Anda di halaman 1dari 72

Laporan Kerja Praktek

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada jungjunan kita Nabi Muhammad SAW.

Laporan Kerja Praktek yang berjudul “PEMBANGUNAN


TEROWONGAN PENGELAK BENDUNGAN LEUWIKERIS PAKET 2”
ini disusun untuk memenuhi persyaratan Akademik guna dapat menyusun Tugas
akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata di Universitas
Siliwangi.

Penulis menyadari Laporan Kerja Praktek ini tidak dapat diselesaikan tepat
pada waktunya tanpa bimbingan, bantuan, dan do’a dari semua pihak. Oleh karena
itu, Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua, keluarga dan orang – orang tercinta yang senantiasa


memberikan kasih sayang, motivasi, doa, arahan dan bimbingan,
serta dukungan moril maupun materil.
2. Bapak H. Herianto, S.T., M.T. selaku Dosen Wali dan Dosen
Pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan bimbingan,
motivasi dan banyak masukan kepada penulis.
3. Bapak Budi Prasetyo, S.T., M.T., selaku PPK Bendungan
4. Gerald Guntur Pandapotan S.,ST. selaku Kepala direksi Proyek
Bendungan Leuwikeris paket 2, PT. Waskita Karya – PT. Adhi
Karya KSO.
5. Dionisius Dicky Davidoff, ST. Selaku pembimbing lapangan yang
dengan penuh kesabaran, dan keikhlasan membimbing serta
meluangkan waktu untuk penulis hingga terselesesaikannya
Laporan Kerja Praktek ini.
6. Bapak Riki yang sudah memberikan banyak ilmu dan
keikhlasannya membimbing penulis.
7. Bapak yos dan Bapak Joko yang telah telah membimbing dan
memberikan ilmu lapangan hingga bisa menyelesaikan laporan
kerja praktek ini.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS i


Laporan Kerja Praktek

8. Teman-teman kerja praktek dari universitas siliwangi dan


universitas lainnya.
9. Semua pihak yang namnya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu

Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan


laporan dimasa yang akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Ciamis, Agustus 2019

Penulis

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS ii


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.2 Latar Belakang Proyek.......................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek .................................................................. 2

2.1 Ruang Lingkup Kerja Praktek .............................................................. 2

1.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................. 6

GAMBARAN UMUM PROYEK....................................................................... 6

2.1 Deskripsi Proyek ................................................................................... 6

2.2 Lokasi Proyek ........................................................................................... 6

1.3 Data Proyek Bendungan Leuwikeris paket 2 ........................................ 7

2.3 Organisasi Proyek ............................................................................... 16

3.3 Rencana Pelaksanaan .......................................................................... 20

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS iii


Laporan Kerja Praktek

BAB III ............................................................................................................. 24

PERENCANAAN TEKNIS .............................................................................. 24

3.1 Landasan Teori ................................................................................... 24

3.2 Data Data Teknis ................................................................................ 28

BAB IV ............................................................................................................. 34

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN ...................................................... 34

4.1 Pelaksanaan Proyek ............................................................................ 34

4.2. Pengawasan dan Pengendalian Pekerjaan........................................... 57

BAB V............................................................................................................... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 62

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 62

5.2. Saran ................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS iv


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1. Data Administrasi………………………………………………..8

Tabel 2.2.1. Data Fisik Proyek………………………………………………..8

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS v


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek………………………………………………….. 7


Gambar (1) 2.2.3 Terowongan Pengelak………..…………………………….... 10
Gambar (2) 2.2.3 Bendungan Utama…………….……………………………... 11
Gambar (3) 2.2.3Bangunan Pelimpah………….……………………………….. 12
Gambar (4) 2.2.3 Bangunan Pengambilan…………………………………........ 14
Gambar 3.2.2 (a) Bentuk Lingkaran……………………………………….…… 24
Gambar 3.2.2 (b) Bentuk Telapak Kuda.………………………………………. 25
Gambar 3.2.2 (c) Bentuk Bujur Telur.……………..………………...………… 25
Gambar 3.2.2 (d) Bentuk Segmental……………………………….…………… 26
Gambar 3.2.2 (e) Bentuk Eliptikal.....………………………………...………… 26
Gambar 3.2.3 (a) Lean Concrete……………………………………...………… 32
Gambar 3.2.3 (b) Pengecoran Lantai……………………………...…….……… 33
Gambar 3.2.3 (c) Penulangan Sisi Luar…………………………...……………. 34
Gambar 1 4.1.1 Kantor……………………………………………...……….….. 35
Gambar 1 4.1.1 Mushola ……………………………………………..………… 36
Gambar 1 4.1.1 Laboratorium…………………………………………..….…… 36
Gambar 1 4.1.1 Gudang………………………………………………..……….. 37
Gambar 1 4.1.1 Parkir Mobil………………………………………….…...…… 37
Gambar 1 4.1.1 Parkir Motor…………………………………………...………. 38
Gambar 2 4.1.1 Fabrikasi……………………………………………….…..….. 38
Gambar 2 4.1.1 Batching Plan………………………………………….………. 39
Gambar 4.1.2.1 Denah Saluran Pengelak………………………………..……… 40
Gambar 1 4.1.2.2 (a) Pekerjaan Lean concrete ………………………...……… 42
Gambar 1 4.1.2.2 (1b) Batching Plan …………………………………...……… 43
Gambar 1 4.1.2.2 (2b) Truck Mixer ……………………………………………. 43
Gambar 1 4.1.2.2 (3b) Concrete Vibrator ……………………………………… 44
Gambar 2 4.1.2.2 (a) Pembersian Lantai …………………….…………………. 46

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS vi


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2 4.1.2.2 (1b) Bar Bender………………………………………….……46


Gambar 2 4.1.2.2 (2b) Bar Cutter ……….…………………………………...… 47
Gambar 2 4.1.2.2 (3b) Genset ………………………………………………..… 47
Gambar 2 4.1.2.2 (4b) Truck Flat Bad………………………………………...…48
Gambar 2 4.1.2.2 (5b) Truck Crane…………………………..……………….... 48
Gambar 3 4.1.2.2 (a) Pengecoran Lantai (Slab)………………………………… 50
Gambar 3 4.1.2.2 (1b) Batching Plant ………………………………………….. 51
Gambar 3 4.1.2.2 (2b) Truck Mixer……………………………………………. 51
Gambar 3 4.1.2.2 (3b) Concrete Pump ………………………………………… 52
Gambar 3 4.1.2.2 (4b) Beton Vibrator………..…………….…………………... 52
Gambar 4 4.1.2.2 (a) Pemasangan Sliding Form……………………………… 54

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS vii


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto-foto Dilapangan

Lampiran 2 Administrasi Kerja Praktek

Lampiran 3 Time Schedule (Matriks)

Lampiran 4 Daftar Hadir dan Laporan Harian

Lampiran 5 Shop Drawing

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS viii


Laporan Kerja Praktek

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Proyek

Terowongan pengelak merupakan bagian dari bendungan yang memiliki

fungsi sebagai pengalihan aliran sungai selama pelaksanaan pekerjaan bendungan.

Pada nantinya terowongan pengelak ini akan difungsikkan sebagai PLTA

(Pembangkit Listrik Tenaga Air), Penyedia air Baku, dan sebagai Irigasi. Lokasi

Terowongan berada disamping kiri bendungan utama ke arah hilir, dan berada

pada elevasi + 86.00 m – elevasi +76.00 m dengan panjang terowongan I yaitu

1072.00 m dan panjang terowongan II yaitu 1050.00 m.

Pada pelaksanaan pekerjaan terowongan sangat diutamakan Safety First

pada setiap pekerja baik didalam maupun diluar lokasi terowongan.

Pembangunan. Terowongan ini sangat beresiko walaupun semuan dinding sudah

diberi Steel Rib dan Shotcrete, pekerja tetap harus mentaati semua peraturan yang

sudah diterapkan oleh Tim K3L (Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lapangan)

untuk menjamin keselamatan pekerja.

Pembangunan Terowongan ini merupakan lanjutan dari paket sebelumnya,

karena pada pembangunan Bendungan Leuwi keris ini terdapat 3 Paket pekerjaan

yang mana untuk pembangunan saat ini pekerjaan lanjutan dari paket sebelumnya.

Pekerjaan proyek ini meliputi pembangunan Hidromekanikal, terowongan

pengelak, Elektrikal dan fasilitas pelengkap lainnya. Proyek pembangunan

terowongan ini termasuk dalam proyek Bendungan Leuwikeris Paket 2.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 1


Laporan Kerja Praktek

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek

Adapun maksud dan tujuan dari Proyek Pembangunan Bendungan

Leuwikeris Paket 2, antara lain :

1. Untuk mengairi daerah Irigasi seluas 11.216 ha

2. Menyediakan air baku disekitar Kota Banjar, Kabupaten Tasikimalaya,

Kabupaten ciamis sebesar 845 liter/detik

3. Mereduksi Banjir periode 25 tahun sebesar 11,7 % dari 509,7 m³/detik menjadi

450,02 m³/detik

4. Supaya dapat menghasilkan daya listrik sebesar 20 megawatt

5. Meningkatkan potensi pariwisata

2.1 Ruang Lingkup Kerja Praktek

Lamanya Kerja Praktek pada proyek pembangunan Terowongan Pengelak

Leuwikeris berlangsung dari 26 Juni 2019 sampai 26 Agustus 2019. Adapun item

pekerjaan yang diamati selama kerja praktek berlangsung meliputi:

1. Pekerjaan Lean Concrete

2. Pembesian Lantai

3. Pekerjaan Lantai Terowongan

4. Pekerjaan Bekisting Dinding

5. Pekerjaan Pengecoran Dinding

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi laporan Kerja Praktek mahasiswa diharuskan

melengkapi data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan dari tahap

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 2


Laporan Kerja Praktek

persiapan sampai pelaksanaan proyek tersebut dimulai. Adapun data-data yang

diperlukan diperoleh dari:

1. Konsultasi

Konsultasi atau diskusi dilakukan diruang kerja dengan media alat bantu

dokumen atau dilapangan secara langsung melihat kegiatan pekerjaan.

2. Pengamatan di Lapangan / Observasi

Mengamati dan mempelajari mekanisme pekerjaan secara langsung

terutama pada pelaksanaan konstruksinya.

3. Dokumentasi dari Gambar atau Foto

Mempelajari rencana kerja (metode konstruksi), syarat-syarat teknis

pekerjaan, keselamatan kerja dan melakukan pengambilan gambar pekerjaan yang

sedang berlangsung dengan media kamera secara langsung di setiap pekerjaan

yang penting.

4. Wawancara

Wawancara dengan pekerja, pelaksana dan pengawas di lapangan untuk

mendapatkan penjelasan atau informasi tambahan mengenai pekerjaan-pekerjaan

yang sedang dan akan dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

COVER

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 3


Laporan Kerja Praktek

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang proyek, maksud dan tujuan

kerja praktek, ruang lingkup kerja praktek, metode pengumpulan

data, dan sistematika penyusunan.

BAB II : DESKRIPSI PROYEK

Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum proyek seperti

deskripsi proyek yang isi nya memaparkan identifikasi proyek,

persiapan proyek, struktur organisasi, dan nilai proyek.

BAB III : PERENCANAAN TEKNIS

Pada bab ini berisi tentang landasan teori dan analisis mengenai

lingkup kerja praktek.

BAB IV : PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 4


Laporan Kerja Praktek

Pada bab ini menguraikan tentang pelaksanaan dan pengawasan

proyek seperti pengawasan bahan, alat, dan sumber daya manusia.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penyusun mencoba memberikan kesimpulan dan

saran-saran yang seobjektif mungkin terhadap kegiatan proyek

pembangunan Bendungan Leuwikeris. Juga disertakan daftar

pustaka, lampiran-lampiran untuk memudahkan pembaca dalam

menelaah isi laporan kerja praktek ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 5


Laporan Kerja Praktek

BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Deskripsi Proyek

Wilayah Sungai Citanduy dengan luas 48.000 ha memiliki ketersediaan air

sebesar 5,30 Milyar m3/tahun atau setara dengan debit sebesar 170 m3/dek.

Berdasarkan rencana penyediaan air Wilayah Sungai Citanduy pada tahun 2014

kebutuhan air untuk irigasi, RKI, dan kebutuhan lainnya memiliki total 86.73

m3/dek, namun kebutuhan air yang dapat terpenuhi hanya 78.30 m3/dek.

Kekurangan air terjadi di bulan Agustus s.d. November, yang berdampak

pada pola tanam irigasi. Disamping permasalahan tersebut pada saat musim

penghujan juga masih sering terjadi banjir dibeberapa tempat seper Sidareja,

Wanareja, lakbok, Cibeureum dll. Untuk mengatasi hal tersebut perlu

dikembangkan pengelolaan sumber air diwilayah sungai Citanduy melalui

opmalisasi pemanfaatan air antara lain salah satunya dengan membangun

Bendungan Leuwikeris

2.2 Lokasi Proyek

Secara geografis wilayah lokasi pekerjaan berada pada posisi :

108023’43.00” BT dan 07021’42.00” LS. Secara administraf lokasi Bendungan

Leuwikeris berada pada dua wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Tasikmalaya

dan Kabupaten Ciamis. Kiri aliran sungai Citanduy (Desa Handapherang,

Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat); Kanan aliran

Sungai Citanduy (Desa Ancol, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat), dengan batas-batastas lokasi waduk sebagai berikut :

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 6


Laporan Kerja Praktek

 Sebelah Utara : Desa Ciharalang, Desa Handapherang (Kecamatan

Cijeunjing, Kab.Ciamis) : Kel. Cigembor, Kel. Benteng, Kel.

Linggasari (Kecamatan Ciamis, Kab. Ciamis)

 Sebelah Timur : Desa Beber (Kec. Cimaragas, Kab. Ciamis)

 Sebelah Selatan : Desa Ancol (Kec. Cineam,Kab. Tasikmalaya);

Desa Pasirbatang, Desa Cilangkap (Kec. Manonjaya, Kab.

Tasikmalaya)

 Sebelah Barat : Desa Cilangkap (Kec. Cineam , Kab. Tasikmalaya)

Lokasi proyek pembangunan Bendungan Leuwikeris lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Lokasi Proyek

1.3 Data Proyek Bendungan Leuwikeris paket 2

Proyek Bendungan Leuwikeris Paket 2 diantaranya meliputi pekerjaan

Struktur Terowongan Hidromekanikal dan Elektrika yang dikerjakan PT. Waskita

Karya – PT. Adhi Karya KSO untuk jelasnya bisa dilihat pada table Berikut:

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 7


Laporan Kerja Praktek

2.2.1 Data Teknis Proyek (Administrasi)

Data-data teknis proyek secara umum adalah sebagai berikut :

No Uraian Keterangan

1 Nama Proyek Pemangunan Bendungan Leuwi Keris Paket 2

2 Lokasi Proyek Ciamis, Jawa barat

3 Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2016-2021

4 Pemilik Proyek Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Balai Besar

Wilayah Sungai Citanduy

5 Konsultan Supervisi KSO PT. Virama Karya, PT. Catur Bina Guna

6 Jenis Kontrak Jamak/Multiyears

7 Sistem Pembayaran Termin

8 Tanggal Kontrak 23 November 2016

8 Masa Pelaksanaan 1560 hari kalender

9 Masa Pemeliharaan Rp. 365 terhitung sejak tanggal penyerahan

10 Nilai Kontrak Rp. 642.332.000.000

11 Nomor Kontrak 02/PP-KTR/BEND-PJSA/XI/2016

Tabel 2.2.1 Data Administrasi Proyek

2.2.2 Data Teknis Proyek (Fisik)

No Uraian Keterangan

1 Luas daerah pengaliran sungai 646.00 km²

2 Luas genangan pada kondisi H WL (FWL PM F) 242.90 Ha

3 Debit sungai Rata-rata tahunan 36.89 m³/det

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 8


Laporan Kerja Praktek

4 Curah hujan rata -rata tahunan 2987.00 mm

5 Debit banjir maksimum boleh jadi (QPM Fin) 4767.40 m³/det

6 Debit banjar 1000 tahun (Q1.000in) 1066.90 m³/det

7 Debit banjir 100 tahun (Q100in) 600.30 m³/det

8 Muka air banjir PM F (HWL) 156.618 m

9 Muka air banjir 1.000 tahun 155.278 m

10 Muka air banjir 100 tahun 154.358 m

12 Muka air normal maksimal (NWL) 150.568 m

13 Tampungan bruto (degan sedimen) 81.44 juta m³

14 Tampungan efekf 45.35 juta m³

15 Tampun gan ma pada elevasi +133.00 m (dengan 36.09 Juta m³

sedimen)

16 Usia guna waduk 50 tahun

17 Retensi banjir (Q25) 11.71 %

Tabel 2.2.2 Data Fisik Proyek

2.2.3 Data Bangunan Bangunan utama Pada Bendungan Leuwikeris

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 9


Laporan Kerja Praktek

1. Terowongan Pengelak

Gambar (1) 2.2.3 Terowongan pengelak

Lokasi : Bukit Tumpuan Kiri

Tipe : Tapal Kuda

Panjang Terowongan I : 1072.00 m

Panjang Terowongan II : 1050.00 m

Diameter : 2 x 6,25 m

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 10


Laporan Kerja Praktek

Kemiringan : 0,00485

Elevasi Inlet Terowongan I dan II : +86,00 m

Elevasi Outlet Terowongan I dan II : +79,03 m

Debit Rencana (Q25) in : 509,70 m³/det

Tipe Pintu Pengelak : Pintu Sorong tegak (plat baja) temporer

Ukuran Pintu pengelak : 6,95 m x 6,95 m (2 buah)

2. Bendungan Utama

Gambar (2) 2.2.3 Bendungan Utama

Tipe Bendungan : Zona 1 dengan in Tegak Urugan

batu

Tinggi maksimal di atas dasar galian : 83,50 m

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 11


Laporan Kerja Praktek

Elevasi puncak : + 138,068 m

Panjang puncak : 388,00 m

Lebar puncak : 14,50 m

Kemiringan lereng hulu : 1 : 3,50

Kemiringan lereng Hilir : 1 : 2,50

Volume Timbunan (termasuk cofferdam) : 4,582 juta m

3. Bangunan Pelimpah

Gambar (3) 2.2.3 Bangunan Pelimpah

Lokasi : Bukit Tumpuan Kiri

Tipe : Pelimpah samping tipe Ogee (tanpa

pintu) dan pelimpah

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 12


Laporan Kerja Praktek

Pintu sorong tegak Lebar bersih pelimpah : 85 m pelimpah samping (tanpa

pintu dan 2 x 10 m pelimpah pintu

sorong tegak

Pelimpah dengan pintu sorong

Tipe Pintu : Pintu sorong Tegak

Debit Rencana PM Fin : 4767,40 m³/det

Debit Rencana Q1000 : 1066.90 m³/det

Debit Renca Q100 : 600.300 m³/det

Jumlah Pintu : 2 buah

Ukuran Pintu : 10 m x 10 m (b x h)

Panjang Ruang Olak : 50,00 m

Elevasi dasar ruang olak : + 71.568 m

Elevasi dasar Pintu : + 140,568 m

Pelimpah Samping

Tipe : Pelimpah Samping type ogee (tanpa pintu)

Debit Banjir PMF : 4767,40 m³/det

Debit Rencana Q1000 : 1066.90 m³/det

Debit Renca Q100 : 600.300 m³/det

Lebar Mercu : 85,00 m

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 13


Laporan Kerja Praktek

4. Bangunan Pengambilan

Gambar (4) 2.2.3 Bangunan Pengambilan

Lokasi : Bukit Tumpuan Kiri

Tipe Intake : Menara

Trash rack : 1 buah

Ruang Pintu Intake : Bentuk Persegi dengan

struktur beton

Elevasi dasar Intake : + 132,291 m

Dimensi Intake : 3,00 m x 3,00 m

Pintu Intake : Pintu Sorong (plat baja)

Ukuran Pintu Intake : 2,90 m x 2,90 m

Panjang saluran hantar : 45 m

Tipe Waterway : Lingkaran

Panjang Waterway : 450,00 m

Diameter Waterway : 6,25 m

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 14


Laporan Kerja Praktek

Panjang Penstock : 1062,00 m

Diameter pipa Baja : 2,00 m

Tipe Katub Pengamanan saluran irigasi : Katub kupu-kupu

(F= 2,10 M X 1,95 m) Tipe katub kendali irigasi : Kerucut tetap (FixedCone)

/(Howell-Bungervave)

5. Potensi Pembangkit Tenaga Listrik

Lokasi : Bukit tumpuan kiri hilir +75,00 m

Jenis gedung pembangkit : Indoor

Kapasitas Terpasang : 2 unit x 10 MW

6. Mekanikal dan Elektrikal

a. Pintu Pengelak

b. Pintu Pengambilan

c. Trashrack

d. Pintu pelimpah

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 15


Laporan Kerja Praktek

2.3 Organisasi Proyek

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 16


Laporan Kerja Praktek

4.1.Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik Proyek (Owner) adalah seseorang / instansi yang mempunyai

dana dalam pembangunan suatu proyek. Pemilik proyek (owner) untuk

pembangunan Bendungan Leuwikeris ini adalah Direktorat Jendral Sumber Daya

Air, Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy. Dalam pelaksanaannya, owner

membentuk panitia pembangunan sebagai perencana, pengawas dan pelaksana

proyek. Adapun tugas dan wewenang dari pemilik (Owner) suatu proyek adalah :

1. Pemilik (Owner) bertugas membiayai seluruh pekerjaan pembangunan

proyek baik perencanaan maupun pelaksanaan sesuai dengan nilai kontrak

pada dokumen.

2. Pemilik (Owner) berwenang menentukan persyaratan dan pelaksanaan

pelaksanaan administrasi dokumen kontrak.

3. Pemilik (Owner) bertugas untuk menyediakan lahan tempat pelaksanaan

pekerjaan, mengesahkan pekerjaan oleh penyedia jasa bila sesuai dengan

kehendak dan memberikan sarana dan prasarana untuk kelancaran

pekerjaan.

4. Pemilik (Owner) berwenang untuk menentukan konsultan perencana

proyek.

5. Pemilik (Owner) berwenang untuk menentukan konsultan pengawas

proyek.

6. Pemilik (Owner) berwenang untuk menentukan kontraktor pelaksana

proyek.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 17


Laporan Kerja Praktek

2.3.2 Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah suatu badan usaha atau perorangan yang

ditunjuk langsung oleh Pemilik Proyek (Owner) untuk melaksanakan pekerjaan

perencanaan suatu proyek. Dalam proyek pembangunan Bendungan Leuwikeris

PT. Aditya Engineering Consultant ditunjuk sebagai Konsultan Perencana proyek.

Konsultan Perencana mempunyai tugas dalam pelaksanaan proyek konstruksi,

antara lain :

1. Mengadakan peyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan Pemilik

Proyek (owner).

2. Membuat gambar rencana kerja dan syarat-syarat pelaksana bangunan

(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.

3. Merealisasikan ide Pemilik Proyek (Owner) dalam desain bangunan dan

melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan.

4. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi

kegagalan konstruksi.

5. Mengusulkan dan menolak segala bentuk penilaian dan pertimbangan dari

pengguna jasa dan kontraktor perihal pekerjaan proyek.

2.3.3 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu badan usaha atau perorangan yang

ditunjuk oleh pemilik proyek (Owner) untuk bertindak mengkoordinir dan

mengawasi kontraktor yang melaksanakan pembangunan. Dalam proyek

pembangunan Bendungan Leuwikeris, PT. Virama Karya (Persero) dan PT. Catur

Bina Guna ditunjuk sebagai Konsultan Pengawas proyek.

Adapun tugas dan wewenang Konsultan Pengawas, diantaranya :

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 18


Laporan Kerja Praktek

1. Melakukan pengamatan serta pengawasan pekerjaan untuk menjaga agar

pelaksanaan pekerjaan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang

diatur didalam kontrak dan sesuai dengan kewenangan.

2. Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor

agar dapat tercapai jadwal yang direncanakan.

3. Memeriksa kuantitas rencana dan hasil pekerjaan serta memberikan hasil

pemeriksaannya kepada Project Engineer dan atau kontraktor untuk

selanjutnya dapat diproses laporan kemajuan.

4. Memberikan rekomendasi kepada Project Director atas usulan suatu

perubahan pekerjaan di lapangan.

5. Melakukan pengujian terhadap setiap bahan terutama material yang akan

dipakai dan melakukan pengawasan terhadap kualitas pekerjaan yang

dilakukan oleh kontraktor. Material dan kualitas harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan spesifikasi yang ditetapkan.

2.3.4 Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah suatu badan usaha atau perorangan yang

ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan biaya, peraturan, syarat

syarat dan gambar rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Kontraktor

Pelaksana bertanggung jawab secara langsung terhadap Pemilik Proyek (Owner)

dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh Konsultan Pengawas yang

ditunjuk oleh Owner. Dalam Proyek Pembangunan Bendungan Leuwikeris Paket

2 ini yang menjadi Kontraktor Pelaksana adalah PT. Waskita Karya – PT. Adhi

Karya KSO yang telah ditunjuk dan diberi tanggung jawab. Sebagai pelaksana

proyek.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 19


Laporan Kerja Praktek

1. Kontraktor mempunyai tanggung jawab dan menjalankan fungsinya,

antara lain : Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan

dan spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam dokumen

kontrak perjanjian.

2. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan

harian, mingguan, serta bulanan kepada Pemilik Proyek (Owner).

3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan dan alat

pendukung lainnya yang digunakan mengacu dari spesifikasi dan gambar

yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan

keamanan pekerjaan.

4. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

2.5 Rencana Pelaksanaan

2.4.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Untuk menentukan biaya yang diperlukan pada suatu proyek perlu

mengetahui komponen – komponen pembentuk biaya tersebut yang terdiri atas :

1. Biaya Material/Bahan

Material adalah seluruh bahan yang digunanakan dalam proyek yang pada

akhirnya merupakan bagian dari akhir proyek. Biaya material diperoleh

berdasarkan harga satuan yang dikalikan dengan besarnya volume

pekerjaan. Bila data kuantitas diperoleh dari gambar, maka data kualitas

diperoleh dari spesifikasi. Umumnya harga tersebut berasal dari produsen

maupun distributor.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 20


Laporan Kerja Praktek

2. Biaya Upah

Biaya upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak langsung.

Upah langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada buruh pada tiap

periode tertentu. Upah tidak langsung meliputi asuransi dan berbagai

macam tunjangan. Untuk menentukan upah buruh dapat dihitung dengan

menentukan banyak pekerja berdasarkan volume pekerjaan dan

produktivitas buruh. Upah buruh dapat ditentukan berdasarkan

pengalaman/proyek terdahulu dengan berbagai penyesuaian, sehingga

bisa dihitung total biaya upah.

3. Biaya Peralatan

Penentuan jumlah dan jenis alat disesuaikan dengan volume pekerjaan

dan kondisi lapangan. Harga pada umumnya berbeda sesuai dengan jenis

dan mutunya (termasuk sumber daya manusia). Selain itu, dipengaruhi

oleh keadaan perekonomian nasional serta kebijaksanaan pemerintah.

Dari sisi ekonomi harga dapat berfluktuasi sesuai dengan supply dan

demand. Yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan kenaikkan biaya

pada saat konstruksi.

4. Volume Pekerjaan

Macam atau jenis alat pekerjaan ditentukan oleh konsultan perencana

pada tahap perancangan. Macam pekerjaan diuraikan dengan berpedoman

dari spesifikasi gambar rencana, dalam spesifikasi dijelaskan tentang

metoda pelaksanaan dan mutu material yang digunakan, serta syarat-

syarat yang harus dipenuhi.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 21


Laporan Kerja Praktek

Volume pekerjaan ditentukan berdasarkan informasi yang tersedia dalam

gambar rencana. Dari gambar tersebut diperoleh informasi mengenai

dimensi terowongan, spesifikasi Lean concrete, Spesifikasi Tulangan, dan

Spesifikasi pekerjaan lantai.

Rekapitulasi komponen biaya pembangunan terowongan pengelak di proyek

bendungan Leuwikeris adalah sebagai berikut:

2.4.2 Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan ( Time Schedule ), kurva S atau Hanumm Curve atau

Bar chart adalah suatu alat pengendalian prestasi pelaksanaan proyek secara

menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan lancar.

Fungsi dari time schedule ini adalah :

1. Sebagai pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan

sebagai pedoman direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan

berlangsung sesuai jadwal atau tidak.

2. Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah

diselesaikan.

3. Sebagai pedoman untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.

4. Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu

pelaksanaan.

5. Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka

waktu tertentu, serta untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja,

jumlah dan macam peralatan, serta material yang digunakan.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 22


Laporan Kerja Praktek

Pembuatan jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan

beberapa faktor :

1. Kondisi / keadaan lapangan

2. Macam dan volume pekerjaan

3. Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan

4. Jumlah dan kualitas sumber daya yang tersedia

5. Perkiraan iklim dan cuaca

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 23


Laporan Kerja Praktek

BAB III

PERENCANAAN TEKNIS

3.1 Landasan Teori

3.2.1. Pengertian Terowongan

Terowongan adalah suatu lobang yang dibuat didalam bumi (dibawah laut atau

didalam bukit), untuk berbagai kegunaan antara lain untuk ; saluran air, lalu lintas

kendaraan mobil / kereta api, manusia, untuk pekerjaan tambang dan lain sebagainya.

pembuatan terowongan untuk saluran air sebagai bangunan pelengkap pada proyek

bendungan baik untuk tujuan serbaguna (PLTA dan Irigasi), atau khusus untuk irigasi

atau khusus untuk PLTA. (Departemen Pekerjaan Umum)

3.2.2. Bentuk-Bentuk Terowongan

a. Bentuk Lingkaran

Bentuk terowongan lingkaran ini berfungsi untuk menahan tekanan

eksternal dan internal oleh air, tanah berair atau tanah lunak, namun sukar

konstruksinya.

Gambar 3.2.3 (a) Bentuk Lingkaran

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 24


Laporan Kerja Praktek

b. Bentuk Telapak Kuda

Bentuk ini tahan terhadap tekanan eksternal dari aksi sumbunya dan

alasnya, sehingga cocok untuk tanah lunak, namun sukar kontruksinya.

Gambar 3.2.3 (b) Telapak Kuda

c. Bentuk Bujur Telur

Bentuk ini tahan terhadap tekanan eksternal dan internal oleh bagian

bentuk sirkulasi, cocok untuk pengaliran limbah karena self cleansing

velocity.

Gambar 3.2.3 (c) Bentuk Bujur Telur

d. Bentuk Segmental

Bentuk ini mudah dalam pembangunan konstruksinya namun perlu beton

yang cukup tebal

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 25


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.2.3 (d) Bentuk Segmental

e. Bentuk Eliptikal

Bentuk ini dipakai untuk tanah lunak. Agar lebih tahan terhadap tekanan

eksternal, perlu dijaga sumbu mayor agar tetap tegak. Baik untuk

mengalirkan air bersih maupun limbah.

Gambar 3.2.3 (e) Bentuk Eliptikal

3.2.3 Aspek Pertimbangan Pelaksanaan Konstruksi Terowongan

Secara umum desai terowongan disyaratkan harus dapat dilaksanakan oleh

pelaksana konstruksi terowongan sesuai dengan peralatan penggali secara manual,

semi-manual atau dengan peledakan yang dapat diadakan/dimobilisasi ke lokasi

tersebut.

Pertimbangan ini perlu diperkirakan sejak tahap desai agar pelaksanaan

berjalan lancar. Bila metode konstruksi dan operasi tidak cocok dan tidak bagus

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 26


Laporan Kerja Praktek

dalam pelaksanaan, maka struktur yang dihasilkan tidak bagus, biaya

membengkak, jadwal terhambat, meskipun desainnya sangat baik.

Era modern seperti ini, sistem konstruksi mekanis yang diterapkan pada

pekerjaan sipil dibanding metode manual, karena dinilai ekonomis untuk

kontruksi proyek, efisiensi lebih tinggi dalam produksi dan berkualitas tinggi.

Agar peralatan konstruksi bekerja penuh sesuai kinerja dan kemampuan, perlu

seleksi peralatan yang dipakai sesuai kondisi tempat kerja dan operasional

dilapangan serta badan pengawas perlu dilengkapi dalam konstruksi proyek.

Bekerja bersama sesuai tugas fungsional antara pemberi kerja, Konsultan dan

Kontraktor sangat diperlukan dalam manajemen proyek menuju penyelesaian

yang sukses.

Beberapa Kriteria dalam desain dari aspek pelaksanaan :

a. Desain ukuran dan bentuk terowongan harus ekonomis dan mudah

dikonstruksi secara aman.

b. Desain harus mengacu pada perlatan dan metode yang hemat biaya.

c. Pemakaian peralatan konstruksi yang khusus dan harus diimpor dari jauh

harus dieliminasi.

d. Desain terowongan harus mengacu bahwa jumlah pekerja dalam

terowongan seminimal mungkin, tidak perlu padat karya dalam

penerowongan.

e. Agar penggalian berjalan perlu diketahui kesulitan yang harus dihadapi

karena membantu pola peledakan.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 27


Laporan Kerja Praktek

f. Pelaksanaan terowongan perlu dibagi kedalam beberapa aktifitas. Jadwal

setiap aktifitas harus diestimasi berdasar peralatan yang ada dan pekerja.

Perlu urutan waktu dari massing-masing aktifitas yang akan dilaksanakan

dan upaya selesai tepat waktu.

g. Operasi pemindahan peralatan perlu direncanakan secara efisien sesuai

peralatan yang tersedia. Urutan keluar masuk kendaraan pengangkutan

secara aman dan cepat.

h. Tipe lining dan urutan pelaksanaan harus direncanakan secara dini sejak

tahap desain.

i. Penggunaan material local harus diutamakan.

j. Spesifikasi standar dimana kontraktor sudah familiar harus diutamakan.

k. Tenaga ahli konstruksi harus cukup pengalaman dan pemecahan dalam

proyek terowongan serta diberi kewenangan membuat keputusan.

3.2 Data Data Teknis

3.2.1. Data Teknis Proyek

Berdasarkan data teknis proyek pada desain perencanaan Luas daerah

pengaliran sungai pada pembangunan Leuwikeris paket 2 646,00 km² dengan

genangan pada kondisi HWL (FWL PMF) yaitu 242,90 Ha. Debit sungai rata-rata

tahunan 36,89 m³/detik dan curah hujan rata-rata tahunan 2987,00 mm. Adapun

debit banjir rencana sungai atau periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan

yang dapat dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan

bangunannya. Debit banjir rencana ditetapkan dengan cara menganalisis debit

puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka

air. Muka air yang pada proyek Bendungan Leuwikeris paket 2 terdiri dari Muka

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 28


Laporan Kerja Praktek

air banjir PMF (HWL) : 156,618 m, Muka air banjir 1,000 tahun : 155,278 m,

Muka air 100 tahun : 154,358 m dan Muka air normal maksimal (NWL) : 150,568

m. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

rencana ini dipergunakan untuk perhitungan tinggi air banjir rencana, tekanan air

dan menghitung stabilitas bendung dan talud bronjong. Adapun debit banjir yang

telah direncanakan, banjir maksimum 4767,40 m³/detik, banjir 1000 tahunan

1066,90 m³/detik dan banjir 100 tahunan 600,30 m³/detik.

3.2.2. Data Teknis Terowongan

Terowongan pengelak ini bertujuan untuk mengairi daerah irigasi seluas

11.216 ha. Terowongan pengelak Bendungan Leuwikeris ini di desain

berdasarkan banjir Q25 tahun sebesar 509,70 m³/det. Lokasi Terowongan

pengelak ini berada di Bukit tumpuan kiri dengan panjang terowongan pengelak I

sepanjang 1072 m dan terowongan pengelak II sepanjang 1050 m. Tipe atau

bentuk terowongan ini yaitu telapak kuda, karena lebar lubang, jenis tanah dan

kekuatan tanahnya. pada desain perencanaan ada 2 Elevasi yang dimiliki oleh

terowongan diantaranya elevasi inlet terowongan I dan II +86,00 m dan elevasi

Outlet Terowongan I dan II +79,03 m dengan kemiringan 0,00485.

Pada pembangunan Bendungan Leuwikeris ini terdapat 2 terowongan

dengan fungsi yang berbeda. Pada terowongan pengelak I nantinya akan

dipergunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, Saluran Irigassi, dan

Produksi Air Baku, sedangkan untuk terowongan pengelak II yang dilengkapi

pintu baja 6,75 x 6,75 m untuk keperluan epounding dan ditengah terowongan

akan di plugging. Setelah struktur terowongan pengelak ini jadi nantinya

terowongan tersebut akan dipergunakan sementara sebagai pengalih air terlebih

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 29


Laporan Kerja Praktek

dahulu agar konstruksi bendungan dapat dikerjakan, karena awal penggunaan

terowongan tersebut yaitu sebagai pengalihan air supaya proses pekerjaan

konstruksi bendungan utama dapat diselesaikan. Setelah Bendungan utama jadi

maka fungsi dari terowongan tersebut berubah sesuai dengan desain perencanaan

awal terowongan.

Pembuatan Terowongan pengelak Bendungan Leuwikeris menggunakan

Metode NATM (New Austrian Tunnelling Method) yang terdiri dari beberapa jenis

pekerjaan diantaranya adalah pekerjaan persiapan (pekerjaan galian tanah , pekerjaan

survey, dan pekerjaan marking), pekerjaan pengisian bahan peledak dan peledakkan

(charging and blasting), pekerjaan pembersihan (Scalling), pekerjaan pembuangan

material hasil ledakan (Mucking), pekerjaan perapian galian (Chipping),pekerjaan

penyangga awal terowong, pekerjaan shotcrete dan pekerjaan pembetonan (lining

concrete). Pada konstruksi terowongan menggunakan metode Sliding form dan

scaffolding modifikasi.

Pada pembangunan terowongan pengelak ini ada 2 tipe diameter yaitu,

terowongan pengelak tipe I D=5,25 m dan terowongan pengelak tipe II D=6,25.

Adapun tujuan dari pembuatan 2 tipe tersebut yaitu untuk plugging terowongan,

karena nantinya terowongan tersebut akan dipasang pipa Hidromekanikal. Pada

terowongan Pengelak I akan dipasang 2 plugging dibagian STA 0+48 – STA 0+66

Dan STA 0+630 – STA 0+648 sedangkan pada terowongan pengelak II akan

dipasang dibagian tengah yaitu di STA 0+598 – STA 0+622. Setelah bendungan

utama selesai yang akan berfungsi hanya Terowongan pengelak I karena

terowongan tersebut akan dipergunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA), Penyedia Air Baku dan Irigasi sedangkan untuk terowongan pengelak II

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 30


Laporan Kerja Praktek

hanya membantu untuk mengalihkan air untuk proses pembangunan konstruksi

bendungan.

3.2.3. Klasifikasi Bahan

Spesifikasi bahan untuk beton maupun besi pada setiap elemen struktur

Terowongan dipengaruhi oleh dimensi elemen struktur dan beban yang diterima

oleh struktur tersebut. Oleh karena itu spesifikasi bahan beton maupun besi pada

setiap elemen struktur Terowongan disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan

dan yang dapat mempermudah proses pelaksanaan. Berikut spesifikasi bahan

untuk setiap elemen struktur :

A. Lantai Kerja (Lean Concrete)

Pada pembangunan Lantai Kerja Terowongan Pengelak Bendungan

Leuwikeris menggunakan Mutu Beton K-125 Ketebalan minimum 10 cm

dengan slump yang harus dipenuhi 12 2 dan Subkon penyuplai Beton PT.

Unggul Sejati Indonesia.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 31


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3.2.3 Lean Concrete

B. Penulangan Lantai

Pada penulangan Terowongan pengelak ini ada beberapa sfesifikasi diantara:

1. Tulangan sisi dalam menggunakan Besi D19-20 cm jumlahnya 31

buah dan D10-15 cm jumlahnya 38 buah.

2. Tulangan sisi luar menggunakan Besi D19-20 cm jumlahnya 31 dan

D10-15 cm jumlahnya 41 buah.

3. Angkur yang digunakan D19 angkur dalam 1 segmen jumlahnya 36

buah.

4. Dowel yang digunakan D19

C. Cor Lantai Terowongan

Pada pembangunan konstruksi Lantai Terowongan Pengelak Bendungan

Leuwikeris menggunakan Mutu Beton K-300 Ketebalan 50 cm dengan slump

yang harus dipenuhi 12 2 dan Subkon penyuplai Beton PT. Unggul Sejati

Indonesia.

Gambar (e) 3.2.3 Pengecoran Lantai (slab)

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 32


Laporan Kerja Praktek

D. Pembesian Dinding Terowongan

Pada pembesian terowongan besi yang digunakan adalah D19-20 cm. dan Besi

pembaginya D19-15 cm.

Gambar (d) 3.2.3 Penulangan sisi luar

E. Cor Dinding Terowongan

Pada pembangunan konstruksi Dinding Terowongan Pengelak Bendungan

Leuwikeris menggunakan Mutu Beton K-300 Ketebalan 50 cm dengan slump

yang harus dipenuhi 16 2 dan Subkon penyuplai Beton PT. Unggul Sejati

Indonesia.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 33


Laporan Kerja Praktek

BAB IV

PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN

4.1 Pelaksanaan Proyek

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.

Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode

pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat,

dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek

konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas,

dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan

pekerjaan konstruksi, adakalanya diperlukan suatu metode terobosan untuk

menyelesaikan pekerjaan lapangan.

Khususnya pada saat menghadapi kendala–kendala yang diakibatkan oleh

kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu,

penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan

sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi tersebut. Oleh sebab itu

metode pelaksanaan sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam

pembangunan konstruksi tersebut.

4.1.1 Pekerjan Persiapan

Pada pekerjaan persiapan ada beberapa pekerjaan meliputi persiapan

lokasi proyek serta penyediaan sarana dan prasarana. Pekerjaan persiapan

bertujuan untuk mengatur letak bangunan bangunan penunjang sehingga

pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efisien, lancar, aman, dan sesuai

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 34


Laporan Kerja Praktek

rencana kerja yang telah dibuat. Sebelum dilaksanakannya konstruksi, maka

diperlukan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan meliputi:

1. Kantor/Direksikeet

Kantor Proyek dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staff

dari kontraktor, pengawas, maupun pemilik proyek di lapangan.

Pembuatan Direksi Keet tidak dibangun secara permanen karena sifat

bangunan tersebut hanya sementara, namun tetap mengutamakan

kenyamanan bekerja para pekerja selama masa pelaksanaan pekerjaan.

Pada kantor tersebut terdiri dari atas laboratorium, area parkir, pos

keamanan, Gudang, Mushola dan Ruang Rapat.

Gambar 4.1.1 Kantor

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 35


Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.1.1 Mushola

Gambar 4.1.1 Laboratorium

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 36


Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.1.1 Gudang

Gambar 4.1.1 Tempat Parkir Mobil

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 37


Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.1.1 Tempat Parkir Motor

2. Fabrikasi

Fabrikasi adalah Tempat produksi tulangan besi yang didesai sesuai

kebutuhan proyek.

Gambar (2) 4.1.1 Fabrikasi

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 38


Laporan Kerja Praktek

3. Batching Plan

Batching plant merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai pabrikasi

batu buatan yang dinamakan beton yang terdiri dari agregat kasar/halus,

semen, air dan campuran bahan kimia lainnya.

Gambar (3) 4.1.1 Batching Plan

4. Sistem penerangan Proyek

Pada semua kegiatan aktifitas kegiatan kantor, kegiatan pelaksanaan

pekerjaan, aktivitas pabrikasi besi tulangan dan sebagian lapangan

penumpukan, system penerangan menggunakan listrik dari PLN yang

telah dikoordinasikan dengan pihak pemberi kerja atau menggunakan

Genset.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 39


Laporan Kerja Praktek

4.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan

4.1.2.1. Pekerjaan Kontruksi Terowongan Pengelak

Saluran pengelak adalah sebuah tembusan saluran yang berfungsi sebagai

pengalihan aliran sungai selama pelaksanaan pekerjaan bendungan. Pekerjaan

tersebut dilaksanakan pada waktu dimulainya pekerjaan konstruksi sampai pada

saat Konduit Pengelak di tutup dengan sumbat beton (plugging) pada saat

pengisisan waduk. Penentuan ukuran dari terowongan pengelak sangat erat

hubungannya dengan penentuan tinggi cofferdam. Makin kecil bangunan

pengelak maka diperlukan cofferdam yang lebih tinggi

Gambar 4.2.1.1 Denah Saluran Pengelak

A. Beton

Melihat volume pekerjaan yang besar, maka di site akan dibangun batching

plant untuk menyediakan kebutuhan beton. Adapun material batu pecah akan

diambil dari hasil galian river deposit (bila memenuhi syarat) dan quarry batu

yang disetujui oleh direksi dan dipecah menggunakan stone crusher.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 40


Laporan Kerja Praktek

B. Pelaksanaan

Setelah pelaksanaan penggalian selesai, maka dilaksanakan pekerjaan

pembetonan. Pelaksanaannya dilakukan secara segmen demi segmen @ 6,0

meter. Satu segmen terdiri dari bagian lantai dinding dan bagian atas lantai .

Pelaksanaan pengecoran dimulai dari beberapa segmen lantai dulu kemudian

selanjutnya susul menyusul dengan bagian atas lantai.

Tahapan berikut menjelaskan mengenai pekerjaan saluran pengelak :

1. Pekerjaan lantai kerja K-125

2. Pemasangan pembesian Lantai

3. Pekerjaan Pengecoran Beton lantai (Slab)

4. Pemasangan bekisting dinding (Sliding form)

5. Pekerjaan Pengecoran dinding (Lining Concrete)

4.1.2.2. Lingkup Pekerjaan Konstruksi Terowongan Pengelak

1. Pekerjaan Lean Concrete (Lantai Kerja)

a. Deskrpsi Umum (Definsi)

Pembuatan Lantai kerja merupakan pekerjaan pengecoran dasar

terowongan dengan lapisan beton (lean concrete) yang berfungsi sebagai pelapis

pondasi bawah serta menghindari terjadinya pumping. Selain itu, lantai kerja

nantinya berfungsi sebagai elevasi dasar dalam pekerjaan pengecoran beton lantai

(slab). Panjang pengecoran lantai kerja dilaksanakan sesuai dengan panjang

pekerjaan saluran pengelak dengan tebal rata-rata 10 cm menggunaan beton mutu

K-125. Pengecoran lantai kerja dikerjakan secara manual dan pemadatannya

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 41


Laporan Kerja Praktek

menggunakan concrete vibrator dengan bantuan pompa kodok, dimana selama

proses pengerasan tidak boleh dilewati kendaraan yang dapat merusak permukaan.

Gambar 1 (a) 4.1.2.2. Pekerjaan Lean Concrete

b. Alat Yang digunakan

Pada saat akan dimulainya suatu pekerjaan lantai maka akan dibutuhkan

yang namanya alat, Alat yang digunakan pada saat pekerjaan Lean Concrete

(Lantai Kerja) diantaranya :

1. Batching plant

Batching plant merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai pabrikasi

batu buatan yang dinamakan beton yang terdiri dari agregat kasar/halus,

semen, air dan campuran bahan kimia lainnya.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 42


Laporan Kerja Praktek

Gambar 1 (1b) 4.1.2.2. Batching Plan

2. Truck Mixer

Truck Mixer merupakan kendaraan yang digunakan untuk

mengangkut beton ready mix dari batching plant ke lokasi dengan putaran

Mixer agar beton tetap homogeny dan tidak mengeras.

Gambar 1 (2b) 4.1.2.2. Truck Mixer

3. Concrete Vibrator

Beton vibrator merupakan alat yang berfungsi untuk memadatkan

cairan beton yang telah dituangkan pada bekisting.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 43


Laporan Kerja Praktek

Gambar 1 (3b) 4.1.2.2. Concrete Vibrator

c. Alur Kerja

1. Pembersihan
Sebelum Pengecoran lantai kerja, lokasi dimana akan dilakukan
pengecoran harus dipastikan bersih dari lumpur. Pembersihan dilakukan
dengan cara memisahkan lumpur dan air. Air disedot dengan
menggunakan pompa air, kemudian lumpur di angkut dan dibuang keluar
terowongan.
2. Survei
Survei dilakukan untuk memperoleh informasi dan meninjau elevasi lantai
dasar terowongan sebelum dilakukan pengecoran yang bertujuan agar
kelandaian lantai kerja sesuai dengan desain yang ada. Saat survei juga
dilakukan penandaan batas atas pengecoran lean concrete menggunakan
benang. Desain tebal pengecoran lean concrete adalah 10 cm, namun
kenyataan di lapangan terkadang tidak selalu sesuai desain dikarenakan
pekerjaan galian tidak rata sehingga berpengaruh terhadap volume beton.
3. Pengecoran
Setelah pengukuran selesai, kemudian dilakukan pengecoran lantai kerja
berupa beton Ready Mix mutu K-125. Pengecoran dilakukan dengan cara
truck mixer mundur masuk ke terowongan lalu menuangkan beton ke area
pengecoran kemudian diratakan manual oleh para pekerja.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 44


Laporan Kerja Praktek

2. Pekerjaan Pembesian Lantai

a. Deskrpsi Umum (Definsi)

Pekerjaan pemasangan besi tulangan lantai dilaksanakan setelah pekerjaan

Lean Concrete. Pada perencanaan pembesian telah ditentukan panjang segmen

yang akan digunakan sepanjang 6 meter, pembagian segmen ini bertujuan untuk

mencegah agar apabila ada kerusakan seperti retak pada beton tidak menerus

melainkan akan berhenti sampai ujung segmen yang mengalami kerusakan saja.

Pembagian segmen sepanjang 6 meter ini memperhitungkan efiesiensi material

besi yang digunakan karena dengan panjang maksimal besi 12 meter bisa

langsung dibagi dua tanpa ada bagian yang terbuang, pada setiap ujung segmen

terdapat dowel sebagai penyambung untuk menyalurkan beban pada sambungan.

Pemasangan besi dilaksanakan sesuai dengan ukuran, jumlah, dan jarak sesuai

desain yang sudah direncanakan, pekerjaan dilakukan secara segmental dengan

banyak segmen yang akan dilakukan pembesian sesuai jumlah segmen yang akan

dilakukan pengecoran. Pemasangan pembesian diikat dengan kawat bendrat

sedemikian rupa sehingga tidak mudah bergeser ataupun berupah posisi/lepas.

Metode pekerjaan untuk pembesian lantai pada saluran pengelak dilakukan

secara dua arah dengan memulai pekerjaan dari tengah terowongan menuju

keluar, metode ini dilakukan dengan mempertimbangan efisiensi waktu pekerjaan

karena pada tahapan pembersihan, pembesian sampai pengecoran akan lebih

mudah dan cepat.

Pekerjaan pembesian dilakukan pada dua lokasi yang berbeda supaya

dapat memudahkan pekerjaan dan pemanfaatan ruang yang bekerja bisa lebih

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 45


Laporan Kerja Praktek

maksimal, yaitu pada pabrikasi (memotong dan membengkokkan besi) dan pada

terowongan (perakitan).

Gambar 2 (a) 4.1.2.2. Pembesian Lantai

b. Alat Yang digunakan

Pada saat akan dimulainya suatu pekerjaan maka akan dibutuhkan yang

namanya alat, Alat yang digunakan pada saat pekerjaan Pembesian diantaranya :

1. Bar Bender
Bar cutter merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan baja

tulangan dengan berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 46


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2 (1b) 4.1.2.2. Bar Bender

2. Bar Cutter
Bar cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan
sesuai ukuran yang diinginkan

Gambar 2 (2b) 4.1.2.2. Bar Cutter

3. Genset
Suatu mesin atau perangkat yang terdiri dari pembangkit listrik (generator)

dengan mesin penggerak yang disusun menjadi satu kesatuan untuk

menghasilkan suatu tenaga listrik dengan besaran tertentu.

Gambar 2 (3b) 4.1.2.2. Genset

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 47


Laporan Kerja Praktek

4. Truck Flat Bad


Truck dengan bagian belakang tanpak bak yang biasanya dipergunakan
sebagai alat pengangkut besi.

Gambar 2 (4b) 4.1.2.2. Truck Flat Bad

5. Truck Crane
Mobil yang digunakan untuk langsir besi dari tempat pabrikasi menuju
lokasi pemasangan tulangan

Gambar 2 (5b) 4.1.2.2. Truck Crane

c. Alur Kerja

1. Joint Inspection

Joint inspection ini dilakukan untuk mengetahui apakah elevasi sudah

sesuai dengan desain perencanaan apa tidak.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 48


Laporan Kerja Praktek

2. Untuk lapisan dalam tulangan diletakan diatas beton decking

dengan ketinggian decking 7,5 cm dan diatur dengan dimensi yang

sudah direncanakan sesuai desain.

3. Setelah besi disusun , diikat menggunakan Kawat bendrat dengan

kencang agar struktur tulangan kuat.

4. Setelah selesai angkur disusun tepat diatas besi bagian dalam

dengan jarak antar angkur 50 cm dengan jumlah sesuai yang

dibutuhkan.

5. Jika sudah tersusun rapi, besi bagian luar disusun diatas angkur

angkur tersebut dengan jumlah dan jarak yang telah ditentukan.

3. Pekerjaan pengecoran beton lantai (slab)

a. Deskrpsi Umum (Definsi)

Pelaksanaan pengecoran itu dilkasanakan setelah pekerjaan Lean

Concrete , Pembesian dan pemasangan Bekisting Lantai. Pada

pelaksanaan pengecoran itu mengkuti kerangka pembesian yang telah

dikerjakan sebelumnya dan dibagi menjadi beberapa segmen dengan

panjang segmen yang telah ditentukan yaitu 6 meter, dengan pelaksanaan

pekerjaan sepanjang terowongan pengelak dengan mutu beton K300.

Pengecoran plat lantai terowongan dilakukan dengan metode

pengecoran menggunakan pola papan catur untuk menghemat

bekisting. Plat lantai beton di cor dengan tebal plat 50 cm dan di

bagian dinding dilebihkan setinggi 20 cm untuk overlapping saat

pengecoran tahap berikutnya.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 49


Laporan Kerja Praktek

Pada setiap segmen tersebut telah diberi jarak 20 cm yang nantinya

akan dipasang waterstop, pemasangan tersebut dipasang antara sambungan

beton satu dengan beton yang lainnya. Pada dasarnya waterstop tersebut

tidak terlihat namun berperan penting pada pengecoran beton lantai,

karena berfungsi untuk menahan kebocoran dan rembesan air yang akan

masuk ke rongga-rongga beton yang akan mengakibatkan beton menjadi

rusak dan hancur. Selain waterstop ada juga besi dowel yang fungsinya

mengikat atau penghubung beton satu dengan lainnya, adapun ukuran besi

yang digunakan besi D19.

Metode pekerjaan pengecoran lantai ini mengikuti pembesian dan

pemasangan Bekisting, pada pelaksanaannya sesuai dengan metode ada

beberapa segmen yang tidak perlu menggunakan bekisting, dikarenakan

pengecoran lantai yang sudah menjadi kering dijadikan sebagai bekisting

beton lainnya, maka dari itu proses pembesian dipasang tidak secara

beruntun antar segmen agar pemasangan bekisting lebih efisien. Pada saat

pengerjaan pengecoran ini dibantu dengan pompa kodok dan vibrator

untuk pemadatan beton.

Gambar 3 (a) 4.1.2.2. Pengecoran Slab

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 50


Laporan Kerja Praktek

b. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada saat pengecoran diantaranya :

1. Batchink plant

Batchink plant merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai

pabrikasi batu buatan yang dinamakan beton yang terdiri dari agregat

kasar/halus, semen, air dan campuran bahan kimia lainnya.

Gambar 3 (1b) 4.1.2.2. Batching Plan

2. Truck mixer

Truck Mixer merupakan kendaraan yang digunakan untuk

mengangkut beton ready mix dari batching plant ke lokasi dengan putaran

Mixer agar beton tetap homogeny dan tidak mengeras.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 51


Laporan Kerja Praktek

Gambar 3 (2b) 4.1.2.2. Truck Mixer

3. Concrete pump

Concrete pump merupakan alat yang digunakan untuk mentransfer cairan

beton dengan cara dipompa dan dialirkan melaui pipa-pipa

Gambar 3 (3b) 4.1.2.2. Concrete Pump

4. Beton vibrator

Beton vibrator merupakan alat yang berfungsi untuk memadatkan

cairan beton yang telah dituangkan pada bekisting.

Gambar 3 (4b) 4.1.2.2. Beton Vibrator

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 52


Laporan Kerja Praktek

c. Alur Kerja

1. Pembersihan

Sebelum Pengecoran lantai dimulai, lokasi dimana akan dilakukan

pengecoran harus dipastikan bersih dari lumpur dan air. Pada pembersihan,

lumpur dan air harus dipisahkan terlebih dahulu. Untuk pembersihan air

digunakan pompa untuk menyedot air dan dialirkan ke pembuangan,

sedangkan untuk lumpur diangkut menggunakan roda dan dibuang keluar

menggunakan mobil.

2. Survei

Sebelum dituangkannnya cairan beton ke bekisting dilakukanlah survey

terlebih dahulu untuk menentukan ketebalan selimut beton dan elevasi

pada terowongan.

3. Joint Inspections

Joint Inspection dilakukan oleh konsultan untuk pengawasan apakah

pekerjaan lapangan sudah sesuai dengan desain perencanaan yang telah

ditentukan. Setelah disetujui maka penegcoran boleh dilaksanakan.

4. Persiapan Alat

Sambil dilakukan Joint Inspection biasanya pelksana sambil menyiapkan

Alat yang dibutuhkan untuk pengecoran.

5. Penuangan cairan Beton K300 ke Pompa kodok

Setelah dilakukan Joint Inspections dan alat sudah siap cairan beton yang

telah disiapkan dari Batchink plan dengan standar mutu, penambahan

bahan adiktif dengan slump sesuai dan yang telah ditentukan maka beton

sudah bisa dituang ke pompa kodok.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 53


Laporan Kerja Praktek

6. Cairan beton dialirkan melalui pipa pada pompa kodok

Setelah beton dimasukan ke pompa kodok, cairan beton tersebut mengalir

melalui pipa panjang 6 meter.

7. Setelah cairan beton masuk kedalam cetakan bekisting kemudian

dipadatkan menngunakan mesin vibrator.

4. Pemasangan Bekisting Dinding (Sliding Form)

a. Deskripsi Umum (Definisi)

Bekisting dipasang dan diinspeksi oleh konsultan pengawas. Untuk menjaga

selimut beton, maka di besi terluar dipasang beton decking dengan ketebalan

sesuai desain selimuh beton yang ditentukan. Bekisting yang dipasang

menggunakan Plat Baja t = 4mm dipasang secara manual dengan bantuan

crane dengan handtools oleh tukang terampil.

Gambar 4 (a) 4.1.2.2. Pemasangan Sliding Form

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 54


Laporan Kerja Praktek

b. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan dalam proses pemasangan bekisting untuk

mempermudah pekerjaan diantaranya:

1. Service Crane

Alat ini digunakan untuk membantu proses perakitan Bekisting (Sliding

Form) karena tidak mungkin bila mengangkatan dilakukan secara manual.

2. Truck Flat Bad

Alat ini membantu untuk proses pembawaan plat plat baja ke tempat

perakitan, karena perakitan Bekisting (Sliding Form) ini dirakit dibagian

luar terowongan.

c. Alur Kerja

1. Mempersiapkan medan atau jalan untuk memasukan Bekisting (Sliding

Form) kedalam terowongan

2. Setelah permukaan jalan sejajar, Bekisting sudah siap untuk dimasukan

menggunakan jalur rel seperti kereta api

3. Setelah Bekisting (Sliding Form) masuk, kemudian Bekisting tersebut

disetting untuk pengecoran dinding (Lining Concrete)

5. Pekerjaan pengecoran Dinding (Lining Concrete)

a. Deskripsi Umum (Definisi)

Metode pengecoran dinding beton terowongan dilakukan dengan menggunakan

sliding formwork dengan 1 segmen sepanjang 6 m. Pengecoran dilakukan secara

langsung sampai dinding bagian atas. Sebelum dilakukan pengecoran, sliding

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 55


Laporan Kerja Praktek

formwork diatur terlebih dahulu (relnya, hidrolik, ukuran sliding formwork) sesuai

kebutuhan.

b. Alat yang digunakan

1. Batching Plant

2. Truck Mixer

3. Sliding Form

c. Alur kerja

1. Pembesian sudah selesai, dan lahan pengecoran dinyatakan sudah siap


cor (sudah bersih, pembesian sesuai). Pastikan juga pipa untuk
pekerjaan backfill grouting sudah terpasang dan ujung pipa ditutup
dengan karet/plastik.
2. Pemasangan bekisting (untuk plat) sudah selesai dan terpasang dengan
baik.
3. Setelah truk mixer sampai ke lokasi pengecoran, lakukan slump test
sebelum pengecoran dimulai, jika hasil slump test sudah sesuai dengan
spesifikasi teknis, maka pengecoran dapat dimulai. Truk mixer
menuangkan campuran beton ke dalam concrete pump untuk kemudian
di pompa ke dalam bekisting.
4. Campuran beton yang masuk ke dalam bekisting dipadatkan dengan
bantuan vibrator, sedangkan pada saat pengecoran dinding, vibrator
beton digantikan dengan motor vibrator yang terpasang pada bekisting
sliding formwork, sehingga bekisting itu sendirilah yang bergetar dan
memadatkan campuran beton. Pastikan saat pengecoran, tidak ada
campuran beton yang masuk ke dalam pipa grouting.
5. Setelah beton dipastikan sudah memenuhi bekisting dan sudah padat,
lakukan pekerjaan finishing permukaan. Bekisting/sliding formwok
dapat dibuka setelah umur beton mencapai 8 jam.
6. Sliding formwork kemudian digeser menuju lokasi pengecoran
berikutnya.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 56


Laporan Kerja Praktek

4.2. Pengawasan dan Pengendalian Pekerjaan

4.2. 1. Pengawasan dan Pengendalian Mutu

Pengawasan mutu proyek diperlukan untuk mendapatkan dan

menghasilkan mutu yang ditetapkan pada dokumen kontrak dan dapat diterima

oleh owner selaku pemilik proyek. Pengawasan mutu dilakukan mencangkup

semua aspek yang mendukung jalannnya proyek konstruksi yang mencangkup

pengawan mutu tahap input, pelaksanaan, dan hasil.

Pengawasan mutu meliputi tindakan-tindakan yang berupa pengujian,

pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan konstruksi telah memenuhi dan

sesuai dengan kriteria dalam kontrak. Dalam proyek Pembangunan Bendungan

Leuwikeris paket2, pengawasan mutu ditekankan pada pekerjaan Lantai

Terowongan, meliputi pengujian kuat tarik besi tulangan, pengujian slump pada

beton segar, dan pengujian kuat tekan beton. Adapun pengujian tersebut dilakukan

di lokasi proyek. Berikut macam pengawasan mutu :

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam suatu proyek harus memenuhi syarat

– syarat kualitas yang telah ditetapkan. Masalah bahan mulai dari pengiriman,

pengawasan, penerimaan, dan pemakaian bahan.

Pengawasan mutu bahan sangat penting agar mendapatkan hasil akhir

dengan kualitas yang baik dan sesuai perencanaan. Pelaksanaan pengawasan mutu

bahan dilapangan harus disesuaikan dengan Spesifikasi teknis. Adapun

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 57


Laporan Kerja Praktek

pelaksanaan pengawasan mutu bahan diproyek Bendungan Leuwikeris paket 2

meliputi :

a. Beton

Pengawasan mutu beton dilakukan dengan pengujian beton. Pengujian

beton pada proyek pembangunan terowongan pengelak ini terdiri dari dua tahap,

yaitu pengujian ditempat pembuatan dan sebelum dituang dilapangan. Pada

proyek ini pengujian dilakukan diarea Batching plan dan diarea terowongan.

b. Pengujian dilapangan

Pada Pengujian dilapangan hanya dilakukan uji slump test:

1. Pengujian slump test yaitu untuk menguji tingkat kekentalan adukan beton.

Benda uji diambil dilokasi Batchingplan.

Adapun pelaksanaan slump test diproyek ini adalah sebagai berikut :

1. Kerucut abrams diletakkan diatas permukaan yang rata dan tidak

menyerap air dengan diameter yang besar dibagian bawah

berupa plat baja.

2. Adukan beton dimasukan kedalam kerucut secara hati-hati dan

dijaga agar kerucut tidak bergerak.

3. Kerucut diisi adukan beton sebanyak 1/3 volume, kemudian

ditusuk-tusuk dengan tongkat baja (berdiameter 16mm, panjang

60cm) sebanyak 25 kali tusukan.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 58


Laporan Kerja Praktek

4. Langkah sebelumnya diulang sampai kerucut penuh dengan

adukan beton, selanjutnya permukaan adukan diratakan dan

didiamkan selama 1 menit.

5. Corong ditarik vertikal keatas, dan diukur penurunannya yang

terjadi.

2. Pengujian slump test yaitu untuk menguji tingkat kekentalan adukan beton.

Benda uji diambil dilokasi Batchingplan.

Adapun pelaksanaan slump test diproyek ini adalah sebagai berikut :

1. Kerucut abrams diletakkan diatas permukaan yang rata dan

tidak menyerap air dengan diameter yang besar dibagian bawah

berupa plat baja.

2. Adukan beton dimasukan kedalam kerucut secara hati-hati dan

dijaga agar kerucut tidak bergerak.

3. Kerucut diisi adukan beton sebanyak 1/3 volume, kemudian

ditusuk-tusuk dengan tongkat baja (berdiameter 16mm, panjang

60cm) sebanyak 25 kali tusukan.

4. Langkah sebelumnya diulang sampai kerucut penuh dengan

adukan beton, selanjutnya permukaan adukan diratakan dan

didiamkan selama 1 menit.

5. Corong ditarik vertikal keatas, dan diukur penurunannya yang

terjadi.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 59


Laporan Kerja Praktek

c. Tenaga Kerja

Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya

dapat menunjang tercapainnya esifiensi dalam suatu pekerjaan konstruksi. Oleh

karena itu perlu dilakukan suatu pengawasan mutu tenaga kerja. Pada proyek ini

seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan kepada kontraktor sebagai pengawasan

yang memonitor jumlah tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan. Pengawasaan

sumber daya manusia atau mutu tenaga kerja dilakukan dengan cara :

1. Memilih SDM yang berintegrasi dan mempunyai pengaman yang

sejenis.

2. Pengarahan dan pembinaan pekerja, terutama pada rombongan

mandor dan pekerja yang baru menandatangani kontrak kerja.

3. Memonitor jumlah tenaga kerja, agar diketahui keseluruh jumlah

tenaga kerja yang aktif melaksanakan pelaksanaan proyek.

4.2. 2. Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengawasan Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L)

sangat diperlukan untuk menjamin terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang

baik dan memuaskan. Standar K3L ini merupakan persyaratan untuk pelaksanaan

pekerjaan konstruksi yang aman dan nyaman. Keberhasilan penerapan standar

K3L ini terletak pada kemauan dan komitmen yang tinggi dari manajemen proyek

dan seluruh team yang terlibat dalam penyelesaian proyek.

Dalam pelaksanaan proyek Bendungan Leuwikeris, pengawasan

Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L) sudah diterapkan

dengan dengan baik. Pengawasan yang dilakukan tim Kesehatan, Keselamatan,

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 60


Laporan Kerja Praktek

Keamanan dan Lingkungan (K3L) sering dilakukan dengan continue karena pada

pekerjaan proyek pembangunan Leuwikeris ini sangat berbahaya. Namun tim

Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L) di proyek Bendungan

Leuwikeris ini memiliki solusi diantaranya:

3. Safety Induction

Safety Induction merupakan sebuah latihan tentang keselamatan dan kesehatan

kerja yang diberikan kepada pekerja baru, kontraktor baru ataupun para tamu yang

baru pertama kali datang ke lokasi proyek. Tujuan safety induction ini adalah

untuk mengkomunikasikan bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan kerja

umum yang terdapat selama pekerjaan/kunjungan mereka sehingga mereka bisa

sadar serta bisa melakukan tindakan pengendalian terhadap bahaya tersebut.

4. Pemasangan Rambu-Rambu diproyek

Rambu rambu prroyek merupakan tanda – tanda yang dipasang ditempat kerja,

laboratorium, ataupun tempat yang dikiranya berbahaya guna mengingatkan atau

mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut

terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Penyiraman Tanah yang menyebabkan Polusi

Team Ahli K3L sangat kreatif karena di proyek Bendungan Leuwikeris ini banyak

sekali debu yang menyebabkan polusi udara, cara yang dilakukan team K3L di

proyek Bendungan Leuwikeris paket 2 ini menyiram tanah tersebut dengan

menggunakan toren besar yang diangkut menggunakan mobil dan di alirkan

melalui pipa yang dilubangi kecil-kecil.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 61


Laporan Kerja Praktek

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Proyek Bendungan Leuwikeris ini merupakan proyek BUMN yang sangat besar.

Secara administratif berlokasi pada dua wilayah kabupaten. Kiri aliran Sungai

Citanduy di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis,

Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk sebelah kanan aliran Sungai Citanduy di

Desa Ancol, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Pembangunan proyek ini tujuannya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air,

Penyedia air irigasi, penyedia air Baku, dan Pariwisata.

5.2. Saran

1. Harus adanya komunikasi terlebih dahulu pada saat akan melakukan

pekerjaan agar pada pelaksanaanya tidak terjadi bentrok.

2. Mendisiplinkan tanggung jawab kepada setiap pekerja agar mengikuti

kegiatan yang sudah di agendakan proyek.

3. Lebih teliti lagi kepada pihak pengamanan karena masih ada warga yang

suka masuk ke lokasi proyek tanpa sepengatahuan pihak keamanan.

4. Penyimpan besi dan baja harus diperhatikan sehingga tidak terjadi

pengkaratan pada besi tulangan dan baja akibat terkena panas dan hujan.

5. Koordinasi dengan pihak subkontraktor harus ditingkatkan agar material

tidak mengalami keterlambatan yang bisa menghambat pekerjaan.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 62


Laporan Kerja Praktek

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pekerjaan Umum, (2011) Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan

Kontruksi Terowongan Untuk Bendungan

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy,

(2016), Surat Perjanjian Kontrak Konstruksi Harga Satuan, Banjar: Badan

Penerbit PU.

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 63


Laporan Kerja Praktek

LAMPIRAN

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS 64

Anda mungkin juga menyukai