Anda di halaman 1dari 113

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Implementasi Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Simpang
Limun Medan Tahun 2018

Simanjuntak, Ribka
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11185
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS
SIMPANG LIMUN MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK
NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI
PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS
SIMPANG LIMUN MEDAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK
NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah
benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam
masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas
Simpang Limun Medan Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Ribka Simanjuntak
Nomor Induk Mahasiswa : 141000501
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

Ketua

Tanggal Lulus : 5 November 2018

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 5 November 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nst. S.K.M., M.P.H.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Abstrak

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara


menyeluruh. Salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus
ditingkatkan kinerjanya di Puskesmas Simpang Limun adalah pelayanan promosi
kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi program promosi keehatan di Puskesmas Simpang
Limun. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan
pendekatan explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
petugas kesehatan di Puskesmas Simpang Limun sebanyak 30 orang. Sampel
dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh populasi sebanyak 30 orang.
Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan terhadap implementasi
program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun adalah sumber daya,
sikap, dan komunikasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap implementasi
program promosi adalah sumber daya (p=0,046) dan sikap (p=0,11). Diharapkan
kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan upaya-upaya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia terutama petugasl promosi
kesehatan yang ada dengan melakukan bimbingan teknis program promosi
kesehatan, kepada petugas kesehatan Puskesmas Sentosa Simpang Limun agar
memberikan komitmen untuk meningkatkan program promosi kesehatan melalui
peningkatan kualitas sumber daya yang ada, yaitu sarana dan prasana serta media
komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
Kata Kunci: Implementasi, Promosi kesehatan

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Abstract

Health promotion is an effort to increase health as a whole. One of the effort of


local government clinic duty health that must be increased in Puskesmas Simpang
Limun is health promotion service. The purpose of this research was to find out
the elements which influenced the implementation of health promotion
programme in Puskesmas Simpang Limun. This research was survey research
with explanatory research approach. The population of this research was an the
health official in Puskesmas Simpang Limun numbered 30 persons. The sample of
this research was all the number of population namely 30 persons. The data was
collected by using interview and questionnaire. The data was analyzed by using
double logistic regression test. The result of the research show that the variable
which had relation with the implementation of health promotion programme in
Puskesmas Simpang Limun were resources, disposition, and communication. The
most influenced variable against it was resources (p=0,46) and disposition
(p=0,11). It was expected to the Health Departemen of Medan to carry out the
effort of increasing the knowledgement and human resources skill, especially the
official of health promotion by giving technical leadership of health promotion
programme to the health official in Puskesmas Simpang Limun, so That it could
give connitmet to increase the health promotion programme through increasing
the quality of the exist resources, namely infrastructure and communication
media, which was used in doing the health promotion.
Key words: Implementation, Health Promotion

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi Kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun Kota Medan Tahun 2018”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing

sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Putri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran-

saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama

penulis menjalani pendidikan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh Staf yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Simpang Limun dan seluruh staf terkhusus Ibu Ratna

Silaban dan yang telah banyak membantu penulis.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Warison Simanjuntak

dan Ibu Deliana br. Manullang serta kedua saudara penulis Yoel Sapto

Saver Simanjuntak dan Natanael Simanjuntak yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat, dan doa kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Isi

Halaman
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i
Halaman Pengesahaan ii
Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah xiii
Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9
Promosi Kesehatan 9
Pengertian dan sasaran pomosi kesehatan 9
Peluang dan strategi pomosi kesehatan 10
Kegiatan upaya pelayanan pomosi kesehatan 12
Indikator keberhasilan program puskesmas 14
PHBS tatanan rumah tangga 17
Puskesmas 19
Definisi dan tujuan puskesmas 19
Visi dan misi puskesmas 20
Fungsi puskesmas 21
Tenaga kesehatan 22
Upaya penyelenggaraan kesehatan 23
Landasan Teori Implementasi 26
Tahap-tahap implementasi 27
Faktor yang memengaruhi implementasi 27
Kerangka Konsep 32
Hipotesis Penelitian 33

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian 34
Jenis Penelitian 34
Lokasi dan Waktu Penelitian 34
Populasi dan Sampel 34
Definisi Operasional 34
Metode Pengumpulan Data 35
Uji Validitas dan Reliabilitas 35
Uji validitas 36
Uji reliabilitas 37
Metode Pengukuran 38
Metode Analisis Data 39

Hasil Penelitian 41
Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun 41
Profil Puskesmas Simpanng Limun 41
Data geografis dan demografis 41
Gambaran Umum Responden 42
Analisis Univariat 43
Analisis Bivariat 44
Hubungan sumber daya terhadap implementasi program
promosi kesehatan 44
Hubungan sikap terhadap implementasi program promosi
kesehatan 45
Hubungan komunikasi terhadap implementasi program
promosi kesehatan 46
Hubungan struktur birokrasi terhadap implementasi
program promosi kesehatan 47
Ringkasan hasil uji bivariat 48
Analisis Multivariat 48

Pembahasan 51
Implementasi Program Promosi Kesehatan 51
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program
Promosi Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan 54
Pengaruh variabel sumber daya terhadap implementasi
program promosi kesehatan 54
Pengaruh variabel sikap terhadap implementasi program
promosi kesehatan 56
Pengaruh variabel komunikasi terhadap implementasi
program promosi kesehatan 59
Pengaruh variabel struktur birokrasi terhadap
implementasi program promosi kesehatan 61

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran 63
Kesimpulan 63
Saran 63

Daftar Pustaka 65
Daftar Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan 13

2 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber Daya 36

3 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap 37

4 Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi 37

5 Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi 37

6 Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel (Sumber Daya, Sikap,


Komunikasi, Struktur Birokrasi) 38

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan 42

8 Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir 43

9 Distribusi Frekuensi Variabel Sumber Daya, Sikap,


Komunikasi, Struktur Birokrasi, dan Implementasi Program
Promosi Kesehatan 44

10 Tabel Hubungan Sumber Daya dengan Implementasi Program


Promosi Kesehatan 45

11 Tabel Hubungan Sikap dengan Implementasi Program Promosi


Kesehatan 46

12 Tabel Hubungan Komunikasi dengan Implementasi Program


Promosi Kesehatan 47

13 Tabel Hubungan Struktur Birokrasi dengan Implementasi


Program Promosi Kesehatan 48

14 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel


Terikat 48

15 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda 49

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Model Faktor Implementasi Kebijakan Menurut Edward III 32

2 Kerangka Konsep 33

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 67

2 Metode Pengukuran Variabel Bebas 74

3 Master Data Penelitian 77

4 Output Uji Validias dan Reliabilitas 79

5 Output Hasil Uji Statistik 83

6 Dokumentasi Penelitian 91

7 Surat Permohonan Izin Penelitian 93

8 Surat Izin Penelitian 94

9 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian 96

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Istilah

CBIA Cara Belajar Insan Aktif


CSR Corporate Social Responsibility
Depkes Departemen Kesehatan
HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency
Syndrome
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut
IVA Inspeksi Visual Asam Asetat
IMS Infeksi Menular Seksual
KB Keluarga Berencana
KEK Kurang Energi Kronik
Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PJB Pemeriksaan Jentik Berkala
PKRS Promosi Kesehatan Rumah Sakit
PMBA Pemberian Makanan Bayi dan Anak
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
Permenkes RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP Upaya Kesehatan Perorangan
UU Undang-Undang
3M Menguras, Mengubur, Menutup

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Riwayat Hidup

Penulis bernama Ribka Simanjuntak berumur 21 tahun, dilahirkan di

Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1997 di Jakarta. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Warison

Simanjuntak dan Ibu Deliana br. Manullang.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 068344 Medan pada

tahun 2002-2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 31 Medan pada

tahun 2008-2011, pendidikan menengah atas di SMA Swasta Katolik Budi Murni

2 Medan pada tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan

demikian, Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Oleh karena itu, dilakukan pembangunan kesehatan untuk menigkatkan derajat

kesehatan setinggi-tingginya di wilayah Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan salah

satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Menurut Green (1984), promosi

kesehatan adalah segala bentuk kombinasi antara pendidikan kesehatan dan

intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang

untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi

kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan

upaya untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh bukan hanya

perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan (Notoatmodjo, 2012).

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu dari

upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

pelayanan promosi kesehatan. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya

Puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, individu sehat, keluarga

(rumah tangga) dan masyarakat, agar (1) pasien dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu sehat, keluarga dan

masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-

masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat, melalui (3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka,

sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah

pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari

masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak

bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS

adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat

mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011)

PHBS harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat karena

pada hakikatnya setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu

interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau pengganggu lainnya (agent)

dan lingkungan (environment). Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di Rumah

Tangga dapat diukur melalui 10 indikator sebagai berikut: (1) Persalinan ditolong

oleh tenaga kesehatan, (2) Memberi bayi ASI Ekslusif, (3) Menimbang balita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

setiap bulan, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, (6) Menggunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik di rumah

seminggu sekali, (8) Makan sayur dan buah setiap hari, (9) Melakukan aktivitas

fisik setiap hari, (10) Tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2016).

Pada PHBS tahun 2013 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10

indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa

balita terdiri dari 7 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah tujuh. Penilaian

PHBS rumah tangga baik diukur dengan batasan yang sama dengan penilaian

rumah tangga PHBS tahun 2007. Kriteria rumah tangga dengan PHBS baik adalah

rumah tangga yang memenuhi indikator baik, sebesar 6 indikator atau lebih untuk

rumah tangga yang punya balita dan 5 indikator atau lebih untuk rumah tangga

yang tidak mempunyai balita (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014, target cakupan

PHBS Rumah Tangga ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian

Kesehatan RI sebesar 70 % (Kemenkes RI, 2011). Namun hasil Riskesdas 2013

menunjukkan bahwa proporsi nasional PHBS Rumah Tangga baik hanya 32,3 %.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016,

jumlah rumah tangga yang ber-PHBS cenderung fluktuatif, bila dilihat dari

pencapaian tahun 2015 mengalami penurunan 2,51% dari tahun 2014. Namun

pada tahun 2016 kemudian mengalami peningkatan kembali sebesar 2,71%. Pada

tahun 2015, dari 3.307.289 jumlah RT, hanya 1.197.669 RT yang dipantau dan

RT yang ber-PHBS sebanyak 607.901 RT (50,75%). Kemudian, pada tahun 2016,

dari 3.295.701 jumlah RT, hanya 1.423.092 yang dipantau, dan RT yang ber-

PHBS sebanyak 760.826 RT (53,46%). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

menunjukkan dari 511.511 jumlah rumah tangga yang ada di kota Medan,

dipantau sebanyak 122.380 rumah tangga dan diketahui 46.901 rumah tangga

(38,2%) diantaranya berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Simpang Limun, persentase

rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2017, menurut

keluharan dan pustu, Kelurahan Sudirejo I memiliki 4.757 jumlah rumah tangga,

yang dipantau 1.200 rumah tangga dan sebanyak 615 rumah tangga (51,3%) ber-

PHBS, Kelurahan Sudirejo II memiliki 1.863, yang dipantau 920 rumah tangga

dan sebanyak 450 rumah tangga (48,9%) ber-PHBS, Kelurahan Sitirejo I memiliki

2.754 rumah tangga, yang dipantau 1.005 rumah tangga dan sebanyak 550 rumah

tangga (54,7%) ber-PHBS. Secara keseluruhan, dari 9.347 rumah tangga, ada

3.125 rumah tangga yang dipantau dan sebanyak 1.615 rumah tangga (51,7%)

yang ber-PHBS.

