Bab 3
Bab 3
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk
menghitung usia kehamilan ibu dan hari perkiraan lahir (HPL).
Dikaji apakah riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu mengalami komplikasi
sehingga dapat mempengaruhi kondisinya sekarang. Misalnya saat ini termasuk
kehamilan yang keberapa, jenis persalinan sebelumnya, serta masalah atau komplikasi
yang menyertai kehamilan atau persalinan sebelumnya.
Riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai penanda akan adanya penyulit masa
hamil. Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu diketahui
adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes
melitus, ginjal, hipertensi atau hipotensi, hepatitis, dan lain- lain.
(2) Payudara
(3) Abdomen
Bentuk, bekas luka operasi, terdapat linea nigra, striae dan pembesaran
abdomen. Pembesaran perut pada kehamilan kembar lebih besar dari usia
kehamilan dibandingakan dengan kehamilan tunggal. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menilai suatu keadaan pasien dan bisa
dgunakan pada kehamian atau masa persalinan dengan cara meraba perut
pasien pada posisi dorsal recumbent.
Leopold
a. Leopold I : dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan dan bagian janin yang
terletak di fundus uteri. Pada keadaan normal fundus uteri teraba bulat lunak
adalah bokong anak.
c. Leopold III : dilakukan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat di bawah,
sudah masuk pintu atas panggul atau belum. Pada keadaan normal teraba bagian
bulat, keras. Biasanya pada multigravida kepala baru masuk pintu atas panggul
penjelang persalinan.
Mc. Donald:
Dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan dan taksiran berat janin melalui
pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan metlin. Untuk mengetahui apakah
berat janin sudah sesuai dengan usia kahamilan sebagai pertimbangan rencana
persalinan spontan.Melalu palpasi dapat ditentukan usia kehamilan berdasarkan
TFU, bagian-bagian janin dalam rahim, letak janin dalam rahim, sejauh mana
bagian terendah janin masuk dalam panggul, ada atau tidaknya keseimbangan
antara ukuran kepala janin dengan panggul, janin tunggal atau kembar, letak
DJJ, dan perkiraan taksiran berat badan janin dalam rahim (Prawirohardjo.
2009).
Aukultasi:
e. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai keadaan servix, portio, ketuban, letak atau
presentasi janin, penurunan bagian terendah janin, adanya penyusupan atau tidak,
penumbungan, kesesuaian ukuran panggul dalam dengan bagian terendah janin, dan
menilai pelepasan cairan seperti lendir, darah dan air ketuban. Pada kehamilan kembar,
hasil dari pemeriksaan dalam hanya akan mendapatkan bagian terendah janin pertama
baik presentasi kepala, bokong ataupun posisi janin lintang. (Baety, 2012 : 9 dan 19-42).
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi sesuai dengan data yang dikumpulkan. Data yang
akurat diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Berdasarkan
kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah gravid, usia gestasi, keadaan
janin, gemelli, intrauterin, presentasi, bagian punggung, keadaan umum ibu dan janin baik,
dengan berdasarkan data subjektif dan objektif.
Dari kumpulan diagnosis dan masalah, identifikasi faktor-faktor potensial yang memerlukan
antisipasi segera, maupun tindakan pencegahan.
Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan yang memerlukan tindakan segera,
beberapa data yang memerlukan indikasi adanya situasi yang membutuhkan tindakan segera
sambil menunggu intervensi dari dokter. Dalam situasi lain yang tidak darurat tetapi
membutuhkan konsultasi atau kolaborasi dokter.
V. Perencanaan tindakan/intervensi
KALA I
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Atur posisi ibu sesuai dengan keinginan ibu agar ibu lebih nyaman dan rileks
3. Observasi kemajuan persalinan dan kontraksi setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 4
jam
4. Observasi kondisi ibu yaitu TD setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu 2-4 jam
5. Observasi kondisi janin (DJJ setiap 30 menit)
6. Dokumentasikandengan partograf
KALA II
1. Observasi tanda gejala kala 2 meliputi dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol,
vulva membuka
2. Pastikan ketuban sudah pecah atau belum, jika ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi
3. Pimpin ibu mengedan dengan cara ibu diminta menarik napas panjang, tahan napas sebentar,
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his
4. Memantau DJJ untuk menilai kesejahteraan janin yang dilakukan setiap setelah kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi. Selama mengedan yang lama akan terjadi
pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin.
6. Bantu melahirkan bayi sesuai dengan proses keluarnya bayi yaitu bantu kelahiran kepala,
periksa tali pusat lalu lahirkan bahu dan anggota seluruhnya.
8. Cek TFU untuk memastikan tidak ada bayi kedua yang belum lahir
KALA III
2. Periksa tanda-tanda pelepasan plasenta meluputi tali pusat memanjang, ada semburan darah,
bentuk uterus menjadi globuler
4. Masase fundus untuk tetap mempertahankan kontraksi dan mengurangi pengeluaran darah
6. Cek perdarahan
KALA IV
1. Pantau TD, nadi, suhu, TFU, kontraksi, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke-2
V. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Implementasi yang
efisien akan meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien.
VI. Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah manajemen kebidanan. Pada tahap evaluasi, bidan
harus mengetahui sejauh mana keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
Sumber :
Baety, Aprilia Nurul, Kehamilan dan Persalinan Panduan Praktik Pemeriksaan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo