
terhadap proses penyembuhan luka, perawat harus bertanggung jawab terhadap kualitas klien
dengan luka.
Ada perbedaan mendasar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan luka modern. Di
dalam teknik perawatan luka secara konvensional tidak mengenal perawatan luka lembab, kasa
biasanya lengket pada luka karena luka dalam kondisi kering. Pada cara konvensional
pertumbuhan jaringan lambat sehingga menyebabkan tingkat resiko infeksi lebih tinggi. Balutan
luka pada cara konvensional juga hanya menggunakan kasa.
Sedangkan untuk teknik modern, perawatan luka lembab sehingga area luka tidak kering
sehingga mengakibatkan kasa tidak mengalami lengket pada luka. Dengan adanya kelembaban
tersebut dapat memicu petumbuhan jaringan lebih cepat dan tingkat resiko terjadinya infeksi
menjadi rendah. Karena dengan balutan luka modern, luka tertutup dengan balutan luka.
Dan keunggulan teknik perawatan luka modern yang lainnya dibanding cara konvensional adalah
dalam menajemen luka. Manajemen luka dalam perawatan modern adalah dengan metode “moist
wound healing” hal ini sudah mulai dikenalkan oleh Prof. Winter pada tahun 1962. Moist wound
healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka tetap terjaga
kelembabannya untuk memfasilitasi penyembuhan luka. Luka lembab dapat diciptakan dengan
cara occlusive dressing (perawatan luka tertutup).
Jadi kenapa saat ini perawatan luka modern cenderung lebih disarankan dibandingkan metode
yang konvensional karena resiko infeksi bisa lebih ditekan, dan dengan luka lembab maka akan
menjadikan pertumbuhan jaringan lebih cepat.
Pengkajian Luka
A. Kondisi luka
1. Warna dasar luka
Slough (yellow)
Necrotic tissue (black)
Infected tissue (green)
Granulating tissue (red)
Epithelialising (pink)
2. Lokasi ukuran dan kedalaman luka
3. Eksudat dan bau
4. Tanda-tanda infeksi
5. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
6. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
B. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
C. Status vascular : Hb, TcO2
D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
Perencanaan
A. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan
adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
1. Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
2. Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3. Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan
yang lembab.
5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah
luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke
seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
2. Hydrocolloid
Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
Waterproof
Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3. Alginate
Terbuat dari rumput laut
Membentuk gel diatas permukaan luka
Mudah diangkat dan dibersihkan
Bisa menyebabkan nyeri
Membantu untuk mengangkat jaringan mati
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4. Foam Dressings
Polyurethane
Non-adherent wound contact layer
Highly absorptive
Semi-permeable
Jenis bervariasi
Adhesive dan non-adhesive
Indikasi : eksudat sedang s.d berat
Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5. Terapi alternatif
Zinc Oxide (ZnO cream)
Madu (Honey)
Sugar paste (gula)
Larvae therapy/Maggot Therapy
Vacuum Assisted Closure
Hyperbaric Oxygen
Implementasi
A. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Untuk merangsang granulasi
Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
B. Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Hydrogels, hydrocolloid dressings
C. Luka terinfeksi
Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture – systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
D. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga
kelembaban luka
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Moist wound surface – non-adherent dressing
Treatment overgranulasi
Hydrocolloids, foams, alginates
E. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
Transparent films, hydrocolloids
Balutan tidak terlalu sering diganti
F. Balutan kombinasi
Tujuan Tindakan
Hydrogel + film
Rehidrasi atau hanya hydrocolloid
Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Debridement (deslough) Atau hydrofibre + film/foam
Extra absorbent foam
Atau extra absorbent alginate + foam
Manage eksudat sedang Atau hydrofibre + foam
s.d berat Atau cavity filler plus foam
Kesimpulan
1. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai
optimal jika digunakan secara tepat
2. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif
agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka
yang berkualitas
Referensi
1. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5:
Proquest Nursing & Allied Health Search
2. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest
Nursing & Allied Health Search
3. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing; Jun
23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry
4. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep
2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search
5. Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions,
Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence Based
Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au
6. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24,
2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search
7. http://www.fkep.unpad.ac.id/2009/01/perawatan-luka-modern/
PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi
yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang
berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana
pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan.
Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang
tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat
dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses
pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk
yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan
(safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada
intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi,
dan sosial.
2. TUJUAN
Agar mahasiswa keperawatan menetahui perkembangan perawatan khususnya dalam perawatan
luka.
Agar mahasiswa lebih mahir dan berpengetahuan dibidang perawatan lukka dengan model modern
dressing.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN LUKA
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio,
insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan
struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness,
yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis,
dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada
jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan
luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap)
Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
Fase penyembuhan luka :
Fase inflamasi :
Hari ke 0-5
Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah
Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
Fase awal terjadi haemostasis
Fase akhir terjadi fagositosis
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
Fase proliferasi or epitelisasi
Hari 3 – 14
Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka luka
nampak merah segar, mengkilat
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,
fibronectin and hyularonic acid
Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian
luka
Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
Fase maturasi atau remodelling
Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan
(tensile strength)
Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan
3. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
Status Imunologi
Kadar gula darah (impaired white cell function)
Hidrasi (slows metabolism)
Nutritisi
Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
Suplai oksigen dan vaskularisasi
Nyeri (causes vasoconstriction)
Corticosteroids (depress immune function)
5. Pengkajian Luka
Kondisi luka
Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic tissue (black),
infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
Lokasi ukuran dan kedalaman luka
Eksudat dan bau
Tanda-tanda infeksi
Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
Status vascular : Hb, TcO2
Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
6. Perencanaan
Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya
hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan
dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini
antara lain:
Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh
netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
Mempercepat angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
Mempercepat pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka
untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih
cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti
oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya
kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh
bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
Apakah suplai telah tersedia?
Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
Bagaimana cara mengevaluasi?
Implementasi
Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Untuk merangsang granulasi
Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
2) Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Hydrogels, hydrocolloid dressing
Luka terinfeksi
Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Wound culture – systemic antibiotics
Kontrol eksudat dan bau
Ganti balutan tiap hari
Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban
luka
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Moist wound surface – non-adherent dressing
Treatment overgranulasi
Hydrocolloids, foams, alginates
Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
Transparent films, hydrocolloids
Balutan tidak terlalu sering diganti
Balutan kombinasi
Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid
Untuk debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid atau alginate +
film/foam atau hydrofibre + film/foam
Untuk memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra absorbent alginate +
foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus foam
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai
optimal jika digunakan secara tepat
Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar
dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang
berkualitas
SARAN
Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.