Puskesmas Simpang Limun merupakan salah satu dari 39 Puskesmas yang

ada di Kota Medan dengan wilayah kerja terdiri dari 3 wilayah kelurahan dan

jumlah penduduk sebanyak 29.498 jiwa. Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas

Simpang Limun mengingat Puskesmas ini terletak di pusat kota yakni berada di

Kecamatan Medan Kota dan memiliki jumlah kepadatan penduduk yang cukup

tinggi serta mayoritas penduduknya bekerja di sektor swasta dan pedagang. Serta

memiliki trend penyakit tertinggi diwilayah kerjanya, seperti penyakit ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Akut), penyakit maag, hipertensi, penyakit, diabetes

mellitus, dan sebagainya yang merupakan beberapa penyakit yang disebabkan

oleh perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat (tidak PHBS). Apabila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

dibandingkan dengan Puskesmas Teladan yang merupakan sesama bagian dari

Kecamatan Medan Kota yang memiliki cakupan PHBS sebesar 92,5%, sudah

seharusnya bagi Puskesmas Simpang Limun bekerja dengan optimal untuk

menyaingi capaian tersebut.

Berdasarkan data yang didapatkan, Puskesmas Simpang Limun Medan

belum memenuhi target pencapaian cakupan rumah tangga ber-PHBS

sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian

Kesehatan 2015-2019 yaitu target rumah tangga ber-PHBS nasional yaitu sebesar

80%. Dengan tidak mencapai target nasional, hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan promosi kesehatan oleh Puskesmas Simpang Limun belum berhasil

dilakukan dengan maksimal yangmana untuk melihat keberhasilan program

promosi kesehatan dapat dilihat dari cakupan PHBS-nya.

Upaya promosi kesehatan melalui berbagai kegiatan baik di dalam gedung

maupun di luar gedung telah dilakukan di Puskesmas Simpang Limun diantaranya

penyuluhan PHBS (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi sarana kesehatan,

institusi tempat-tempat umum), penyuluhan penyakit tidak menular, penyuluhan

Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), penyuluhan ASI Ekslusif, kunjungan rumah (bumil, gizi buruk,

Tuberkulosis mangkir) namun belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan, Puskesmas Simpang

Limun memiliki kendala-kendala yang dihadapi, yakni tidak memiliki

kelengkapan alat untuk mendukung kegiatan penyuluhan misalnya in focus,

flipcharts dan stands, portable generator, dan alat peraga. Kemudian, kepala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

lingkungan dan kader tidak hadir ketika melaksanakan kegiatan penyuluhan

kesehatan. Tanpa kehadiran dan bantuan kepala lingkungan dan kader, masyarakat

tidak mau menerima kedatangan petugas Puskesmas yang turun ke lapangan.

Ditambah lagi, masyarakat tidak terinformasi sewaktu kegiatan penyuluhan akan

dilaksanakan, sehingga ketika melihat ke lapangan hanya sedikit masyarakat yang

menghadiri penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas. Kegiatan-kegiatan tidak

berjalan sesuai dengan jadwal rencana kegiatan yang telah ditetapkan karena

petugas yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan mendahulukan

kepentingan pribadinya, cuaca, dan keterlambatan dana yang dikirim untuk

melakukan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan,.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bintang Gumilang

(2015) tentang analisis faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan Promosi

Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Universitas Airlangga

menunjukkan kualifikasi sumber daya sudah memenuhi syarat namun perlu

penambahan kuantitas. Komunikasi unit PKRS dengan unit pelaksana belum

memiliki pola yang sistematis. Unit PKRS belum memiliki unit keorganisasian

yang lengkap. Monitoring dan evaluasi belum didukung sistem sehingga belum

terlaksana.

Berkenaan dengan pentingnya peranan promosi kesehatan dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui faktor-faktor implementasi program promosi kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu faktor-faktor apa sajakah yang

memengaruhi implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur birokrasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

5. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah

Daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam mendukung fungsi utama puskesmas untuk

mewujudkan pembangunan kesehatan.

3. Bagi Puskesmas Simpang Limun

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas

Simpang Limun dalam upaya peningkatan pelayanan promosi kesehatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah

wawasan ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan serta

menjadii bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Promosi Kesehatan

Pengertian dan sasaran promosi kesehatan. Promosi kesehatan

merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat agar dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan atau

memandirikaan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian

informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi

juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat (Maulana,

2009).

Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk

meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam mempercepat

kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan, mencegah

masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, serta

didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat tiga (3) jenis sasaran,

yaitu:

Sasaran primer. Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan yaitu

masyarakat. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat

dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

untuk masalah kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan

terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

Sasaran sekunder. Sasaran sekunder adalah para tokoh masyarakat, tokoh

agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan

memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk

selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di sekitarnya.

Sasaran tersier. Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tertier

promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Peluang dan strategi promosi kesehatan. Menurut Hartono (2010)

banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan oleh

puskesmas. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut :

Di dalam gedung. Di dalam gedung puskesmas, promosi kesehatan

dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan puskesmas. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa di dalam gedung terdapat peluang-peluang :

1. Promosi kesehatan di tempat pendaftaran, yaitu di tempat pasien/klien harus

melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Promosi kesehatan dalam pelayanan medis di poliklinik, di pelayanan KIA &

KB, dan di ruang perawatan (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

3. Promosi Kesehatan dalam pelayanan penunjang medis, yaitu di kamar

obat/apotik dan di laboratorium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

4. Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik

sanitasi.

5. Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yaitu di ruang di mana

pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap,

sebelum meninggalkan puskesmas (untuk puskesmas dengan tempat

perawatan).

6. Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, yaitu di tempat parkir, halaman,

dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.

Di masyarakat (di luar gedung). Banyak tatanan di mana puskesmas

dapat melakukan promosi kesehatan di masyarakat, yakni :

1. Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks-

kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun Warga dan lain-

lain.

2. Tatanan sarana pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pondok

pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.

3. Tatanan tempat kerja, yaitu di pabrik-pabrik, kantor-kantor, koperasikoperasi,

himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan lainlain.

4. Tatanan tempat umum, yaitu di terminal, stasiun, dermaga/pelabuhan, pasar,

restauran, penginapan dan ;ain-lain (Hartono, 2010).

Strategi dasar utama promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat

yang didukung oleh bina suasana dan advokasi serta dijiwai semangat kemitraan.

Pemberdayaan. Pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi

pasien/klien, sehingga ia memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya (to facilitate

problem solving), dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Bina suasana. Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan

sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan

panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya.

Advokasi. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak

tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS

baik dari segi materi maupun non materi.

Kemitraan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan dengan

sasarannya dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi.

Kemitraan ini dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan

efektivitas promosi kesehatan, petugas-petugas kesehatan harus bekerjasama

dengan berbagai pihak terkait seperti: kelompok profesi, pemuka agama, LSM,

media massa, dll.

Kegiatan upaya pelayanan promosi kesehatan. Menurut Permenkes No.

75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

melaksanakan upaya kesehatan masyarakat di bidang promosi kesehatan adalah

sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Tabel 1
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan
Pelayanan Penyuluhan Promosi kesehatan di sekolah pendidikan
Promosi dasar
kesehatan Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan
Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan
napza (kesekolah)
Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil
dan menyusui
Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat
tentang perilaku menjaga kebersihan diri
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil, anak balita, anak remaja, dewasa,
lansia (pendekatan siklus kehidupan)
Penyuluhan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang imunisasi
Konseling kesehatan reproduksi pada
kelompok anak remaja
Peningkatan pengetahuan komprehensif
masyarakat tentang pencegahan penularan
HIV-AIDS dan IMS
Peningkatan pengetahuan dan kepedulian
masyarakat tentang penyakit diare, tifoid dan
hepatitis
Edukasi dan konseling Pemberian Makanan
Bayi dan Anak (PMBA) meliputi ASI dan
MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang gizi,
dan balita gizi buruk rawat jalan
Edukasi dan konseling mengenai pola makan,
perilaku makan dan aktifitas fisik bagi anak
usia sekolah
Edukasi dan konseling mengenai pola makan,
perilaku makan bagi bumil KEK/Kurus
Konseling dietetik
Kegiatan Edukasi dan Konseling tentang
Swamedikasi dan Penggunaan Obat
Pemberdaya Memotivasi tokoh masyarakat dalam
-an pembentukan kader kesehatan atau
Masyarakat pembentukan kelompok yang peduli terhadap
kesehatan
Membentuk jejaring dalam pembentukan
PHBS di masyarakat
(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Tabel 1
Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan
Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan
Pemberdaya Penggerakan kelompok masyarakat dalam
-an pemanfaatan Posyandu
Masyarakat Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk
Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA)
Pelatihan Melatih kader kesehatan tentang perawatan
diri dan mempraktikkan PHBS
Melatih kader kesehatan dalam
menyampaikan informasi pada kelompok atau
masyarakat tentang perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS didaerah binaan
Melatih Kader tentang Swamedikasi dan
Penggunaan Obat melalui Metode Cara
Belajar Insan Aktif (CBIA)
Advokasi Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait
dalam praktik PHBS dan penanggulangan
masalah kesehatan tertentu
Advokasi tokoh masyarakat dalam
membentuk kelompok swabantu terkait
perawatan masalah gizi

Indikator keberhasilan promosi kesehatan. Agar pemantauan dan

evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka indikator keberhasilan ini

mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran

(output), dan indikator dampak (outcome).

Indikator masukan (input). Masukan perlu yang diperhatikan adalah yang

berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan dan dana. Oleh karena

itu, indikator masukan ini dapat mencakup :

1. Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana

Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.

2. Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.

3. Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan Puskesmas sesuai dengan standar

tenaga promosi kesehatan Puskesmas.

4. Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan

lainnya yang sudah dilatih.

5. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas sesuai

dengan standar sarana/peralatan promosi kesehatan Puskesmas.

6. Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan

promosi kesehatan di Puskesmas.

Indikator proses. Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan

promosi kesehatan puskesmas yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung

dan promosi kesehatan di masyarakat. Indikator yang digunakan disini meliputi :

1. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga

kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus,

pemasangan poster, dll), yaitu sudah atau belum, dan atau frekuensinya.

