Anda di halaman 1dari 3

Regulasi dan Undang-Undang Energi dan Mineral

Civil Law vs Common Law


Wira Novita – 101216043 – GL 2

Di dunia terdapat dua sistem hukum yiatu Civil Law dan Common Law yang memiliki
sistem hukum yang berbeda. Civil Law atau yang dikenal dengan Eropa Kontinental berbasis
pada sumber hukum yang berasal dari kodifikasi hukum tertulis. Menurut John Henry (1985)
terdapat 3 sumber hukum pada negara yang memiliki sistem civil law, yaitu undang-undang
(statuate), peraturan turunan (regulation), dan kebiasan-kebiasaan yang tidak bertentangan
dengan hukum (custom). Putusan hakim pada negara dengan sistem civil law seringkali
dianggap bukan suatu hukum. Sedangkan Common Law atau sistem hukum Anglo-Saxon
menggunakan putusan hakim sebagai basis hukum (Dainow, 1966). Putusan hakim bersifat
sangat penting dikarenakan tidak adanya undang-undang yang memuat peraturan, sehingga
hakim dan pengadilan berperan penting membentuk hukum disuatu negara seperti Amerika
Serikat dan Inggris.

Pada dasarnya Negara Indonesia menganut sistem hukum yang berasal dari daratan
Eropa (Eropa Kontinental) atua yang dikenal dengan civil law, namun seiring dengan
perkembangan masyarakat sistem hukum common law juga dipergunakan sehingga hakim
dapat menemukan hukum untuk suatu persoalan baru yang belum ditentukan dalam suatu
peraturan. Terapan sistem hukum common law terdapat dalam beberapa bidang, seperti bidang
energi yaitu migas dan juga pertambangan.

Salah satu contoh dalam aspek bidang energi adalah migas. Pada Juli 2019 silam,
terdapat kritik atas Keputusan Perpanjangan Pengelolaan Blok Corridor di Sumatera Selatan.
Sebelumnya, pemegang participating interest sebagai operator, ConocoPhilips akan berakhir
pada Desember 2023. Namun, kontrak tersebut akan diperpanjang hingga tahun 2043 sesuai
dengan keputusan Menteri ESDM Ignasius Jonan. Keputusan tersebut diambil berdasarkan
Permen ESDM No.23 Tahun 2018 tentang “pengelolaan wilayah kerja minyak dan gas bumi
yang akan berakhir kontrak kerja samanya”. Permen ESDM No.23 Tahun 2018 tersebut
bertentangan dengan beberapa putusan MK, Permen, dan juga UUD 1945, seperti Putusan MK
No.36/PUU-X/2012 tentang wilayah kerja (WK) migas hanya boleh dikelola BUMN sebagai
wujud penguaasan negara. Putusan MK tersebut sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 dimana
negara melalui Pemerintah dan DPR, berkuasa untuk membuat kebijakan, mengurus,
mengatur, mengelola, dan mengawasi sumber daya alam milik negara. Tidak hanya itu,
Permen ESDM No.23 Tahun 2018 juga bertentanga dengan UU No. 30 Tahun 2007 tentang
Energi, dimana Pasal 2 UU Energi menyatakan energi dikelola berdasarkan asas kemanfaatan,
berkeadilan, berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.

Kemudian Pasal 4 UU Energi menyatakan, dalam rangka mendukung pembangunan


nasional berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka sumber daya
energi fosil, panas bumi, hidor skala besar, dan sumber energi nuklir dikuasai negara dan
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sehingga, Permen ESDM No. 23
Tahun 2018 yang menjadi dasar hukum tindakan KESDM saat ini telah dibatalkan Mahkamah
Agung pada November 2018 yang diduga hanya akan merugikan negara Indonesia dam
menguntungkan kontraktor asing yang akan menjadi tempat korupsi.

Menurut saya, Permen ESDM No. 23 Tahun 2018 yang telah dibatalkan oleh MK
merupakan sistem hukum common law. Sedangkan Putusan MK No.36/PUU-X/2012, UU No.
30 Tahun 2007 Pasal 2 dan 4 termasuk dalam sistem hukum civil law.

Referensi

John Henry Merryman, 1985, The Civil Law Tradition: An Introduction To The Legal System
Of Western Europe And Latin Ame\rica 2nd Ed., Stanford University Press, California,
hlm. 23

Joeph Daniow, 1966, The American Journal of Comparative Law, Volume 15, Issue 3, Summer
1966, Pages 419–435, https://doi.org/10.2307/838275

Peraturan Menteri ESDM No.23 Tahun 2018 tentang pengelolaan wilayah kerja minyak dan
gas bumi yang akan berakhir kontrak kerja samanya

Putusan Mahkamah Konstitusi No.36/PUU-X/2012 tentang wilayah kerja (WK) migas hanya
boleh dikelola BUMN sebagai wujud penguaasan negara

Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 dimana negara melalui Pemerintah dan DPR, berkuasa
untuk membuat kebijakan, mengurus, mengatur, mengelola, dan mengawasi sumber
daya alam milik negara

UU No. 30 Tahun 2007 Pasal 2 tentang energi dikelola berdasarkan asas kemanfaatan,
berkeadilan, berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan
hidup, ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan
nasional.

UU No. 30 Tahun 2007 Pasal 4 tentang dalam rangka mendukung pembangunan nasional
berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka sumber daya energi
fosil, panas bumi, hidor skala besar, dan sumber energi nuklir dikuasai negara dan
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d380b6b5c962/ada-kritik-atas-keputusan-
perpanjangan-pengelolaan-blok-corridor, diakses 1 september 2019.

Anda mungkin juga menyukai