Anda di halaman 1dari 73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil

pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian yaitu ruangan Mawar RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 08 April - 13 April 2019 dengan

jumlah sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai

berikut:

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan.

RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan RSU

Balikpapan, rumah sakit ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949 dan

pada tahun 2017 telah terakreditasi Paripurna.

Adapun fasilitas yang tersedia di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo

antara lain: rawat jalan, penunjang, pelayanan VIP, rawat inap dan fasilitas

umum. Untuk fasilitas rawat jalan terdiri dari 44 poliklinik, medical check

up dan resume medis. Fasilitas pemeriksaan penunjang terdiri dari

laboratorium patologi klinik, patologi anatomi, radiologi dan hemodialisa

dan untuk fasilitas rawat inap terdiri dari 23 ruang rawat inap.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ruang rawat inap yaitu

Ruangan Mawar dari tanggal 08 April – 13 April 2019. Ruang Mawar


adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien anak dan maternitas.

Ruangan mawar terletak di lantai satu RSUD dr Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

Adapun batasan-batasan Ruangan Mawar yaitu sebagai berikut:

sebelah timur terdapat Ruangan Kemuning, sebelah selatan terdapat

Ruangan Melati, sebelah utara berbatasan dengan Ruangan Soka dan

sebelah selatan berbatasan langsung dengan lapangan parkir pengunjung

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo. Bangunan Ruang Mawar terdiri dari 14

kamar tidur dengan kapasitas 26 tempat tidur. 1 ruang tindakan, 1 ruang

pemandian bayi dan 1 gudang. Kasus yang dirawat di ruangan Mawar

meliputi kasus, Pneumonia, Bronkopneumonia, DHF, Diare, dan

Thalasemi. Hasil yang diperoleh disajikan pada tabel sebagai berikut :

2. Pengkajian

Tabel 4.1
Hasil anamnesis Pasien dengan Pneumonia di
RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
a. Anamnesa

No Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


1 Nama An. M.A An. W
2 No Registrasi 00.78.23.xx 00.78.11.xx
3 Tanggal Lahir / 13 April 2018/ 1thn 23 Februari 2019/ 2bln
Umur
4 Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
5 Nama
 Ayah Tn. M.A.F Tn. S
 Ibu Ny. S Ny. H
6 Umur
 Ayah 24 Tahun 38 Tahun
 Ibu 20 Tahun 36 Tahun
7 Pekerjaan
 Ayah Karyawan Swasta Karyawan Swasta
 Ibu Ibu Rumah Tangga Swasta
8 Pendidikan
 Ayah SMA S1
 Ibu SMA SMA
9 Alamat Sindang Jawa, Muara Jl. Karang Jati
Jawa Tengah
10 No. Telp/ HP 0852 5335 2xxx 0812 4749 0xxx
11 Agama Islam Islam
12 Suku/Bangsa
 Ayah Sunda Jawa
 Ibu Sunda Jawa
13 Masuk RS 04 April 2019 10 April 2019
tanggal
14 Tanggal 08 April 2019 10 April 2019
Pengkajian
15 Di Rawat di Mawar 8 Mawar 9
Ruangan

16 Keluhan Utama An.M.A masuk RSUD An.W masuk ke RSUD


kanujoso pada tanggal kanujoso melalui IRD
08 April 2019 pada jam pada tanggal 10 April
15.00 wita melalui IRD 2019 jam 19.00 wita
dengan keluhan dengan keluhan batuk
Demam, batuk berdahak, berdahak sejak ± 1
pilek ± 1 minggu, sesak minggu dan sesaknya
napas, terdapat muntah sejak 4 hari yang lalu.
2x.

17 Riwayat Penyakit Pengkajian dilakukan Pengkajian dilakukan


Sekarang pada hari Senin 08 April pada hari Kamis 10 April
2019 jam 09.20 wita. 2019 jam 20.30 wita

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


sebelum di rawat di anak batuk pilek, batuk
RSUD kanujoso anaknya berdahak sudah 1
mengalami demam, minggu, dan sesak sejak
batuk berdahak dan pilek 4 hari lalu, karena
± 1 minggu ,sesak napas, kondisi yang seperti itu
muntah 2 kali, dan anak di bawa ke IRD
kejang 2 kali, anak RSUD Kanujoso,
langsung di bawa ke dilakukan pemasangan
IRD RSUD Kanujoso, IVFD di tangan kanan
telah dilakukan tindakan cairan D5 ¼ NS 0.1
pemasangan IVFD di cc/jam, dilakukan
tangan kanan cairan D5 tindakan nebulizer dan
1/4 NS 30 cc/jam, pemberian oksigen dan
pemberian oksigen 1 pengambilan sampel
liter/menit, pemberian darah untuk pemeriksaan
uap dengan nebulizer laboratorium,
dan pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan
laboratorium.

Saat ini keluarga


mengatakan anak masih
demam, sesak napas dan
masih terdengar suara
seperti mengorok,
dengan

Hasil pemeriksaan TTV: Hasil pemeriksaan TTV:


S: 38,2oC, N: 120 x/m S: 36,6oC, N: 145 x/m
teraba kuat, RR: 52 x/m teraba kuat
akral teraba hangat RR: 40 x/m
Anak sudah diberikan Anak tidak mengalami
obat penurun panas demam.
sebelumnya ± 4 jam
yang lalu.

Saat dilakukan Saat dilakukan


pengkajian merupakan pengkajian merupakan
hari perawatan keempat hari rawat pertama,
pasien, selama di rawat selama di rawat terdapat
terdapat beberapa data beberapa data penunjang
penunjang seperti seperti pemeriksaan
pemeriksaan laboratorium.
laboratorium.

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


anak sebelumnya tidak An.W pernah dirawat
pernah dirawat dengan sebelumnya karenakan
penyakit yang sama lambat menangis saat
lahiran karena terminum
air ketuban ibu.

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


tidak ada keluarga yang tidak ada keluarga yang
mengalami sakit seperti mengalami sakit seperti
An.M.A An.W

18 Masa Prenatal Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


pada masa kehamilan masa kehamilan saat
saat mengandung mengandung An.W 39
An.M.A 40 minggu, minggu, proses
proses persalinan persalinan ibu normal,
normal, pada saat hamil saat hamil ibu pernah
ibu sehat tidak ada sakit flu dan batuk
keluhan sakit dan ada sehingga ibu mendapat
penambahan BB < 1 kg obat-obatan dan vitamin
setiap bulannya. Saat dari dokter. Ada
mengandung An.M.A. penambahan BB <12 kg
tidak ada obat-obatan selama ibu mengandung
khusus yang di konsumsi An.W, serta Ibu rutin
oleh ibu selama hamil memeriksakan
hanya vitamin dan obat kehamilannya sebulan
penambah darah dari sekali di Puskesmas
dokter yang diminum
serta Ibu rutin
memeriksakan
kehamilannya sebulan
sekali di Puskesmas
Handil.

19 Natal Ibu mengatakan lama Ibu mengatakan lama


persalinan ± selama 7 persalinan ± selama 9-
jam, proses bersalin di 11 jam, proses persalinan
bantu oleh Bidan dibantu oleh Bidan
Puskesmas. Ibu RSKD, obat yang di
mendapatkan obat Asam dapatkan adalah Asam
Mefenamat untuk Mefenamat untuk
penghilang nyeri. menghilangkan nyeri.,
Tidak ada komplikasi
pada ibu maupun bayi.

20 Post Natal Kondisi bayi normal, Kondisi bayi normal,


warna kulit merah muda, warna kulit pucat, bayi
bayi segera menangis lama menangis setelah
setelah lahir, BB lahir lahir, BB lahir 3100
2695 gram, dan PB: 48 gram dan PB 49 cm.
cm LK : 32 cm. tidak menangis ia segera
dibawa ke ruang PICU
untuk mendapatkan
tindakan intensive
Karena ketika setelah
lahir An.W

Tidak ada masalah pada Tidak ada masalah pada


bayi setelah lahir bayi setelah lahir

21 Masa Neonatal Lamanya ibu dan bayi di Lamanya ibu dan bayi di
Puskesmas setelah RS setelah melahirkan ±
melahirkan ± selama 1 selama 13 hari.
hari.

Tidak ada masalah Terdapat masalah


pernafasan pada bayi pernapasan pada bayi
sehingga tidak sehingga diperlukan
diperlukan perawatan perawatan pendukung,
pendukung, selama 3 selama 13 hari di RS
hari di RS berat badan berat badan bayi
bayi mengalami berkurang
kenaikan sebanyak 100
gr, 3 jam setelah lahir
bayi BAK dan 2 jam
selanjutnya bayi BAB,
tidak ada masalah pada
pola eleminasi bayi

22 Riwayat Masa Pada usia 8 bulan An.W dirawat di rumah


Lampau An.M.A pernah di rawat sakit, sakit yang pernah
di Rs. Samboja dengan di derita An.W yaitu
penyakit kejang, selama sesak napas
seminggu, obat-obatan
yang digunakan yaitu
paracetamol untuk
menurunkan demam dan
diazepam untuk
mengobati kejang
anaknya.

An. M.A di berikan ASI An.W diberikan ASI


eksklusif selama 1 tahun, tanpa makanan
dan dilanjutkan pendamping
pemberian susu formula
PASI sejak ia dirawat di
Rumah sakit. Untuk
pemberian makanan
tambahan An.M.A diberi
biskut regal dan bubur
saring sejak usia 6 bulan,
An.M.A tidak memiliki
riwayat alergi

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


imunisasi dasar anak imunisasi dasar anak
An.M.A kurang 1 yaitu An.W kurang 2 yaitu
campak, karena ibu DPT combo dan campak
pasien mengatakan belum di berikan karna
disaat pemberian usia An.W belum cukup
imunisasi campak umur untuk dilakukan
anaknya sedang sakit. imunisasi lanjutan dan
anaknya masih sering
sakit

Untuk pemberian Untuk pemberian


vitamin A yang vitamin A yang
diberikan setiap bulan diberikan setiap bulan
februari dan agustus ibu februari dan agustus ibu
mengatakan anaknya mengatakan anaknya
tidak pernah diberikan. belum diberikan
Ibu mengatakan anaknya Ibu mengatakan anaknya
tidak memiliki riwayat tidak memiliki riwayat
alergi alergi

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


anaknya pernah anaknya pernah
dilakukan pemeriksaan dilakukan pemeriksaan
CT-Scan pada tanggal 19 rontgen pada tanggal 11
Maret 2019 dengan hasil April 2019 dengan hasil
pemeriksaan Hipoplasia neonatal pneumonia
cerebri dextra

Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


anaknya belum mampu anaknya sudah mampu
merangkap dan berjalan tersenyum
sesuai dengan usianya

23 Riwayat Tidak ada keluarga yang Tidak ada keluarga yang


Kesehatan mengalami sakit seperti mengalami sakit seperti
Keluarga An.M.A dan keluarga An.W dan keluarga tidak
tidak ada yang menderita ada yang menderita
penyakit keturunan penyakit keturunan
seperti jantung, diabetes seperti jantung, diabetes
dll. dll, namun anak pertama
Ny.H sedang mangalami
batuk pilek

Ayah dan kakek An.M.A Ayah An.W tidak


merupakan perokok aktif merokok

24 Riwayat Sosial Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


yang mengasuh anaknya yang mengasuh anaknya
adalah dirinya sendiri adalah dirinya sendiri
dan dibantu oleh ibunya, dan dibantu oleh ibunya
hubungan keluarga hunbungan keluarga
harmonis, An.MA jika di harmonis, di rumah
rumah anak hanya An.W tidak memiliki
mampu berbaring dan teman sebaya dan An.W
jika ingin keluar rumah tidak pernah dibawa
pasien digendong oleh keluar rumah karena
ibunya. umurnya yang masih
kecil dan sedang sakit.

25 Kebutuhan Dasar Ibu mengatakan An.MA Ibu meengatakan An.W


suka dengan biscuit sekarang asupan nutrisi
regal, dan kentang rebus di peroleh dari ASI.
dihaluskan. Tidak ada An.W kuat ASI, tidak
penurunan badan pada ada penurunan berat
An.MA saat sakit. badan pada An.Y
An.MA makan di rumah Kebiaasaan tidur An.W
3x/hari Saat di Rumah pada malam hari dari
sakit An.MA jam 20.30 s/d 07.00 pagi
menggunakan NGT. (11 jam)

Ibu mengatakan Sedangkan kebiasaan


Kebiasaan tidur An.MA tidur pada siang hari dari
sebelum maupun saat jam09.00 s/d 14.00 (7
sakit pun lebih sering jam ).
tidur, hanya saja pasien
lebih sering terbangun
saat batuk, pasien tidur
sekitar ± 15 jam sehari,
ibu mengatakan An.MA
tidur siang ± 2 jam
lamanya,

Ibu mengatakan An.MA Ibu mengatakan An.W


hanya diseka-seka saja 2 hanya dilakukan seka-
kali sehari. seka 2 kali sehari
BAK ± 5 x/hari, BAB ± BAK tidak menentu dan
1 x/hari. BAB ± 1-2 x/hari.

An.MA dirumah belum An.W tidak memiliki


mampu bermain dengan teman sebaya di rumah
teman sebayanya. anak hanya bermain
dengan saudaranya

26 Keadaan Pasien masuk dengan Masuk dengan diagnose


Kesehatan saat ini diagnose Pneumonia + Pneumonia + obs
obs. febris, pasien tidak dyspneu, pasien tidak
dilakukan tindakan dilakukan tindakan
operasi, operasi,

Ibu mengatakan status Ibu mengatakan status


nutrisi anaknya sulit nutrisi pasien saat ini,
menelan, sehingga selera makan anak baik
dipasang selang di anak mampu menghisap
mulutnya (NGT) An.MA ASI dengan baik
selama sakit lebih sering berat badan anak sesuai
minum susu formula dan dengan usia anak, tidak
untuk asi hanya sedikit ada penurunan berat
dan minum air putih badan saat anak sebelum
menggunakan NGT masuk rumah sakit
Berat badan An.MA maupun saat masuk
sesuai dengan usia dan rumah sakit.
tidak ada penurunan
berat badan saat anak
sebelum masuk rumah
sakit maupun saat masuk
rumah sakit.
IMT= (usia 7-12 bulan) IMT = (usia 1-6 bulan)
Berat badan ideal anak Berat badan ideal anak:
= BBL (gr) + (usia x = BBL (gr) + (usia x
500 gr) 600 gr)
= 2695 + ( 2x500 gr) = 3100 + ( 2x600 gr)
= 2695 + 1000 gr = 3100 + 1200 gr
= 3695gr = 3,6 Kg + 8 = 4300gr = 4,3 Kg
11.6 kg 4.3 Kg status gizi Baik
11.6 Kg status gizi Baik

Mukosa bibir kering, Mukosa bibir lembab,


turgor kulit tidak elastis Turgor kulit CRT < 2 dtk
>2 dtk
Status Cairan An.MA
malas minum air putih
minum hanya sedikit-
sedikit sehari hanya
menghabiskan setengah
gelas ukuran 200 cc,
Mukosa bibir kering.

Kebutuhan cairan Kebutuhan cairan An.W


An.MA = 3 cc/KgBB/jam
IWL : = 3 cc x 4.3kg
= 3–usia x cc/KgBB/jam = 3 cc x 4.3
= 3 - 1 cc x 11.6 kg = 12.9 cc/kgBB
= 2 cc x 11.6
= 23.2 cc/kgBB
Maka An.MA diberikan Maka An.W diberikan
terapi cairan 30cc/jam terapi cairan 0.1cc/jam
Terpasang Infus cairan Terpasang Infus cairan
D5 ¼ NS 30 cc/jam D5 ¼ NS 0.1 cc/jam
Pasien diberikan obat
Paracetamol syrum 0.7
cc/ 5-8 jam (diberikan
jika suhu 38oC)

27 Pemeriksaan Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan


DDST An.MA dilingkungan An.W sudah mampu
(Pemeriksaan sekitar rumah jarang tersenyum
tumbuh kembang keluar rumah dan
tidak dapat bermain dengan teman
dilakukan karena sebayanya
anak sedang sakit.
Informasi yang Pertumbuhannya An.MA
diberikan belum mampu
diperoleh dari merangkak dan berjalan
orangtua) hanya mampu duduk
dengan bantuan ibunya
yaitu kepala disandarkan
didada ibu.

28 Lain-lain An.MA tinggal di An.W tinggal di


lingkungan rumah dekat lingkungan komplek
dengan jalan raya padat

Ibu mengatakan ibu pasien mengatakan


dirumahnya tidak ada anak pertamanya sedang
yang mengalami sakit mengalami batuk pilek.
batu pilek

Ibu mengatakan An.MA Ibu mengatakan


sering digendong dengan dirumahnya tidak ada
kakeknya dengan yang merokok
keadaan kakeknya
sedang merokok.

Penjelasan table 4.1:

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data pengkajian pada Pasien 1

dilakukan pada perawatan hari keempat di ruang mawar, sedangkan pada Pasien 2

dilakukan pengkajian pada perawatan hari pertama pasien dirawat di ruang

mawar. Didapatkan data keluhan utama pada Pasien 1 demam, batuk berdahak,

pilek, sedak napas sudah ± 1 minggu, terdengar suara ronkhi sedangkan pada

Pasien 2 didapatkan keluhan utama batuk pilek, batuk berdahak dan sesak napas.

Pada pasien 1 saat dilakukan pengkajian pasien sudah di beri oksigen, obat

penurun panas dan obat antibiotik hal ini sama dengan pasien 2 pada saat

pengkajian yaitu anak sudah diberi oksigen dan obat antibiotik di IRD.

Pada riwayat masa lampau pada pasien 1 sebelumya pernah di rawat di

rumah sakit karena penyakit kejang saat berusia 8 bulan begitu pula dengan pasien

2 sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit karena terminum air ketuban saat

proses persalinan. Untuk pemberian ASI tidak ada perbedaan yang signifikan pada
pasien 1 maupun 2 sama-sama mendapatkan asi eksklusif namun untuk makanan

tambahan pasien 2 belum mendapatkan karena usianya yang masih 2 bulan.

Pasien 1 maupun pasien 2 tidak memiliki riwayat alergi debu, obat ataupun

makanan. Pada pemberian imunisasi terdapat kesamaan antara pasien 1 dan pasien

2 yaitu pemberian imunisasi dasar dan pemberian vitamin A yang tidak lengkap

namun untuk imunisasi dasar pada pasien 1 yang kurang hanya campak dan

vitamin A sedangkan pada pasien 2 imunisasi dasar anak yang kurang yaitu DPT

combo, campak dan vitamin A dikarenakan usia anak yang belum cukup umur

dan anaknya yang masih sakit.

Pada riwayat kesehatan keluarga baik pasien 1 maupun pasien 2 tidak ada

yang mengalami sakit yang sama seperti pasien dan tidak ada yang memiliki

riwayat penyakit jantung, diabetes dan penyakit keturunan lainnya. Namun pada

riwayat kesehatan keluarga pasien 1 terdapat perokok aktif yaitu ayah dan

kakeknya, sedangkan pasien 2 tidak ada perokok aktif.

Pada pasien 1 status nutrisi pasien selama sakit malas minum air putih

minum hanya sedikit-sedikit sehari hanya menghabiskan setengah gelas ukuran

200 cc, pada hari pertama perawatan pasien 1 menggunakan NGT dengan

pemenuhan nutrisi susu 80 cc + 20 cc air putih, namun pada pasien 1 tidak terjadi

penurunan berat badan, berat badan pasien 1 saat ini 11,6 Kg status gizi baik.

Sedangkan pada pasien 2 status nutrisi baik, anak mampu minum ASI dengan

frekuensi sering, tidak ada penurunan berat badan sebelum sakit maupun saat

sakit, berat badan pasien 2 saat ini 4,3 Kg.


Status cairan pada Pasien 1 terpasang cairan D5 ¼ NS 27 cc/jam, pasien 1

malas untuk minum susu dan air putih untuk terapi atau obat-obatan saat ini

pasien 1 di berikan obat antipiretik (paracetamol drop) diberikan 0,7 cc/4 jam

(diberikan jika suhu 38oC) sedangkan status cairan pada pasien 2 terpasang cairan

D5 ¼ NS 0.1 cc/jam, pasien 2 kuat minum ASI, untuk pemberian terapi atau obat-

obatan pasien diberikan obat antipiretic (paracetamol) dengan dosis 0.1 cc/jam 4-8

jam (diberikan jika suhu 38oC).

Adapun data lainnya yang di peroleh dari hasil anamnesa yaitu pada pasien

1 tinggal di lingkungan rumah dekat dengan jalan raya, kebiasaan yang dilakukan

dirumah kakek An.MA sering digendong An.MA dengan keadaan kakeknya sedang

merokok. Sedangkan pada pasien 2 tinggal di lingkungan komplek padat, dan ibu

pasien mengatakan anak pertamanya sedang sakit batuk pilek.

b. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien Anak dengan Pneumonia di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019

No Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


Umum
1. Keadaan Umum KU:Sedang KU: Sedang
2. Kesadaran Kes: Compos mentis (GCS: Kes: Compos mentis
E4M6V5) (GCS: E4M6V5)
3. Tanda-tanda vital Nadi 120x/m teraba kuat, Nadi : 145x/m teraba
suhu tubuh 38,2oC, akral kuat, Suhu: 36,6oC akral
teraba hangat, pernafasan: teraba hangat, pernafasan:
52 x/m 40 x/m
4. Status Gizi Berat badan An.MA sesuai Berat badan An.W sesuai
dengan usia dan tidak ada dengan usia dan tidak ada
penurunan berat badan saat penurunan berat badan
anak sebelum masuk rumah saat anak sebelum masuk
sakit maupun saat masuk rumah sakit maupun saat
rumah sakit. masuk rumah sakit.
IMT= (usia 7-12 bulan) IMT = (usia 1-6 bulan)
Berat badan ideal anak Berat badan ideal anak:
= BBL (gr) + (usia x 500 = BBL (gr) + (usia x 600
gr) gr)
= 2695 + ( 2x500 gr) = 3100 + ( 2x600 gr)
= 2695 + 1000 gr = 3100 + 1200 gr
= 3695gr = 3,6 Kg + 8 = 4300gr = 4,3 Kg
11.6 kg Kg status gizi Baik Berat badan An.W saat ini
4.3 Kg status gizi Baik

5. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
a. Kepala Bentuk kepala normal, Bentuk kepala normal,
ubun-ubun simetris kulit ubun-ubun simetris kulit
kepala bersih, rambut kepala bersih, rambut
merata berwarna hitam, berwarna hitam, wajah
wajah tidak ada oedem, tidak ada oedem, mata
mata tidak oedem, tidak ada oedem,
konjugtiva tidak anemis, konjugtiva tidak anemis,
sclera jernih tidak ikterik, sclera jernih tidak ikterik,
telinga ukuran sedang telinga ukuran sedang
tampak sedikit kotoran, tampak bersih, hidung
hidung terdapat sekresi bersih terdapat
berwarna putih kekuningan pernapasan cuping hidung
terdapat pernapasan cuping (R:40x/mnt), pada bibir
hidung (R: 52x/mnt), mulut tidak ada sariawan,
tidak ada sariawan, nampak mukosa bibir lembab, gigi
sedikit lendir tidak ada belum tumbuh, tidak ada
perdarahan gusi, mukosa perdarahan gusi, lidah
kering, belum ada gigi bersih faring dan laring
tumbuh, lidah bersih faring normal tidak ada
dan laring normal tidak ada pembengkakan
pembengkakan,

b. Leher Tidak ada pembesaran pada Tidak ada pembesaran


kelenjar getah bening pada kelenjar getah
maupun kelenjar tiroid bening maupun kelenjar
tiroid
c. dada Bentuk dada simetris antara Bentuk dada simetris
kanan dan kiri, tampak antara kanan dan kiri,
adanya retraksi dinding tampak adanya retraksi
dada dan payudara normal dinding dada dan
payudara normal
d. Punggung Bentuk punggung simetris Bentuk punggung
dan tidak ada kelainan. simetris dan tidak ada
kelainan
e. Perut Perut ukuran normal, Perut sedang gerakan
bentuk simetris tidak ada sedang tidak ada acites
acites, pada perut,
f.Genetalia Genetlia normal tidak ada Genetalia normal tidak
kelainan, ada kelainan,
g. Anus dan terdapat anus dan rectum terdapat anus dan rectum
Rektum (+), tulang belakang normal (+), tulang belakang
h. Tulang simetris tidak ada kelainan, normal simetris tidak ada
Belakang ektremitas normal tidak ada kelainan, ekstresmita
Ekstermitas oedem, varises tidak ada, tidak ada oedem, varises
turgor kulit tidak elastis tidak ada, turgor kulit
CRT > 2 dtk elastic kembali cepat < 2
dtk
Palpasi
a. Leher Pada An. MA leher tidak Pada An. W leher tidak
b.Dada teraba pembesaran dan teraba pembesaran dan
c. Perut tidak ada nyeri pada tidak ada nyeri pada
kelenjar getah bening kelenjar getah bening
maupun kelenjar tiroid maupun kelenjar tiroid
tidak ada pembesaran tidak ada pembesaran.
Dada simetris antara kanan Dada Simetris antara
dan kiri, adanya retraksi kanan dan kiri tidk ada
dinding dada tidak ada nyeri tekan pada dada,
nyeri tekan, pada perut adanya retraksi dinding
tidak ada pembesaran dan dada, Perut tidak
acites. membesar dan tidak ada
acites
Auskultasi
a. Paru-paru Terdapat suara napas Terdapat suara napas
b. Jantung tambahan ronkhi (+) / tambahan ronkhi (+) /
c. Perut wheezing (+) dan pola wheezing (+) dan pola
pernapasan abnormal, pernapasan abnormal,
terdengar suara seperti terdengar suara seperti
mengorok, terdapat banyak mengorok, irama jantung
lendir diarea mulut An.MA, terdengar kuat nadi teraba
irama jantung terdengar kuat dengan frekuensi
kuat, frekuensi nadi 145x/mnt, bising usus
120x/mnt, bising usus 15x/mnt.
positif 14 x/mnt.

Perkusi
a. Dada Pada An.MA dada suara Padan An.W dada suara
b. Perut redup, perut timpani, redup, perut timpani,
c. Ekstermitas ektremitas kurang baik ekstermitas baik berespon
berespon lamban saat di saat di perkusi
perkusi

Penjelasan tabel 4.2

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data hasil pemeriksaan fisik pada

pasien 1 suhu: 38,2oC akral teraba hangat, pernafasan 52 x/menit, nadi 120

x/menit teraba kuat, berat badan 11.6 Kg status gizi baik, mukosa bibir kering,
konjungtiva tidak anemis, turgor kulit tidak elastis kembali lambat, CRT > 2 dtk,

bising usus positif 14 x/mnt. Sedangkan pada pasien 2 didaptkan hasil

pemeriksaan fisik konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir lembab, turgor kulit

elastis, CRT <2 dtk, hasil pengukuran tanda-tanda vital pada pasien 2 suhu:

36,6oC akral teraba hangat, pernafasan 40 x/mnt nadi: 145 x/mnt teraba kuat.

c. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Pneumonia di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019

No Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


penunjang
1. Laboratorium Pemeriksaan Lab darah Pemeriksaan Lab darah
lengkap lengkap
Tanggal 08/04/2019 10/04/2019
Hb: 10,8 gr/dL Hb: 12,7 g/dL
Eritrosit: 5.26 106 /mm Eritrosit: 4.15 106/ml
Leukosit: 12.58 10/3mm Leukosit: 16.09 mm3
MCV: 59.5 fL MCV: 89.9 Fl
Neutrofil: 33.8 % Neutrofil: 44.7 %

2. Rontgen Rontgen Thoraks 1 posisi Rontgen Thoraks 1 posisi


(PA/AP) (PA/AP) (Kecil)
Tanggal 04/04/2019  Cor bentuk & letak
 Tampak penebalan hilus normal
kiri  Pulmo corakan
 Cor : dalam batas normal bronkovaskuler
 Kedua sinus dan meningkat
diafragma normal  Tampak bercak pada
 Tulang-tulang intak parakardial kanan dan
 Kesan : Pneumonia perihiller kiri
dengan lymphadenopathy  Kedua sinun baik
sinistra  Kesan : Neonatal
pneumonia

3. CT-Scan Tanggal 19 Maret 2019 Tidak ada pemeriksaan CT-


Kesan : Hipoplasia Cerebri Scan
Penjelasan Tabel 4.3:

Berdasarkan tabel diatas hasil pemeriksaan penunjang laboratorium darah

lengkap pada kedua pasien terjadi perbedaan Leukosit hasil yaitu pada pasien 1

hemogoblin 10,8 gr/dL ( N: 10,7 - 13,1 gr/dL), leukosit 12.58 mm3 ( N: 6000 –

14.000 mm3), eritrosit 5,26 106/mm ( N: 3,7 – 5,20 106/mm), MCV 59,5 Fl dan

Neutrofil 33.8 % (30 – 40 %) sedangkan pada pasien 2 hasil lab menunjukan

hemogoblin 12.7 gr/dL (N: 10,7 – 13,1 gr/dL), leukosit 16.09 mm3 ( N: 6000 –

14.000 mm3), eritrosit 4,15 106/ml (N: 3.70 106/ml – 5,20 106/ml), MCV 89,9 Fl

dan Neutrofil 44.7 % (30 – 40 %) .

d. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.4
Diagnosa Keperawatan Pasien Anak dengan Pneumonia di RSUD dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
No Data Problem Etiologi ( Penyebab,
Tanda & Gejala)
Pasien 1
1. DS : Bersihan jalan napas Penumpukan jumlah
 Ibu pasien mengatakan tidak efektif sputum yang
pasien batuk berdahak meningkat
dan pilek ± 1 minggu.
Ibu mengatakan dimulut
pasien banyak
mengeluarkan lendir
dan terdengar suara
seperti mengorok saat
bernapas.

DO :
 Pasien nampak lemah,
kesadaran compos
mentis, tampak sekresi
pada hidung berwarna
putih kekuningan,
auskultasi paru ronkhi,
irama napas cepat,
terpasang oksigen 1
Lpm,
 Dengan hasil TTV :
Nadi : 120 x/menit, RR :
52 x/menit, Suhu : 38,2
°C. Hasil rontgen paru
tanggal 04 April 2019,
kesan Pneumonia
dengan
lymphadenopatyhy
sinistra

2. DS : Pola napas tidak Kelemahan otot


 Ibu pasien mengatakan efektif pernapasan
pasien sesak napas

DO :
 Pasien nampak dyspnea,
terdapat pernapasan
cuping hidung, irama
napas cepat, terdapat
retraksi dinding dada.
 Dengan hasil TTV: RR :
52 x/menit.
Terpasang oksigen nasal
kanula 1 Lpm.
Nampak pasien dengan
posisi semi fowler.

3. DS : Hipovolemi Kehilangan cairan


 Ibu pasien mengatakan aktif
pasien demam dan
sempat muntah air 2x,
kejang dirumah dan
anaknya tidak mau
menyusu, pasien sering
mengecap-ngecap
bibirnya. Ibu pasien
mengatakan anaknya
BAK ± 5 x/hari dan
BAB 1 x/hari dengan
frekuensi cair namun
berampas.

4. DO : Hipertemia Dehidrasi
 Pasien nampak lemas,
mukosa bibir nampak
kering, turgor kulit
kembali >2 detik,
dengan hasil TTV :
Nadi : 120x/menit Suhu
: 38.2 °C
DS :
 Ibu pasien mengatakan
pasien demam sejak
kemaren (tanggal 7
April 2019 jam 20.00
WITA), turun kembali
di jam 23.00 WITA dan
demam lagi hari ini jam
09.00 WITA.

DO :
 Akral teraba hangat,
nadi 120x/menit, RR :
52 x/menit, suhu : 38.2
°C 1/, terpasang D5 ¼
NS 27 cc/jam.

5. DS : Gangguan tumbuh Efek ketidakmampuan


 Ibu pasien mengatakan kembang fisik
usia anaknya sudah 1
tahun namun masih
belum dapat berjalan
bahkan untuk duduk
saja masih dibantu.
 Ibu pasien mengatakan
anaknya pernah di CT –
Scan tanggal 19 maret
2019 dengan kesan
Hipoplasia Cerebri
 Ibu pasien mengatakan
imunisasi yang belum
dapat sisa campak.
 Ibu mengatakan usianya
20 tahun.

DO :
 Pasien nampak hanya
berbaring Pasien
nampak lemas
 Hasil CT–Scan
hipoplasia cerebri

6. DS : Defisit Pengetahuan Kurang Terpapar


 Ibu pasien mengatakan Informasi
pasien belum
mendapatkan vitamin A
yang biasa diberikan di
posyandu disetiap bulan
Februari dan Agustus.
Ibu pasien mengatakan
ia tidak mengetahui
manfaat dari pemberian
Vitamin A. Ibu pasien
mengatakan dirumah
anaknya berbaring
ditempat tidur terus
DO :
 Ibu pasien nampak
masih bingung dan
bertanya kepada
perawat.

Pasien 2
1. DS : Bersihan jalan napas Penumpukan jumlah
 Ibu pasien mengatakan tidak efektif sputum yang
sebelum masuk rumah meningkat
sakit anaknya
mengalami batuk pilek,
batuk berdahak selama
1 minggu dan sesak
sejak 4 hari yang lalu
terdengar suara seperti
mengorok saat
bernapas.

DO :
 Pasien nampak lemah,
kesadaran compos
mentis, tampak sekresi
pada hidung berwarna
putih kekuningan,
auskultasi paru ronkhi,
irama napas cepat,
terpasang oksigen 1
Lpm,
 Hasil TTV :
Nadi : 145 x/menit, RR
: 40 x/menit, Suhu :
36.6 °C. Hasil rontgen
paru kesan Pneumonia

2. DS : Pola napas tidak Kelemahan otot


 Ibu pasien mengatakan efektif pernapasan
pasien sesak napas.

DO :
 Pasien nampak dyspnea,
terdapat pernapasan
cuping hidung, irama
napas cepat, terdapat
retraksi dinding dada.
 Dengan hasil TTV :
RR : 40 x/menit.
Terpasang oksigen nasal
kanula 1 Lpm.
Nampak pasien dengan
posisi digendong
ibunya.

3. DS : Resiko infeksi Ketidakadekuatan


 Ibu pasien mengatakan pertahanan tubuh
anaknya belum sekunder (vaksinasi
mendapatkan vaksin tidak adekuat) dan
lanjutan, anaknya hanya peningkatan
mendapatkan vaksin leukositosis
awal yaitu Heb B, Polio
dan Neo K.

DO :
 Hasil lab :
Leukosit (H) 16.09
10^3ul (tanggal 11 April
2019)
Leukosit (H) 17.27
10^3ul (tanggal 12 April
2019)
Nampak terpasang infus

Penjelasan tabel 4.4

Berdasarkan tabel diatas maka pada pasien 1 dapat di tegakkan 6 diagnosa

sedangkan pada pasien 2 ditegakkan 3 diagnosa. Adapun diagnosa yang di

tegakkan pada pasien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan sputum di alveoli, pola napas tidak efektif berhubungan

dengan kelemahan otot pernapasan, hipovolemi berhubungan dengan dehidrasi,

gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik, dan

defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Sedangkan

pada pasien 2 ditegakkan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan sputum di alveoli, pola napas tidak efektif berhubungan


dengan kelemahan otot pernapasan, dan resiko infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan

peningkatan leukosit.

e. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.5
Perencanaan Pasien Anak dengan Pneumonia di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019
Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Pasien 1
Bersihan jalan Setelah 1.1 Observasi 1.1 Untuk
napas tidak efektif dilakukan tanda-tanda mengetahui
berhubungan tindakan vital keadaan umum
dengan keperawatan pasien
peningkatan selama 3 x 24
sputum di alveoli jam diharapkan 1.2 Atur posisi 1.2 Untuk
masalah untuk mengoptimalka
bersihan jalan memaksimalkan n fungsi paru
napas dapat fungsi paru
teratasi dengan
kriteria hasil : 1.3 auskultasi suara 1.3 Untuk
- Suara napas napas tambahan mengetahui
bersih adanya bunyi
- Tidak ada napas tambahan
dyspnea
- Nadi dan RR 1.4 lakukan 1.4 Untuk
dalam batas fisioterapi dada mengurangi
normal adanya
- Tidak sekret/sputum
terdengar pada paru-paru
suara ronkhi
1.5 monitor status 1.5 Untuk
respirasi dan mengetahui
oksigen tingkat kadar
oksigen dalam
tubuh

1.6 lakukan 1.6 Untuk


tindakan membantu
nebulizer mepercepat
dengan berikan penyembuhan
terapi sesuai
indikasi yaitu
nebulizer
ventolin 1
respul + Nacl
cc/8 jam selama
±15 menit

1.7 Lakukan 1.7 Suction berguna


tindakan suction untk mengurangi
bila perlu secret/sputum
pada paru-paru
pasien yang
menumpuk

Pola napas tidak Setelah 2.1 Kaji frekuensi 2.1Untuk


efektif dilakukan dan kedalaman mengetahui
berhubungan tindakan pernapasan frekuemsi
keperawatan kedalaman nafas
dengan
selama 3 x 24 2.2 Monitor vital
kelemahan otot jam diharapkan sign 2.2Mengetahui
pernapasan masalah pola keadaan umum
napas tidak pasien
efektif dapat
teratasi dengan 2.3 Auskultasi 2.3Mengetahui
kriteria hasil : bunyi napas adanya suara
- tidak ada napas tambahan
sesak
- tidak ada 2.4 Kolaborasi 2.4Untuk memenuhi
pernapasan dengan kebutuhan
cuping pemberian oksigen
hidung oksigen 1
- tidak ada Lpm/menit
retraksi dengan nasal
dinding dada kanul

2.5 Kolaborasi 2.5Untuk pemberian


dalam terapi medis dan
pemberian obat mempercepat
terapi ampicillin penyembuhan
250 mg dan
gentamisin 35
mg tim medis

Hipovolemia Setelah 3.1 Monitoring 3.1 Untuk


berhubungan dilakukan status hidrasi mengetahui
dengan tindakan (kelembaban status hidrasi
kehilangan cairan keperawatan membrane pasien
aktif selama 1 x 24 mukosa, nadi
jam diharapkan yang adekuat)
masalah secara tepat
hipovolemi
dapat teratasi 3.2 Atur catatan 3.2 Untuk
dengan kriteria intake dan memastikan
hasil : output cairan jumlah cairan
- Kebutuhan secara akurat yang masuk dan
cairan keluar
terpenuhi
- Nadi dalam 3.3 Beri cairan 3.3 Untuk
batas normal yang sesuai memenuhi
- Mukosa kebutuhan cairan
bibir lembab pasien
- Suhu tubuh
dalam batas 3.4 Identifikasi 3.4 Untuk
normal factor risiko mengetahui
- Pasien tidak ketidakseimban factor risiko
lemas gan cairan ketidakseimbang
(hipertermi, an cairan dan
infeksi, muntah mencegah secara
dan diare) dini factor
tersebut

3.5 Lakukan 5 3.5 Untuk


benar memastikan
pemberian terapi diberikan
terapi infuse secara benar
(benar obat,
dosis, pasien,
rute, frekuensi)

Hipertermi Setelah 4.1 Kompres 4.1 Untuk


berhubungan dilakukan menggunakan menurunkan
dengan dehidrasi tindakan air hangat pada suhu tubuh
keperawatan bagian ubun- secara non
selama 1 x 24 ubun, axilla, farmakologis
jam diharapkan dan daerah
masalah lipatan
peningkatan
suhu tubuh 4.2 Tingkatkan 4.2 Untuk
dapat teratasi intake cairan menghindari
dengan kriteria dan nutrisi kehilangan
hasil : kehilangan
- Suhu tubuh intake aktif yang
dalam batas dapat melalui
normal evaporasi tubuh
- Tidak ada
kejang 4.3 Monitor suhu 4.3 Untuk
setiap 3 jam menetahui suhu
pasien

4.4 Monitor intake 4.4 Untuk


dan output mengetahui
kebutuhan intake
pasien
4.5 Berikan terapi 4.5 Untuk
sesuai indikasi mempercepat
yaitu infus D5 penurunan suhu
¼ NS 27 Tpm tubuh
dan injeksi
paracetamol 0.7
cc/4jam

Gangguan Setelah 5.1 Lakukan 5.1 Untuk


tumbuh kembang dilakukan pemijatan pada meningkatkan
berhubungan tindakan anak daya tahan tubuh
dengan efek keperawatan
ketidakmampuan diharapkan 5.2 Kaji tumbuh 5.2 Mengetahui
fisik masalah kembang pasien tingkat
gangguan perkembangan
tumbuh anak
kembang dapat
teratasi dengan 5.3 Kaji status gizi 5.3 Meningkatkan
kriteria hasil : anak daya tumbuh
- Pasien tidak pasien
nampak
lelah 5.4 Latih pasien 5.4 Melatih
- Nutrisi anak untuk baring, keseimbangan
terpenuhi tengkurap dan
- Ibu paham berjalan
mengenai
tumbuh 5.5 Edukasi ibu 5.5 Agar ibu paham
kembang mengenai mengenai kondisi
pada anak proses tumbuh anaknya dan
kembang anak, dalam perawatan
gizi anak, dan anak
penyakit anak

Defisit Setelah 6.1 Kaji tingkat 6.1 Untuk


pengetahuan dilakukan pengetahuan mengetahui
berhubungan tindakan keluarga sejauh mana
dengan kurang keperawatan tentang pengetahuan
terpapar informasi selama 1 x 24 penyakit anak mengenai
jam diharapkan penyakit yang
masalah defisit dialami
pengetahuan
dapat teratasi 6.2 Berikan 6.2 Untuk
dengan kriteria informasi menambah
hasil : mengenai pengetahuan
- Ibu pasien perkembangan orang tua
paham kesehatan mengenai
mengenai pasien perkembangan
penyakit kesehatan pasien
yang diderita
anaknya
- Ibu paham 6.3 Berikan 6.3 Pendidikan
mengenai pendidikan kesehatan
pentingnya kesehatan mampu
imunisasi tentang memberikan
lengkap penyakit yang perubahan pola
untuk anak di derita hidup seseorang

6.4 Beritahu 6.4 Imunisasi yang


mengenai lengkap dapat
pentingnya mencegah
pemberian masukkan
imunisasi secara virus/bakteri
lengkap bagi yang masuk ke
anak dalam tubuh

Pasien 2
Dx Keperawatan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Bersihan jalan Setelah 1.1 Memonitor 1.1 Takipnea,
napas tidak efektif dilakukan frekuensi atau pernafasan dan
berhubungan tindakan kedalaman gerakan dada tak
keperawatan pernapasan dan simetris terjadi
dengan
selama 3 x 24 gerakan dada karena terjadi
peningkatan jam diharapkan peningkatan
sputum di alveoli masalah tekanan dalam
bersihan jalan paru
napas dapat
teratasi dengan 1.2 Auskultasi area 1.2 Suara gurgling
kriteria hasil : paru, catat area mengidentifikasi
- Suara napas penurunan atau terdapatnya
bersih taka da aliran penyempitan
- Tidak ada udara bronkus oleh
dyspnea sputum
- Nadi dan RR
dalam batas 1.3 Lakukan 1.3 Merangsang
normal fisioterapi dada gerakan mekanik
- Tidak lewat vibrasi
terdengan dinding dada
suara ronkhi supaya sputum
mudah bergerak
keluar

1.4 Monitor status 1.4 Untuk


respirasi dan mengetahui
oksigen tingkat kadar
oksigen dalam
tubuh
1.5 Berikan 1.5 Informasi yang
informasi jelas akan
kepada keluarga menenangkan
tentang bersihan pihak keluarga
jalan napas
tidak efektif
pada anak W

1.6 Lakukan 1.6 Memudahkan


tindakan pengenceran dan
nebulizer sesuai pembuangan
indikasi sekret dengan
cepat

1.7 lakukan 1.7 Suction berguna


tindakan suction untk mengurangi
bila perlu secret/sputum
pada paru-paru
pasien yang
menumpul

Pola napas tidak Setelah 2.1 Kaji frekuensi 2.1 Untuk


efektif dilakukan dan kedalaman mengetahui
berhubungan tindakan pernapasan frekuensi
keperawatan kedalaman nafas
dengan
selama 2 x 24
kelemahan otot jam diharapkan 2.2 Monitor vital 2.2 Mengetahui
pernapasan masalah pola sign keadaan umum
napas tidak pasien
efektif dapat
teratasi dengan 2.3 Auskultasi 2.3 Mengetahui
kriteria hasil : bunyi napas adanya suara
- tidak ada napas tambahan
sesak
- tidak ada 2.4 Kolaborasi 2.4 Untuk
pernapasan dengan memenuhi
cuping pemberian kebutuhan
hidung oksigen 1 oksigen
- tidak ada Lpm/menit
retraksi dengan nasal
dinding dada kanul

Resiko infeksi Setelah 3.1 Pantau tanda- 3.1 Selama masa


berhubungan dilakukan tanda vital periode waktu,
dengan tindakan dengan ketat, potensial
Ketidakadekuatan keperawatan
khususnya komplikasi fatal
pertahanan tubuh selama 3 x 24
sekunder jam diharapkan selama awal dapat terjadi
(vaksinasi tidak masalah resiko terapi
adekuat) dan infeksi dapat
peningkatan teratasi dengan 3.2 Batasi 3.2 Menurunkan
leukosit kriteria hasil : pengunjung pemajaman
- Pasien bebas bila perlu terhadap
dari tanda pathogen infeksi
dan gejala lain
infeksi
- Jumlah
leukosit 3.3 Tunjukkan/dor 3.3 Untuk
dalam batas ong teknik menurunkan
normal mencuci tangan penyebaran/tamb
yang baik dan ahan infeksi
benar

3.4 Berikan 3.4 Untuk


antibiotic bila menurunkan
perlu terjadinya proses
infeksi

3.5 Dorong 3.5 Untuk


masukkan meningkatkan
nutrisi yang pertahanan tubuh
cukup anak

Penjelasan tabel 4.5

Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan diberikan pada

pasien 1 dan pasien 2 selama masa perawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang ditegakkan.

f. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Tabel 4.6
Pelaksanaan Tindakan Pasien Anak dengan Pneumonia di RSKD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2019

Pelaksanaan Hari I Hari II Hari III


Pasien I Senin, 08 April 2019 Selasa, 09 April 2019 Kamis, 11 April 2019
(08 April -
11 April Jam 09.30 Jam: 07.05 Jam : 19.15
2019) 1.1 Melakukan Melakukan Visite Melakukan Kunjungan
pengukuran tanda- Keperawatan Homecare
tanda vital
DS: Jam: 07.10 Jam: 19.15
- Ibu pasien - Memonitor keadaan 1.1 Mengobservasi
mengatakan umum pasien tanda-tanda vital
anaknya masih DS:- 3.1 Mengkaji frekuensi
sesak, tadi malam DO: dan kedalaman
menangis, lendir KU: sedang pernapasan
dimulutnya masih Kes: Composmentis 3.2 Auskultasi bunyi
keluar, masih (GCS: E4M6V5) napas
terdengar suara DS:
seperti mengorok Jam: 07.10 - ibu mengatakan
dan anaknya masih 1.1 Memonitor Tanda- An.A sudah tidak
demam tanda vital pasien sesak, suara
DO: 2.3 Melakukan mengoroknya tidak
HR: 120 x/mnt auskultasi bunyi terdengar tidurnya
RR: 52 x/mnt T: napas lebih nyenyak
38,2 ‘C DO:
Nadi teraba kuat, Ku: baik
akral hangat DS: Kes: Composmentis
Terpasang O2 nasal - Ibu pasien (GCS: E4M6V5)
kanul 1 Lpm mengatakan sesak Hasil TTV :
anaknya berkurang, S: 36,7oC
Jam 09.45 demam tidak ada, RR: 35 x/m
4.1 Melakukan lendir dimulutnya HR: 100 x/m
kompres hangat masih ada namun Akral teraba hangat
didaerah axilla sudah berkurang,
DS: tidak seperti Jam: 19.20
- Ibu pasien paham kemaren. 5.5 Mengedukasi ibu
dan mengikuti DO: pasien mengenai
arahan perawat Pasien nampak bermain proses tumbuh
DO: dengan neneknya kembang anak, gizi
Suhu : 38.2 ‘C Pasien nampak anak, dan
Ku: lemah tersenyum pentingnya
Kes: Composmentis Nampak tidak ada imunisasi lengkap
(GCS: E4M5V6) pernapasan cuping pada anak
hidung 6.3 Memberikan
Jam: 12.00 Nampak tidak ada pendidikan
5.3 Mengkaji status retraksi dinding dada. kesehatan
gizi. Melakukan Masih terdengar suara mengenai penyakit
pemberian nutrisi seperti mengorok. yang diderita
melalui selang Hasil TTV : anaknya dan
NGT N : 107 x/mnt mengevaluasi cara
DO: R : 36 x/mnt melakukan
- Pemberian susu 50 S : 36,8 °C fisioterapi dada
cc + 20 cc air DS:
putih Jam: 08.30 - Ibu pasien
2.3 Memonitoring status mengatakan
Jam : 13.00 status hidrasi anaknya masih
1.6 Melakukan (kelembapan mukosa belum bisa
Nebulizer bibir dan nadi) berjalan dan
DO: 5.4 Melakukan latihan merangkap bahkan
Nebulizer dengan duduk pada anak duduk pun masih
ventolin 1 respul + DS: harus disandarkan
Nacl 2 cc/8jam - Ibu pasien ke dada ibunya,
selama 10 menit mengatakan selang namun setelah
Pasien nampak tenang makan anaknya diberitahu ia
(NGT) sudah dilepas paham mengenai
Jam: 13.40 jam 6 pagi jadi pentingnya
1.7 Melakukan dilatih untuk imunisasi pada
Suction pemberian susu anak.
DS: melalui mulut. - Ibu pasien
- Ibu mengatakan DO: mengerti dan
terdengar seperti Mukosa bibir lembab paham mengenai
mengorok saat N : 107 x/mnt penyakit yang
anaknya bernapas Pasien nampak duduk di diderita anaknya.
DO: pangkuan ibunya kepala DO:
- Pasien nampak pasien nampak - Ibu pasien nampak
bergerak-gerak bersandar didada ibunya mencoba cara
Jam: 14.00 Jam: 10.15 melatih anaknya
4.5 Memberikan 1.6 Melakukan duduk sesuai
injeksi nebulizer anjuran dokter.
paracetamol DS: - Ibu pasien nampak
DS: - Ibu mengatakan mengulang cara
- Ibu pasien lendir dimulut fisioterapi dada
mengatakan anaknya sudah yang diajarkan
anaknya masih berkurang, suara oleh perawat.
demam seperti mengorok
DO: juga sudah tidak ada Jam: 19.45
- Pasien nampak lagi. Melakukan observasi
menangis, mata DO: perkembangan pasien
pasien nampak - Nebulizer dengan S:
kearah atas ventolin 1 respul + Ibu pasien mengatakan
- S : 38,2°C Nacl 2 cc/8 jam ia sudah paham
selama 10 menit mengenai penyakit
Jam: 14.50 - Pasien nampak yang dialami anaknya
Melakukan Observasi tenang Ibu mengatakan ia
perkembangan pasien sudah paham cara
1.1 Mengobservasi Jam: 10.45 melakukan fisioterapi
tanda-tanda vital 5.3 Melakukan dada pada anaknya
pasien fisioterapi dada dan yang baik dan benar
3.1 Mengkaji mengedukasi ibu O:
frekuensi dan cara melakukan Ibu mampu mencoba
kedalaman fisioterapi dada pada cara melakukan
pernapasan anak fisioterapi dada pada
3.2 Auskultasi bunyi DS : anaknya
napas - Ibu mengatakan di A:
4.4 Memonitor intake mulut anaknya masih Diagnosa I teratasi
dan output cairan terdapat lendir Diagnosa V teratasi
S: - Ibu mengatakan P:
- Keluarga pasien paham dan mengerti Lanjutkan intervensi
mengatakan cara melakukan Intervensi fisioterapi
pasien demam fisoterapi dada dada dilanjutkan oleh
naik turun, minum orang tua pasien
masih DO : An.MA
menggunakan - Pasien nampak
selang 20 cc duduk bersandar
- BAK : 219 cc, dipangkuan ibunya
anaknya masih - Pasien nampak
sering menangis, tenang
sesak masih - SPO2 98 %
O:
Ku: sedang Jam: 11.00
Kes: composmentis 1.7Melakukan Suction
(GCS: E4M5V6) DS :
Akral hangat - Ibu pasien
Suhu: 37,8’C mengatakan dimulut
HR: 118 x/mnt, RR: anaknya nampak
50x/mnt masih ada lendir
Terpasang IVFD DO :
cairan D5 ¼ NS 27 - Pasien nampak
cc/jam menangis
Mukosa bibir kering - SPO2 98 %
Turgor kulit tidak
elastis Jam: 12.00
Hasil lab: 08 April Memberikan nutrisi
2019 melalui oral
Hb: 10.8g/dL DS:
Leukosit : 12.58 - Ibu mengatakan
A: anaknya suka
diagnosa I belum mengecap-ngecap
teratasi bibirnya dan
Diagnosa II teratasi memasukkan
sebagian tangannya ke mulut
Diagnosa III teratasi DO:
sebagian - Susu ASI 80 cc + 20
Diagnosa IV teratasi cc air putih
sebagian - Biscuit regal 2
Diagnose V belum dilunakkan
teratasi
Diagnosa VI sebagian Jam: 14.00
teratasi 6.4 Mengedukasi orang
P: Lanjutkan tua mengenai
intervensi pentingnya
pemberian imunisasi
Jam: 16.15 dan vitamin A
3.6 Mengganti cairan secara lengkap bagi
infus anak dan
DO: memberikan vitamin
D5 ¼ NS 27 cc/jam A
DS:
Jam: 16.20 - Ibu pasien paham
4.3 Memonitor suhu dan mengerti
setiap 3 jam mengenai pengertian
DO: imunisasi, jenis-
Suhu 37,8 °C jenis imunisasi
manfaat imunisasi
Jam: 21.30 dan vitamin A
Melakukan visite DO:
keperawatan - Pasien nampak
2.2 Memonitor vital tenang
sign
3.3 Mengkaji Jam: 14.30
frekuensi dan Melakukan Observasi
kedalaman perkembangan pasien
pernapasan 1.1 Mengobservasi
3.4 Auskultasi bunyi tanda-tanda vital
napas pasien
4.4 Memonitor intake 3.1 Mengkaji frekuensi
dan output cairan dan kedalaman
S: pernapasan
- Ibu pasien 3.4 Auskultasi bunyi
mengatakan sesak napas
anaknya sudah 4.4 Memonitor intake
berkurang, namun dan output cairan
masih terdengar S:
suara mengorok, Ibu mengatakan anaknya
lendir yang sudah tidak mengalami
dimulutnya mulai sesak, suara
berkurang, demam mengoroknya terkadang
sudah turun, masih ada, lendir
O: dimulutnya sudah tidak
- Pasien nampak ada,
tidur Ibu mengatakan anaknya
- Terdapat retraksi sering minum susu
dinding dada O:
- Terdengar suara Tidak ada retraksi
ronkhi dinding dada
Hasil TTV : Tidak ada pernapasan
S : 37,0°C cuping hidung
N : 115 x/mnt Hasil TTV:
R : 48 x/mnt S : 36.8 °C
Ku: sedang N : 107 x/mnt
Kes: composmentis R : 36 x/mnt
(GCS: E4M5V6) Ku : sedang
Akral hangat Kes: composmentis
Terpasang IVFD (GCS: E4M5V6)
cairan D5 ¼ NS 27 Akral hangat
cc/jam Terpasang IVFD cairan
Mukosa bibir kering D5 ¼ NS 27 cc/jam
Turgor kulit tidak Mukosa bibir lembab
elastis Turgor kulit elastis
Hb: 10.8g/dL A:
Leukosit : 12.58 Diagnosa I sebagian
A: teratasi
Diagnosa I belum Diagnosa II teratasi
teratasi Diagnosa III teratasi
Diagnosa II teratasi Diagnosa IV teratasi
sebagian Diagnosa V sebagian
Diagnosa III teratasi teratasi
sebagian Diagnosa VI teratasi
Diagnosa IV teratasi P:
sebagian Lanjutkan intervensi
Diagnosa V belum
teratasi Jam: 16.00
Diagnosa VI sebagian - Mengajarkan
teratasi keluarga cara
P: menggendong bayi
Lanjutkan intervensi dengan gangguan
Jam: 22.00 diarea kepala.
1.6Melakukan DS:
pemberian obat - Keluarga paham dan
hasil kolaborasi mengerti cara
DO: menggendong bayi
Cefotaxime 250 cc yang benar
injeksi intravena DO:
Pasien nampak tidur - Keluarga mampu
mencoba tindakan
yang dilakukan
perawat

Jam: 18.00
Melakukan kontrak pada
pasien untuk perawatan
homecare
DS:
- ibu pasien
mengatakan
bersedia dan setuju
untuk dilakukan
homecare
DO: Pasien KRS

Pasien II Rabu, 10 April 2019 Kamis, 11 April 2019 Jumat, 12 April 2019
(10 April –
12 April Jam: 20.30 Jam: 08.30 Jam: 08.00
2019) 1.1 Melakukan Melakukan Visite Melakukan Visite
observasi tanda- Keperawatan Keperawatan
tanda vital
1.2 Auskultasi area Jam: 08.30 Jam: 08.00
paru, catat area Observasi keadaan 1.1 Observasi tanda-
penurunan atau umum pasien tanda vital
aliran udara DS:- 1.2 Auskultasi area
3.1 Monitor status DO: paru, catat area
respirasi dan Ku: sedang penurunan atau
oksigen Kes: Composmentis taka da aliran
DS: (GCS: E4M5V6) udara
- Ibu oasien Jam: 08.30 1.5 Monitor status
mengatakan 1.1 Observasi tanda- respirasi dan
anaknya masih tanda vital oksigen
sesak, terdengar 1.2 Auskultasi area paru, 3.5 Batasi pengunjung
suara seperti catat area penurunan bila perlu
mengorok atau aliran udara 3.6 Tunjukkan/dorong
1.4Monitor status teknik mencuci
DO: respirasi dan oksigen tangan yang baik
- Pasien nampak 3.2 Batasi pengunjung dan benar
tidur bila perlu DS :
- Terdapat retraksi 3.3 Tunjukkan/dorong - Ibu pasien
dinding dada, teknik mencuci mengatakan sesak
- Terdapat tangan yang baik dan anaknya berkurang,
pernapasan cuping benar demam tidak ada
hidung DS : DO :
Hasil TTV : - Ibu pasien - Pasien nampak
N : 145x/menit mengatakan sesak tenang
R : 40 x/menit anaknya berkurang, - Nampak tidak ada
S : 36.6 °C demam tidak ada, pernapasan cuping
Hasil lab: 10 April DO : hidung
2019 - Pasien nampak - Nampak tidak ada
Hemogoblin: 12,7 tenang retraksi dinding
g/dl - Nasal kanula telah dada.
Eritrosit: 4,15 106/ml dilepas - Suara ronkhi tidak
Leukosit: 16.09 mm3 - Nampak ada terdengar
Terpasang infus Nacl pernapasan cuping - Nampak orang tua
D5 ¼ NS 0.1 cc/jam hidung An.W mengikuti
Terpasang O2 Nasal - Nampak masih ada cara mencuci
kanul 1 Lpm retraksi dinding tangan yang baik
dada. dan benar
Jam: 21.00 - Masih terdengar Hasil TTV :
1.6 Lakukan tindakan suara seperti N : 128x/menit
nebulizer sesuai mengorok R : 38 x/menit
indikasi - Nampak orang tua S : 36 °C
DO: An.W mengikuti Hasil lab: 12/04/2019
- Nebulizer dengan cara mencuci tangan Leukosit : 13.21 mm3
ventolin ½ respul yang baik dan benar
+ Nacl 2 cc/8 jam Hasil lab: 11 April 2019 Jam: 09.00
+ Pulmicort ½ cc Hemogoblin: 12,7 g/dl Mengganti cairan infus
selama 10-15 Eritrosit: 4,58 106/ml DO:
menit Leukosit: 17.27 mm3 D5 ¼ NS 0.1 cc
- Pasien nampak Hasil TTV : dengan Sirympump
bergerak-gerak N : 130x/menit
R : 40 x/menit Jam: 09.10
S : 36.6 °C 1.6 Lakukan tindakan
nebulizer sesuai
Jam: 08.50 indikasi
3.5 Mendorong keluarga DO :
memberikan nutrisi - Nebulizer dengan
yang cukup ventolin ½ respul +
DS: Nacl 2 cc/8 jam +
- Ibu pasien Pulmicort ½ cc
mengatakan selama 10 menit
anaknya banyak - Pasien nampak
minum asi tenang
DO:
Nampak ibu sedang Jam: 09.25
menyusui An.W 1.3 Melakukan
Jam: 09.00 fisioterapi dada
Mengganti cairan infus DO:
Ibu nampak melakukan
DO: sendiri tanpa dibantu
D5 ¼ NS 0,1 cc dengan oleh perawat
sirympump
Jam: 10.00
Jam: 09.20 3.4 Memberikan
1.6 melakukan tindakan antibiotik
nebulizer DS:-
DO: DO:
- Nebulizer dengan Meropenem 3 x 80
ventolin ½ respul + mg iv sirympump
Nacl 2 cc/8 jam +
Pulmicort ½ cc
Jam: 14.30
selama 10-15 menit
Melakukan Observasi
- Pasien nampak
perkembangan pasien
tertidur
1.1 Mengobservasi
Jam: 09.30
tanda-tanda vital
1.3 Melakukan
pasien
fisioterapi dada dan
2.1 Mengkaji frekuensi
mengedukasi ibu
dan kedalaman
cara melakukan
pernapasan
fisioterapi dada pada
2.2 Auskultasi bunyi
anak
napas
DS:
3.5 Menganjurkan
- Ibu mengatakan tidak
pemeberian nutrisi
berani
yang cukup
- Ibu mengatakan
S:
paham dan mengerti
- Ibu mengatakan
cara melakukan
anaknya sudah
fisoterapi dada
tidak mengalami
DO :
sesak, suara
- Pasien nampak
mengoroknya tidak
digendong
terdengar lagi,
- Pasien nampak
- Ibu mengatakan
tenang
anaknya tidak
- SPO2 98 %
rewel lagi, tidur
nyenyak saat
Jam: 10.00
malam hari
3.4 Memberikan
- Ibu mengatakan
antibiotic
anaknya sering
DO: haus
Meropenem 3x80 mg iv O:
syrimpump Tidak ada retraksi
dinding dada
Jam: 16.00 Tidak ada pernapasan
1.1 Observasi Tanda - cuping hidung
tanda vital Hasil lab: 12/04/2019
Leukosit: 13.21 mm3
DS : Hasil TTV:
- Ibu pasien S : 36.6 °C
mengatakan N : 120 x/mnt
anaknya masih R : 37 x/mnt
sesaknya Ku : sedang
DO : Kes: composmentis
Pasien nampak tenang (GCS: E4M5V6)
Hasil TTV : Akral hangat
N : 130 x/mnt Terpasang IVFD cairan
R : 40 x/mnt D5 ¼ NS 0.1 cc/jam
S : 36.6 °C Mukosa bibir lembab
Turgor kulit elastis
Jam: 20.00 A:
1.6 Melakukan tindakan Diagnosa I teratasi
nebulizer sesuai Diagnosa II teratasi
indikasi Diagnosa III teratasi
DS: P:
- Ibu pasien Hentikan intervensi
mengatakan dahak
anaknya mulai
berkurang
DO :
- Nebulizer dengan
ventolin ½ respul +
Nacl 2 cc/8 jam +
Pulmicort ½ cc
selama 10-15 menit
- Pasien nampak
tertidur

Jam: 21.00
Melakukan visite
keperawatan
1.3 Melakukan
observasi tanda-
tanda vital
1.4 Auskultasi area
paru, catat area
penurunan atau
aliran udara
3.2 Monitor status
respirasi dan oksigen
S:
- Ibu pasien
mengatakan anak
tidak ada demam ,
sesak mulai
berkurang, dahaknya
juga sedikit
berkurang ,suara
seperti mengorok
mulai berkurang

O:
Ku: sedang
Kes: composmentis
(GCS: E4M5V6)
Akral teraba hangat
Temperature: 36,6oC
HR: 130 x/mnt teraba
kuat
RR: 40 x/mnt
Mukosa bibir lembab
Turgor kulit elastic
Terpasang IVFD cairan
D5 ¼ NS 0,1 cc/jam
Hasil lab: 11 April 2019
Hemogoblin: 12.7 g/dl
Eritrosit: 4,58 106/ml
Leukosit: 17.27 mm3
A:
Diagnosa I belum
teratasi
Diagnosa II teratasi
sebagian
Diagnosa III teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

Penjelasan tabel 4.6

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa Implementasi yang dilakukan

berdasarkan rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat

tercapai. Implementasi pada pasien 1 dilakukan selama 2 hari dirumah sakit pada
tanggal 08 April s/d 09 April dan 1 hari di rumah pada tanggal 11 April 2019,

sedangkan pada pasien 2 dilakukan selama 3 hari di rumah sakit mulai dari

tanggal 10 April s/d 12 April 2019.

g. Evaluasi

Tabel 4.7
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Anak dengan Pneumonia di RSUD
dr Kanujoso Djatiwibowo
Dx Pasien 1
Hari
Hari I Hari II Hari III
Dx 1 S: S : S:
Bersihan - Ibu pasien - Ibu pasien - Ibu pasien
jalan napas mengatakan mengatakan batuk mengatakan batuk
tidak batuk dan pilek ± pilek sudah pilek sudah tidak
efektif bd 1 minggu berkurang, sesak ada, dahak
peningkata - Ibu pasien sudah tidak ada dimulutnya sudah
n sputum di mengatakan O: tidak ada, tidak
alveoli anaknya masih - Pasien nampak terdengar suara
sesak berbaring, mengorok
- Ibu mengatakan auskultasi paru O:
masih terdengar masih terdengar - Pasien nampak
suara mengorok, ronkhi berbaring tidur
namun lendir - Tampak Retraksi auskultasi tidak
dimulut anaknya dinding dada terdengar ronkhi
sudah mulai - Tampak A:
berkurang pernapasan cuping Masalah sebagian
O: hidung teratasi
- Terdapat retraksi KU : sedang P:
dinding dada Kes : composmentis Lanjutkan intervensi
- Terdapat (E4M5V6) 1.4 Ajarkan fisioterapi
pernapasan Terpasang infus D5 ¼ dada
cuping hidung NS 27 cc/jam
- Pasien nampak Hasil TTV :
sesak N : 107 x/mnt
- Auskultasi paru R : 36 x/mnt
ronkhi S : 36.8 °C
KU : sedang, A:
Kes : compos mentis Masalah sebagian
(E4M5V6) teratasi
terpasang oksigen P:
nasal kanula 1 Lpm, Lanjutkan intervensi
irama napas cepat, 1.4 Lakukan
Hasil TTV : fisioterapi dada
N : 115 x/menit 1.6 Lakukan nebulizer
R : 48 x/menit 1.7 Lakukan suction
S : 37.0 °C
Rontgen thoraks
dengan hasil
pneumonia
Lymphadenopathy
sinistra

A:
Masalah belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor TTV
dan pernapasan
1.4 Lakukan
fisioterapi dada
1.6 Lakukan
nebulizer
1.7 Lakukan suction
Dx 2 S: S:
Pola napas - Ibu pasien Ibu pasien mengatakan
tidak mengatakan anaknya nampak
efektif b.d anaknya masih tenang
kelemahan sesak, masih O:
otot terdengar suara Pasien nampak
pernapasan mengorok, jika berbaring, tidak
menarik napas nampak retraksi
anaknya seperti dinding dada, napas
kesulitan cuping hidung tidak
O: ada
- Terdapat retraksi Hasil TTV :
dinding dada N : 107 x/menit,
- Nampak R : 36 x/menit
pernapasan S : 36.8 °C
cuping hidung A : Masalah teratasi
- Pasien nampak P :
berbaring dengan Pertahankan intervensi
posisi semi
fowler,
- Terpasang nasal
kanula 1 Lpm,
- Napas nampak
cepat
R : 48 x/menit
N : 115 x/menit
S : 37,0 °C
A:
Masalah sebagian
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
2.1 Kaji frekuensi
dan kedalaman napas
2.2 Monitor vital
sign
2.3 Auskultasi bunyi
napas

Dx 3 S: S: -
Hipovolemi - Ibu pasien - Ibu pasien
a b.d mengatakan mengatakan
kehilangan anaknya minum anaknya sudah
cairan aktif susu lewat alat dapat minum air
yang terpasang putih dan susu
dihidungnya dengan mulut
- Ibu pasien - Ibu mengatakan
mengatakan anaknya sering
untuk minum haus
susu anaknya O:
diberi 50-80 cc, Pasien nampak
diberitahu oleh berbaring, mukosa
perawat, anaknya bibir lembab,
masih sering N : 107 x/menit
menangis R : 36 x/menit
- Ibu pasien S : 36 °C
mengatakan A : Masalah teratasi
anaknya masih P:
demam Pertahankan intervensi
O:
Pasien nampak
berbaring dengan
mata nampak kearah
ke atas, mukosa bibir
kering, nadi teraba
cepat
Hasil TTV :
N : 115 x/menit
R : 48 x/menit
S : 37.0 °C
A:
Masalah sebagian
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
3.1 monitoring status
hidrasi
3.2 atur catatan
intake dan output
cairan
3.5 berikan terapi
infus
Dx 4 S: S:
Hipertermi - Ibu pasien Ibu pasien mengatakan
b.d mengatakan anaknya sudah tidak
dehidrasi anaknya masih demam dan tidak
sering menangis, menangis lagi
dan masih Ibu mengatakan
demam anaknya banyak
- Ibu pasien minum susu
mengatakan
anaknya hanya O:
minum susu yang Pasien nampak
diberikan oleh berbaring, diam
perawat Hasil TTV : S : 36.7
O: °C
Hasil TTV : A : Masalah teratasi
S : 38.2 °C P:
A : Masalah sebagian Pertahankan intervensi
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
4.1 Lakukan
kompres hangat
4.2 Tingkatkan
intake cairan
4.3 Berikan injeksi
paracetamol 0.7/4
jam

Dx 5 S: S: S:
Gangguan Ibu pasien Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
tumbuh mengatakan anaknya anaknya masih belum ia sudah paham
kembang masih belum mampu mampu berjalan, mengenai penyakit
b.d efek berjalan, tengkurap tengkurap sesuai yang dialami anaknya
ketidakma dengan sendiri, dengan usianya Ibu mengatakan ia
mpuan fisik bahkan duduk sendiri O: sudah paham cara
pun belum mampu Ibu pasien nampak melakukan fisioterapi
diusianya yang sudah sedih, pasien nampak dada pada anaknya
1 tahun lemah yang baik dan benar
Ibu mengatakan A: O:
anaknya belum Masalah belum teratasi Ibu mampu mencoba
mandapatkan P: cara melakukan
imunisasi campak Lanjutkan intervensi fisioterapi dada pada
dan vitamin A 5.5Edukasi ibu anaknya
O: mengenai proses A:
Pasien nampak tumbuh kembang, Masalah teratasi
berbaring lemas gizi anak, P:
A: imunisasi dan Pertahankan intervensi
Masalah belum penyakit anak (Intervensi fisioterapi
teratasi dada dilanjutkan oleh
P: orang tua pasien
Lanjutkan intervensi An.MA)
5.1 Lakukan
pemijatan ringan
pada anak
5.2 Kaji tumbuh
kembang
5.3 Edukasi ibu
mengenai proses
tumbuh kembang,
gizi anak, dan
imunisasi anak.

Dx 6 S: S: S:
Defisit - Ibu pasien- Ibu pasien - Ibu pasien
pengetahua mengatakan ia mengatakan sedikit mengatakan ia
n b.d belum paham lebih paham paham mengenai
kurang sekali mengenai mengenai penyakit penyebab penyakit
terpapar penyakit, anaknya anaknya
informasi penyebab yang - Ibu pasien - Ibu pasien
diderita anaknya mengatakan batuk mengatakan sudah
dan imunisasi pilek sudah tidak paham dan
yang harus ada, dahak mengerti mengenai
didapatkan untuk dimulutnya sudah tumbuh kembang
anaknya tidak ada, namun anak dan penyakit
O: masih terdengar anaknya
- Ibu pasien suara mengorok.
nampak bingung O: O:
dan bertanya ke - Pasien nampak - Ibu pasien nampak
perawat berbaring tersenyum, ibu
A: A: pasien mampu
Masalah sebagian
Masalah teratasi menjawab
teratasi P: pertanyaan yang
Lanjutkan intervensi diberikan dan
P: (melakukan homecare) mampu
Lanjutkan intervensi 6.3 Berikan edukasi mencontohkan
6.3 Berikan edukasi pendidikan kesehatan tindakan fisioterapi
pendidikan tentang penyakit dan dada
kesehatan imunisasi A:
mengenai Masalah teratasi
penyakit yang P:
diderita Pertahankan intervensi
6.4Beritahu
pentingnya
imunisasi pada
anak
Dx Pasien 2
Hari I Hari II Hari III
Dx 1 S: S: S:
Bersihan - Ibu pasien - Ibu pasien - Ibu mengatakan
jalan napas mengatakan mengatakan, sesak anaknya sudah
tidak anaknya masih mulai berkurang, tidak mengalami
efektif bd sesak, terdengar dahaknya juga sesak, suara
peningkata suara seperti sedikit berkurang mengoroknya tidak
n sputum di mengorok ,suara seperti terdengar lagi,
alveoli O: mengorok mulai
- Pasien nampak berkurang O:
tidur O: Tidak ada retraksi
- Terdapat retraksi Ku: sedang dinding dada
dinding dada, Kes: composmentis Tidak ada pernapasan
- Terdapat (GCS: E4M5V6) cuping hidung
pernapasan Akral teraba hangat Hasil lab: 12/04/2019
cuping hidung S: 36,6oC Leukosit: 13.21 mm3
- Terdengar ruara HR: 130 x/mnt Hasil TTV:
ronkhi RR: 40 x/mnt S : 36.6 °C
Hasil TTV : Terpasang IVFD N : 120 x/mnt
N : 145x/menit cairan D5 ¼ NS 0,1 R : 37 x/mnt
R : 40 x/menit cc/jam Ku : sedang
S : 36.6 °C Hasil lab: 11 April Kes: composmentis
Hasil lab: 10 April 2019 (GCS: E4M5V6)
2019 Hemogoblin: 12.7 g/dl Terpasang IVFD
Hemogoblin: 12,7 Eritrosit: 4,58 106/ml cairan D5 ¼ NS 0.1
g/dl Leukosit: 17.27 mm3 cc/jam
Eritrosit: 4,15 106/ml A: A:
Leukosit: 16.09 mm3 Masalah sebagian Masalah teratasi
Terpasang infus Nacl teratasi P:
D5 ¼ NS 0.1 cc/jam P: Pertahankan intervensi
Terpasang O2 Nasal Lanjutkan intervensi
kanul 1 Lpm 2.1 Kaji frekuensi
A: dan kedalaman
Masalah belum napas
teratasi 2.2 Monitor vital
P: sign
Lanjutkan intervensi
2.3 Auskultasi
1.1 Monitor TTV
bunyi napas
dan pernapasan
1,4Lakukan
fisioterapi dada
1.6Lakukan
nebulizer

Dx 2 S: S: S:
Pola napas - Ibu oasien - Ibu pasien - Ibu mengatakan
tidak mengatakan mengatakan anak anaknya sudah
efektif b.d anaknya masih tidak ada demam , tidak mengalami
kelemahan
otot sesak, terdengar sesak mulai sesak, suara
pernapasan suara seperti berkurang, mengoroknya tidak
mengorok dahaknya juga terdengar lagi,
O: sedikit berkurang - Ibu mengatakan
- Pasien nampak ,suara seperti anaknya tidak
tidur mengorok mulai rewel lagi, tidur
- Terdapat retraksi berkurang nyenyak saat
dinding dada, O: malam hari
- Terdapat Ku: sedang - Ibu mengatakan
pernapasan Kes: composmentis anaknya sering
cuping hidung (GCS: E4M5V6) haus
Hasil TTV : Akral teraba hangat O:
N : 145x/menit S: 36,6oC Tidak ada retraksi
teraba kuat HR: 130 x/mnt dinding dada
R : 40 x/menit RR: 40 x/mnt Tidak ada pernapasan
S : 36.6 °C Terpasang IVFD cuping hidung
Hasil lab: 10 April cairan D5 ¼ NS 0,1 Hasil lab: 12/04/2019
2019 cc/jam Leukosit: 13.21 mm3
Hemogoblin: 12,7 Hasil lab: 11 April Hasil TTV:
g/dl 2019 S : 36.6 °C
Eritrosit: 4,15 106/ml Hemogoblin: 12.7 g/dl N : 120 x/mnt
Leukosit: 16.09 mm3 Eritrosit: 4,58 106/ml R : 37 x/mnt
Terpasang infus Nacl Leukosit: 17.27 mm3 Ku : sedang
D5 ¼ NS 0.1 cc/jam A: Kes: composmentis
Terpasang O2 Nasal Masalah sebagian (GCS: E4M5V6)
kanul 1 Lpm teratasi Akral hangat
P: Terpasang IVFD
Lanjutkan intervensi cairan D5 ¼ NS 0.1
1.2 Monitor TTV dan cc/jam
pernapasan A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi

Dx 3 S: S: S:
Resiko - Ibu pasien - Ibu pasien - Ibu mengatakan
infeksi mengatakan mengatakan anaknya sudah
berhubunga anaknya terlihat anaknya terlihat tidak mengalami
n dengan lemas sekali lebih sering sesak, suara
ketidakade - Ibu mengatakan tersenyum mengoroknya tidak
kuatan O: terdengar lagi,
anaknya belum
pertahanan Ku: sedang - Ibu mengatakan
tubuh mendapatkan Kes: composmentis anaknya tidak
sekunder imunisasi (GCS: E4M5V6) rewel lagi, tidur
(vaksinasi lanjutan, hanya Akral teraba hangat nyenyak saat
tidak mendapatkan S: 36,6oC malam hari
adekuat) imunisasi awal HR: 130 x/mnt - Ibu mengatakan
dan saja RR: 40 x/mnt anaknya sering
peningkata O: Mukosa bibir lembab haus
n leukosit Pasien nampak Turgor kulit elastic O:
berbaring nadi Terpasang IVFD Tidak ada retraksi
teraba cepat cairan D5 ¼ NS 0,1 dinding dada
Hasil TTV : cc/jam Tidak ada pernapasan
Ku: sedang Hasil lab: 11 April cuping hidung
Kes: composmentis 2019 Hasil lab: 12/04/2019
(GCS: E4M5V6) Hemogoblin: 12.7 g/dl Leukosit: 13.21 mm3
Akral teraba hangat Eritrosit: 4,58 106/ml Hasil TTV:
N : 145x/menit Leukosit: 17.27 mm3 S : 36.6 °C
R : 40 x/menit A: N : 120 x/mnt
S : 36.6 °C Masalah sebagian R : 37 x/mnt
Hasil lab: 10 April teratasi Ku : sedang
2019 sebagian Kes: composmentis
Hemogoblin: 12,7 P: (GCS: E4M5V6)
g/dl Lanjutkan intervensi Akral hangat
Eritrosit: 4,15 106/ml 3.1 Pantau tanda- Terpasang IVFD
Leukosit: 16.09 mm3 tanda vital cairan D5 ¼ NS 0.1
Terpasang infus Nacl dengan ketat, cc/jam
D5 ¼ NS 0.1 cc/jam khususnya A:
Terpasang O2 Nasal selama awal Masalah teratasi
kanul 1 Lpm P:
terapi Pertahankan intervensi
3.3 Tunjukkan/doron
g teknik mencuci
tangan yang baik
dan benar
3.4 Berikan antibiotic
bila perlu
3.5 Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup

Penjelasan tabel 4.7

Tabel di atas menjelaskan bahwa pada pasien 1 dilakukan asuhan

keperawatan selama 2 hari di rumah sakit dan 1 hari homecare, evaluasi pada

pasien 1 menunjukan 6 diagnosa keperawatan teratasi yaitu bersihan jalan napas

tidak efektif teratasi di hari ke 1 perawatan homecare, pola napas tidak efektif

teratasi di hari ke 2 perawatan di rumah sakit, hipertermi teratasi dihari ke 2

perawatan dirumah sakit, hipovolemia teratasi di hari ke 2 perawatan di rumah

sakit, gangguan tumbuh kembang teratasi di hari ke 1 homecare, defisit

pengetahuan teratasi di hari ke 2 perawatan di rumah sakit. Sedangkan pada


pasien 2 dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari di rumah sakit, evaluasi

pada pasien 2 menunjukan terdapat 3 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu

bersihan jalan napas tidak efektif teratasi di hari ke 3 perawatan di rumah sakit,

pola napas tidak efektif teratasi di hari ke 3 perawatan di rumah sakit, dan resiko

infeksi teratasi di hari ke 3 perawatan di rumah sakit.