2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll), yaitu masih

bagus atau sudah rusak.

3. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di masyarakat (kunjungan rumah

dan pengorganisasian masyarakat), yaitu sudah atau belum.

Indikator keluaran. Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus.

Oleh karena itu, indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan dari

kegiatan, misalnya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

1. Apakah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi

kesehatan ( yaitu pemberdayaan/konseling).

2. Berapa banyak pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan

promosi kesehatan dalam gedung (denah puskesmas, alur

pelayanan,konseling, dll).

3. Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh

Puskesmas.

4. Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas dengan

pengorganisasian masyarakat

Indikator dampak. Indikator dampak mengacu pada tujuan

dilaksanakannya promosi kesehatan Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di

masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai setelah promosi

kesehatan Puskesmas berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.

Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah tangga.

Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga

yang telah memperaktekkan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan komposit dari

sejumlah indikator perilaku. PHBS terdiri dari beratus-ratus tindakan atau

perilaku. Karena keterbatasan sumber daya untuk mengevaluasi, maka perlu

ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitif untuk indikator yang akan

dikompositkan (KEPMENKES No.585 Tahun 2007).

PHBS tatanan rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

adalah sekumpulan perilaku yangdipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang

tidak sehatmenjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah

tangga olehkarena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh

setiap anggotarumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga

sehat berartimampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap

anggota rumahtangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang

kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes, 2007).

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya

penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat

diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat. PHBS di Rumah Tangga

dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu

penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama

pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI

saja sejak lahir sampai usia 6 bulan;

3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes,

kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap

air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari

air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air

hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10

meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang

penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir;

6. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai

sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang

menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman;

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik

Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi,

WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang

dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,

Mengubur, Menutup).

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10

tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama

anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga

umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik

(sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2013)

Puskesmas

Definisi dan tujuan Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah

suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan

kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan

yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas tersebut dilaksanakan untuk

mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan yang harus

diselenggarakan oleh Puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang sesuai

dengan paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,

pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan

(Permenkes RI, 2014).

Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional.

Misi tersebut adalah:

1. mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya

mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di

wilayahkerjanya.

3. mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat.

4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau

oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan

status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi

tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan

dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

6. mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP

lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang

didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

Fungsi Puskesmas. Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas

menyelenggarakan fungsi yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat

(UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan

(UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas juga memiliki wewenang

dalam melaksanakan fungsinya yaitu:

1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan;

4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;

5. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

6. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

7. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

9. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit (Permenkes RI, 2014).

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya

manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis

dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan

analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah

kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga

kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas:

1. dokter atau dokter layanan primer;

2. dokter gigi;

3. perawat;

4. bidan;

5. tenaga kesehatan masyarakat;

6. tenaga kesehatan lingkungan;

7. ahli teknologi laboratorium medik;

8. tenaga gizi; dan

9. tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di

Puskesmas. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar

profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,

menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan

pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin

praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2014).

Upaya penyelenggaraan kesehatan. Puskesmas menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan

tingkat pertama. Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan

berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana

dimaksud meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan (Permenkes RI, 2014).

Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah sebagai berikut:

1. pelayanan promosi kesehatan;

2. pelayanan kesehatan lingkungan;

3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4. pelayanan gizi; dan

5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap

Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal

kabupaten/kota bidang kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat pengembangan

yang dimaksud merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan

intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di

masingmasing Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib meliputi program basic six yang harus diselenggarakan oleh setiap

puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yaitu sebagai

berikut.

1. Upaya promosi kesehatan, meliputi:

a. promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas, dan

b. promosi kesehatan di luar gedung puskesmas

2. Kesehatan lingkungan, meliputi:

a. penyehatan air

b. penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah

c. penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga

d. pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

e. pengamanan tempat pengelolaan pestisida

f. pengendalian vector

3. KIA termasuk keluarga berencana, meliputi:

a. kesehatan ibu

b. kesehatan bayi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

c. upaya kesehatan balita dan anak prasekolah

d. upaya kesehatan anak usia sekolah dan remaja

e. pelayanan keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, meliputi:

a. TB Paru

b. pelayanan imunisasi

c. diare

d. ISPA

6. Upaya pengobatan, meliputi:

a. pengobatan, dan

b. pemeriksaan laboratorium (Satrianegara, 2014).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat

promosi kesehatan (Undang-Undang No.36 Tahun 2009). Promotif (peningkatan

kesehatan) adalah usaha yang ditujukan untuk meningjatkan kesehatan yang

meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan,

pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dan rekreasi sehingga sseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap

suatu masalah kesehatan/penyakit. Preventif (pencegahan penyakit) adalah usaha

yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha

pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara

berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini (Syarifuddin, 2009).

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan

agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap dari proses kebijakan segera

setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas

mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor organisasi,

prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam

upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

Tahap-tahap implementasi kebijakan. Untuk mengefektifkan

implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap

implementasi kebijakan. Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn

mengemukakan bahwa sejumlah tahap implementasi yaitu sebagai berikut:

Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

1. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan

tujuan secara jelas;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2. Menentukan standar pelaksanaan;

3. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu

pelaksanaan.

Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan

struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode;

Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan :

1. Menentukan jadual;

2. Melakukan pemantauan ;

3. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau

pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai, dengan segera.

Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan. Menurut

Winarno ( 2002) yang mengutip pendapat Van Meter dan Horn (1975) ada enam

variabel yang memengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik tersebut,

meliputi:

Ukuran dan tujuan kebijakan. Konsep implementasi kebijakan dapat

diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari

kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana

kebijakan. Ketika ukuran atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan di

level warga maka agak sulit memang untuk merealisasikan kebijakan publik

hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

Sumber daya. Keberhasilan dari implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi, tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya lainnya

yang perlu diperhitungkan juga adalah sumber daya finansial dan sumber daya

waktu.

Karakteristik agen pelaksana. Pusat perhatian pada agen pelaksana

meliputi organisasi formal maupun informal yang akan terlibat

pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja

implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri

yang tepat dan sangat cocok dengan para agen pelaksana.

Sikap dan kecenderungan para petugas. Sikap penerimaan atau

penolakan dari (agen) pelaksana sangat memengaruhi keberhasilan atau tidaknya

kinerja implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena

kebijakan yang dilaksanakan bukan hasil komunikasi warga setempat yang

mengenal betul permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan

implementor laksanakan adalah kebijakan dari atas (top down) yang sangat

mungkin para pengambil keputusannya tidak pernah mengetahui (bahkan tidak

mampu menyentuh) kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana. Koordinasi

merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik.

Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak- pihak yang terlibat dalam

proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil

untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Hal terakhir yang perlu

diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang

ditawarkan oleh Van metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan

eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Lingkungan sosial ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari

kegagalan kinerja implementasi. Karena itu upaya untuk mengimplementasikan

kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.

Berdasarkan pengertian implementasi menurut Winarno (2002) yang

mengutip pendapat George C. Edward III mengemukakan beberapa hal yang

dapat memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

Komunikasi. Faktor komunikasi mempunyai tiga dimensi yaitu dimensi

transmisi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi (consistency).

Dimensi transmisi menghendaki agar kebijakan publik tidak hanya disampaikan

kepada para pelaksana kebijakan (implementers), tetapi juga disampaikan kepada

kelompok sasaran kebijakan dan pihak lain yang berkepentingan, baik langsung

maupun tidak langsung terhadap kebijakan tersebut. Para pelaksana kebijakan

ahrus mengetahui apa yang harus dilakukan agar implementasi kebijakan menjadi

efektif. Keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada

personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah tersebut dapat diikuti.

Komunikasi harus akurat dan dimengerti dengan cermat oleh para pelaksana.

Dimensi kejelasan (clarity) menghendaki agar kebijakan yang

ditransmisikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak-pihak yang

berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

diterima dengan jelas sehingga pihak-pihak tersebut mengetahui maksud, tujuan,

sasaran dan substansi dari kebijakan publik. Petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak

hanya harus dipahami tetapi juga harus jelas. Jika tidak jelas, para pelaksana

kebijakan tidak akan tahu apa yang seharusnya dipersiapkan dan dilaksanakan

agar tujuan kebijakan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Edwards

mengidentifikasikan enam faktor yang mendorong terjadinya ketidakjelasan

komunikasi kebijakan, yaitu: (1) kompleksitas kebijakan publik, (2) keinginan

untuk tidak mengganggu kelompok masyarakat, (3) kurangnya consensus

terhadap tujuan kebijakan, (4) masalah-masalah dalam memulai suatu kebijakan

baru, (5) menghindari pertanggungjawaban kebijakan dan (6) sifat pembuatan

kebijakan pengadilan. Ketidakjelasan pesan komunikasi tidak selalu menghalangi

implementasi karena pada tataran tertentu para pelaksana dapat bersifat fleksibel

dalam melaksanakan kebijakan.

Dimensi ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah

konsistensi. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka

perintahperintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Perintah-perintah yang

saling bertentangan akan menyulitkan para pelaksana kebijakan menjalankan

tugasnya dengan baik walaupun perintah-perintah yang disampaikan kepada para

pelaksana kebijakan tersebut mempunyai unsur kejelasan. Perintah-perintah

pelaksanaan kebijakan yang tidak konsisten juga akan mendorong para pelaksana

mengambil tindakan yang sangat longgar dalam menafsirkan dan

mengimplementasikan kebijakan. Bila ini terjadi, maka akan berakibat pada

ketidakefektifan implementasi kebijakan karena tindakan yang sangat longgar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

besar kemungkinan tidak dapat digunakan untuk melaksanakan tujuan-tujuan

kebijakan.

Sumber daya. Edward III menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh

sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya

finansial. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas

implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya

finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebiajakn.

Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program/kebijakan pemerintah.

Sebab tanpa kehandalan implementor, kebijakan menjadi kurang enerjik dan

berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan, sumber daya finansial menjamin

keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang

memadai, program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan

(Indiahono, 2009).

Disposisi atau Sikap. Edward III memandang disposisi sebagai

kecenderungan, keinginan atau kesepakatan para pelaksana (implementers) untuk

melaksanakan kebijakan. Keberhasilan implementasi kebijakan tidak hanya

ditentukan oleh sejauhmana para pelaku kebijakan mengetahui apa yang harus

dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan para

pelaksana untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Struktur birokrasi. Meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui

apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan dapat jadi masih belum efektif, karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

adanya ketidakefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek-

aspek seperti struktur organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan,

dan hubungan organisasi dengan luar organisasinya.

Communications

Resources

Implementation

Disposition

Bureaucratic structure

Gambar 1. Model faktor penentu implementasi kebijakan menurut Edward III

Kerangka Konsep

Peneliti menerapkan model implementasi kebijakan yang dikembangkan

oleh model George Edward III dengan indikator sumber daya, sikap, komunikasi,

dan struktur birokrasi.

Variabel Bebas Variabel Terikat


(Independen Variable) (Dependen Variable)

Sumber Daya

Sikap Implementasi
program promosi
Komunikasi kesehatan

Struktur Birokrasi

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun

Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan bersifat survei dengan pendekatan explanatory

research agar diketahui dengan jelas faktor-faktor yang memengaruhi

implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Kota

Medan tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan dan

waktu pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2018 sampai dengan

selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh aspek

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan.

Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah kepala Puskesmas Simpang

Limun dan petugas kesehatan yang bertanggung jawab unutk melakukan promosi

kesehatan berjumlah 30 orang.

Sampel. Menurut Sugiyono (2011), ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Sampel dalam penelitian ini

adalah jumlah populasi sama dengan jumlah sampel untuk kepala Puskesmas dan

petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk melakukan promosi kesehatan

sebanyak 30 orang.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Definisi Operasional

Variabel bebas (independen). Definisi operasional variabel bebas dalam

penelitian ini adalah:

1. Sumber daya adalah sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam

implementasi program promosi kesehatan yaitu pengalaman, jumlah dan

kualitas pelaksana sesuai kebutuhan (sumber daya manusia), jumlah anggaran

yang tersedia sesuai kebutuhan (sumber daya dana), sarana dan prasarana

yang tersedia memadai(sumber daya fisik)

2. Sikap adalah meliputi kemauan serta komitmen para petugas menjalankan

pelayanan promosi kesehatan dan pemahaman mengenai kebijakan promosi

kesehatan

3. Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan terhadap

kelompok sasaran (masyarakat) disosialisasikan dengan baik, informasi tepat

dan jelas.

4. Struktur birokrasi adalah hubungan pihak-pihak organisasi yang

berkepentingan dalam implementasi program promosi kesehatan dalam

melakukan pemantauan dan pengawasan yang kontinu.

Variabel terikat (dependen). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

implementasi program promosi kesehatan yakni keberhasilan pelaksanaan

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden

dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

ini adalah data-data yang diperoleh dari profil Puskesmas Simpang Limun.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data

yang merupakan data yang telah valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu

kuesioner. Suatu skala pengukur dikatakan valid apabila skala digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Kriteria dalam pengukuran kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung> rtabel maka pernyataan dinyatakan valid

2. Jika rhitung< rtabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Uji validitas dilakukan pada 30 petugas kesehatan di Puskesmas Pasar

Merah Kecamatan Medan Kota yang mempunyai kriteria yang sama dengan

sampel. Nilai r-tabel untuk sampel pengujian kuesioner adalah sebesar 0,361,

maka dikatakan valid jika nilai r-hitung variabel ≥0,361 (r-tabel) dinyatakan valid

dan nilai r-hitung variabel <0,361 (r-tabel) dinyatakan tidak valid (Siswanto dkk,

2013). Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2
Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber daya
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
S1 0,559 Valid
S2 0,539 Valid
S3 0,691 Valid
S4 0,736 Valid
S5 0,504 Valid
S6 0,588 Valid
S7 0,529 Valid
S8 0,603 Valid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Tabel 3
Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
Sik1 0,546 Valid
Sik2 0,663 Valid
Sik3 0,565 Valid
Sik4 0,707 Valid
Sik5 0,700 Valid
Sik6 0,587 Valid
Sik7 0,686 Valid
Sik8 0,603 Valid
Sik9 0,525 Valid
Sik10 0,670 Valid
Sik11 0,641 Valid
Sik12 0,680 Valid
Sik13 0,532 Valid
Sik14 0,513 Valid
Sik15 0,534 Valid

Tabel 4
Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
K1 0,721 Valid
K2 0,610 Valid
K3 0,602 Valid
K4 0,566 Valid
K5 0,621 Valid
K6 0,584 Valid
K7 0,507 Valid
K8 0,614 Valid

Tabel 5
Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi
Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket
Sb1 0,913 Valid
Sb2 0,756 Valid
Sb3 0,961 Valid

Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dapat diartikan keterpercayaan.

Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen

dikatakan dapat dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

yang relatif konsisten. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran

itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

menggunakan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu

dengan menguji instrument kepada sekelmpok responden pada satu kali

pengukuran. Apabila nilai r-reliabilitas instrument (r-hitung) lebih besar dari r-

tabel, maka instrument tersebut adalah reliabel, dan apabila r-hitung lebih kecil

dari r-tabel maka instrument tersebut tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terlihat nilai r-tabel adalah 0,6. Apabila r-

alpha ≥ 0,6 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, bila nilai r-alpha ≤ 0,6

maka kuesioner dikatakan tidak reliabel (Siswanto dkk, 2013). Hasil uji

reliabilitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Sumber daya, Sikap, Komunikasi dan Struktur
Birokrasi)
Variabel Cronbach Alpha Ket
Sumber daya 0,719 Reliabel
Sikap 0,870 Reliabel
Komunikasi 0,730 Reliabel
Struktur Birokrasi 0,853 Reliabel

Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel bebas (independen variabel). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur

birokrasi. Metode pengukuran variabel bebas dalampenelitian ini dapat dilihat

pada lampiran.

Metode pengukuran variabel terikat (dependen variabel). Variabel

terikat dalam penelitian ini implementasi program promosi kesehatan. Variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

dependen dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persentase keberhasilan

pelaksanaan promosi kesehatan menurut responden, kemudian diambil mean (nilai

rata-rata) sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Berhasil, apabila nilai persentase > mean

2. Tidak berhasil, apabila nilai persentase < mean

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :

Analisis univariat. Untuk menjelaskan variabel independen yaitu nilai

variabel penelitian secara tunggal yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan

struktur birokrasi dengan implementasi program promosi kesehatan yang dibuat

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya

hubungan antara variabel bebas yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan

struktur birokrasi terhadap variabel terikat yaitu implementasi program promosi

kesehatan dengan menggunakan uji chi-square. Bila hasil bivariat menghasilkan

P value < 0,05 maka variabel tersebut langsumg masuk tahap multivariat.

Analisis multivariat. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji

regresi logistik berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan

beberapa variabel independen. Variabel dependen dinyatakan dengan huruf Y,

sedangkan variabel independen dinyatakan dengan huruf X. Hasil uji regresi

logistik berganda akan diperoleh persamaan :

Y = a + a1x1 + . . . . + anxn

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Dimana :

y : Implementasi Program Promosi Kesehatan

a : Koefisien regresi variabel independen

x : Nilai variabel independen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun

Profil Puskesmas Simpang Limun. Puskesmas Simpang Limun adalah

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Medan yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di sebagian wilayah Kecamatan

Medan Kota. Sebagai unit pelaksana teknis, Puskesmas melaksanakan sebagian

tugas Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar

pusat kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014)

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Sistem Kesehatan Nasional

dan sistem kesehatan kabupaten/kota.

Puskesmas Simpang Limun mempunyai jumlah posyandu aktif sebanyak

26 dengan jumlah kader terlatih ditiap kelurahan sebanyak 130 orang dibawah

koordinasi Puskesmas Simpang Limun. Sementara dokter kecil yang telah dididik

dan dilatih oleh petugas Puskesmas sebanyak 76 orang. Puskesmas Simpang

Limun berdasarkan posyandu terbanyak berada di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak

11, kader terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak 55 , dokter kecil terbanyak

di Kelurahan Sudirejo 2 sebanyak 37 jiwa, dokter remaja terbanyak di Kelurahan

Sitirejo 1 sebanyak 99 jiwa dan jumlah UKS terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1

sebanyak 17.

Data geografis dan demografis. Secara geografis, wilayah kerja

Puskesmas Simpang Limun berada di Kecamatan Medan Kota dengan luas

wilayah sebesar 210,69 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun terdiri atas

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

3 kelurahan, yaitu Kelurahan Sudirejo I, Kelurahan Sudirejo II, Kelurahan Sitirejo

I. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun sebagai berikut.

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun

Secara demografis, wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun memiliki

distribusi penduduk berdasarkan keluarahan sebagai berikut.

Tabel 7
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan
Kelurahan Laki-Laki % Perempuan % Jumlah
Penduduk
Sudirejo I 6603 50,2 6538 49,8 13141
Sudirejo II 4385 47,7 4813 52,3 9198
Sitirejo I 3543 49,5 3616 50,5 7159
Total 14531 49,3 14967 50,7 29498

Gambaran Umum Responden


Gambaran umum responden (tenaga kesehatan) di Puskesmas Simpang

Limun terdiri atas distribusi umur dan pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap 30 tenaga kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Kota Medan tahun 2018, maka didapatkan hasil bahwa sebanyak 16

responden (53,3%) berusia ≤ 44 tahun dan sebanyak 14 responden (46,7%)

berusia > 44 tahun. Berdasarkan distribusi pendidikan terakhir, terdapat sebanyak

3 responden (10%) dengan pendidikan terakhir SMA, sebanyak 3 responden

(10%) dengan pendidikan terakhir Diploma I, sebanyak 11 responden (36,7%)

dengan pendidikan terakhir Diploma III, sebanyak 12 responden (40%) dengan

pendidikan terakhir S1, dan sebanyak 1 responden (3,3%) dengan pendidikan

terakhir S2. Distribusi tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 8
Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir
Variabel N %
Umur
≤ 44 tahun 16 53,3
> 44 tahun 14 46,7
Pendidikan terakhir
SMA 3 10,0
Diploma I 3 10,0
Diploma III 11 36,7
S1 12 40,0
S2 1 3,3
Jumlah 30 100,0

Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dalam penelitian ini meliputi,

sumber daya, sikap, komunikasi, struktur birokrasi, serta implementasi program

promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi variabel sumber daya dengan

kategori baik sebanyak 17 responden (56,7%) dan sebanyak 13 reponden (43,3%)

dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel sikap, sebanyak 15

responden (50,0%) dengan kategori baik dan sebanyak 15 responden (50,0%)

dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel komunikasi,

sebanyak 19 responden (63,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 11 responden

(36,7%) dengan kategori kurang baik. Distribusi variabel struktur birokrasi,

sebanyak 20 responden (66,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 10 responden

(33,3%) dengan kategori kurang baik, Berdasarkan distribusi variabel

implementasi program promosi kesehatan, terdapat sebanyak 15 responden

(50,0%) dengan kategori berhasil dan sebanyak 15 responden (50,0%) dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

kategori tidak berhasil.

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Variabel Sumber daya, Sikap, Komunikasi, Struktur
Birokrasi, dan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Variabel n %
Sumber daya
Baik 17 56,7
Kurang Baik 13 43,3
Sikap
Baik 15 50,0
Kurang Baik 15 50,0
Komunikasi
Baik 19 63,3
Kurang Baik 11 36,7
Struktur Birokrasi
Baik 20 66,7
Kurang Baik 10 33,3
Implementasi Program
Berhasil 15 50,0
Tidak Berhasil 15 50,0
Jumlah 30 100,0

Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi

terhadap variabel terikat yaitu implementasi program promosi kesehatan dengan

menggunakan uji chi-square. Bila hasil bivariat menghasilkan P value < 0,05

maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.

