Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS HELMINTHIASIS PADA SAPI

DI DKPP KABUPATEN KEDIRI

Oleh:

DWI BAGUS UTOMO

NPM. 18830074

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2019
Helminthiasis

Helminthiasis merupakan penyakit akibat infestasi cacing dalam tubuh.

Penyakit parasit biasanya tidak mengakibatkan kematian hewan ternak, namun

menyebabkan kerugian berupa penurunan kondisi badan dan penurunan daya

produktivitas yang cukup tinggi. Salah satu penyakit yang menghambat gerak laju

pengembangan peternakan dalam hubungannya dengan peningkatan populasi dan

produksi ternak adalah parasit (Mustika dan Riza, 2004)

Helminthiasis atau kecacingan menurut World Health Organization

(WHO) adalah infestasi satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari cacing

gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing kait

(Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) Nematoda ini tergolong Soil

Transmitted Helminth (STH), yaitu nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk

mencapai stadium infektif, memerlukan tanah dengan kondisi tertentu (Safar,

2010).

Etiologi

Kasus helminthiasis saluran pencernaan yang sering terjadi

disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kualitas kandang, sanitasi dan

higiene, kepadatan kandang, temperatur, humiditas dan vegetasi (Egido et

al., 2001; Levine, 1990). Faktor intrinsik dari tubuh ternak juga

mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi cacing, antara lain:

spesies hewan, umur, jenis kelamin dan kondisi hewan atau imunitas.

(Koesdarto dkk., 2007; Levine, 1990; Info Medion, 2013).


Kejadian penyakit cacing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantara kondisi lingkungan, pakan dan tata laksana (Galloway, 1974).

Penularan penyakit yang disebabkan oleh parasit ada tiga faktor, yaitu

sumber infeksi, cara penularan, dan sapi yang peka dapat bertindak

sebagai sapi karier (Brown, 1979).


Sampah bukan sebagai agen penyakit, tetapi sebagai kondisi atau

media tumbuh dan berkembangnya bakteri (Escherichia coli, Salmonella

sp.), cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris

trichiura), cacing tambang (Necator americanus atau Ancylostoma

duodenale) dan vektor beberapa penyakit seperti lalat (Musca domestica,

Chrysomya megacephala, Calliphora sp., dan Drosophila sp.), kecoa

(Periplaneta americana), nyamuk (Aedes Aegypti, Culex sp.), dan tikus

(Rattus norvegicus) (Paramitha, 2007).

Gejala Klinis

Gejala klinis akibat infestasi cacing ini tidak begitu jelas, namun hewan
menjadi kurus, kotoran berwarna hitam, lunak bercampur lendir dan kadang-
kadang terdapat darah segar. Jika dalam keadaan kronis, sapi memperlihatkan
diare dengan feses berwarna kehitaman, nafsu makan menurun, kurus, anemia,
hipoalbuminemia, hipoproteinemia dan busung (Sugama dan Suyasa, 2011)
Penanganan dan Terapi

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan sapi yang terserang penyakit


Helminthiasis adalah spuilt 10 ml 2 buah.

Bahan yang digunakan untuk terapi sapi yang terserang penyakit


Helminthiasis adalah hari ke 1 menggunakan Multivit 15 ml secara IM, Limoxin
La 10 ml secara IM, dan 16 tablet (2 kali 1 hari 4 tablet).

TERAPI/ PENGOBATAN

Terapi : hari pertama

T/ Multivit 15 ml secara IM,

Limoxin La 10 ml secara IM,

Terapi/ h ke 1-2

16 tablet (2 kali 1 hari 4 tablet).

Pada kasus ini sapi yang kami periksa diduga terkena helminthiasis. Dilihat dari
pemeriksaan fisik secara umum, didapati feses yg cair (diare), rambut kusam ,
turgor lebih dari 2 detik , ekspresi muka tidak ceria, badan kurus.
Gambar 1

(Sapai limosin terjangkit helminthiasis)

DAFTAR PUSTAKA

Egido, J.M., De Diego, J.A. and Penin, P. 2001. The Prevalence of Enteropathy
due to Strongyloidiasis in Puerto Maldonado (Peruvian Amazon). Braz J
Infect Dis. Vol 5(3).

Info Medion. 2013. Cacingan pada Sapi Jangan di Anggap Enteng.


http://info.medion.co.id. html. [11 September 2013].

Koesdarto, S., S. Subekti., S. Mumpuni., H. Puspitawati dan Kusnoto. 2007a.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Nematoda Veteriner. Departemen Parasitologi
FKH Unair. Surabaya.

Mustika, Ika dan Z. A. Riza. 2004. Peluang pemanfaatan jamur nematofagus


untuk mengendalikan nematoda parasit pada tanaman dan ternak. Jurnal
Litbang Pertanian. 23(4):115˗ ˗ 122

Paramitha, I. 2007. Hubungan Jarak Pembuangan Sampah Terhadap Kualitas


Kimia Air Tambak dan Status Kesehatan Masyarakat Pengkonsumsi Ikan
Hasil Tambak [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Airlangga. 13-6.
Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan
Helmintologi. Cetakan I. Bandung: Yrama Widya.

Sugama, I. N. dan I. N. Suyasa. 2011. Keragaan Infeksi Parasit Gastrointestinal


pada Sapi Bali Model Kandang Simantri. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bali. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai