BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Panduan ini dapat diaplikasikan pada semua sarana kesehatan yang
mempunyai layanan/ fasilitas keperawatan. Panduan ini biasanya
diterapkan oleh perawat penanggungjawab pasien, mahasiswa
keperawatan, dan asisten tenaga kesehatan. Panduan ini diaplikasikan
kepada pasien dewasa, geriatri, dan sebagainya. Pengambilan keputusan
untuk pengaplikasian restraint sebaiknya dibicarakan / didiskusikan
bersama (kapanpun memungkinkan) dengan pasien, kerabat, keluarga,
dan dokter penanggungjawab pasien; kecuali pada kondisi emergensi.
Perlu diingat akan pentingnya melibatkan suatu tim multidisiplin,
termasuk profesional kesehatan lainnya yang terkait, yang dapat
membantu daan mendukung perawatan pasien;
B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
untuk meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit.
2. Tujuan khusus :
a. Membantu staf memahami arti dan fungsi restraint;
b. Memastikan keselamatan pasien dan meminimalisasi penggunaan
restraint;
c. Memahami aspek etik dan hukum yang relevan dengan aplikasi
penggunaan restraint;
d. Mengetahui langkah/tindakan apa yang sebaiknya dilakukan jika
terdapat kecurigaan terjadinya penyalahgunaan tindakan
restraint;
e. Memahami kondisi/situasi yang memperbolehkan penggunaan
restraint secara legal dan etis;
f. Memahami cara untuk meminimalisasi risiko yang dapat terjadi
akibat penggunaan restraint;
BLUD RS Sekarwangi
C. PENGERTIAN
1. Pengertian secara internasional: restraint adalah suatu metode/cara
pembatasan/restriksi yang disengaja terhadap gerakan/perilaku
seseorang. Dalam hal ini, ‘perilaku’ yang dimaksudkan adalah
tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak
disadari/tidak disengaja sebagai suatu reflex;
D. TUJUAN
1. Tujuan umum :
untuk meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit.
2. Tujuan khusus :
a. Membantu staf memahami arti dan fungsi restraint;
b. Memastikan keselamatan pasien dan meminimalisasi penggunaan
restraint;
c. Memahami aspek etik dan hukum yang relevan dengan aplikasi
penggunaan restraint;
d. Memahami langkah/tindakan yang harus dilakukan jika terdapat
kecurigaan penyalahgunaan tindakan restraint;
e. Memahami cara untuk meminimalisasi risiko yang dapat terjadi
akibat penggunaan restraint;
BLUD RS Sekarwangi
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
TATALAKSANA
A. JENIS RESTRAINT
1. Pembatasan Fisik
a. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien,
menggerakkan pasien, atau mencegah pergerakan pasien.
b. Jika pasien dapat dengan mudah meloloskan diri / melepaskan
diri dari pegangan staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu
restraint
c. Pemegangan fisik: biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan
untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / tes rutin. Namun,
pasien berhak untuk menolak prosedur ini.
d. Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan
pasien dan berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu
bentuk restraint.
e. Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur
pemberian obat (melawan keinginan pasien) dianggap suatu
restraint. Sebaiknya, kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa
persetujuan pasien, dipilih metode yang paling kurang bersifat
restriktif / sesedikit mungkin menggunakan pemaksaan.
f. Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani
prosedur / medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/tenang untuk
disuntik/menjalani prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan
tujuan prosedur/ pemberian medikasi berjalan dengan lancar dan
aman. Hal ini bukan emrupakan restraint.
g. Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk
menenangkan/memberi kenyamanan kepada pasien tidak
BLUD RS Sekarwangi
dianggap sebagai suatu restraint
2. Pembatasan Mekanis
a. Melibatkan penggunaan suatu alat, Misalnya:
1) penggunaan sarung tangan khusus di ruang rawat intensif
(Intensive Care Unit – ICU)
2) peralatan sehari-hari: ikat pinggang/sabuk untuk mencegah
pasien jatuh dari kursi, penggunaan pembatas di sisi kiri dan
kanan tempat tidur (bedrails) untuk mencegah pasien jatuh/
turun dari tempat tidur.
a) Penggunaan side rails dianggap berisiko, terutama untuk
pasien geriatri dan disorientasi. Pasien geriatri yang rentan
berisiko terjebak diantara kasur dan side rails. Pasien
disorientasi dapat menganggap side rails sebagai penghalang
untuk dipanjati dan dapat bergerak ke ujung tempat tidur
untuk turun dari tempat tidur. Saat pasien berusaha turun
dari tempat tidur dengan menggunakan segala cara, pasien
berisiko terjebak, tersangkut, atau jatuh dari tempat tidur
dengan kemungkinan mengalami cedera yang lebih berat
dibandingkan tanpa menggunakan side rails.
b) Penggunaan side rails harus mempunyai keuntungan yang
melebihi risikonya.
c) Namun, jika pasien secara fisik tidak mampu turun dari
tempat tidur, penggunaan side rails bukan merupakan
restraint karena penggunaan side rails tidak berdampak
pada kebebeasan bergerak pasien
d) Penggunaan restraint pada pasien yang memerlukan
mobilisasi rutin (untuk melancarkan sirkulasi dan
mencegah ulkus dekubitus)
merupakan suatu intervensi untuk melindungi pasien dari risiko jatuh,
dan hal ini tidak dianggap sebagai restraint. Penggunaan side rails
BLUD RS Sekarwangi
diresepkan, termasuk obat yang dijual bebas
d. Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien
tidak dianggap sebagai restraint. Misalnya obat-obatan psikotik
untuk pasien psikiatri, obat sedasi untuk pasien dengan insomnia,
obat anti-ansietas untuk pasien dengan gangguan cemas, atau
analgesik untuk mengatasi nyeri.
e. Kriteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan
5. Pembatasan Psikologis
a. Dapat meliputi: pemberitahuan secara konstan / terus-menerus
BLUD RS Sekarwangi
kepada pasien mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau
memberitahukan bahwa pasien tidak diperbolehkan melakukan
hal-hal yang mereka inginkan karena tindakan tersebut
berbahaya;
b. Pembatasan ini dapat juga berupa pembatasan pilihan gaya
hidup pasien, seperti: memberitahukan kepada pasien mengenai
waktu tidur dan waktu bangunnya;
c. Contoh lainnya: pembatasan benda-benda / peralatan milik
pasien, seperti: mengambil alat bantu jalan pasien, kacamata,
pakaian sehari-hari, atau mewajibkan pasien menggunakan
seragam rumah sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk
kabur / keluar;
Jika suatu tindakan memenuhi definisi restraint, hal ini tidak secara
otomatis dianggap salah / tidak dapat diterima. Penggunaan restraint
secara berlebihan dapat terjadi, tetapi pengambilan keputusan untuk
mengaplikasikan restraint bukanlah suatu hal yang mudah. Suatu
diskusi yang mendalam mengenai aspek etik, hukum, praktik, dan
profesionalisme dilakukan untuk membantu tenaga kesehatan (misalnya
perawat) memahami perbedaan antara penggunaan restraint yang salah
/ tidak dapat ditolerir dengan kondisi yang memang memerlukan
tindakan restraint.
B. Tipe Restraint
1. Tali restrain lengan dan kaki
Berfungsi untuk imobilisasi extremitas satu atau lebih untuk suatu
prosedur tindakan, pengobatan dan penyembuhan (Wong,2003).
Restrain ini dibuat dari pita kasa, kain muslin atau tali stockinette
tipis, restrain ini digunakan dengan menyesuaikan ukuran tubuh
pasien. Pada anak dilapisi dengan bantalan (softband) untuk
mencegah tekanan yang tidak semestinya yaitu cedera jaringan,
kontriksi seperti lecet-lecet pada kulit anak;
2. Restrain siku
Berfungsi untuk mencegah anak menekuk siku, mencegah anak
memegang kepala, wajah, leher, atau dada setelah anak mengalami
perlukaan pada daerah tersebut, infuse dikepala, menggaruk bagian
kulit yang terluka (Wong,2008). Restrain siku digunakan dengan cara
tali muslin yang cukup panjang untuk mengikat splaks/bidai tepat
dibawah aksila sampai pergelangan tangan;
3. Restrain mumi/bedong
BLUD RS Sekarwangi
Berfungsi untuk mengendalikan gerakan anak, mengimobilisasi
ektremitas, alat restrain sementara untuk prosedur singkat,
pengobatan dan pemeriksaan yang melibatkan kepala dan leher
seperti pemasangan infuse, pemeriksaan tenggorokan (Wong, 2008).
Cara restrain ini dengan
a. meletakan kain/selimut terbuka diatas permukaan datar dengan
satu ujung kainnya dilipat ketengah,
b. Bayi/anak diletakkan diatas selimut dengan bahu berada pada
lipatan kain/selimut dan kaki berada disisi yang berlawanan
c. Letakkan lengan kanan bayi/anak dengan lurus sejajar sisi tubuh
d. Tarik sisi kanan selimut melewati bahu kanan dan dada
e. Selipkan sisi selimut tersebut dibawah tubuh anak
f. Letakkan lengan kiri lurus sejajar sisi tubuh
g. Tarik sisi selimut bagian kiri melewati bahu kiri dan dada.
Selipkan dibawah tubuh
h. Lipat sudut bagian bawah dan tarik keatas kea rah bahu dan
selipkan ujung dibawahnya
i. Kencangkan dengan peniti atau plester.
D. Prinsip Tindakan
BLUD RS Sekarwangi
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera
fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat
menyebabkan klien merasa tidak dihargai hak asasinya sebagai
manusia, untuk mencegah perasaan tersebut perawat harus
mengidentifikasi faktor pencetus pakah sesuai dengan indikasi terapi,
dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila
intervensi yang lain gagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan
mencederai klien dalam proses restrain sangat besar, sehingga perlu
disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup dan harus terlatih untuk
mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat perencanaan
pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.
2. Dampak psikologis
1. Depresi
2. Penurunan fungsi kognitif
3. Isolasi emosional
4. Kebingungan dan agitasi
BLUD RS Sekarwangi
a. Kewajiban dan tugas yaitu mengidentifikasi kewajiban moral
tenaga kesehatan terhadap orang lain dapat membantu dalam
menentukan tindakan terbaik apa yang seharusnya dilakukan
dalam situasi tersebut
b. Hindari bahaya merupakan salah satu konsep etika yang penting
dan menjadi dasar dalam melakukan restrain
c. Assesmen terhadap tindakan restrain merupakan tindakan yang
diterima secara etis dapat dipertimbangkan terhadap keuntungan
dan kerugiannya
d. Otonomi dan hak pasien yaitu menghargai hak pasien untuk
membuat keputusan sendiri dan menghargai hak orang lain
e. Kepentingan yang terbaik adalah identifikasi dan bertindak yang
terbaik sesuai dengan kepentingan orang lain.
2. Aspek Hukum
Situasi dimana restrain diperbolehkan adalah jika pasien telah
diberikan informasi yang cukup mengenai kondisinya dan perlunya
penggunaan restrain serta telah menyetujui dilakukan tindakan
tersebut sebagai bagian dari program rencana asuhan keperawatan
pasien. Mental Capacity At 2005 berlaku terhadap orang usia 16
tahun keatas, dimana undang-undang ini menyediakan suatu
kerangka hokum untuk memperkuat dan melindungi masyarakat
yang tidak dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri
BLUD RS Sekarwangi
j. Posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah aspirasi.
k. Lakukan pemeriksaan vital sign tiap satu jam.
l. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
m. Untuk penanganan pasien psikiatri:
n. Bisa dilanjutkan dengan pemberian medikasi dan pasien
diobservasi setiap 30 menit dan setiap 15 menit untuk pasien
dengan Delirium.
o. Bila pasien sudah‘ dapat dikendalikan dengan medikasi, ikatan
mulai dilepas satu persatu.
p. Dua ikatan terakhir harus dibuka bersama-sama. Tidak
dianjurkan untuk mengikat pasien hanya satu ikatan pada
anggota gerak.
q. Untuk pasien-pasien di ruangan Intensif dflakukan restrain
farmakologi dengan diberikan obat Medazolane dan Fentanyl drip
selama 24 jam atau bolus sesuai kebutuhan pasien.
r. Restrain bedong/mumi : meletakan kain/selimut terbuka diatas
permukaan datar dengan satu ujung kainnya dilipat ketengah,
s. Bayi/anak diletakkan diatas selimut dengan bahu berada pada
lipatan kain/selimut dan kaki berada disisi yang berlawanan
t. Letakkan lengan kanan bayi/anak dengan lurus sejajar sisi
tubuh
u. Tarik sisi kanan selimut melewati bahu kanan dan dada
v. Selipkan sisi selimut tersebut dibawah tubuh anak
w. Letakkan lengan kiri lurus sejajar sisi tubuh
x. Tarik sisi selimut bagian kiri melewati bahu kiri dan dada.
Selipkan dibawah tubuh
y. Lipat sudut bagian bawah dan tarik keatas kea rah bahu dan
selipkan ujung dibawahnya
z. Kencangkan dengan peniti atau plester
aa. Monitor warna kulit, sensasi extremitas dan temperature;
bb. Rapikan alat-alat;
cc. Lakukan tahap terminasi dan catat hasil tindakan dan respon
pasien pada dokumentasi/list pasien.
BLUD RS Sekarwangi
SKEMA IMPLEMENTASI RESTRAIN
pertanyaan kunci :
nilai perilaku apa yang mendasari
pasien perilaku pasien
assesmen pasien
identifikasi solusi
jika tdk ada
yang tersedia jika tdk ada perubahan
perubahan
BLUD RS Sekarwangi
ASSESMEN DAN INTERVENSI RESTRAIN/ISOLASI DAN ALTERNATIF
BLUD RS Sekarwangi
REFERENSI
2003.
4. Nurses Board South Australia. Restraints: guideline for nurses and
program.
6. National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy
BLUD RS Sekarwangi
FORM APLIKASI RESTRAIN/ISOLASI
AlasanMenggunakan Restrain
o Perilaku destruktif
o Lainnya………….
Tanggal dan waktu aplikasi :
Jenis Restrain
1. Evaluasi secara langsung (tatap muka) dengan dokter/perawat yang bertugas dalam
waktu 1 jam setelah aplikasi restrain
2. Lakukan observasi secara terus-menerus setiap 15 menit dan dicatat
3. Jika restrain atau isolasi berlangsung lebih dari 12 jam atau terdapat 2 episode
restrain/isolasi dalam 12 jam, laporkan pada dokter penangungjawab pasien.
Bagian evaluasi dan penilaian ulang penggunaan restrain (lingkari yang dimaksud)
Unit
Pernyataan :
Saya telah memeriksa dan mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi,
kondisi medis dan perilaku pasien. Hal ini telah sesuai dengan indikasi
pengaplikasian restrain/isolasi.
Tanggal instruksi:
Waktu instruksi diberikan :
Nama dokter/perawat yang memeriksa :
Tanda tangan pemeriksa :
BLUD RS Sekarwangi
BLUD RS.
SEKARWANGI
PELAYANAN PASIEN DENGAN RESTRAINT
Jl.Siliwangi No.49
Cibadak – Sukabumi
Disahkan oleh
Ditetapkan Tanggal Direktur BLUD RS Sekarwangi
PROSEDUR TETAP
4. Prosedur: 1. Persiapan :
a. Tali pengikat khusus
b. Informed Consent
2. Pelaksanaan :
a. Mengidentifikasi perilaku yang memerlukan restrain.
b. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien
BLUD RS Sekarwangi
dan keluarga dengan menggunakan bahasa yang
sederhana sehingga mudah dimengerti, terutama
tujuan dan lamanya pengikatan sehingga tidak ada
kesan menghukum.
c. Gunakan cara yang sesuai untuk pengikatan yaitu
dikerjakan oleh tim dengan susunan:
d. Empat menahan anggota gerak.
e. Satu mengendalikan kepala.
f. Satu melakukan prosedur pengikatan.
g. Tiap anggota gerak satu ikatan.
h. Perhatikan lokasi ikatan sehingga tidak mengganggu
aliran darah / cairan.
i. Posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah aspirasi.
Lakukan pemeriksaan vital sign tiap satu jam.
j. Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat
oleh staf
k. Untuk penanganan pasien psikiatri:
l. Bisa dilanjutkan dengan pemberian medikasi dan
pasien diobservasi setiap 30 menit dan setiap 15
menit untuk pasien dengan Delirium.
1) Bila pasien sudah‘ dapat dikendalikan dengan
medikasi, ikatan mulai dilepas satu persatu.
2) Dua ikatan terakhir harus dibuka bersama-
sama. Tidak dianjurkan untuk mengikat pasien
hanya satu ikatan pada anggota gerak.
m. Untuk pasien-pasien di ruangan Intensif dflakukan
restrain farmakologi dengan diberikan obat
Medazolane dan Fentanyl drip selama 24 jam atau
bolus sesuai kebutuhan pasien.
BLUD RS Sekarwangi
DAFTAR PUSTAKA
Stikes Wira Medika PPNI Bali, 2011, Buku Panduan Skills Lab Sistem Persepsi
Sensori, Neurobehavior, Perkemihan dan Endokrin, Stikes Wira Medika PPNI
Bali, Denpasar
BLUD RS Sekarwangi
BLUD RS Sekarwangi