Hubungan sumber daya dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden yang

memberikan tanggapan sumber daya baik, sebanyak 13 responden (74,4%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil dan

sebanyak 4 responden (23,6%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 13 responden yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

memberikan tanggapan sumber daya kurang baik, sebanyak 2 responden (15,3%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 11 responden (84,7%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,003

(p<0,25) yang berarti ada hubungan antara sumber daya dengan implementasi

program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10
Tabel Hubungan Sumber Daya dengan Implementasi Program Promosi
Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Sumber Daya Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 74,4 4 23,6 17 100,0 0,003
Kurang Baik 2 15,3 11 84,7 13 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan sikap dengan implementasi program promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 15 responden yang memiliki

sikap baik, sebanyak 13 responden (86,7%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan berhasil dan sebanyak 2 responden

(13,3%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

tidak berhasil sedangkan dari 15 responden yang memiliki sikap kurang baik,

sebanyak 2 responden (13,3%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan berhasil dan sebanyak 13 responden (86,7%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,0001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara sikap dengan implementasi program

promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:

Tabel 11
Tabel Hubungan Sikap dengan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Sikap Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 86,7 2 13,3 15 100,0 0,0001
Kurang Baik 2 13,3 13 86,7 15 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan komunikasi dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden yang

memberikan tanggapan komnikasi baik, sebanyak 13 responden (68,4%) yang

memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil dan

sebanyak 6 responden (31,6%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 11 responden yang

memberikan tanggapan komunikasi kurang baik, sebanyak 2 responden (18,2%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 9 responden (81,8%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,023

(p<0,05) yang berarti ada hubungan antara komunikasi dengan implementasi

program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 12
Tabel Hubungan Komunikasi dengan Implementasi Program Promosi Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Komunikasi Kesehatan Total P Value
Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 13 68,4 6 31,6 19 100,0 0,023
Kurang Baik 2 18,2 9 81,2 11 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Hubungan struktur birokrasi dengan implementasi program promosi

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden yang

memberikan tanggapan struktur birokrasi baik, sebanyak 11 responden (55,0%)

yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan berhasil

dan sebanyak 9 responden (45,0%) yang memberikan tanggapan implementasi

program promosi kesehatan tidak berhasil sedangkan dari 10 responden yang

memberikan tanggapan struktur birokrasi kurang baik, sebanyak 6 responden

(60,0%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

berhasil dan sebanyak 4 responden (40,0%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan tidak berhasil.

Hasil uji statistik menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,699

(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara struktur birokrasi dengan

implementasi program promosi kesehatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 13

berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Tabel 13
Tabel Hubungan Struktur Birokrasi dengan Implementasi Program Promosi
Kesehatan
Implementasi Program Promosi
Struktur Kesehatan Total P Value
Birokrasi Berhasil Tidak Berhasil
N % n % n %
Baik 11 55,0 9 45,0 20 100,0 0,699
Kurang Baik 6 60,0 4 40,0 10 100,0
Total 15 50,0 15 50,0 30 100,0

Ringkasan hasil uji bivariat. Pada tabel 15 dibawah diperoleh hasil

bahwa p value pada variabel struktur birokrasi berada di atas 0,05 yaitu 0,699

sedangkan variabel sumber daya, sikap, dan komunikasi berada dibawah 0,05

yaitu 0,003, 0,0001, dan 0,23. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sumber daya,

sikap, dan komunikasi dapat masuk ke tahap analisis multivariat.

Tabel 14
Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
No. Variabel Bebas Variabel Nilai p Keterangan
Terikat
1. Sumber daya Implementasi 0,003 Ada hubungan
2. Sikap program 0,0001 Ada hubungan
3. Komunikasi promosi 0,023 Ada hubungan
4. Struktur Birokrasi kesehatn 0,699 Tidak ada hubungan

Analisis Multivariat
Hasil uji bivariat diperoleh bahwa variabel sumber daya, sikap,

komunikasi dapat dilanjutkan ke analisis multivariat dengan uji regresi logistik

berganda. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam

menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap implementasi program

promosi kesehatan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Uji regresi

logistik berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Medan. Dalam uji ini, variabel struktur birokrasi tidak dilanjutkan ke analisis

multivariat karena berdasarkan hasil uji bivariat variabel tersebut memiliki nilai

p>0,05. Hasil uji multivariat secara rinci dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini:

Tabel 15
Hasil Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel B Nilai p Exp (B)
Sumber daya 2,637 0,042 13,977
Sikap 3,550 0,005 34,797
Komunikasi 1,178 0,365 3,248
Konstanta -9,526 0,004 0,0001

Berdasarkan hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda didapatkan bahwa variabel sumber daya (p=0,042) dan sikap

(p=0,005) memiliki pengaruh terhadap implementasi program promosi kesehatan.

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diuji terdapat 1

variabel yang mempunyai nilai p>0,05 yaitu komunikasi (p=0,365) yang artinya

tidak ada pengaruh antara komunikasi terhadap implementasi program promosi

kesehatan.

Variabel yang berpengaruh terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas adalah variabel sikap karena memiliki nilai Exp (B) yang

terbesar. Variabel sikap memiliki nilai Exp (B) sebesar 34,797 artinya tenaga

kesehatan yang mempunyai sikap yang baik 34,7 kali lebih besar akan

berpengaruh dalam implementasi program promosi kesehatan dibandingkan

tenaga kesehatan yang memiliki sikap yang kurang baik. Variabel sumber daya

mempunyai nilai Exp (B) sebesar 13,977 artinya Puskesmas yang mempunyai

sumber daya yang baik 13,9 kali lebih besar akan berpengaruh dalam

implementasi program promosi kesehatan dibandingkan dengan Puskesmas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

dengan sumber daya yang kurang baik. Secara keseluruhan dijelaskan bahwa nilai

Overal Percentage sebesar 86,7%, artinya variabel sikap dan sumber daya dapat

memberikan pengaruh sebesar 86,7 terhadap keberhasilan implementasi program

promosi kesehatan di puskesmas.

Model persamaan regresi yang terbentuk adalah :

Y = -9,526 (konstanta) + 3,550 (X1) + 2,637 (X2)

y = Implementasi program promosi kesehatan

X1 = Sikap

X2 = Sumber daya

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dideskripsikan yaitu semakin

baik (positif) sikap petugas, maka variabel impelementasi program promosi

kesehatan akan naik sebesar 3,550 kali. Semakin baik (memadai) sumber daya,

maka variabel implementasi prograam promosi kesehatan akan naik sebesar 2,637

kali. Apabila variabel sikap dan sumber daya tidak diperbaiki atau ditingkatkan,

maka variabel implementasi program promosi kesehatan akan turun sebesar 9,526

kali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik

berganda menjelaskan pengaruh sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur

birokrasi terhadap implementasi program promosi kesehatan menunjukkan bahwa

variabel sumber daya dan sikap memiliki pengaruh terhadap program promosi

kesehatan, sedangkan variabel komunikasi dan struktur birokrasi tidak memilliki

pengaruh terhadap implementasi program promosi kesehatan.

Implementasi Program Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan

masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses

pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan

pemberian informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan

kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di

masyarakat (Maulana, 2009). Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya

puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam

mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan,

mencegah masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber

daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka,

serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Secara operasional, upaya promosi kesehatan di Puskesmas dilakukan agar

masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk

pemecahan masalah-massalah kesehatan yang dihadapinya (Kepmenkes No 585

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tahun 2007). Oleh sebab itu, keberhasilan program promosi kesehatan dilihat dari

cakupan PHBS Puskesmas. Berdasarkan data yang didapatkan, Puskesmas

Simpang Limun Medan belum memenuhi target pencapaian cakupan rumah

tangga ber-PHBS sebesar 51,7% sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana

Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan 2015-2019 yaitu target rumah tangga

ber-PHBS nasional yaitu sebesar 80%.

Variabel dependen dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persentase

keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan menurut responden, kemudian

diambil mean (nilai rata-rata) sehingga dapat dikategorikan berhasil dan tidak

berhasil. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dari 30 responden

diperoleh sebanyak 15 responden (50,0%) yang memberikan tanggapan

implementasi program promosi kesehatan berhasil sedangkan 15 responden

(50,0%) yang memberikan tanggapan implementasi program promosi kesehatan

tidak berhasil.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan dengan

melihat langsung promosi kesehatan di dalam gedung dan di luar gedung oleh

Puskesmas Simpang Limun diperoleh informasi bahwa promosi kesehatan baik di

dalam gedung dan di luar sudah terlaksana dengan baik namun belum optimal

terlihat dari kurangnya media komunikasi promosi kesehatan di dalam gedung

Puskesmas yakni di ruang-ruang seperti ruang pendafataran, ruang pengobatan,

ruang KIA/KB, serta dalam melakukan penyuluhan di luar gedung terlihat

sedikitnya kelompok sasaran yang hadir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, promosi kesehatan di

Puskesmas Simpang Limun baik di luar gedung maupun di dalam gedung belum

menunjukkan hasil yang optimal dikarenakan kurangnya kemampuan peugas

dalam memberikan inovasi-inovasi yang baru dalam pelaksanaan promosi

kesehatan sehingga tidak dapat meningkatkan keberhasilan implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas. Sebagian responden menganggap petugas

promosi kesehatan kurang memiliki motivasi serta komitmen dalam menjalankan

tugasnya melaksanakan promosi kesehatan dikarenakan petugas promosi

kesehatan memiliki tugas rangkap yang diperintahkan oleh pimpinan. Media

promosi yang belum lengkap dalam pelaksanaan promosi kesehatan menjadi

salah satu alasan sebagian responden sebagai penghambat keberhasilan

pelaksanaan promosi kesehatan oleh Puskesmas serta penyuluhan kesehatan yang

dilakukan tidak menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Selain itu,

responden mengungkapkan bahwa dari sisi sosial-ekonomi masyarakat yang

menengah ke bawah sehingga kurang memiliki kemampuan untuk mengerti

materi promosi kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa belum tercapainya implementasi yang

opimal karena kurangnya kemauan petugas dalam memaksimalkan pelaksanaan

promosi kesehatan di Puskesmas, tidak secara keseluruhan masyarakat sebagai

kelompok sasaran mendapat informasi perihal kegiatan promosi kesehatan,

kurangnya dukungan serta ketegasan dari pimpinan terhadap proses pelaksanaan

promosi kesehatan yang dijalankan petugas, serta kurangnya kelengkapan alat dan

media dalam penyampaian informasi terkait kegiatan promosi kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi

Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sumber daya, sikap,

komunikasi, dan struktur birokrasi. Adapun variabel independen yang mempunyai

pengaruh dalam implementasi program promosi kesehatan adalah variabel sumber

daya (p=0,042) dan sikap (p=0,005), sedangkan variabel komunikasi (p=0,365)

serta struktur birokrasi (p=0,699) tidak mempunyai pengaruh terhadap

implementasi program promosi kesehatan.

