Tugas KP Pak Yustan NEW
Tugas KP Pak Yustan NEW
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit. Pelayanan
keperawatan mempunyai peran yang besar dalam pencapaian mutu citra dan efisiensi
pelayanan kesehatan di RS, karena selain merupakan tenaga profesi yang terbanyak
jumlahnya di setiap RS juga sebagai tenaga profesi yang memberi pelayanan selama 24
jam terus menerus di sisi pasien, sehingga pengelolaan tenaga keperawatan mutlak perlu
dilaksanakan dengan baik
Perencanaan tenaga ( staffing ) merupakan salah satu fungsi yang penting dalam organisasi,
termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan organisasi juga ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia yang ada.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah akan memberikan gambara yang lebih jelas mengenai apa yang akan
dibahas selanjutnya, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
Tenaga perawat merupakan tulang punggung bagi rumah Sakit. Oleh sebab itu perlu
disusun metode perencanaan tenaga perawat yang cocok terhadap kebutuhan rumah sakit
dan kebutuhan pelanggan.
CARA RASIO
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Permenkes
262 / Menkes / per / VII / 1979. menyebutkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di rumah
sakit adalah perbandingan jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah perawat
sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
Khusus Disesuaikan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Secara umum penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien dengan klasifikasi
minimal, 14 klien dengan klasifikasi parsial dan 5 klien dengan perawatan total) maka
jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:
Jumla KLASIFIKASI PASIEN
h
Minimal Parsial Total
Klien
Dst
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Menurut Johnson ( 1984 ) yang dikutip oleh Gillies,1989 bahwa klasifikasi pasien
dibagi menjadi lima :
a. Tingkat ketergantungan I ( self care ), dengan kondisi pasien sbb :
Makan sendiri atau dengan bantuan minimal, kebersihan diri hampir seluruhnya
dilakukan sendiri, eliminasi dilakukan di kamar mandi tanpa bantuan , tidak
mengalami inkontinentia.
Makan perlu bantuan dalam menyiapkan, mengatur posisi dapat makan sendiri,
kebersihan diri dapat dapat melakukan sendiri atau dengan bantuan minimal,
eliminasi perlu bantuan, dapat mobilisasi sendiri atau engan bantuan minimal, tidak
mengalami inkontinentia.
Pasien tidak dapat mengunyah dan menelan, tidak mampu melaksanakan kebersihan
diri sendiri, eliminasi perlu bantuan bedpan, kurang mampu mobilisasi sendiri.
Inkontinentia .2 kali setiap shift perlu bantuan untuk kenyamanan.
Pasien tidak dapat makan sendiri, kesulitan untuk mengunyah dan menelan,
kemungkinan dipasang slang. Kebersihan diri perlu bantuan secara total, eliminasi
mengalami inkontinentia 2 kali tiap shift, tidak mampu mengatur posisi sendiri
perlu bantuan 2 orang untuk mengatur posisi.
Diperlukan satu orang perawat untuk satu pasien dalam melakukan observasi atau
monitoring secara terus meneruis tiap shift.
Menurut Ann Mariner ( 1992 ), sesuai klasifikasi pasien tersebut diatas, rata rata
kebutuhan perawatan untuk self care adalah 1-2 jam /hari, minimal care 3-4
jam/hari, moderate care 5-6 jam/hari, extensif care 7-8 jam/hari, dan intensif care
10-14 jam/hari.
Ditinjau dari keperawatan langsung dan keperawatan tidak langsung. (perhitungan
gillies)
Maka untuk menghitung waktu yang dibutuhkan untuk perawatan pasien adalah
= waktu perawatan langsung + waktu perawatan tidak langsung + waktu untuk
penyuluhan kesehatan.
Kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan beban kerja perawat :
No Jenis/kategori Rata-rata Rata-rata jam Jml jam
pasien/hari pwt/pasien/hari perawat/hari
1. Rawat Inap
Pasien bedah
2. 8 4 32
Pasien gawat
3. 1 10 10
Pasien anak
4. 3 4,5 13,5
Pasien kebid.
5. 1 2,5 2,5
Jumlah
23 93,0
Ket. :
= 52 + 12 + 14 = 78 hari x 13 = 3.5
286
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non kep. (non-nursing jobs) seperti
contoh : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan
pasien, dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 16.5 + 4.1 = 20.6 (dibulatkan 21 perawat)
(c x d)
5. Gelisah/disorientasi
Contoh kasus :
A b C d e
1. Askep minimal 7 2 14
Jumlah 26 87.37
Untuk perhitungan jlm tenaga tsb perlu ditambah (faktor koreksi) dengan :
286
Tenaga kep. yg mengerjakan pekerjaan non kep. (non-nursing jobs) seperti contohnya :
membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat2 makan pasien, dll
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
100
Jlm tenaga : tenaga yg tersedia + faktor koreksi 15.9 + 3.9 = 19.8 (dibulatkan 20 perawat)
Jadi tenaga kep. Yg dibutuhkan dalam contoh kasus di atas adalah sebanyak 20 orang.
2. Kamar Operasi
5. Ketergantungan pasien :
Contoh kasus :
= [(6×5 jam) + (15×2 jam) +(9×1 jam)] x 2 = 19.71 +1 (pwt cadangan inti)
7 jam
Jadi jlm tenaga kep. Yg dibutuhkan di kamar operasi untuk contoh kasus di atas 20 orang.
7
Jadi jlm tenaga kep. Yang dibutuhkan di ruangan penerimaan dan RR adalah 5 orang
Perhitungan di atas dg kondisi : alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD.
3. Gawat Darurat
Contoh ;
50 x 4 78
7 286
4. Critical Care
10 x 12 78
——— =17.15 = 17 orang + loss day (—- x 17 = 4,63 ~ 5 orang
7 286
5. Rawat Jalan
100 x 15 15
7 x 60 100
6. Kamar Bersalin
10 ps x 4 jam/ps 40
7 jam/hari 7
Kekurangan :
Memerlukan data pasien yang perlu diperbarui setiap harinya, sehingga agak
menyulitkan.
Memerlukan observasi atau pengukuran untuk dapat mengetahui secara pasti kategori
pasien
Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat
Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)
Kelebihan :
Tingkat ketergantungan pasien dibedakan atas 5 tingkatan, yang dapat membantu
perawat agar lebih fokus pada pasien sesuai teingkat ketergantungannya.
Memperhitungkan beban kerja perawat
Memperhitungkan kebutuhan terhadap perawat langsung, perawat tidak langsung, dan
waktu penyuluhan kesehatan.
Kekurangan:
Kebutuhan jumlah perawat tiap shift kerja kurang jelas.
Pengkategorian pasien ke dalam tiap tingkatan derajat ketergantungan rumit.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan dari metode perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di Rumah Sakit adalah
untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat yang efektif dan efisien.Secara umum
penetapan jumlah tenaga keperawatan dijabarkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Derajat Ketergantungan Klien dengan menggunakan Rumus Douglas
(1984)
Kelebihan :
Mampu menggambarkan jumlah kebutuhan perawat pada setiap shift kerja
Dapat menggambarkan kebutuhan terhadap setiap kategori derajat ketergantungan
pasien.
Kekurangan :
Memerlukan data pasien yang perlu diperbarui setiap harinya, sehingga agak
menyulitkan.
Memerlukan observasi atau pengukuran untuk dapat mengetahui secara pasti
kategori pasien
1. Berdasarkan Pedoman Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (Direktorat
Pelayanan Keperawatan, Depkes 2002)
Kelebihan :
Tingkat ketergantungan pasien dibedakan atas 5 tingkatan, yang dapat membantu
perawat agar lebih fokus pada pasien sesuai teingkat ketergantungannya.
Memperhitungkan beban kerja perawat
Kekurangan:
Kebutuhan jumlah perawat tiap shift kerja kurang jelas.
Pengkategorian pasien ke dalam tiap tingkatan derajat ketergantungan rumit.
B. SARAN
Sebaiknya dalam memilih tenaga perawat harus dilakukan secara selektif mungkin, dalam
memilah tenaga perawat mesti yang professional dan berkompetensi sehingga mampu
mengemban tugas yang diberikan dan mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. H. et al. (2000). Hospital nurse staffing and patient mortality, nurse burnout, and job
dissatisfaction. JAMA, 288(16); 1987-1993.
American Nurses Association (ANA).(2007). Nursing Care Hours per Patient Day: Technical
Guide Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas.
Hari,Ujinangtyas Sri.2010. Perencanaan Tenaga Perawat Di Ruang Perawatan. Akper Panti
Rapih
Harris, M.G & Associates. (2006). Managing health services: Concepts and practice (2nd ed),
Australia: Elsevier.
Muninjaya,A.A Gde.1999. Manajemen kesehatan.Jakarta:EGC
Petroz, U. et al. (2007). A Structured Approach to Determining Nursing Staff Mix. Canada.
PPNI. (2008). Pengembangan sistem jenjang karir
perawat. http://vivipohan.wordpress.com/2008/12/23/pengembangan-sistem-jenjang-karir-
perawat/
Setyowati, A. Analisa kebutuhan tenaga perawatan di rumah
sakit. http://www.scribd.com/doc/8537398/Analisis-Kebutuhan-Tenaga-Perawatan-Rumah-
Sakit.
Sitorus, R. (2006). Model praktek keperawatan profesional di rumah sakit: Penataan struktur
& proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sukardi,Heri.2005.Analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan Kategori pasien di irna
penyakit dalam Rsu tugurejo semarang. Undip Semarang