Anda di halaman 1dari 66

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN, BIAYA

LINGKUNGAN, DAN LUAS PENGUNGKAPAN


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

OLEH:
NI LUH EMMY INDAH SEPTIADI
1517051006

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STRATA 1 (S1)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN, BIAYA
LINGKUNGAN, DAN LUAS PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

PROPOSAL

Diajukan Kepada

Universitas Pendidikan Ganesha

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ni Luh Emmy Indah Septiadi

NIM. 1517051006

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STRATA 1 (S1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2018
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN, BIAYA
LINGKUNGAN, DAN LUAS PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

PROPOSAL

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN


MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR
SARJANA EKONOMI

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

I Gusti Ayu Purnamawati,S.E.,M.Si.,CA.,Ak Made Arie Wahyuni,SE.,M.Si


NIP.197911042008122003 NIP. 198301052008122002
DAFTAR ISI

Sampul……………………………………………………………………………..i

Halaman Judul……………………………………………………………………..i

Lembar Persetujuan Pembimbing ………………………………………………..ii

Daftar Isi………………………………………………………………………….iii

Daftar Tabel………………………………………………………………………iv

Daftar Gambar…………………………………………………………………….v

Daftar Lampiran…………………………………………………………………..vi

A. Latar Belakang Masalah Penelitian..................................................................1

B. Identifikasi Masalah Penelitian.........................................................................7

C. Pembatasan Masalah.........................................................................................8

D. Rumusan Masalah Penelitian............................................................................9

E. Tujuan Penelitian..............................................................................................9

F. Manfaat Hasil Penelitian.................................................................................10

G. Kajian Teori.....................................................................................................11

1. Teori Legitimasi.........................................................................................11

2. Teori Agensi...............................................................................................12

3. Teori Stakeholder.......................................................................................13

4. Kinerja Keuangan.......................................................................................15
5. Kinerja Lingkungan...................................................................................18

6. Biaya Lingkungan......................................................................................21

7. Corporate Social Responsibility (Csr).......................................................23

8. Penelitian Terdahulu Yang Relevan...........................................................27

9. Kerangka Berpikir......................................................................................30

10.PengembanganHipotesis…………………………………………………31

H. Metode Penelitian...........................................................................................35

1. Rancangan Penelitian.................................................................................35

2. Populasi Dan Sampel Penelitian................................................................36

3. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian.............................38

4. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data...............................................42

5. Metode Dan Teknik Analisis Data.............................................................44

I. Jadwal Waktu Penelitian…………………………………………………….49

J. Daftar Rujukan................................................................................................51

K .Lampiran…………………………………………………………………….56
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu…………………………………………………...28

Table 2. Pemilihan Sampel……………………………………………………...37

Tabel 3.Daftar Nama Perusahaan Sampel………………………………………38

Tabel 4.Indikator Penilaian Proper……………………………………………...40

Tabel 5.Jadwal penelitian………………………………………………………50


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir………………………………………………30


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Rancangan Penelitian……………………………………….56


A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya bertujuan untuk

mencari laba atau keuntungan. Hal ini jika dikaitkan dengan Perekonomian

dunia yang semakin berkembang pesat membuat perusahaan harus mencapai

laba yang tinggi untuk melanjutkan usahanya. Perusahaan harus mampu

bersaing dengan perusahaan lainnya agar tetap bertahan di dunia bisnis.

Menurut Sueb dan Keraf (2012) tingkat laba yang terus meningkat mencapai

keuntungan maksimum merupakan indikator yang baik untuk kinerja

keuangan sebuah perusahaan, kinerja keuangan diposisikan sebagai penentu

sustainability perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan harus didasarkan pada laporan

keuangan yang dipublikasikan dan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum. Apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka akan

menarik investor untuk menyalurkan modalnya sehingga nilai perusahaan

meningkat (Sueb dan Keraf, 2012). Namun, prinsip memaksimalkan laba

perusahaan guna mendapatkan keuntungan yang maksimal terkadang

mengesampingkan manajemen lingkungan, kinerja lingkungan, atau bahkan

konservasi lingkungan suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena perilaku

eksploitatif yang ditunjukkan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan

kurangnya tanggungjawab terhadap lingkungan (fisik dan sosial) yang

terkadang menyebabkan kurang terjalinnya hubungan sosial dengan

masyarakat (Mardikanto, 2014).

1
Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi

dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan

keberhasilan pembangunan bangsa. Dua aspek penting harus diperhatikan agar

tercipta kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan

membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup

masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan

keuntungan dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi

secara langsung kepada masyarakat (Fahrizqy,2010).

Pencemaran lingkungan merupakan dampak dari kurangnya perhatian

perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang timbul akibat aktivitas

perusahaan. Seiring berjalannya waktu mulai dari pemerintah, pemegang

saham perusahaan dan masyarakat semakin sadar akan adanya dampak sosial

dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan

operasinya untuk mencapai laba yang maksimal (Iriyanto dan Nugroho, 2014).

Industri manufaktur merupakan industri yang memiliki kaitan yang sangat erat

dengan lingkungan hidup. Betapa tidak, suara-suara yang dihasilkan dari

mesin-mesin produksi dapat berpotensi menghasilkan pencemaran suara. Alat-

alat transportasi yang digunakannya dapat berpotensi menghasilkan

pencemaran getaran dan debu. Pemakaian air tanah yang berlebihan, air

buangan yang belum memenuhi baku mutu, rembesan minyak atau oli,

kebocoran bahan bakar berpotensi menghasilkan pencemaran air. Lalu gas-gas

yang dihasilkan dapat berakibat pada pencemaran udara bila tidak

diperhatikan (Mastilah, 2016).

2
Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya mengatakan bahwa Tingkat

ketaatan perusahaan terhadap lingkungan hidup pada 2016-2017 mencapai

92% atau naik 7% dari pencapaian tahun lalu. Dari penilaian itu, terdapat 19

perusahaan yang mendapatkan peringkat emas, 150 perusahaan peringkat

hijau, 1.486 peringkat biru, 130 peringkat merah dan 1 perusahaan peringkat

hitam (www.bisnis.com). Hal ini menandakan 130 perusahaan yang masih

belum melakukan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan

yang di syaratkan, selain itu juga ada 1 perusahaan yang sengaja melakukan

perbuatan atau kelalaian yang menyebabkan kerusahakan lingkugan, sehingga

masih diperlukan perbaikan aturan , penigkatan sumberdaya manusia dan

perbaikan fasilitas pengelolaan lingkungan untuk mendukung perusahaan

yang masih dalam peringkat merah maupun hitam untuk menjadi lebih baik

dalam mengelola lingkungan hidup.

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengadakan

program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan hidup (PROPER) yang telah dilaksanakan mulai tahun 2002 di

bidang pengendalian dampak lingkungan untuk meningkatkan peran

perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup. Kinerja lingkungan

perusahaan diukur dengan menggunakan pemeringkat dalam 5 peringkat

warna yang mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara keseluruhan

(Press Release PROPER,2011).

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan

salah satu upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong

penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen

3
informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: (i)

mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui

insentifdan disinsentifreputasi, dan (ii) mendorong perusahaan yang sudah

baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner

production). (http://www.menlh.go.id/proper/)

Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2015) mengemukakan bahwa

environmental performance (PROPER) memiliki hubungan yang positif

signifikan dengan ROA, ketika perusahaan memperhatikan tanggungjawab

terhadap lingkungan baik sosial maupun fisik dimana perusahaan tersebut

berada, maka akan memberikan respon positif bagi para investor dan calon

investor dalam memandang perusahaan tersebut terlebih lagi jika perusahaan

tersebut memiliki peringkat yang baik dalam program kepedulian lingkungan

hidup. Konsistensi penelitian ini dengan penelitian Fitriani (2013), dan Whino

(2014) menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2004)

mengemukakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh negative terhadap

kinerja keuangan. Hal yang konsisten juga dikemukakan oleh Iwata dan

Okada (2014), yang menemukan bahwa Kinerja Lingkungan tidak signifikan

memengaruhi Kinerja Keuangan. Selain penelitian tersebut, Sathye dan

Rokhmawati (2015) juga menemukan adanya pengaruh yang tidak signifikan

dari kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan. Dan Horvathova (2010)

tidak menemukan adanya hubungan antara kinerja lingkungan dengan kinerja

keuangan.

4
Adanya penerapan pengelolaan lingkungan ini, timbulnya biaya

lingkungan oleh perusahaan dapat terjadi. Perusahaan terkadang mengabaikan

biaya lingkungan yang terjadi dalam perusahaan perusahaan berpandangan

bahwa biaya lingkungan ini hanya biaya pendukung kegiatan operasioanal dan

bukan berkaitan langsung dengan produksi. Padahal biaya lingkungan ini

merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan

yang secara sengaja ataupun tidak disengaja telah dicemari oleh perusahaan.

Biaya lingkungan ini akan timbul yang nantinya bisa berdampak pada kinerja

keuangan perusahaan dikarenakan bengkaknya biaya yang dikeluarkan. Biaya

lingkungan ini dapat dilihat melalui alokasi dana program bina lingkungan

dalam laporan keuangan dan laporan Tahunan perusahaan. Camelia (2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Sharairi (2005) menyatakan bahwa kinerja

lingkungan dan biaya lingkungan berpengaruh positif berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Namun hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fitriani (2013) bahwa biaya lingkungan tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan, dikarenakan sampel perusahaan yang diteliti

belum bisa menjadikan biaya lingkungan sebagai strategi perusahaan, seperti

dana bina lingkungan yang dikeluarkan masih dianggap sebagai metode ganti

rugi atas dampak negatif gangguan atau ketidaknyamanan, kerusakan dan

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.

Sejak diberlakukanya Undang – undang No.40 Tahun 2007 Pasal 74

tentang Perseroan Terbatas, kesadaran melaksanakan tanggung sawab sosial

perusahaan atau yang dikenal dengan CSR, di Indonesia mulai berkembang.

Undang – undang ini menyatakan bahwa: (1) Perseroan yang menjalankan

5
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. (2) Tanggung

jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan

dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung

jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah

(Candrayanthi,2013)

Corporate social responsibility dipandang sebagai suatu konsep akuntansi

baru yang transparansi terhadap pengungkapan sosial yang dilakukan oleh

perusahaan. Transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya informasi

keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan

informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan

oleh perusahaan (Rakhiemah dan Agustia, 2009). Melakukan kegiatan CSR

selain memberikan manfaat kepada stakeholdersjuga diharapkan mampu

memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan yang dapat dilihat melalui

profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba, dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (Sudana,

2011).Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) menemukan ada pengaruh

yang signifikan antara CSR Terhadap ROA. Hasil penelitian ini sejalan

6
dengan penelitian Lindrawati (2008), namun tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Wijayanti,et.all,.(2011).

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang masuk dalam indeks

SRI-KEHATI pada tahun 2015-2017. Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks

yang dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan

Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Peneliti memilih penelitian

pada indeks SRI-KEHATI karena pada dasarnya perusahaan-perusahaan pada

indeks SRI-KEHATI erat hubungannya dengan sosial dan lingkungan sekitar

atau perusahaan yang memiliki hubungan baik dengan stakeholders, sehingga

tidak jarang perusahaan ini memiliki kinerja lingkungan , biaya lingkungan

dan melakukan pengungkapan CSR.

Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan mengambil judul “Pengaruh Kinerja Keuangan, Biaya

Lingkungan, dan Luas Pengungkapan Corporate Social responsibility

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

1. Menurut Sueb dan Keraf (2012) tingkat laba yang terus meningkat

mencapai keuntungan maksimum merupakan indikator yang baik untuk

kinerja keuangan sebuah perusahaan, kinerja keuangan diposisikan sebagai

penentu sustainability perusahaan. Namun, prinsip memaksimalkan laba

perusahaan guna mendapatkan keuntungan yang maksimal terkadang

mengesampingkan manajemen lingkungan, kinerja lingkungan, atau

bahkan konservasi lingkungan suatu perusahaan.


2. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengadakan

7
program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan hidup (PROPER) yang telah dilaksanakan mulai tahun 2002 di

bidang pengendalian dampak lingkungan untuk meningkatkan peran

perusahaan dalam program pelestarian lingkungan hidup.


Dikutip dari halaman bisnis.com pada tanggal 18 Desember 2017

Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya mengatakan bahwa Tingkat

ketaatan perusahaan terhadap lingkungan hidup pada 2016-2017 mencapai

92% atau naik 7% dari pencapaian tahun lalu. tetapi masih ada130

perusahaan yang masih belum melakukan pengelolaan lingkungan hidup

sesuai dengan ketentuan yang di syaratkan, selain itu juga ada 1

perusahaan yang sengaja melakukan perbuatan atau kelalaian


3. Adanya penerapan pengelolaan lingkungan ini, timbulnya biaya

lingkungan oleh perusahaan dapat terjadi. Perusahaan terkadang

mengabaikan biaya lingkungan yang terjadi dalam perusahaan perusahaan

berpandangan bahwa biaya lingkungan ini hanya biaya pendukung

kegiatan operasioanal dan bukan berkaitan langsung dengan produksi.

(Camilia 2016)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat

menarik kesimpulan permasalahan kesimpulan permasalahan pokok yang

akan di bahas dalam penelitian ini, yaitu: Kinerja Lingkungan, Biaya

Lingkungan, dan Luas Pengungkapan Corporate Social

ResponsibilityTerhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Yang

Terdaftar Di Indeks SRI KEHATI Periode 2015-2017.

C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu beberapa

8
faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan

yang Terdaftar Di Indeks SRI KEHATI Periode 2015-2017. Yaitu Kinerja

Keuangan, Biaya Lingkungan, dan Luas Pengungkapan Corporate Social

Responsibility.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Kinerja Lingkungan Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan?

2. Apakah Biaya Lingkungan Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan?

3. Apakah Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Berpengaruh Positif Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan.

9
3. Untuk mengetahui pengaruh Luas Pengungkapan Corporate Social

Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan , adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai

beikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan,

informasi,dan wawasan baik kepada penulis , masyarakat serta akademisi

mengenai kinerja lingkungan, biaya lingkungan, luas pengungkapan

Corporate Social Responsibility dan Kinerja keuangan perusahaan yang

masuk di indeks SRI-KEHATI yang terdaftar di BEI periode 2015-2017.

Selain itu, bagi penelitian sejenis diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai kajian untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian

dengan permasalahan yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

Menjadi referensi bagi para investor sebelum menanamkan modalnya,

dengan melihat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Selain

ituHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepedulian bagi pihak

perusahaan yang bergerak di semua jenis industri untuk meningkatkan

akan kesadaran lingkungan. Diharapkan perusahaan dapat menerapkan

10
biaya lingkunganuntuk menunjang kinerja lingkungan dan

keberlangsungan perusahaan agar lebih baik lagi.

G. Kajian Teori

1. Teori Legitimasi

Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan dapat bertahan apabila

masyarakat disekitar perusahaan merasa bahwa perusahaan melakukan

aktivitas bisnisnya sesuai dengan sistem nilai yang dimiliki masyarakat

(Gray et. al., 1996). Keberadaan perusahaan dalam masyarakat disebabkan

dengan adanya dukungan dari masyarakat dan lingkungan sekitar

perusahaan. Jika perilaku perusahaan dan cara-cara yang digunakan saat

menjalankan bisnis sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh

masyarakat, maka perusahaan akan merasa keberadaan dan aktivitas

sosialnya mendapat "status" dari masyarakat atau lingkungan dimana

perusahaan tersebut beroperasi dan dapat dikatakan terlegitimasi.

Menurut Ghozali dan Chariri (2007), yang melandasi teori

legitimasi adalah kontrak sosial (social contract) yang terjadi antara

perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan

menggunakan sumber ekonomi. Dalam legitimasi organisasi dapat dilihat

sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu

yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Kontrak sosial

antara perusahaan dengan masyarakat berisi sejumlah hak dan kewajiban.

Kontrak sosial akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan

kondisi masyarakat. Namun, apapun perubahan yang terjadi di dalam

11
kontrak sosial tersebut tetaplah merupakan dasar bagi legitimasi bisnis

perusahaan. Kontrak sosial yang akan menjadi wahana bagi sebuah

perusahaan untuk menyesuaikan berbagai tujuan perusahaan dengan

tujuan-tujuan masyarakat yang pelaksanaannya dimanifestasikan dalam

bentuk tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) perusahaan.

2. Teori Agensi

Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara

pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak

yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Jansen dan Meckling

(1976) menyatakan hubungan keagenen adalah suatu kontrak di mana satu

atau lebih orang (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan

beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan mendelegasikan

sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen.

Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas

kepentingan mereka sendiri. Sehingga terjadi konflik kepentingan antara

pemilik dan agen karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai

dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency

cost). Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik

kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam

perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa

kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan

tersebut.

12
Dalam hubungan agensi tersebut, terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu

biaya pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs),

dan visibilitas politis. Perusahaan yang melakukan pengungkapan

informasi tanggung jawab sosial dengan tujuan untuk membangun image

pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan

memerlukan biaya dalam rangka untuk memberikan informasi

pertanggungjawaban sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun

berjalan menjadi lebih rendah.

Menurut Belkaoui dan Karpik(1989)Ketika perusahaan

menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah dan

visibilitas politis yang tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan

informasi pertanggungjawaban sosial. Jadi pengungkapan informasi

pertanggungjawaban sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial,

kinerja ekonomi dan visibilitas politis dan berhubungan negatif dengan

biaya kontrak dan pengawasan (biaya keagenen).

Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya

kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan

laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya

untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat

meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat). Kemudian,

sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan berusaha

memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal, dalam hal ini adalah

pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.

13
3. Teori Stakeholder

Pendekatan stakeholder muncul pada pertengahan tahun 1980-an.

Latar belakang pendekatan stakeholder adalah keinginan untuk

membangun suatu kerangka kerja yang responsif terhadap masalah yang

dihadapi para manajer saat itu yaitu perubahan lingkungan (Freeman dan

McVea 2001). Tujuan dari manajemen stakeholder adalah untuk

merancang metode untuk mengelola berbagai kelompok dan hubungan

yang dihasilkan dengan cara yang strategis (Freeman dan McVea, 2001).

Definisi stakeholder menurut Freeman dan McVea (2001) adalah

setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi

oleh pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder dapat dibagi menjadi dua

berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder

sekunder (Clarkson,1995). Stakeholder primer adalah seseorang atau

kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk going

concern, meliputi :shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan

pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok

stakeholder publik, yaitu : pemerintah dan komunitas. Kelompok

stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi,

atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan

transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.

Dari dua jenis stakeholder diatas, stakeholder primer adalah

stakeholder yang paling berpengaruh bagi kelangsungan perusahaan

karena mempunyai power yang cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber

daya perusahaan. Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan

14
sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan

bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan keinginan stakeholder”

(Chariri dan Ghozali, 2007). Lebih lanjut lagi teori stakeholder umumnya

berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk memanage

stakeholdernya (Gray, et al., 1997).

Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak

mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab Freeman (2001).

Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan

mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama

stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya

yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga

kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali,

2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para

stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan

pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat

terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis

antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan

berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian

perusahaannya (sustainability).

4. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan menurut Sucipto (2003) yaitu

penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan

suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja

15
keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat

pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat

diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam

bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya

tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah

sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar

untuk diukur.

Pengukuran kinerja merupakan suatu perhitungan tingkat

efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu

untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam memberikan suatu

gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan, dapat dilihat dari

kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari laporan keuangan yang

dikeluarkan secara periodik. Penilaian prestasi atau kinerja suatu

perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan

keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal (Pujiasih, 2013).

Investor menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan untuk memperoleh perkiraan laba dan dividen di masa

mendatang (Setyaningsih, 2016).

Pemilihan indikator penilaian sebagai proksi untuk mengukur

kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor yang sangat penting

untuk diperhatikan karena menyangkut ketepatan hasil dalam

penelitian tersebut. Menurut Amir (2002) untuk melakukan penilaian

kinerja perusahaan dapat dilihat melalui dua sudut pandang, yaitu:

16
a) Sudut pandang finansial: Adalah pengukuran kinerja dari

aspek-aspek finansial perusahaan seperti likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas.

b) Sudut pandang non finansial: Adalah pengukuran kinerja dari

aspek-aspek non finansial perusahaan seperti kepuasan

pelanggan, inovasi produk, dan pengembangan perusahaan.

Dari aspek-aspek pengukuran tersebut yang paling penting adalah

pengukuran dilihat dari aspek keuangan. Pengukuran kinerja keuangan

ini penting karena dengan kinerja ini para manajer mendapatkan

informasi yang akan digunakan dalam menetukan ukuran keuangan

perusahaan guna mengambil keputusan (Mastilah, 2016).Rasio

keuangan dirancang untuk menganalisis atau mengevaluasi laporan

keuangan yang berisi data tentang posisi perusahaan dan operasi

perusahaan (Setyaningsih, 2016).

b. ROA sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Finansial perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang

dihasilkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan

secara periodik. Teknik analisis laporan keuangan dalam penelitian ini

menggunakan analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan. Menurut

Sucipto (2003) rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan

yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan

hasil operasi suatu perusahaan dapat di interpretasikan. Rasio

keuangan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini yaitu

17
return on assets (ROA). ROA merupakan bagian dari rasio

profitabilitas dalam analisis laporan keuangan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan

oleh laba yang dihasilkan dari penjualandan pendapatan investasi

(Kasmir, 2014).

5. Kinerja Lingkungan

Menurut Suratno (2006) kinerja lingkungan adalah kinerja

perusahaan dalam meciptakan lingkungan yang hijau. Kinerja lingkungan

merupakan hasil yang dicapai perusahaan dalam mengelola lingkungan

melalui kebijakan, sarana dan target dalam melestarikan lingkungan yang

dapat diukur melalui sistem manajemen lingkungan (Purwanto, 2004).

PROPER merupakan program penilaian lingkungan yang dilaksanakan

oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). PROPER ini merupakan alat

ukur yang digunakan untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya kinerja

lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adanya pengelolaan

lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan kualitas produksi,

meningkatkan citra baik perusahaan yang nantinya juga dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Sarumpaet, 2005).

A. PROPER

PROPER dikembangkan dengan beberapa prinsipdasar, yakni:

peserta PROPER bersifat selektif, yaitudiperuntukan bagi industri yang

18
menimbulkandampak besar dan meluas terhadap lingkungandan

mereka peduli dengan citra atau reputasiperusahaannya.Karena itu,

pendekatan strategi yang dipilih PROPERadalah memanfaatkan peran

serta masyarakatdan pengaruh pasar untuk memberikan tekanankepada

industri agar meningkatkan kinerjanya dalampengelolaan lingkungan.

Pemberdayaan masyarakat dan pengaruh tekanan pasar

dilakukan dengan penyebaran informasi yang kredibel, sehingga dapat

menciptakan naik atau turunnya citra perusahaan atau jatuh bangunnya

reputasi suatu perusahaan/industri. Informasi mengenai kinerja

perusahaan, dikomunikasikan dengan menggunakan simbol warna

untuk memudahkan penyerapan informasi oleh masyarakat. Berikut ini

beberapa simbol warna yang diberikan sesuai dengan penilaian

peringkat kinerjausaha/atau kegiatan dalam mengelola lingkungan:

a. Emas diberikan kepada usaha dan/atau kegiatan yang telah secara

konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses

produksi atau jasa, serta melaksanakan bisnis yang beretika dan

bertanggung jawab terhadap masyarakat.

b. Hijau adalah untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah

melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang

dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui

pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan dan mereka telah

memanfaatkan sumber daya secara efisien serta melaksanakan

tanggung jawab sosial dengan baik.

19
c. Biru adalah untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan

upaya pengelolaan lingkungan, yang dipersyaratkan sesuai

dengan ketentuan atau peraturan perundangundangan yang

berlaku

d. Merah adalah bagi mereka yang telah melakukan upaya

pengelolaan lingkungan tetapi belum sesuai dengan persyaratan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

e. Hitam diberikan kepada mereka yang dalam melakukan usaha

dan/atau kegiatannya, telah dengan sengaja melakukan perbuatan

atau melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan terjadinya

pencemaran atau kerusakan lingkungan, serta melanggar

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau tidak

melaksanakan sanksi administrasi. (Sumber:publikasi proper

2015)

B. Pelestarian Lingkungan melalui PROPER

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

pengelolaan lingkungan hidup atau sering disebut dengan PROPER

dapat dijadikan pilihan dalam mengukur kinerja lingkungan

perusahaan yang ada di Indonesia.PROPER merupakan program

pemeringkatan lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup hal ini

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perusahaan dalam

pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian sasaran

prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumber

20
Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator

kinerja utama meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian

pencemaran air limbah dan emisi; menurunnya pencemaran

lingkungan pada air, udara, sampah, dan limbah B3; memastikan

penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS);

tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan

pengendalian dampak perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Pengawasan

pengendalian pencemaran air dan udara serta limbah B3 melalui

mekanisme PROPER merupakan satu dari Program Nasional yang

dilaksanakan secara dekonsentrasi. Untuk menstandarkan pelaksanaan

dekonsentrasi tersebut perlu disusun petunjuk teknis yang akanmenjadi

acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dalam

melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang

lingkungan hidup. (Sumber: petunjuk teknis penilaian PROPER oleh

KLH).

6. Biaya Lingkungan

Menurut Susenohaji (2003), biaya lingkungan merupakan biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya sistem pengelolaan

lingkungan yang buruk akibat dari proses produksi perusahaan. Biaya

lingkungan mencakup biaya yang berhubungan dengan pengurangan

proses produksi yang berdampak pada lingkungan (internal) dan biaya

yang berhubungan dengan perbaikan kerusakan akibat limbah yang

ditimbulkan (eksternal). Biaya lingkungan ini dapat dilihat pada alokasi

21
dana untuk Program Bina Lingkungan yang tercantum dalam laporan

keuangan ataupun laporan tahunan perusahaan. Biaya lingkungan ini

dihitung dengan membandingkan dana program bina lingkungan dengan

laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan.

Menurut Rohelmy (2015) biaya lingkungan dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori: biaya pencegahan (prevention cost), biaya deteksi

(detection cost), biaya kegagalan internal (internal failure cost), dan biaya

kegagalan eksternal (external failure cost).

a. Biaya pencegahan (prevention costs)


Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk mencegah

diproduksinya limbah atau sampah yang dapat merusak lingkungan.

Contoh: perencanaan kualitas, tinjauan ulang produk baru,

pengendalian proses, audit kualitas, pelatihan.


b. Biaya deteksi (detection costs)

Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan untuk menentukan

bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah

memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh:

inspeksi dan pengujian kedatangan material, inspeksi dan pengujian

produk dalam proses, inspeksi dan pengujian produk akhir, audit

kualitas produk, pemeliharaan akurasi, evaluasi stok

c. Biaya kegagalan internal (internal failure costs)


Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya

limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Contoh:

scrap, pengerjaan ulang, analisis kegagalan, pengujian ulang, down

grading.

d. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs)

22
Biaya-biaya aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah

atau sampah ke lingkungan. Contoh: jaminan, penyelesaian keluhan,

produk dikembalikan.

7. Corporate Social Responsibility (CSR)

1. Definisi CSR

Tanggung jawab perusahaan adalah suatu kewajiban perusahaan

yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat

maupun juga dalam mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya

secara fisik maupun memberikan kontribusi positif terhadap

kesejahteraan masyarakat. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial

ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak

hanya mengutamakan atas laba/profit perusahaan tetapi juga dalam

menjalankan aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang ada

disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-

satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan

mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari

laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).

Ada beberapa definisi tentang CSR yang menunjukan keragaman

pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) menurut The

World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

didefinisikan sebagai komitmen berkesinambungan dari kalangan

bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi

23
pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan

karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas

pada umumnya. Sedangkan menurut CSR Asia mendefinisikan sebagai

komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan

berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya

menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders (Jalal,

2007).

2. Pengungkapan CSR (CSR Disclosure)

Terdapat dua jenis pengungkapan dalam pelaporan keuangan

yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar

modal. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory

disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang

diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara, Sedangkan yang

kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu

pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa

diharuskan oleh standar yang ada Fitriyani (2012). Di Indonesia,

pengungkapan sosial bersifat Voluntary, yaitu badan pengawas pasar

modal tidak mengharuskan perusahaan untuk melakukan

pengungkapan sosial. Sehingga, pengungkapan sosial yang terjadi

akan beraneka ragam antara satu perusahaan dengan yang lainnya

sesuai dengan gaya manajemen yang ada di dalam perusahaan tersebut.

Tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility) yang dikemukakan Hackston dan

24
Milne (1996) terdiri dari tujuh tema yaitu: lingkungan, energi,

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk,

keterlibatan masyarakat, dan umum. Pengungkapan corporate social

responsibility (CSR) akan dilihat berdasarkan ketujuh tema tersebut,

dan dijabarkan ke dalam 78 item pengungkapan yang telah disesuaikan

dengan kondisi yang ada di Indonesia sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

Ketujuh tema pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

(corporate social responsibility), diantaranya sebagai berikut ini:

1. Lingkungan

Pengendalian polusi kegiatan operasi perusahaan, memenuhi

ketentuan hukum dan peraturan polusi, pencegahan atau perbaikan

kerusakan lingkungan, konservasi sumber alam, penggunaan

material daur ulang, menerima penghargaan berkaitan dengan

program lingkungan pengolahan limbah, mempelajari dampak

lingkungan, dan perlindungan lingkungan hidup.

2. Energi

Menggunakan energi secara lebih efisien, memanfaatkan barang

bekas, membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi

energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk,

riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi, dan

mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.

25
3. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja

Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja,

mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau

mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja, mentaati

peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja, menerima

penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja, menetapkan

suatu komite keselamatan kerja.

4. Lain-lain tenaga kerja

Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat

kerja,mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja,

pengungkapkan persentase gaji untuk pensiun, mengungkapkan

kebijakan penggajian dalam perusahaan, mengungkapkan jumlah

tenaga kerja dalam perusahaan, mengungkapkan tingkatan

managerial yang ada, mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan

kelompok usia mereka.

5. Produk

Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan,

pengungkapan informasi proyek riset, membuat produk lebih aman

untuk konsumen, melaksanakan riset atas tingkat keselamatan

produk perusahaan, pengungkapan peningkatan

kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk,

pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

26
6. Keterlibatan masyarakat

Sumbangan tunai atau produk, pelayanan untuk mendukung

aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni, tenaga kerja paruh

waktu (part-time employment), sebagai sponsor untuk proyek

kesehatan masyarakat, sebagai sponsor untuk

konferensipendidikan, membiayai program beasiswa, membuka

fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

7. Umum

Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum

berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada

masyarakat dan informasi berhubungan dengan tanggung jawab

sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.

8. Penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian terdahulu sangatlah penting sebagai dasar

pijakan, sumber informasi, dan bahan acuan yang sangat berguna

bagi penulis dalam rangka penyusunan penelitian ini. terdapat

beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan erat dengan

penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1
Penelitian terdahulu

No Nama Judul penelitian Hasil penelitian


Peneliti

27
1 2006 Pengaruh Environmental environmental performance
Suratno, Performance Terhadap berpengaruh secara positif
dkk. Environmental Disclosure signifikan terhadap
Dan Economic environmental
Performance (Studi disclosure.environmental
Empiris Pada Perusahaan performance juga
Manufaktur Yang Terdaftar berpengaruh secara positif
Di Bursa Efek Jakarta signifikan terhadap
Periode 2001-2004) economic performance.
2 2013 Pengaruh Kinerja biaya lingkungan tidak
Fitriani Lingkungan Dan Biaya berpengaruh terhadap kinerja
Lingkungan Terhadap keuangan. Hal ini karena
Kinerja Keuangan Pada tanggung jawab sosial
BUMN perusahaan lewat berbagai
dimensi biaya sosial kurang
memiliki konsekuensi
ekonomi (economic
consequences) karena
bentuk, tipe, dan strategi
social cost yang dilakukan
perusahaan lebih bersifat
indirect effect.
3 2013 Pengaruh Corporate social CSR dan kepemilikan saham
Haryati responsibility, Kinerja publik berpengaruh positif
Lingkungan Dan Struktur terhadap kinerja keuangan.
Corporate Governance Namun, kinerja lingkungan
Terhadap Kinerja dan ukuran komite audit
Keuangan Perusahaan Yang tidak memiliki pengaruh
Terdaftar Di Bursa Efek terhadap kinerja keuangan.
Indonesia
4 2014 Pengaruh Corporate Social ada pengaruh yang
Fitria Responsibility Terhadap signifikan antara CSR
Profitabilitas Perusahaan terhadap ROA. Hal ini
(Studi Pada Indeks Sri- membuktikan bahwa pihak
Kehati Yang Listing Di BEI eksternal dalam menilai
Periode 2010-2012) perusahaan tidak hanya
memandang dari aspek
keuangan saja, tetapi aspek
diluar keuangan seperti
aktivitas tanggungjawab
sosial perusahaan juga turut
diperhitungkan.
5 2016 Pengaruh Environmental terdapatpengaruhEnvironme
Mustika Performance, ntal Performance terhadap
Environmental Cost Dan Financial Performance pada
CSR Disclosure Terhadap perushaan manufaktur yang
Financial Performance terdatar di BEI tahun 2013-
2015, terdapat siginfikan

28
CSRD terhadap Financial
Performance pada perushaan
manufaktur yang terdatar di
BEI tahun 2013-2015, tidak
terdapat pengaruh
Environmental Cost terhadap
CSRD pada perushaan
manufaktur yang terdatar di
BEI tahun 2013-2015,
terdapat pengaruh
Environmental Performance
terhadap CSRD pada
perushaan manufaktur yang
terdatar di BEI tahun 2013-
2015.
6 2016 Pengaruh Kinerja kinerja lingkungan
Ikhsan, Lingkungan Terhadap berpengaruh positif terhadap
Kinerja kinerja keuangan yang
Keuangan: Studi Pada diproksikandengan Return
Perusahaan Yang Terdaftar on Asset.kinerja lingkungan
Di berpengaruh signifikan
Kementerian Lingkungan terhadap kinerja perusahaan.
Hidup Dan Listing Di BEI Sehingga kemudian
(Periode 2008-2014) disimpulkan bahwa
ROAberpengaruh signifikan
positif terhadap kinerja
perusahaan.
7 2016 Pengaruh Corporate Social variabel CSR berpengaruh
Gantino Responsibility Terhadap positif signifikan terhadap
Kinerja Keuangan ROA. Corporate Social
Perusahaan Manufaktur Responsibilty (CSR)
yang Terdaftar di Bursa berpengaruh positif
Efek Indonesia periode signifikan terhadap return on
2008- assets(ROA).
2014
8 2016 Pengaruh Kinerja kinerja lingkungan
Bahri Lingkungan Terhadap berpengaruh terhadap kinerja
Corporate keuangan, kinerja
Financial Performance lingkungan berpengaruh
Dengan Corporate Social terhadap CSR, CSR
Responsibility Disclosure berpengaruh terhadap kinerja
Sebagai keuangan dan uji hipotesis
Variabel Intervening(Studi menggunakan analisis jalur
Empiris Pada Perusahaan menunjukkan secara
Manufaktur Yang Terdaftar langsung CSR dapat
Di BEI) memediasi hubungan antara
kinerja lingkungan dengan
CSR.

29
9 2016 Pengaruh Kinerja kinerja lingkungan
Camalia Lingkungan Dan Biaya berpengaruh secara
Lingkungan Terhadap signifikan terhadap kinerja
Kinerja Keuangan keuangan.
10 2018 Pengaruh Environmental kinerja lingkungan
Maulidd Performance,Iso 14001, berpengaruh signifikan
ina Dan Environmental Cost terhadap kinerja keuangan
TerhadapKinerja Keuangan (ROA). Sedangkan ISO
Perusahaan Manufaktur 14001 dan biaya lingkungan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.
Sumber: Berbagai literatur

9. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah mengenai

pengaruh Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan, dan Luas

Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Penelitian

ini menggunakan Kinerja Lingkungan,Biaya Lingkungan, dan Luas

Pengungkapan CSR sebagai kerangka pemikirannya.

Kinerja Lingkungan ( X1)


H1
Kinerja Keuangan Perusahaan (Y)
Biaya Lingkungan ( X2) H2

H3
Luas pengungkapan CSR(X3)

Gambar 1. Kerangka Berpikir


Keterangan:
= Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen

30
10. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan tujuan

yang ingin dicapai , maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja keuangan

perusahaan.

Menurut Suratno et al., (2006)Perusahaan dengan kinerja

lingkungan yang tinggi akan memiliki nilai perusahaan yang tinggi

pula. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan kinerja lingkungan

yang tinggi akan memiliki biaya lingkungan yang rendah.

Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan akan melakukan program-

program yang dianggap baik oleh masyarakat untuk mendapatkan

legitimasi dari masyarakat. Informasi atas program pengungkapan

lingkungan akan mempunyai efek yang positif bagi investor. Hal ini

dikarenakan informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan

adalah hal yang sangat penting bagi stakeholder khususnya investor

sebab pengungkapan informasi mengenai hal tersebut merupakan

kebutuhan bagi stakeholder.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Camalia (2016)

kinerja lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

keuangan. Hal ini didukung hasil analisis deskriptif yang

menyimpulkan bahwa, semakin baik peringkat PROPER yang

diperoleh maka semakin baik pula tingkat ROA yang dihasilkan

31
meskipun rata-rata ROA secara keseluruhan pada penelitian ini

masih dibawah standar akan tetapi sudah dapat dikategorikan cukup

baik. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan

mendapat respon yang baik pula dari para investor dan stakeholder

dan juga berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan dalam

jangka panjang.Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah:

H1 : Kinerja Lingkungan Berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

2. Pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan.

Biaya lingkungan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan berhubungan dengan program perbaikan lingkungan

akibat dari pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan

secara sengaja ataupun tidak disengaja. Program bina lingkungan ini

alokasi dananya meliputi bantuan bencana alam, pendidikan atau

pelatihan, kesehatan, sarana dan prasarana umum, serta fokus pada

pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terkadang

perusahaan mengabaikan biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh

perusahaan, sehingga pengaruhnya terhadap laporan keuangan

tahunan perusahaan tidak terlihat. Jika perusahaan terus

mengabaikan, dampaknya terhadap laporan keuangan akan

32
memburuk dikarenakan membengkaknya biaya lingkungan yang

dikeluarkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Whino (2014) dan Anis

(2013) yang menyatakan bahwa biaya lingkungan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut

Sumardiyono (2007), program bina lingkungan ini masih dianggap

sebagai biaya ganti rugi yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai

dampak atas kerugian maupun kerusakan yang ditimbulkan. Padahal

jika program bina lingkungan ini diterbitkan dalam laporan

keuangan ataupun laporan tahunan perusahaan, mampu

meningkatkan reputasi perusahaan yang berpengaruh terhadap

keuanggulan kompetitif dan dapat dijadikan sebagai strategi dalam

meningkatkan omset penjualan atau laba.Atas dasar uraian di atas,

maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H2 : Biaya Lingkungan Berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan Perusahaan.

3. Pengaruh Luas Pengungkapan Corporate Social Reasponsibility

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

Perusahaan yang menunjukkan kepeduliannya pada

masyarakat akan memunculkan image dalam masyarakat bahwa

perusahaan juga memupunyai kepedulian dalam mengelola produk

yang dihasilkannya. Hal tersebut akan menimbulkan kepercayaan

akan kualitas produk yang dihasilkan dan akhirnya pada loyalitas

33
untuk menggunakan produk tersebut. Kepercayaan masyarakat akan

kualitas produk tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu

perusahaan yang diukur dengan meningkatnya laba yang diperoleh

perusahaan (Santoso, 2008).

Perusahaan akan mengungkapkan informasi jika informasi

tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menerapkan

CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan

memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang

(Kiroyan, 2006). Masyarakat akan menilai perusahaan sebagai suatu

entitas yang baik karena tidak hanya berorientasi pada peningkatan

Perusahaan akan mengungkapkan informasi jika informasi tersebut

dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menerapkan CSR,

diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan

memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang

(Kiroyan, 2006). Masyarakat akan menilai perusahaan sebagai suatu

entitas yang baik karena tidak hanya berorientasi pada

peningkatan.Atas dasar uraian di atas, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah:

H3 : Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

34
H. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana

penelitian ini menggunakan suatu instrument dalam pengukurannya

dan mengolahnya secara statistik. Penelitian ini dilakukan

padaperusahaan yang terdaftar di indeks SRI-KEHATI. Rancangan

penelitian ini digunakan untuk menganalisis penelitian mengenai

“Pengaruh Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan, dan Luas

Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ( studi

pada perusahaan yang terdaftar pada Indeks SRI-KEHATI Periode

2015-2017)”.

Penelitian ini mengguanakan data sekunder yang berupa

laporan tahunan perusahaan dan laporan hasil proper periode 2015-

2017, adapun sumber informasi utama dalam penelitian ini di peroleh

melalui situs yang dimiliki oleh BEI, yakni www.idx.co.id ,melalui

situs indeks SRI-KEHATI, yakni www.kehati.or.id dan situs

Kementrian Lingkungan Hidup yakni www.menlh.go.id. Sebelum data

dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi linear berganda,

terlebih dahulu akan di uji dengan menggunakan uji asumsi klasik

yaitu uji normalitas, uji heteroskedastistas, uji multikolinearitas, dan

uji autokolerasi. Teknik analisisdata menggunakan model analisis

regresi linier berganda dan pengolahan datanya dilakukan dengan

bantuan program SPSS (Statistical Packagefor Social Science). Hasil

dari analisis data diinterpretasikan dan diakhiri dengan membuat

35
kesimpulan serta memberikan saran sebagai kontribusi penelitian

selanjutnya. Rancangan penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut

ini. ( Lampiran 01.)

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesipulannya. (Sugiyono, 2014:148) populasi penelitian ini adalah

perusahaan yang masuk dalam indeks SRI-KEHATI yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015- 2017

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 149). Adapun

metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu pemilihan sampel secara acak tetapi sesuai dengan

kiteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam

penelitian sampel adalah:

1. Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang terdaftar di

Daftar perusahaan Indeks SRI KEHATI minimal 1 tahun

dengan 2 periode

2. Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang tetap listing

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017

36
3. Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang telah

menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunannya pada

berturut-turut tahun 2015-2017,

4. Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI dan telah

mengikuti PROPER periode 2015-2017,

5. Perusahaan yang memiliki data-data lengkap mengenai

variable yang terkait dengan penelitian ini

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka penulis

menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

13 Perusahaan.Setelah kriteria pelihan ditentukan pemilihan

sampel di terapkan, perusahaan yang akan menjai sampel dalam

penelitian ini dirincikan dalam tabel dibawah ini.

Table 2
Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah
Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang terdaftar di 28
Daftar perusahaan Indeks SRI KEHATI minimal 1 tahun
dengan 2 periode
Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang tetap listing (0)
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017
Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI yang telah (0)
menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunannya pada
berturut-turut tahun 2015-2017,
Perusahaan Kategori Indeks SRI KEHATI dan telah (15)
mengikuti PROPER periode 2015-2017,
Perusahaan yang memiliki data-data lengkap mengenai (0)
variable yang terkait dengan penelitian ini
Jumlah 13
Jumlah sampel x periode 39
Sumber: diolah dari berbagai referensi

37
Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
dapat dilihat secara lebih jelas dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.
Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan


1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2 GJTL Gajah Tunggal, Tbk
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
4 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
5 KLBF Kalbe Farma Tbk.
6 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.
7 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
8 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (persero) Tbk.
9 SMCB Holcim Indonesia, Tbk
10 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
11 TINS Timah (Persero) Tbk.
12 UNTR United Tractors Tbk.
13 UNVR Unilever Indonesia, Tbk.
Sumber : diolah dari berbagai referensi
3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel penelitian

Variable-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain:

a. Variabel Bebas ( Independent Variable)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kinerja

Lingkungan, Biaya Lingkungan, dan Luas Pengungkapan CSR .

b. Variabel Terikat ( Dependent variable)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja

keuangan perusahaan.

2. Definisi Operasional Variabel

38
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan

informasi kepada kita tentang bagaimana cara mengukur variable.

Penelitian ini meggunakan 3 variabel bebas yaitu Kinerja lingkungan,

Biaya Lingkungan, dan Luas pengungkapan Corporate Social

Responsibility. Yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

Kinerja Keuangan Perusahaan (Y) pada perusahaan yang terdaftar di

indeks SRI KEHATI periode 2015-2017. Dimana masing-masing

variable diuraikan sebagai berikut:

a. Variabel bebas

1. Kinerja Lingkungan (X1)

Kinerja Lingkungan adalah hasil yang dapat diukur

dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan

kontrol aspek-aspek lingkungannya. PROPER merupakan

program penilaian lingkungan yang dilaksanakan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). PROPER ini

merupakan alat ukur yang digunakan.Kinerja lingkungan

diukur dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal

adalah skala ranking, di mana kode atau kategori yang

diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi

tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol

mutlak. Skala ordinal tidak hanya menyatakan kategori

tetapi juga menyatakan peringkat kategori tersebut

(Sugiarto, 2006).

39
Tabel 4.
Indikator Penilaian PROPER

Indiator Keterangan Sko


Warna r
Emas Telah secara konsisten menunjukkan keunggulan 5
lingkungan dalam proses produksinya.
Hijau Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih 4
dari yang dipersyaratkan dalam peraturan.
Biru Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan 3
yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan.
Merah Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang tidak 2
sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
Hitam Diberikan kepada penanggung jawab usaha 1
dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan
perbuatan atau kelalaian yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.
Sumber :publikasi proper 2015

2. Biaya Lingkungan (X2)

Biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan berhubungan dengan kerusakan lingkungan

yang ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan. Biaya

lingkungan ini dapat dilihat pada alokasi dana untuk

Program Bina Lingkungan yang tercantum dalam laporan

keuangan ataupun laporan tahunan perusahaan.Menurut

Whino (2014) teknik pengukuran biaya lingkungan dapat

dilihat dalam rumus berikut ini:

Program Bina Lingkungan


Biaya Lingkungan=
Lababersih Setelah Pajak

3. Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (X3)

40
Pengungkapan CSR adalah data yang diungkapkan

perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang

dilakukan perusahaan (Hackston dan Milne, 1996).

Sedangkan definisi operasional praktek pengungkapan

sosial yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

banyaknya item-item pengungkapan sosial yang

diungkapkan dalam laporan tahunan yang dikeluarkan oleh

perusahaan.

Menurut Sembiring (2005), berdasarkan peraturan

Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan ada 12 item

dari 90 item pengungkapan yang tidak sesuai untuk

diterapkan dengan kondisi di Indonesia. Selanjutnya

dilakukan penyesuaian dengan cara menghapuskan 12 item

pengungkapan tersebut, sehingga secara total tersisa 78

item pengungkapan. Item pengungkapan dalam penelitian

ini kemudian dinyatakan dalam bentuk indeks

pengungkapan sosial. Apabila item pengungkapan tersebut

ada dalam laporan tahunan perusahaan maka diberi skor 1,

dan jika item pengungkapan tersebut tidak ada dalam

laporan tahunan perusahaan maka diberi skor 0. Adapun

rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut :

Σ Xj
CSRDIj=
Nj

41
CSRDIj= corporate social Responsibility Disclosure index
perusahaan j
∑xj = Jumlah Item yang diungkapkan oleh perusahaan j
Nj =Jumlah Item Pengungkapan CSR

b. VariabelTerikat

Kinerja Keuangan Perusahaan (Y)

Kinerja keuangan merupakan suatu gambaran tentang

kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan

alat-alat analisis keuangan. Pada penelitian ini untuk mengukur

kinerja keuangan menggunakan Return On Asset (ROA),

Return on asset (ROA) merupakan ukuran efektifitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Adapun

Pengukurannya dalam Kasmir (2014) menggunakan rumus

berikut ini :

Laba Bersih Setelah Pajak


ROA= X 100
Total Aset

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Sugiyono,(2009) menyatakan bahwa pengumpulan data dapat

diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan

gabungan/ triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan 2

metode dalam pengumpulan data yaitu:

a. Dokumentasi

42
Metode studi dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan

data berupa laporan tahunan dan laporan yang telah dikeluarkan

oleh perusahaan pada periode tahun 2015 – 2017 selain itu data

yang diperlukan adalah daftar hasil proper serta daftar perusahaan

yang terdaftar di indeks SRI KEHATI periode 2015-2017. Data

tersebut diperoleh melalui situs yang dimiliki oleh BEI, yakni

www.idx.co.id , melalui situs indeks SRI-KEHATI, yakni

www.kehati.or.id dan situs Kementrian Lingkungan Hidup yakni

www.menlh.go.id.

b. Kepustakaan

Studi pustaka atau literatur melalui buku teks, jurnal ilmiah,

artikel dan majalah, serta sumber tertulis lainnya yang berkaitan

dengan informasi yang dibutuhkan, juga dijadikan sumber

pengumpulan data.

Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: dengan menggunakan telaah

atau analisis dengan menggunakan laporan keuangan yang telah di

publikasi dari tahun 2015-2017 dan menggunakan laporan

publikasi PROPER 2015-2017. Selain itu penelitian ini juga

menggunakan instrument daftar pertanyaan untuk luas

Pengungkapan CSR yang telah disediakan oleh BAPEPAM.

Dengan ketentuan nilai setiap centang adalah Apabila item

pengungkapan tersebut ada dalam laporan tahunan perusahaan

43
maka diberi skor 1, dan jika item pengungkapan tersebut tidak ada

dalam laporan tahunan perusahaan maka diberi skor 0.

5. Metode dan Teknik Analisis Data

1. Metode Analisis data

a. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal dan bebas dari asumsi klasik yang terdiri

dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokolerasi dan uji

heteroskedastisitas. Setelah data berhasil dikumpulkan, sebelum

dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap

penyimpangan asumsi klasik, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal (Ghozali, 2013).Dasar pengambilan keputusan untuk

uji normalitas data adalah sebagai berikut:

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, dan pada tabel

Kolmogorov-smirnov signifikansinya lebih dari 5%

(>0,05) maka modelregresi memenuhi asumsi

normalitas.

44
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram

tidak menunjukkan pola distribusi normal, dan pada

tabel Kolmogorov-smirnov signifikansinya kurang dari

5% (<0,05) maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas (Ghozali, 2013).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013).

Untukmengetahui ada/tidaknya multikolonieritas adalah

dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan

Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen

yangterpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai

VIF tinggi (karena VIF =1/Tolerance). Kriteria pengambilan

keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai

berikut:

45
a. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10,

maka berarti tidak terjadi multikolonieritas.

b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10,

maka berarti terjadi multikolonieritas.

3. Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(Ghozali, 2013). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan ada

masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul dikarenakan

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Masalah tersebut timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke

observasilainnya. Penelitian ini mendeteksi autokorelasi

dengan Uji RunsTest. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Tidak ada autokorelasi

Ha: Ada autokorelasi

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi dengan

Uji RunsTest adalah apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih

besar dari0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

46
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di

sebut homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik

adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini

mengunakan uji glejser. Uji glejser merupakan cara untuk

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, hal ini dapat

terlihat apabila probabilitas signifikansinya lebih dari 0,05

maka dapatdisimpulkan model regresi tidak mengandung

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

2. Teknik Analisis Data


a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

umum dari variabel penelitian, yaitu gambaran suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, range, kurtoris dan skewness

(kemencengan distribusi) (Ghozali,2013).


b. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan

menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple

Regression Analysis). Metode MRA ini digunakan untuk meneliti

pengaruh yang terjadi pada variabel independen terhadap variabel

dependen serta menunjukkan arah hubungan variabel-variabel

47
tersebut. Hipotesis akan diterima jika variabel bebas

mempengaruhi secara signifikan terhadapan variabel dependen

(Ghozali, 2013).Model regresi dalam penelitian ini digambarkan

sebagai berikut :

Y= α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +e

Keterangan :
Y = Kinerja Keuangan Perusahaan
α = Konstanta
β1,2,3= Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Biaya Lingkungan
X3 = Luas Pengungkapan CSR
e = error term

c. Uji Statistik t (Uji Signifikan Parameter Individual)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh

masingmasing variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%,

maka kriteria pengujian atau dasar pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013):

a. Apabila nilai signifikansi t < 0.05, berarti variabel

independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel

dependen.

b. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, berarti variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap

48
variabel dependen.

d. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai R² berkisar 0-1, jika koefisien

determinasi yang kecil berarti kemampuan variasi variabel

amat terbatas. Regresi yang semakin baik akan ditunjukkan

dari semakin tingginya nilai R² mendekati 1. Sebaliknya, jika

nilai R² mendekati 0 menunjukkan variabel independen tidak

mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependen.

Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan

koefisien korelasi (R). Secara umum koefisien determinasi

untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya

variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,

sedangkan untuk data runtut waktu (timeseries) biasanya

mempunyai nilai koefisien determinasi yangtinggi (Ghozali,

2013).

K. Jangka Waktu Penilaian

Jadwal penelitian mencangkup semua kegiatan dan persiapan

hingga penyerahan laporan penelitian. Jadwal penelitian disajikan pada

tabel 5.

Tabel 5

49
Jadwal penelitian

Bulan ke-
No Kegiatan Tahun 2018 Tahun 2019
10 11 12 1 2
1 Penyusunan proposal
2 Pengajuan judul
3 Seminar
4 Perbaikan Proposal
5 Pengumpulan data
6 Analisis data
7 Penulisan Laporan
8 Ujian skripsi
9 Laporan selesai

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Aziz Nurul Ikhsan, Harjum Muharam. 2016. “Pengaruh Kinerja


Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan: Studi Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Kementerian Lingkungan Hidup Dan Listing Di Bei (Periode
2008-2014). Diponegoro Journal Of Management Volume 5, Nomor 3,
Tahun 2016, Halaman 1-11.

50
Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia. 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure Dan Kinerja
Finansial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”.Universitas Airlangga
Amir. 2002. “Analisis kinerja keuangan”. Penerbit PERS.Tesis.Universitas Negeri
Makasar.Makasar
Andayani, Rezin. 2015. Hubungan Antara Iso 14001, Environmental performance
dan Environmental disclosure Terhadap Economic Performance. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 No 2 September 2015.
Bahri, Syaiful dan Febby Anggista Cahyani. 2016. Pengaruh Kinerja Lingkungan
Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Corporate Social
Responsibility Disclosure Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Ekonomi
Universitas Kadiri Vol. 1, No. 2, September 2016.

Belkaoui, Ahmed dan Karpik, Philip G. 1989. Determinants of the Corporaten


Decision to Disclose Social Information. Accounting, Auditing and
Accountability Journal, Vol. 2, No. 1, hal. 36-51.
Bursa efek Indonesia. www.idx.co.id
Camilia, Ica. 2016. “ Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Biaya Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Candrayanthi. Saputra,Dharma. 2013. “ Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia)”. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 141-158
Clarkson, Peter M., Yue Li, Gordon D. Richardson, Florin P. 2006. Revisiting the
Relation Between Environmental Performance and Environmental
Disclosure: An Empirical Analysis. Journal of Accounting and Public
Policy.
Fahrizqy, Anggara. 2010. “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Fitriani, Anis. 2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan Pada BUMN. Jurnal Ilmu Manajemen.
Volume 1 Nomor 1 Januari 2013.
Freeman, R.E. dan J. McVea. 2001. “A Stakeholder Approach to Strategic
Management”.http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=263511.
SSRN. Diakses tanggal 18 september 2018.

51
Gantino, Rilla.2016 .“Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2014”. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol.
3(2), 2016, pp 19-32
Ghozali, I,. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 19.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2014. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19, Edisi V. Semarang:Universitas Diponegoro Semarang.

Gray, R., Owen, D. and Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting:


Accounting and Accountability. Prentice Hall, London.
Gray, R., Owen, D. dan Adams, C. 1996. Accounting and Accountability. Prentice
Hall, London.
Gray, R., R. Kouhy, dan S. Lavers. 1995. “Corporate Social and Environmental
Reporting. A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8. No.
2. pp. 47-77
Gray, Rob; Colin Dey; Dave Owen; Richard Evans and Simon Zadek. 1997.
Struggling with the Praxis of Social Accounting: Stakeholders,
Accountability, Audits and Procedures. Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol. 10, No. 3, p. 325-364

Hackston, D. and M. J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and


Environmental Disclosures in New Zealand Companies. Accounting,
Auditing and Accountability Journal, Vol. 9 No. 1:77-108.
Hartanti, Dwi. 2004. Pengaruh Kinerja Lingkungan Hidup Perusahaan Serta
Sistem Manajemen Lingkungan Hidup Perusahaan Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan.Economics Business & Accounting Review, Edisi
III/ September-Desember

Haryanti, Rima. 2013. “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kinerja


Lingkungan Dan Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.
Jurusan Akuntansi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas
Diponegoro.
Horvathova. 2010. “Does environmental performance affect financial
performance? A metaanalysis.” Journal of Ecological Economics.
ScienceDirect

Imam Ghozali dan Anis Choiroti. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

52
Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Iriyanto, Felecia Novita dan Nugroho, Paskah Ika. 2014. Pengaruh Kinerja
Lingkungan terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report dan
Kinerja Ekonomi. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 3
No. 1: 46-57.
Iwata dan Okada. 2011. “How does environmental performance affect financial
performance? Evidence from Japanese manufacturing firms”. Journal of
Eological Economics. ScienceDirect

Jalal. 2007. Perkembangan Mutakhir CSR di Indonesia. Jakarta: Lingkar Studi


CSR.
Jensen,M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. Vol 3. No 4. Pp. 305-360
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Ed. 1-7. Jakarta: Rajawali Pers.
Kementerian Negara lingkungan Hidup. www.menlh.go.id/proper/
Kiroyan. 2006. Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab
social: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Seminar Nasional Akuntansi, VIII Solo, pp. 379-395.

Lindrawati, N. Felicia dan Budianto. 2008. Pengaruh Corporate Social


Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar
sebagai 100 Best Corporate Citizens Oleh KLD Research &
Analytics.Majalah Ekonomi, Tahun XVIII, No. 1.

Manurung, Pinalia. 2017. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja


Keuangan Dan Kinerja Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015). Skripsi. Jurusan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Lampung.
Mardikanto, Totok. 2014. CSR Corporate Social Responsibility (Tangung Jawab
Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.
Mastilah .2016. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2011-
2014.Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Mustika, Ryan Risky.2017.“Pengaruh Environmental Performance,
Environmental Cost Dan CSR Disclosure Terhadap Financial
Performance. Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Press release PROPER 2011

53
Pujiasih. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan
Dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Variabel
intervening. Skripsi: Program Studi Akuntansi
Purwanto. 2004. “Pengukuran Kinerja Lingkungan”. http://andietri.tripod.com/
(Diakses pada tanggal 20 September 2018)
Putri, Fitria Ayuning. 2014. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Profitabilitas Perusahaan (Studi pada Indeks SRI-KEHATI yang Listing di
BEI Periode 2010-2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 13 No. 1
Agustus 2014
Rokhmawati, et al. 2015. “The effect of GHG emission, environmental
performance, and social performance on financial performance of listed
manufacturing firms in Indonesia”. Journal of Social and Behavioral
Science. ScienceDirect

Sarumpaet. Susi. 2005. The Relationship Between Environmental Performance


And Financial Performance Amongst Indonesian Companies. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7 No. 2
Sayekti, Y. dan L.S. Wondabio. 2007.” Pengaruh CSR Diclosure Terhadap
Earning Respone Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang
Terdaftar DiBursa Efek Jakarta)”. Makasar :Simposium Nasional
Akuntansi X, 1-35.
Sembiring, E.R. 2005.“Karakterisik Perusahaan dan Pengungkapan
TanggungJawab Sosial (Study Empiris Pada yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta)”. Solo:Simposium Nasional Akuntansi VIII, 379-395.
Setyaningsih, Riska Dewi dan Asyik, Nur Fadjrih. 2016. Pengaruh Kinerja
Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan dengan Corporate Social
Responsibility sebagai Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol.5
No. 4: 1-15.
Sharairi, Al dan Jamal Adel. 2005. The Impact of Environmental costs on the
Competitive Advantage of Pharmaceutical Companies in Jordan. Middle
Eastern Finance and Economics, ISSN: 1450-2889 Issue 15 (2011).
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. USU Digital Library. Medan.
Sudana, I.M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktik.
Surabaya: Erlangga

Sueb, Memed dan Maria Nety Indramayu Keraf. 2012. Relasi Sistem Manajemen
Lingkungan Iso 14001 Dan Kinerja Keuangan. Jurnal Dinamika
Manajemen. Vol. 3, No. 1.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

54
Sumardiyono, Eko. 2007. Evaluasi Pelaksanaan Community Development dalam
Perolehan PROPER hijau. (tesis) http://eprints.undip.ac.id/17349

Suratno, Bondan Ignatius. 2006. “Pengaruh Environment Performance Terhadap


Environment Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode
2001-2004)”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 10 No. 2 Mei
2007 Hal. 199-204
Suratno, Darsono, dan Siti Mutmainah. 2007. “Pengaruh Environmental
Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic
Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di BEJ Periode 2001-2004). The Indonesian Journal of Accounting
Research. Vol. 10 No. 2.
Susenohaji. 2003. “Environmental Management Accounting (EMA):
Memposisikan Kembali Biaya Lingkungan Sebagai Informasi Strategis
Bagi Manajemen”. Balance. Vol. 1, No. 1.
UU No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Tentang Perseroan Terbatas
Whino Sekar Prasetyaning Tunggal dan Fachrurrozie. 2014. “Pengaruh
Environmental Performance, Environmental Cost dan CSR Disclosure
Terhadap Financial Performance”. Accounting Analysis Journal. Vol. 3,
No. 1.
Yayasan Keaneka Ragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI).
www.kehati.or.id

Lampiran 01. Rancangan Penelitian

55
Pengaruh Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan , Dan Luas
Pengungkapan CSR Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(studi pada perusahaan yang terdaftar di Indeks SRI KEHATI
periode 2015-1017

Perumusan Masalah Penelitian

Menentukan tujuan dan manfaat penelitian

Menentukan jenis dan metode pengumpulan data

Menganasisis Data

Analisis Uji Asumsi Klasik: Pengujian


statstik Uji Normalitas Hipotesis:
deskriptif Uji Multikolonieritas Analisis Regresi
Uji Heteroskedastisitas linier berganda
Uji Autokolerasi Uji Hipotesis:
Uji t (Parsial)

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

56

Anda mungkin juga menyukai