Pengaruh variabel sumber daya terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Hasil analisis

multivariat dengan menggunakan analisis statistik regeresi logistik berganda

diperoleh p value=0,042 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh antara sumber daya

terhadap implementasi program promosi kesehatan. Variabel sumber daya

mempunyai nilai Exp (B) sebesar 13,977 artinya Puskesmas yang mempunyai

sumber daya yang baik atau memadai mempunyai peluang 13,9 kali lebih besar

untuk memengaruhi implementasi program promosi kesehatan dibandingkan

dengan Puskesmas dengan sumber daya yang kurang baik.

Faktor sumber daya yang diteliti dalam implementasi program promosi

kesehatan meliputi tenaga pelaksana, sarana dan prasarana dan dana. Berdasarkan

hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas responden memberikan

tanggapan bahwa sumber daya di Puskesmas sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari

uraian responden tentang sumber daya di Puskesmas, sebagian responden merasa

tenaga pelaksana untuk melaksanakan promosi kesehatan sudah cukup dan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

kualitas tenaga pelaksana yang cukup baik. Diketahui juga bahwa dana untuk

pelaksanaan promosi kesehatan cukup dan tidak ada kendala dalam pencairan

dana. Namun, di sisi lain, sebagian responden memberikan tanggapan bahwa

kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan promosi

kesehatan. Hal ini menunjukkan sarana dan prasarana yang kurang lengkap

menjadi faktor penghambat dalam implementasi program promosi kesehatan.

Sarana promosi kesehatan merupakan peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi kesehatan untuk mempermudah penerimaan pesan-

pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Sarana/peralatan promosi kesehatan

yang minimal harus ada di puskesmas adalah flipcharts dan stands, Over Head

Projector (OHP), amplifier dan wireless microphone, kamera foto, megaphone,

portable generator, tape cassette recorder dan papan informasi (Depkes, 2007).

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian di lapangan

diketahui bahwa sumber daya yang masih kurang lengkap dalam pelaksanaan

promosi kesehatan membuat kurang maksimalnya penyampaian informasi dalam

melaksanakan promosi kesehatan sehingga tidak tercapainya target dari promosi

kesehatan itu sendiri. Semakin baik atau lengkap sumber daya di Puskesmas akan

semakin berhasil pula implementasi promosi kesehatan.

Menurut Winarno (2002) yang menyebutkan bahwa sumber daya memiliki

peranan penting dalam keberhasilan implementasi. Bagaimanapun jelas dan

konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun

akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, jika para

pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di

sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya

manusia, anggaran, fasilitas, serta waktu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ardiyansyah (2013) yang menunjukkan bahwa sarana prasarana penunjang dalam

implementasi kebijakan program promosi kesehatan penanggulangan gizi buruk di

Kotamadya Surabaya masih sangat kurang sehingga mengakibatkan implementasi

kebijakan tidak bisa menjadi optimal. Dengan demikian penelitian ini mendukung

konsep Edward III bahwa keberhasilan implementasi kebijakan sangat ditentukan

oleh faktor sumber daya.

Upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan implementasi

program promosi kesehatan adalah menjalin dan membangun kemitraan yang

saling menguntungkan dengan sektor swasta terutamanya dalam bentuk

implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemenuhan sarana

dan prasarana fisik program promosi kesehatan di Puskesmas.

Pengaruh variabel sikap terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Hasil analisis multivariat

dengan menggunakan analisis statistik regresi logistik berganda diperoleh p

value=0,005 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh antara sikap terhadap

implementasi program promosi kesehatan. Variabel sikap mempunyai nilai Exp

(B) sebesar 34,797 artinya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap yang baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

atau positif mempunyai peluang 34,7 kali lebih besar untuk memengaruhi

implementasi program promosi kesehatan dibandingkan tenaga kesehatan yang

memiliki sikap yang kurang baik.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam

implementasi kebijakan. Apabila pelaksana memiliki sikap yang baik maka dia

akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka

implementasi tidak akan terlaksana dengan baik. Penerimaan implementor

terhadap kebijakan juga memengaruhi keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan.

Oleh karena itu diperlukan penerimaan yang baik dari pelaksana kebijakan dan

mereka juga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai tanggung jawab

yang dimiliki.

Dalam hal ini berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Sikap dalam organisasi publik Puskesmas

Simpang Limun adalah adanya sikap dukungan, pengetahuan, komitmen, dan

motivasi yang diberikan oleh petugas Puskesmas dalam melaksanakan promosi

kesehatan di Puskesmas. Sikap dukungan ini terdapat pada aktor-aktor yang

melaksanakan promosi kesehatan yaitu petugas khusus promosi dan

pemberdayaan yang sudah mendapatkan pelatihan tentang promosi kesehatan dan

dibantu dengan kader yang berasal dari masyarakat dengan diberikan penyuluhan

secara berkala di Puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa hanya sebagian

responden yang menunjukkan sikap yang baik sedangkan sebagiannya lagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

memiliki sikap yang kurang baik terhadap implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas. Kurangnya komitmen terhadap tugas yang diemban

dalam melaksanakan promosi kesehatan membuat seringkali tidak terlaksana

sesuai tujuan atau perencanaan yang telah dilakukan oleh Puskesmas. Motivasi

yang dimiliki oleh petugas kurang, sehingga dalam menjalankan tugasnya tidak

membuahkan hasil yang maksimal.

Menurut asumsi peneliti, keberhasilan implementasi program promosi

kesehatan di Puskesmas belum optimal disebabkan oleh sikap para pelaksana

yang kurang baik. Apabila para petugas pelaksana memiliki sikap yang baik maka

akan semakin baik pula implementasi program promosi kesehatan yang

dijalankan.

Menurut Winarno (2002) bahwa keberhasilan implementasi kebijakan

bukan hanya ditentukan oleh sejauhmana para pelaku kebijakan (implementors)

mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tapi juga

ditentukan oleh kemauan (sikap) dan komitmen kuat para pelaku kebijakan

terhadap proses implementasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi

et al (2013) yang menunjukkan bahwa faktor penghambat dalam implementasi

promosi kesehatan di Puskesmas Dinoyo yaitu kurangnya dukungan petugas

promosi kesehatan sehingga kurangnya sumber daya manusia yang bergerak pada

bidang ini yaitu Promosi kesehatan di Puskesmas Dinoyo masih belum optimal.

Dengan demikian penelitian ini mendukung konsep Edward III bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh faktor sikap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap para petugas

adalah Dinas Kesehatan Kota Medan berkomitmen dengan program promosi

kesehatan melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan

sumber daya manusia terutama petugas fungsional promosi kesehatan yang ada

dengan melakukan bimbingan teknis kepada petugas fungsional promosi

kesehatan Puskesmas.

Pengaruh variabel komunikasi terhadap implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Variabel

komunikasi dilanjutkan ke dalam uji statistik regresi logistik berganda namun

tidak memenuhi syarat karena memiliki nilai p>0,05. Hasil analisis multivariat

dengan menggunakan analisis statistik regresi logistik berganda diperoleh nilai

p=0,365 (p>0,05) yang berarti tidak ada pengaruh antara komunikasi terhadap

implementasi program promosi kesehatan.

Faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan program promosi

kesehatan dinilai berdasarkan indikator-indikator penyampaian informasi yang

dilakukan terhadap kelompok sasaran (masyarakat) disosialisasikan dengan baik,

informasi tepat dan jelas. Indikator-indikator ini merupakan salah satu persyaratan

penting dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program promosi kesehatan.

Dalam hal ini komunikasi berkenaan dengan pelaksanaan promosi kesehatan di

dalam gedung Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas untuk

menginformasikan terkait perilaku hidup bersih dan sehat kepada seluruh lapisan

masyarakat, menggunakan jenis komunikasi yang baik dan menggunakan bahasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

yang dimengerti sehingga ada kejelasan informasi yang disampaikan kepada

masyarakat dan sesuai dengan harapan kelompok sasaran.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan mayoritas responden

mengungkapkan bahwa komunikasi tidak berpengaruh secara signifikan dalam

implementasi program promosi kesehatan yang menunjukkan komunikasi di

Puskesmas simpang Limun sudah berjalan dengan baik yang dapat dilihat melalui

cara petugas menggunakan metode penyampaian informasi yang baik, kejelasan

penyampaian dan bahasa yang digunakan dalam penyuluhan yang cukup jelas

serta sesuai dengan harapan masyarakat. Meskipun demikian, dalam

mensosialisasikan jadwal kegiatan kepada masyarakat, petugas masih belum

mampu mencakup seluruh kelompok sasaran masyarakat, juga masih kurangnya

media-media yang dapat membantu memudahkan dalam pemberian informasi

kepada masyarakat seperti, poster, leaflet, flyer, dan buklet.

Menurut asumsi peneliti, komunikasi dalam implementasi program

promosi kesehatan di Puskesmas sudah baik namun belum optimal. Masyarakat

yang kurang terinformasi dalam jadwal kegiatan promosi kesehatan menjadi salah

satu penghambat keberhasilan program promosi kesehatan karena kurang

mendapat penjelasan dan pembinaan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat

sehingga dapat dilihat dari cakupan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih

menunjukkan jauh di bawah target nasional.

Menurut Winarno (2002) bahwa komunikasi sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan dan implementasi kebijakan publik. Kebijakan

yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

diperlukan agar para pembuat keputusan dan para pelaksana implementasi akan

semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan

dalam masyarakat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Masyuni (2010) yang menunjukkan bahwa kurang berhasilnya promosi

pencegahan diare pada anak dibawah usia tiga tahun dipengaruhi oleh frekuensi

penyuluhan dan teknik komunikasi yang digunakan. Teknik komunikasi yang

digunakan lebih banyak menggunakan ceramah dan konseling tanpa

menggunakan media lain.

Pengaruh variabel struktur birokrasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan. Variabel

struktur birokrasi tidak dapat dilanjutkan ke dalam uji regresi logistik berganda

karena memiliki nilai p>0,05 sehingga tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam

uji statistik regresi logistik berganda. Hasil analisis statistik dengan menggunakan

uji chi-square, variabel pekerjaan memiliki nilai p=0,365 (p>0,05) berarti tidak

ada hubungan antara struktur birokrasi dengan implementasi program promosi

kesehatan.

Faktor struktur birokrasi dalam penelitian ini adalah hubungan pihak-pihak

organisasi yang berkepentingan dalam implementasi program promosi kesehatan

dalam melakukan pemantauan dan pengawasan yang kontinyu serta pelaporan

yang sudah sesuai jadwal. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ditemukan

mayoritas responden mengungkapkan bahwa strutur birokrasi tidak berpengaruh

secara signifikan dalam implementasi program promosi kesehatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

menunjukkan struktur birokrasi di Puskesmas Simpang Limun sudah berjalan

dengan baik yang dapat dilihat melalui uraian responden mengenai adanya kerja

sama dengan lintas sektor yang baik, dukungan pemimpin Puskesmas terhadap

implementasi program promosi kesehatan serta ketegasan oleh pimpinan

Puskesmas terkait pelaksanaan promosi kesehatan.

Menurut Winarno (2002) bahwa meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui

apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan dapat jadi masih belum efektif, karena

adanya ketidakefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek-

aspek seperti struktur organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan,

dan hubungan organisasi dengan luar organisasinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ardiyansyah (2013) bahwa program

promosi kesehatan penanggulangan gizi buruk di Kotamadya Surabaya sudah

dilakukan dengan melibatkan pihak lintas sektor yang terkait. Secara substansial

prosedur penyusunan perumusan kebijakan program promosi kesehatan

penanggulangan gizi buruk melibatkan pihak yang terkait, namun pelaksanaan

kebijakan tersebut sektor lain masih belum optimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Ada pengaruh antara variabel sumber daya dan sikap terhadap implementasi

program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

2. Tidak ada pengaruh antara variabel komunikasi dan struktur birokrasi

terhadap program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

3. Variabel sikap merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang

Limun Medan karena memiliki nilai Exp (B) paling besar diantara variabel

yang lain, yaitu sebesar 34,797.

Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Diharapkan agar Dinas Kesehatan Kota Medan memberikan pelatihan-

pelatihan kepada petugas fungsional promosi kesehatan Puskesmas untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi petugas promosi

kesehatan Puskesmas dalam meningkatkan keberhasilan program promosi

kesehatan.

2. Bagi Puskesmas Simpang Limun

Diharapkan Puskesmas Simpang Limun mengikuti pelatihan-pelatihan yang

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan motivasi petugas dalam meningkatkan

keberhasilan program promosi kesehatan.

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Pustaka

Ardiyansyah, A. (2013). Implementasi kebijakan promosi kesehatan dalam upaya


penanggulangan gizi buruk di Kotamadya Surabaya (Tesis). Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Republik Indonesia


(2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Anonim.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pembangunan kesehatan


berbasis promotif dan preventif. Jakarta: Anonim.

Dinas Kesehatan Kota Medan. (2016). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016.
Medan: Anonim

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2016). Profil kesehatan Provinsi


Sumatera Utara. Medan: Anonim.

Gumilang, B. (2015). Analisis faktor yang memengaruhi implementasi Kebijakan


Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Universitas
Airlangga (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya.

Hartono, B. (2010). Promosi kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta:


Rineka Cipta.

Pratiwi, Indah, W., Soesilo, Z., &, Riyanto. (2014). Implementasi kebijakan
promosi kesehatan. Jurnal Administrasi Publik, 2(11), 3-5.

Indiahono, D. (2009). Kebijakan publik berbasis Dynamic Policy Analysis.


Yogyakarta: Gava Media.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Panduan promosi kesehatan


di daerah bermasalah kesehatan. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Pedoman umum program


Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Rencana strategi


pembangunan kesehatan. Jakarta: Anonim.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.. (2007). Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 tentang pedoman

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Anonim.

Masyuni. (2010). Implementasi program promosi pencegahan diare pada anak


berusia di bawah tiga tahun di Puskesmas Mangkurawang (Tesis).
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Maulana, H. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Muninjaya. (2004). Manajemen kesehatan (Edisi ke-2). Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 75 tentang Puskesmas. Jakarta: Anonim.

Puskesmas Simpang Limun. (2017). Profil Puskesmas Simpang Limun Tahun


2017. Medan: Anonim.

Satrianegara, F. (2014). Organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Siswanto, Susila, &, Suyanto. (2013). Metodologi penelitian kesehatan dan


kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu

Syafrudin. (2009). Ilmu kesehatan masyarakat untuk mahasiswa kebidanan.


Jakarta: Trans Info Media.

Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tentang Kesehatan. Jakarta: Anonim.

Winarno, B. (2002). Kebijakan Publik : Teori dan proses. Yogyakarta: Media


Pressindo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan
Tahun 2018

INFORMASI RESPONDEN
Nama Lengkap :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :P/L
Jabatan :
Pendidikan Terakhir : a. SMA b. Diploma-I c. Diploma-III
d.S-1 e. S-2
Pertanyaan Variabel Independen (Variabel Bebas)
A. Sumberdaya
1. Dalam rangka pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas Simpang
Limun, bagaimanakah jumlah tenaga pelaksana yang ada?
a. Sangat cukup
b. Cukup
c. Kurang
d. Sangat kurang
2. Menurut pendapat Saudara, bagaimana kualitas tenaga pelaksana yang ada?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Sangat kurang baik
3. Apakah ada diklat/pelatihan teknis untuk pelaksanaan promosi kesehatan di
Puskesmas?
a. Ada b. Tidak ada
4. Berapa persen yang mengikuti diklat/pelatihan teknis untuk pelaksanaan
promosi kesehatan di Puskesmas?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

a. > 90%
b. 61-90%
c. 31-60%
d. < 30%
e. Tidak pernah
5. Apakah dana yang dibutuhkan untuk kegiatan promosi kesehatan diberikan
kepada Puskesmas sudah cukup?
a. Sangat cukup
b. Cukup
c. Kurang
d. Sangat Kurang
6. Apakah ada kendala dalam pencairan dana untuk program promosi
kesehatan?
a. Ada,
alasannya:_________________________________________________

b. Tidak
7. Dalam pemanfaatan dana yang ditujukan untuk pelaksanaan promosi
kesehatan sudah dilakukan tepat sasaran?
a. Sangat tepat
b. Tepat
c. Tidak tepat
d. Sangat tidak tepat
8. Apakah sarana dan prasarana untuk melakukan promosi kesehatan sudah
lengkap berdasarkan pedoman pelaksanaan promosi kesehatan?
a. Sangat lengkap
b. Lengkap
c. Kurang lengkap
d. Sangat kurang lengkap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

B. Sikap
Keterangan
SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa kegiatan promosi kesehatan


merupakan hal yang sangat penting untuk
mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat

2. Saya mengetahui secara utuh pedoman


pelaksanaan promosi kesehatan

3. Saya juga memahami isi daripada


pedoman pelaksanaan promosi kesehatan

4. Saya bersedia memberikan ide-ide yang


inovatif untuk membuat kegiatan promosi
kesehatan yang lebih baik

5. Saya tidak pernah merasa keberatan untuk


melakukan kegiatan-kegatan promosi
kesehatan (tidak terkesan stress dengan
tugas yang diemban)

6. Saya akan tetap menjaga kesehatan dan


kebersihan perorangan agar menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

panutan bagi masyarakat

7. Saya menghargai setiap pasien yang


datang ke Puskesmas

8. Apabila bertemu pasien di tempat


pendaftaran/poliklinik saya akan
berperilaku ramah untuk memberikan
kesan yang baik kepada pasien

9. Petugas kesehatan di Puskesmas harus


mengendalikan keinginannya untuk
menasihati dan mengupayakan pasien
berbicara sebanyak-banyaknya tentang
dirinya.

10. Saya menerima setiap keluhan-keluhan


masyarakat dengan sabar dan rendah hati

11. Saya bersedia menjalankan promosi


kesehatan baik di dalam maupun di luar
gedung

12. Walaupun sarana dan prasarana di


Puskesmas kurang memadai, saya akan
tetap menjalankan program promosi
kesehatan

13. Untuk menigkatkan efektivitas promosi


kesehatan, petugas kesehatan Puskesmas
harus bekerjasama dengan berbagai pihak
seperti kelompok profesi, LSM, pemuka
agama, media massa, dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

14. Setiap petugas kesehatan harus


mendukung upaya promosi kesehatan di
Puskesmas

15. Program promosi kesehatan tidak akan


berjalan dengan baik apabila hanya
dilaksanakan oleh sebagian tenaga
kesehatan Puskesmas

C. Komunikasi
1. Dalam mensosialisasikan jadwal kegiatan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat, Menurut Anda, persentase kemungkinan masyarakat sasaran
yang telah terinformasi untuk datang ke kegiatan tersebut?
a. >90%
b. 61-90%
c. 31-60%
d. <30%
2. Apakah jenis komunikasi yang digunakan dalam melakukan penyuluhan
kesehatan?
a. Dialog
b. Ceramah
c. Dll (sebutkan)
3. Menurut Anda, bagaimana penjelasan petugas dalam menyampaikan
penyuluhan kesehatan ?
a. Sangat jelas
b. Jelas
c. Kurang jelas
d. Sangat tidak jelas
4. Apakah dalam melakukan penyuluhan kesehatan, petugas selalu memberikan
handouts kepada masyarakat?
a. Ya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

b. Tidak, alasannya:

5. Apa saja bentuk materi tertulis yang diberikan kepada masyarakat dalam
melaksanakan promosi kesehatan? (Boleh pilih lebih dari satu)
a. Buklet
b. Leaflet
c. Flyer
d. Poster
e. Slide
f. Dll
(sebutkan)___________________________________________________
6. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat kemenarikan dari materi-materi tertulis
(media promosi) yang diberikan kepada masyarakat?
Berikan penilaian antara 1 sampai dengan 10.
a. Sangat menarik
b. Menarik
c. Kurang menarik
d. Sangat kurang menarik
7. Menurut Anda, bagaimanakah bahasa yang digunakan pada materi-materi
tertulis tersebut?
a. Sangat mudah dipahami
b. Mudah dipahami
c. Sulit dipahami
d. Sangat sulit dipahami
8. Menurut Anda, informasi yang diberikan petugas sudah sesuai dengan
harapan kelompok sasaran (masyarakat).
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

D. Struktur Birokrasi
1. Menurut pendapat Bapak/Ibu, bagaimanakah dukungan dari pimpinan
berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan?
a. Sangat mendukung
b. Mendukung
c. Kurang mendukung
d. Sangat kurag mendukung
2. Bagaimankah koordinasi antara pihak Puskesmas dengan lintas sektor terkait
pelaksanaan promosi kesehatan?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Sangat kurang baik
3. Bagaimana ketegasan dari pimpinan apabila tidak terlaksananya kegiatan
pelayanan promosi kesehatan yang sudah dijadwalkan?
a. Sangat tegas
b. Tegas
c. Kurang tegas
d. Sangat kurang tegas

Variabel Dependen (Variabel Terikat)

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimanakah tingkat keberhasilan pelaksanaan promosi


kesehatan di Puskesmas? Berikan penilaian Anda dalam bentuk persen (%).

Alasannya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Lampiran 2. Metode Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variabel)

Variabel No Kriteria Bobot Kategori Skor Skala


Kues Nilai Ukur
Sumber Daya 1 -Sangat cukup 4 1. Baik Jlh Ordinal
-Cukup 3 skor >
-Kurang 2 mean
-Sangat kurang 1

2 -Sangat baik 4 2.Kurang Jlh


-Baik 3 Baik skor <
-Kurang baik 2 mean
-Sangat kurang 1
baik

3 -Ada 2
-Tidak ada 1

4 > 90% 4
61-90% 3
31-60% 2
< 30% 1

5 -Sangat cukup 4
-Cukup 3
-Kurang 2
-Sangat kurang 1

6 -Ada 1
-Tidak ada 2

7 -Sangat tepat 4
-Tepat 3
-Tidak tepat 2
-Sangat tidak 1
tepat

8 -Sangat lengkap 4
-Lengkap 3
-Kurang lengkap 2
-Sangat tidak 1
lengkap

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Variabel No Kriteria Bobot Kategori Skor Skala


Kues Nilai Ukur
Sikap 1-15 -Sangat setuju 4 1. Baik Jlh Ordinal
-Setuju 3 skor >
-Tidak setuju 2 mean
-Sangat tidak 1
setuju
2.Kurang Jlh
Baik skor <
Mean
Komunikasi 1 > 90% 4 1. Baik Jlh Ordinal
61-90% 3 skor >
31-60% 2 mean
< 30% 1

2 Jumlah jawaban 1-3 2.Kurang Jlh


yang dipilih Baik skor <
mean
3 -Sangat jelas 4
-Jelas 3
-Kurang Jelas 2
-Sangat kurang 1
jelas

4 -Ya 2
-Tidak 1

5 Jumlah jawaban 1-6


yang dipilih

6 -Sangat menaik 4
-Menarik 3
-Kurang 2
menarik
-Sangat kurang 1
menarik

7 -Sangat mudah 4
dipahami
-Mudah 3
dipahami
-Sulit dipahami 2
-Sangat sulit 1
dipahami

(bersambung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Variabel No Kriteria Bobot Kategori Skor Skala


Kues Nilai Ukur
Komunikasi 8 -Sangat setuju 4
-Setuju 3
-Tidak setuju 2
-Sangat tidak 1
setuju
Struktur 1 -Sangat 4 1. Baik Jlh Ordinal
birokrasi mendukung skor >
-Mendukung 3 mean
-Tidak 2
mendukung Jlh
-Sangat tidak 1 2.Kurang skor <
mendukung Baik mean

2 -Sangat baik 4
-Baik 3
-Kurang baik 2
-Sangat tidak 1
baik

3 -Sangat tegas 4
-Tegas 3
-Kurang tegas 2
-Sangat tidak 1
tegas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Lampiran 3. Master Data Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lampiran 4. Output Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Variabel Sumber Daya

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.719 8

Correlations
Total Sumber
Daya
**
Pertanyaan Sumber Daya 1 Pearson Correlation .559
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 2 Pearson Correlation .539
Sig. (2-tailed) .002
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 3 Pearson Correlation .691
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 4 Pearson Correlation .736
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 5 Pearson Correlation .504
Sig. (2-tailed) .005
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 6 Pearson Correlation .588
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 7 Pearson Correlation .529
Sig. (2-tailed) .003
N 30
**
Pertanyaan Sumber Daya 8 Pearson Correlation .603
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Total Sumber Daya Pearson Correlation .539
Sig. (2-tailed) .002
N 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

2. Variabel Sikap

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.870 15

Correlations

Total Sikap
**
Pertanyaan Sikap 1 Pearson Correlation .546
Sig. (2-tailed) .002
N 30
**
Pertanyaan Sikap 2 Pearson Correlation .663
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 3 Pearson Correlation .565
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Sikap 4 Pearson Correlation .707
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 5 Pearson Correlation .700
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 6 Pearson Correlation .587
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Sikap 7 Pearson Correlation .686
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 8 Pearson Correlation .603
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 9 Pearson Correlation .525
Sig. (2-tailed) .003
N 30
**
Pertanyaan Sikap 10 Pearson Correlation .670
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 11 Pearson Correlation .641
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Sikap 12 Pearson Correlation .680

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Sig. (2-tailed) .000


N 30
**
Pertanyaan Sikap 13 Pearson Correlation .532
Sig. (2-tailed) .002
N 30
**
Pertanyaan Sikap 14 Pearson Correlation .513
Sig. (2-tailed) .004
N 30
**
Pertanyaan Sikap 15 Pearson Correlation .543
Sig. (2-tailed) .002
N 30
Total Sikap Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30

3. Variabel Komunikasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.730 8

Correlations

Total Komunikasi
**
Pertanyaan Komunikasi 1 Pearson Correlation .721
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 2 Pearson Correlation .610
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 3 Pearson Correlation .602
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 4 Pearson Correlation .566
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 5 Pearson Correlation .621
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 6 Pearson Correlation .584
Sig. (2-tailed) .001
N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 7 Pearson Correlation .507

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Sig. (2-tailed) .004


N 30
**
Pertanyaan Komunikasi 8 Pearson Correlation .614
Sig. (2-tailed) .000
N 30
Total Komunikasi Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30

4. Variabel Struktur Birokrasi


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.853 3

Correlations
Total Struktur
Birokrasi
**
Pertanyaan Struktur Birokrasi Pearson Correlation .913
1
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Struktur Birokrasi Pearson Correlation .756
2 Sig. (2-tailed) .000
N 30
**
Pertanyaan Struktur Birokrasi Pearson Correlation .961
3 Sig. (2-tailed) .000
N 30
Total Struktur Birokrasi Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 5. Output Hasil Uji Statistik

OUTPUT HASIL UJI UNIVARIAT

Kategori Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid <= 44 tahun 16 53.3 53.3 53.3
> 44 tahun 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid SMA 3 10.0 10.0 10.0
Diploma I 3 10.0 10.0 20.0
Diploma III 11 36.7 36.7 56.7
S1 12 40.0 40.0 96.7
S2 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Kategori Sumber Daya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 13 43.3 43.3 43.3
Baik 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 15 50.0 50.0 50.0
Baik 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Kategori Komunikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 11 36.7 36.7 36.7
Baik 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Kategori Struktur Birokrasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang Baik 10 33.3 33.3 33.3
Baik 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Kategori Implementasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berhasil 15 50.0 50.0 50.0
Berhasil 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

OUTPUT HASIL UJI BIVARIAT

1. Variabel Sumber Daya


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Kategori Implementasi *
Kategori Sumber Daya 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Kategori Implementasi * Kategori Sumber Daya Crosstabulation

Count

Kategori Sumber Daya

Kurang Baik Baik Total


Kategori Implementasi Tidak Berhasil 11 4 15

Berhasil 2 13 15
Total 13 17 30

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.995


a 1 .001

Continuity Correction
b
8.688 1 .003

Likelihood Ratio 11.876 1 .001

Fisher's Exact Test .003 .001

Linear-by-Linear
10.629 1 .001
Association
b
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.

b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

2. Variabel Sikap
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori Implementasi *
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Kategori Sikap

Kategori Implementasi * Kategori Sikap Crosstabulation

Count

Kategori Sikap

Kurang Baik Baik Total


Kategori Implementasi Tidak Berhasil 13 2 15

Berhasil 2 13 15
Total 15 15 30

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.133
a
1 .000
b
Continuity Correction 13.333 1 .000
Likelihood Ratio 18.028 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
15.596 1 .000
Association
b
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

3. Variabel Komunikasi
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Kategori Implementasi *
Kategori Komunikasi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Kategori Implementasi * Kategori Komunikasi Crosstabulation

Count

Kategori Komunikasi

Kurang Baik Baik Total


Kategori Implementasi Tidak Berhasil 9 6 15

Berhasil 2 13 15
Total 11 19 30

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.033 1 .008
b
Continuity Correction 5.167 1 .023

Likelihood Ratio 7.459 1 .006

Fisher's Exact Test .021 .010

Linear-by-Linear
6.799 1 .009
Association
b
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.

b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

4. Variabel Struktur Birokrasi


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


Kategori Implementasi *
Kategori Struktur Birokrasi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Kategori Implementasi * Kategori Struktur Birokrasi Crosstabulation

Count

Kategori Struktur Birokrasi

Kurang Baik Baik Total


Kategori Implementasi Tidak Berhasil 6 9 15

Berhasil 4 11 15
Total 10 20 30

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .600 1 .439
b
Continuity Correction .150 1 .699

Likelihood Ratio .603 1 .437

Fisher's Exact Test .700 .350

Linear-by-Linear
.580 1 .446
Association
b
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

OUTPUT HASIL ANALISIS MULTIVARIAT

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 23.857 3
Step 1 .000
Block 23.857 3 .000
Model 23.857 3 .000
a Step -.828 1
Step 2 .363
Block 23.029 2 .000
Model 23.029 2 .000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-
squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Nagelkerke R
Cox & Snell R
Step -2 Log likelihood Square Square
a
1 17.732 .549 .731
a
2 18.560 .536 .715
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.

a
Classification Table

Predicted

Kategori Implementasi
Percentage
Observed Tidak Berhasil Berhasil Correct
Step 1 Kategori Implementasi Tidak Berhasil 14 1 93.3
Berhasil 2 13 86.7
Overall Percentage 90.0
Step 2 Kategori Implementasi Tidak Berhasil 13 2 86.7
Berhasil 2 13 86.7
Overall Percentage 86.7
a. The cut value is .500

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Variables in the Equation

95.0% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 KatS 2.552 1.308 3.807 1 .051 12.835 .989 166.627

KatSik 3.186 1.308 5.936 1 .015 24.187 1.865 313.771

KatK 1.178 1.301 .820 1 .365 3.248 .254 41.553

Constant -10.742 3.708 8.392 1 .004 .000


a
Step 2 KatS 2.637 1.299 4.124 1 .042 13.977 1.096 178.179

KatSik 3.550 1.263 7.899 1 .005 34.797 2.928 413.609

Constant -9.526 3.292 8.371 1 .004 .000

a. Variable(s) entered on step 1: KatS, KatSik, KatK.

a
Model if Term Removed

Model Log Change in -2 Sig. of the


Variable Likelihood Log Likelihood df Change

Step 1 KatS -11.532 5.333 1 .021

KatSik -13.286 8.839 1 .003

KatK -9.288 .844 1 .358

Step 2 KatS -12.300 6.039 1 .014

KatSik -16.154 13.749 1 .000

a. Based on conditional parameter estimates

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 6.1 Wawancara dengan Menggunakan Kuesioner

Gambar Lampiran 6.2 Wawancara dengan Menggunakan Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Gambar Lampiran 6.3 Wawancara dengan Menggunakan Kuesioner

Gambar Lampiran 6.4 Wawancara dengan Menggunakan Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Lampiran 9. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai