Anda di halaman 1dari 11

Abstrak

studi kualitatif fenomenologi ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang


mendalam tentang pengalaman spiritualperempuan dengan kanker serviks
dalam konteks asuhan keperawatan kanker serviks dan bagaimana perempuan
dengan kankerserviks memaknai pengalaman tersebut. Partisipan dipilih dengan
metode purposif sebanyak enam perempuan dengan kankerserviks yang dirawat
di sebuah RS di Jakarta. Data diperoleh dengan melalui wawancara mendalam
dan dilengkapi catatanlapangan. Analisis data dengan teknik Colaizzi
menghasilkan sepuluh tema. Hasil penelitian ini mengungkapkan
kehidupanperempuan dengan kanker serviks diawali dengan ketidakpastian dan
mengalami penderitaan sepanjang hidupnya tetapisemangat, keyakinan akan
Tuhan, dan harapan menjadikan kehidupannya lebih pasti. Hasil penelitian ini
memberikan implikasiterhadap pelayanan keperawatan untuk meningkatkan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang holistik terhadap klien dengankanker
serviks.

Pendahuluan
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yangbanyak dialami
oleh perempuan di seluruh dunia.Yayasan Kanker Indonesia (2009)
memperkirakanbahwa setiap hari terdapat 20 sampai 25
perempuanyang meninggal akibat kanker serviks dan diper-kirakan
52 juta perempuan Indonesia berisiko ter-kena kanker
serviks.Rendahnya kesadaran untuk melakukan pemeriksaandini
kanker serviks me-nyebabkan kanker ini menjadipembunuh
perempuan nomor satu di Indonesia.Perempuan yang didiagnosis
kanker serviks danyang sedang menjalani penanganannya dapat
me-ngalami peningkatan masalah depresi, cemas,marah, dan
bingung (Bradley, et al., 2006).Kanker serviks berhubungan dengan
perubahanpada organ reproduksi perempuan yang
dianggapsebagai bagian yang sangat penting bagi
perempuan.Kematian, dampak yang serius terhadap
kehidupan,serta kehilangan kemampuan melakukan
hubunganseksual merupakan ketakutan yang dirasakan
olehperempuan yang mengalami kanker serviks (Villafuerte,et al.,
2007).Dampak utama kanker serviks adalah penurun-an kualitas
hidup perempuan yang mengalamipenyakit kanker serviks (Herzog
& Wright, 2007).
Penurunan kualitas hidup dapat menyebabkanpenderitaan.
Penderitaan yang dialami oleh indi-vidu yang mengalami kanker
pada fase terminalmemiliki 3 (tiga) komponen, antara lain;
kehilanganotonomi, berkurangnya harga diri, dan hilangnyaharapan
yang menunjukkan sudah tidak adanyamakna hidup bagi individu
dengan kanker (Morita,et al, 1999).Kompleksnya masalah yang
dialami oleh individuyang mengalami kanker menyebabkan
munculnyakebutuhan spiritual. Penelitian Halstead dan Hull(2001,
dalam Mauk & Schmidt, 2004) mengenaipengalaman spiritual pada
10 orang perempuandengan limfoma non-Hodgkin, kanker
payudara,dan kanker ovarium diketahui tiga tema antara lain;(1)
makna kanker bagi dirinya, (2) menyadari adanyaketerbatasan,
serta (3) belajar hidup dalam ketidak-pastian.Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan pe-mahaman yang mendalam
mengenai pengalamanspiritual perempuan dengan kanker serviks
danbagaimana perempuan dengan kanker serviks me-maknai
pengalaman tersebut

Metode.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif denganpendekatan
fenomenologi untuk menggali pengalam-an spiritual perempuan
dengan kanker serviks.Dengan metode ini dapat diperoleh data
yang leng-kap, mendalam, kredibel, dan bermakna.Data diperoleh
dengan wawancara mendalam yangdilengkapi dengan catatan
lapangan dan pedomanwawancara semi berstruktur. Data yang
diperolehdibuat transkrip data.Analisis data dilakukan dengan
menggunakan tek-nik Collaizi yang dikutip dari Speziale dan
Carpenter(2003). Transkrip data dibaca berulang dan katakunci
telah diidentifikasi, selanjutnya data tersebutdibuat kategori. Peneliti
selanjutnya menentukansub-sub tema dan tema potensial. Tema
tersebut di-validasikan kepada partisipan kemudian ditentukantema
akhir.

Hasil
Karakteristik Partisipan
Sebanyak enam orang partisipan berpartisipasi dalampenelitian ini.
Usia partisipan antara 42 tahun sampai64 tahun. Tingkat
pendidikan bervariasi dari SD,SMP, dan SMA. Empat orang
partisipan tidak bekerja,satu partisipan bekerja sebagai PNS dan
satu orangbekerja sebagai pedagang makanan.Seluruh partisipan
beragama Islam. Lima dari enampartisipan masih terikat
perkawinan sedangkan satupartisipan adalah janda. Hampir
seluruh partisip-an memiliki anak antara satu sampai enam
hanyasatu partisipan yang tidak memiliki anak. Tiga parti-sipan
berasal dari suku Jawa, lainnya berasal darisuku Sunda, Betawi,
dan Minang.Waktu diagnosis mulai 3 (tiga) hari sampai 2
(dua)tahun. Partisipan dirawat di sebuah rumah sakitdi Jakarta
untuk dilakukan perbaikan kondisi umum,persiapan nefrostomi,
menjalani kemoterapi, dan radiasi.
Tujuan Hidup Perempuan dengan KankerServiks
Makna hidup seseorang akan tampak dari tujuanhidup yang
dijadikan semangat untuk bertahandalam penderitaannya. Pada
penelitian ini diketahuibahwa alasan perempuan dengan kanker
serviks tetapbertahan dengan penderitaannya adalah
tanggungjawab, membalas budi kebaikan suami, serta
menjagahubungan sosial dengan orang lain.Ketiga alasan tersebut
menjadikan perempuan harustetap kuat untuk menjalani kehidupan
dengan kankerserviks dan menghadapi segala permasalahan
yangdialaminya akibat kanker serviks.“Saya kan udah lima bulan
dirawat disini anak-anak saya kan ditinggal di Lampung jadi
selamaini saya tidak pernah ketemu mereka makanyasaya
pokoknya mau rajin kemo mau rajin disinarbiar cepet sembuh biar
urusan disini selesai,soalnya saya kan harus ngurus anak-anak
sayakasihan mereka udah lama saya tinggalkan...”(P5).
Nilai Kanker Serviks bagi Penderitanya
Setiap manusia akan memberikan nilai yang berbedaterhadap
suatu peristiwa. Kanker serviks dinilai olehpenderitanya sebagai
ujian, hukuman, penghapusdosa, teguran, dan nikmat.“Saya
menganggap ini sebagai ujian di saat msaya lagi enak-enaknya
beribadah karena kansaya sudah menopause tuh...tiba-tiba
geleteksaya jadi begini.” (P3).“Kayaknya kalo sakit itu kan bisa
mengurangidosa-dosa kita yang udah-udah mudah-mudah-an deh
dengan sakit ini kita diampuni dosa-dosayang lalu... namanya
manusia kan punya banyakdosa apa aja seumur hidup..”
(P2).“Mungkin saya begini adalah hukuman atasdosa-dosa yang
telah saya lakukan dulu, ya dosaapa aja.” (P5).“Sakit ini mungkin
teguran buat saya, saya kandulu kalo sholat sering lupa-lupa, saya
cape-nya nyari duit makanya Alloh ngasih penyakitini biar sayanya
sadar.” (P1).“Saya bersyukur saya sudah diberikan nikmatsehat
selama 47 tahun dan pada saat ini sayasedang diberikan nikmat
sakit ...” (P4).
Masyarakat Mengenai Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan penyakit yang memilikistigma negatif
dalam masyarakat. Masyarakat me-nilai bahwa penyakit kanker
adalah penyakit yangmematikan dan berbahaya.“Orang-orang
bilang penyakit ini susah di-obati, ganas, dan bikin cepet mati kalo
udahbegitu saya jadi suka putus asa.” (P2).
Kata orang sakit beginian sakit yang mem-bahayakan, serem ... jadi
ngecilin hati.” (P3).
Respon Emosional Penderita Kanker Serviks
Seluruh partisipan dalam penelitian ini mengalamireaksi emosional
dengan diagnosis yang disampaikan.Reaksi ini merupakan bentuk
respon terhadap ke-hilangan yang dialami partisipan.“Awalnya saya
tidak terima kenapa saya yangharus mengalami?” (P4).“Saya tuh
kepikir begini ya.. saya sembahyangsering dan ga pernah
melakukan hal yangengga-engga kok saya dikasih penyakit
sepertiini...” (P5).“Saya sama sekali tidak kaget...saya cumaberpikir
oh ini toh penyakit kanker yang orang-orang bilang, sudah gitu aja.”
(P6).Penderitaan terus menerus yang dirasakan oleh se-seorang
mengarahkannya pada satu proses pen-carian kekuatan di luar dari
kekuatan dirinya. Tuhansering dianggap sebagai pemberi kekuatan
tertinggibagi kehidupan, tetapi partisipan yang baru saja di-
diagnosis kanker serviks menyatakan bingung. Berikut
penyataan partisipan:
“Penyakit ini kan datangnya dari Alloh ya kitacuma bisa pasrah aja.”
(P2).“Kita kan menerima kalo orang Jawa bilangnerimo, itu kita
ikhlas kalau ada apa-apa kalokita ga ikhlas itu kalo kitanya takut....”
(P6).“Saya itu bingung... saya ga tahu persis pe-nyakit saya ini
sebenernya seperti apa terusnantinya saya gimana... mungkin
ngasih tau-nya sama anak saya tapi saya tidak diberi-tahu ...” (P1).
Gangguan Peran Perempuan dengan KankerServiks
Penderitaan yang dialami oleh perempuan dengankanker serviks
menyebabkan mereka tidak mampumenjalankan perannya dalam
rumah tangga. Peransebagai ibu, istri, dan pengurus rumah tangga
tidakdapat dilakukan secara maksimal.
Dukungan Sosial yang Diperoleh Perempuandengan Kanker
Serviks
Dukungan dari orang-orang sekitar penderita kankerserviks adalah
hal yang sangat penting. Dukung-an sosial yang didapatkan dapat
meningkatkansemangat untuk terus bertahan. Dukungan
emosional,finansial, spiritual, dan informasi dinyatakan parti-sipan
sebagai pemberi semangat untuk menjalani ke-hidupan.
Menarik Diri dari Lingkungan
Perubahan kondisi fisik yang diceritakan olehbeberapa partisipan
menyebabkan mereka menarikdiri dalam berhubungan dengan
orang lain mau-pun sekitarnya. Kelemahan, keletihan, dan banyak
nya darah yang keluar menjadikan partisipan me-ngurangi
hubungan dengan orang lain.
Kedekatan dengan Yang Maha Kuasa
Partisipan merasa bahwa sering berdoa telah men-dekatkannya
dengan Alloh SWT. Partisipan seringberdoa agar dilancarkan
segala urusan terutamadalam pengobatan disampaikan oleh
partisipan.Meskipun demikian, partisipan mengaku bahwafrekuensi
ibadahnya berkurang karena perubahankondisi fisik.
Harapan terhadap Kehidupan
Harapan hidup merupakan salah satu domainspiritual dari
pemahaman individu terhadap kehidup-an. Oleh karena itu,
harapan merupakan dasar dariaspek spiritual.
Harapan terhadap Pelayanan Kesehatan
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawat-an sangat
menentukan kesehatan spiritual dari klienyang dirawatnya. Semua
pertisipan mengatakanbelum ada perawat yang secara khusus
mengajak-nya berbicara, menyentuh, dan mengeksplorasi pe-
ngalaman partisipan, atau secara khusus memberi-kan motivasi,
untuk dapat menjalani hidup dengankanker serviks. Namun, sikap
perawat secara umumsudah dianggap baik

Pembahasan
Respon awal seorang perempuan yang didiagnosismengalami
kanker serviks adalah mengingkari ke-nyataan bahwa dirinya
mengalami penyakit kankerserviks. Kehidupan perempuan yang
mengalamipenyakit kanker serviks berada akan mengalamikondisi
ketidakpastian (uncertainty) karena pe-ngobatan yang dijalaninya
memerlukan waktu,tenaga, dan materil yang tidak
sedikit.Pengobatan yang dijalaninya tersebut juga tidaksepenuhnya
dapat memulihkan kondisi penderita padakeadaan semula.
Sebaliknya, dampak dari peng-obatan sendiri dapat menyebabkan
masalah ke-sehatan lainnya. Hal ini menimbulkan stress yangterus
menerus pada perempuan yang mengalamipenyakit kanker serviks
sehingga tidak hanya mem-pengaruhi penyesuaian fisik tapi juga
penyesuaianpsikologis (Lehman, et al., 1978 dalam Lubis
&Hasnida, 2009).Berbagai kehilangan akibat penyakit kanker
serviksdapat menyebabkan penderitaan (agony/ torment) bagi
perempuan yang mengalaminya. Perubahanfisik dan psikologis
yang terjadi akibat kankerserviks akan berpengaruh terhadap fungsi
peranperempuan.Berdasar hasil penelitian ini diketahui bahwa
keluhanlemahnya fisik, pusing, dan seringnya darah
yangdikeluarkan merupakan hambatan partisipan untukmelakukan
peran yang selama ini dijalankannya.Peran sebagai ibu, istri, dan
peran dalam mengurusrumah tangga harus diserahkan kepada
orang lain.Perempuan yang menderita kanker serviks me-
nyerahkan semua peran yang selama ini dijalankan-nya kepada
orang lain karena merasa tidak ber-daya akibat penyakitnya
(Kritcharoen, Suwan, &Jirojwong, 2005). Masalah gangguan fungsi
perantersebut dirasakan sebagai masalah yang mengan-cam
identitas perempuan seperti halnya kehilanganfungsi seksualitas
(Otto, 2007).Pada penelitian ini tidak terdapat konflik internalyang
berhubungan dengan masalah aktifitas seksualkarena partisipan
telah melakukan komunikasi ter-buka dengan pasangannya.Beban
psikologis pada perempuan dengan kankerserviks tidak hanya
terjadi karena perubahan kondisifisik yang dialaminya, tetapi juga
karena adanyapersepsi yang negatif dari masyarakat
mengenaikanker. Stigma bahwa kanker serviks merupakanpenyakit
yang mematikan dan berbahaya menyebab-kan perempuan
dengan kanker serviks memilihmenarik diri dari lingkungannya
(Sellors, Muhombe,& Castro, 2004).Namun demikian, setiap
penderita memaknai kankerserviks yang dideritanya secara
beragam. Kankerserviks diyakini sebagai ujian, penghapus
dosa,hukuman, teguran, bahkan dirasakan sebagai nikmatoleh
penderita kanker. Craven dan Hirnle (2003)mengungkapkan bahwa
seseorang yang merasa-kan suatu peristiwa yang menimpanya
merupakansuatu ujian yang dilimpahkan kepadanya, makaakan
meningkatkan kedalaman spiritual dan ke-mampuan kopingnya
untuk memenuhi kebutuhanspiritualnya.
Masyarakat di Indonesia umumnya menganggapbahwa penyakit
kanker sebagai hukuman atas dosayang telah dilakukan sekaligus
cobaan dari Tuhanyang patut disyukuri (Hamid, 2008). Literatur
lainmenyatakan bahwa seseorang yang mampu meng-identifikasi
kepercayaan spiritualnya secara positifakan menggunakan
kepercayaan tersebut untukmenghadapi situasi kesehatannya
secara positif pulasehingga akan menemukan arti dan tujuan
hidupnya(Kozier, et al., 2004).Studi yang dilakukan oleh Ashing, et
al. (2003) dalamLee, et al. (2007), menerangkan bahwa
perempuanAsia yang menderita kanker payudara
menunjukkanpenyakit yang dideritanya adalah keinginan Tuhandan
Dia mempunyai kekuasaan untuk menentukanhasil akhir dari
penyakit tersebut.Keyakinan akan kekuasaan Tuhan tersebut
menjadi-kan partisipan dalam penelitian ini, yaitu pasrah,ikhlas, dan
menerima takdir yang diberikan olehTuhan. Respon berduka telah
memasuki masapenerimaan jika individu telah menerima kondisi
dankonsekuensi yang dialaminya (Ulrich, 2008).Pada tahap ini
penderita kanker telah mendapat-kan kekuatan diri untuk berjuang
melawan kankeryang dialaminya. Melalui kekuatan tersebut
timbulharapan dalam menjalani kehidupan dengan pen-deritaan.
Harapan merupakan salah satu domainspiritual dari pemahaman
individu terhadap kehidup-an sehingga harapan merupakan dasar
dari aspekspiritual.Penelitian ini menemukan bahwa harapan
untuksembuh merupakan harapan dari para partisipan.Harapan
dapat membantu individu dalam me-nemukan arti dari sakit yang
diderita yaitu ketikaindividu dengan kanker merasa tidak nyaman
dengangejala penyakit yang dirasakannya,
meningkatnyaketidakmampuan dan takut menghadapi
kematian(Fryback, 1993 dalam Potter & Perry, 2005;O’Connor,
1990).Harapan dapat membantu individu untuk meng-hadapi
ketidaknyamanan, menjalani kehidupannyadengan penyakit yang
diderita serta melangsungan kehidupan dengan penuh kekuatan.
Harapanberhubungan erat dengan masalah spiritual
(DePalo,2009). Adanya hambatan dalam spiritual menyebab-kan
individu memiliki harapan yang rendah danmenyebabkan
keputuasaan.Berdoa merupakan terapi spiritual yang sering di-
lakukan oleh penderita kanker (Taylor, 2005). Dalampenelitian yang
dilakukan oleh Wells, et al. (2000)mengungkapkan bahwa doa
merupakan salah satudari enam terapi komplementer yang dipilih
olehpenderita kanker serviks. Greenwald dan McCorkle(2007)
menyebutkan bahwa kepuasan akan dirasa-kan perempuan
dengan kanker serviks ketika diri-nya berdoa.Harapan pada
perempuan dengan kanker serviksjuga dapat meningkat dengan
adanya dukungansosial. Perempuan dengan kanker serviks
padapenelitian ini juga mendapatkan dukungan emosional,finansial,
informasi, dan spiritual. Menurut Lin danBauer (2003), bahwa faktor
penentu pencapaian ke-sejahteraan psikososial diantaranya adalah
dukung-an keluarga dan dukungan sosial.Keluarga merupakan
sistem sosial yang memilikipengaruh besar terhadap kehidupan
perempuanyang mengalami penyakit kanker serviks. Berdasar-kan
penelitian yang dilakukan Ginzburg, et al.(2008) mengenai
dukungan sosial pada perempuandengan kanker payudara
diketahui bahwa kurang-nya dukungan dari keluarga dapat
menyebabkanstress pada perempuan yang mengalami
kankerpayudara.Pengembangan harapan merupakan tanggung
jawabperawat yang memberikan asuhan keperawatan(Gewe, 1994;
Thompson, 1994 dalam Mauk &Schmidt, 2004). McCloskey dan
Bulechek (1999)(dalam Mauk & Schmidt, 2004) menjelaskan
bahwaperawat bertanggung jawab untuk melakukakanhope
instillation, yaitu suatu cara untuk memfasilitasipengembangan hasil
positif dari suatu situasi.Aktifitas tersebut ditujukan untuk membantu
kliendalam menunjukkan bahwa proses penerimaan,menghadapi
suatu situasi secara positif, percayameningkatkan hubungan klien
dengan keluarga,memfasilitasi perawatan diri, menyediakan infor-
masi yang akurat, memberikan pendidikan kesehat-an, dan
menyediakan lingkungan yang menunjangpada proses
penyembuhan. Asuhan keperawatanyang holistik penting diberikan
oleh perawat dalammelakukan asuhan keperawatan pada klien
dengankanker serviks.
kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman spiritualperempuan
dengan kanker serviks diawali sejak dirinyadidiagnosis mengalami
kanker serviks. Berbagai pen-deritaan dialami tidak hanya
disebabkan oleh per-ubahan kondisi fisik dan psikologis, tetapi juga
akibatperubahan sosial dan stigma masyarakat mengenaipenyakit
kanker serviks. Perempuan dengan kankerserviks mencoba
mengembangkan harapan dalamketidakpastian hidupnya. Harapan
yang tumbuh se-iring dengan doa yang mendekatkannya
denganTuhan, dukungan sosial yang diterima serta tujuanhidup
menjadikan dirinya dapat bertahan dalammenjalani kehidupannya
dengan kanker serviks(WK, SW, TN).
referensi
Bradley, S., Rose, S., Lutgendorf, S., Costanzo,E., & Andeson, B.
(2006). Quality of life andmental health incervical canceran
endometrialsurvivor. Gynecologic Oncology, 100 (3), 479-486.Craven,
R.F., & Hirnle, C.J. (2003). Fundamentalof n ursing: Human h ealth a nd
func tion(4th Ed.). Washington: Lippincott Williams &Wilkin.DePalo, R.
(2009). The role of hope and spiritualityon the road ro recovery. The
Exceptional Parent,39 (2), 74-77.Ginzb urg, K. , Wr ensch, M. , Rice, T. ,
F a r r en,G. , & S piegel, D. (2 008). Br ea st ca ncerand psychosocial
factors: Early stressfull lifeevent, social support, and well being. Psycho-
somatic, 49 (5), 407 – 412. Doi: 10. 1176/appi.psy.49.5.407. (ISSN:
0033-3182).
Respon Emosional Penderita Kanker Serviks
Seluruh partisipan dalam penelitian ini mengalamireaksi emosional
dengan diagnosis yang disampaikan.Reaksi ini merupakan bentuk
respon terhadap ke-hilangan yang dialami partisipan.
Awalnya saya tidak terima kenapa saya yangharus mengalami?”
(P4).“Saya tuh kepikir begini ya.. saya sembahyangsering dan ga
pernah melakukan hal yangengga-engga kok saya dikasih penyakit
sepertiini...” (P5).“Saya sama sekali tidak kaget...saya cumaberpikir
oh ini toh penyakit kanker yang orang-orang bilang, sudah gitu aja.”
(P6

Anda mungkin juga menyukai