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan

pada anak pasien 1 dan 2 dengan kasus Pneumonia yang telah dilakukan sejak

tanggal 08 April – 13 April 2019 di Ruang Mawar RSUD dr Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien.

Pengkajian pada pasien 1 dilakukan pada hari senin 08 April 2019,

sedangkan pada pasien 2 dilakukan pengkajian pada kamis, 10 April 2019,

pasien 1 berusia 1 tahun dan pasien 2 berusia 2 bulan, terdapat keluhan yang

sama pada saat pengkajian yaitu sesak napas dan terdengar suara seperti

mengorok hal ini sesuai dengan teori terjadi pada penyakit Pneumonia yang

ditandai oleh sesak napas dan terdengar suara ronkhi.


Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua pasien dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu pernapasan, frekuensi nadi, dan suhu,

pada kedua pasien mengalami sesak napas dengan frekuensi pernapasan >

40x/ menit dimana menurut (Pudiastuti, 2011) ukuran gangguan napas cepat

pada usia 2 bulan yaitu 50x/menit dan untuk usia 1 tahun yaitu 40x/menit.

Pernapasan ini diikuti pula dengan frekuensi nadi yang teraba kuat, pada

pasien 1 hasil pemeriksaan nadi 145x/menit dan pasien 2 yaitu 120x/menit

dan pada pemeriksaan suhu kedua pasien terjadi perbedaan, dimana pada

saat pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien

1 suhu: 38.2oC akral teraba hangat, sedangkan pada pasien 2 didapatkan

suhu 36.6 oC akral teraba hangat, dari pengkajian telah didapatkan bahwa

pada pasien 2 sebelum dibawa ke ruang rawat inap mawar pasien telah

mendapatkan obat antibiotic sehingga pasien 2 tidak mengalami

peningkatan suhu badan.

Di temukan perbedaan pada riwayat penyakit sekarang pada pasien 1

dan 2 yaitu pada pasien 1 anak mengalami demam sedangkan pada pasien 2

anak tidak mengalami demam.

Berdasarkan hasil pengkajian masa postnatal pada kondisi pasien 1

ibu mengatakan tidak mengalami masalah pada saat persalinan, sedangkan

pada pasien 2 ibu mengatakan terdapat masalah dimana pada saat persalinan

pasien 2 tidak menangis spontan setelah dilahirkan hal ini terjadi karena

pada saat persalinan anak terminum air ketuban dan segera di rawat di ruang

PICU untuk mendapatkan tindakan selanjutnya selama 13 hari.


Berdasarkan hasil pengkajian riwayat masa lampau pada kondisi

pasien 1 ibu mengatakan anaknya mempunyai riwayat kejang, anak pernah

dirawat di Rumah sakit Samboja, untuk riwayat imunisasi dasar ibu pasien 1

mengatakan kurang 1 yaitu campak dan vitamin A karena saat pelaksanaan

imunisasi anaknya sedang sakit, dan ibu mengatakan anaknya tidak mampu

merangkap, berdiri, hanya mampu barbaring di usianya yang menginjak 1

tahun, dan dalam hasil pemeriksaan CT-scan tanggal 19 Maret 2019

anaknya di diagnosa hypoplasia cerebri dextra.

Menurut Tasmonoheni (2012), kelainan yang menyebabkan dilakukan

perawatan tirah baring adalah kelainan kepala, kelainan kepala dapat

dikatakan selalu merupakan kelainan penyebab tirah baring yang

memberikan kemungkinan terjadinya pneumonia hipostatik, keadaan ini

oleh karena kelainan dikepala akan sering terjadi kenaikan tekanan

intracranial dengan akibat suatu depresi pusat napas sehingga akan

menyebabkan perlambatan gerak pernapasan. Sedangkan menurut

Maryunani (2010) factor resiko yang mengakibatkan pneumonia adalah

factor umur anak, pemberian vitamin A dan status imunisasi dimana pada

usia bayi dan usia dini anak-anak rentan terkena virus yang mampu

menyerang system pernapasannya, begitu pula dengan pemberian Vitamin

A dengan kejadian pneumonia pada balita. Vitamin A bermanfaat untuk

meningkatkan imunitas dan melindungi saluran pernapasan dari infeksi

kuman. Bila kekurangan vitamin A maka tubuh dapat mengalami gangguan

pernapasan, kerabunan dan bahkan kebutaan. Salah satu upaya untuk


menurunkan risiko terkena pneumonia adalah dengan memberikan vitamin

A pada anak balita (Depkes, 2009), serta pada status pemberian imunisasi

pada anak dapat mengurangi terjadinya infeksi, sedangkan Hendrawati

(2017) mengatakan Imunisasi merupakan cara pencegahan terkena penyakit

menular karena kekebalan tubuh balita belum terbentuk sempurna.

Imunisasi yang berhubungan dengan pneumonia adalah imunisasi DPT-HB-

HIB. Imunisasi DPT-HB-HIB bertujuan untuk memberikan kekebalan

kepada balita terhadap penyakit dan menurunkan angka kematian dan

kesakitan yang disebabkan oleh penyakit pneumonia yang dapat dicegah

dengan imunisasi. Imunisasi DPT-HB-HIB dapat mencegah penyakit

pneumonia. Imunisasi ini diberikan pada balita saat berusia 2 bulan, 3 bulan,

dan 4 bulan.

Pemeriksaan fisik pada Pasien 1 didapatkan adanya sekresi di dalam

hidung berwarna putih kekuningan, terdapat pernapasan cuping hidung,

adanya retraksi dinding dada, terdengar suara seperti mengorok konjungtiva

ananemis turgor kulit kering crt >2 detik, mukosa bibir kering dan pucat,

nadi teraba kuat, pernapasan cepat dan demam, sedangkan pada pasien 2

didapatkan pemeriksaan fisik adanya sekresi berwarna putih kekuningan di

dalam hidung, terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada,

konjungtiva ananemis turgor kulit elastis crt<2 detik, mukosa bibir lembab

dan tidak pucat hal ini dapat terjadi karena gejala klinis untuk diagnosis

Pneumonia, yaitu adanya demam, sumbatan nasal yang dapat


mempengaruhi pernapasan dan menyusu pada bayi, batuk, bunyi napas

seperti mengorok (Nurarif & Kusuma, 2016).

Pasien 1 keluarga mengatakan tinggal di lingkungan rumah dekat

dengan jalan raya dan dalam keluarga mempunyai kebiasaan merokok yaitu

ayah dan kakek dari pasien 1 merupakan perokok aktif. Sedangkan pada

Pasien 2 keluarga mengatakan tinggal di lingkungan komplek padat

penduduk, dan anak pertama dari keluarga tersebut sedang mengalami batuk

pilek.

Maryunani (2010) mengatakan factor lingkungan sangat berpengaruh

dimana pencemaran udara rumah, asap rokok dan asap hasil pembakaran

dapat merusak mekanisme peratahan paru, tidak hanya itu ventilasi dan

kepadatan hunian juga dapat mengakibatkan penularan penyakit. Menurut

analisa peneliti faktor penyebab dari penyakit Pneumonia yang ditemukan

pada pasien 1 dan pasien 2 sama dengan teori dari aspek lingkungan.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnose keperawatan merupakan suatu

penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons

pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan (tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis

dan Nurarif dan Kusuma (2016) dalam buku NANDA (2016) terdapat 6
diagnose keperawatan yang muncul pada kasus pneumonia yaitu, bersihan

jalan napas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, hipertermi, hipovolemia,

gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan

fisik, dan defisit pengetahuan.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 6 diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada pasien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan penumpukan sputum di alveoli, pola napas

tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, hipertermi berhubungan

dengan dehidrasi, gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik, dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi. Sedangkan pada pasien 2 muncul 3 diagnosa

keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sputum di alveoli, pola napas tidak efektif berhubungan

dengan kelemahan otot pernapasan dan resiko infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan

peningkatan leukosit.

Berikut pembahasan diagnosa yang muncul sesuai teori pada kasus

pasien 1dan 2 yaitu :

a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sputum di alveoli

Menurut analisa data peneliti muncul masalah bersihan jalan

napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum di alveoli


pada kedua pasien, dari hasil pengkajian ditemukan data pada kedua

pasien, orang tua pasien mengatakan anaknya sesak napas, terdengar

suara seperti mengorok, terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi

dinding dada, anaknya sering rewel, tidak mau menyusu, dan terdapat

lendir di mulut anaknya. Keadaan umum pasien sedang, GCS: 15

E4M6V5, kesadaran compos mentis, pada saat dilakukan pengkajian

sebelumnya pasien 1 sudah diberikan obat penurun panas didapatkan

hasil pengukuran tanda-tanda vital pasien 1 suhu: 38.2oC akral teraba

hangat, pernafasan 52 x/menit teratur, nadi 120x/menit teraba kuat

teratur dan pada pasien 2 suhu 36,6oC, akral teraba hangat, pernafasan

40 x/mnt, nadi 145 x/mnt teraba. Alasan peneliti menegakkan diagnosa

tersebut yaitu kasus ini sesuai dengan teori bahwa pada penyakit

Pneumonia akan ditandai dengan adanya batuk berdahak, sesak,

terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada dan terdengar

suara seperti mengorok (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Menurut Sutrisno & Setyowati (2013) pada pasien dengan

Pneumonia mengalami sesak napas dapat dilihat dari tarikan dinding

dada ke dalam. Normalnya saat bernapas dada tidak sampai cekung,

tetapi pada keadaan sesak pneumonia karena usaha bernapas yang

ekstra, dinding dada tertarik sehingga cekung ke dalam,. Infeksi yang

ada menyebabkan jalan napas udara kecil yang ada di paru-paru

menjadi bengkak dan menghasilkan banyak lendir, lendir ini

menghalangi jalannya udara dan mengurangi oksigen yang masuk ke


dalam tubuh, oleh karena itu napas anak menjadi sesak. Diagnosa yang

ditegakkan peneliti sesuai dengan teori yaitu bersihan jalan napas

berhubungan dengan penumpukan sputum di alveoli. Bersihan jalan

napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret atau

obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot

pernapasan

Menurut hasil analisa peneliti muncul masalah pola napas tidak

efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan pada kedua

pasien, dari hasil pengkajian data didapatkan kedua pasien mengalami

sesak, nampak retraksi dinding dada, terdapat pernapasan cuping

hidung, pola napas abnormal takipnea. Keadaan umum pasien sedang,

GCS: 15 E4M6V5, kesadaran compos mentis, pada saat dilakukan

pengkajian pada pasien 1 didapatkan pernafasan 52 x/menit teratur, nadi

120x/menit teraba kuat teratur dan pada pasien 2 suhu 36,6oC, akral

teraba hangat, pernafasan 40 x/mnt, nadi 145 x/mnt teraba. Alasan

peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini sesuai dengan

teori bahwa pada penyakit Pneumonia akan ditandai dengan adanya

batuk berdahak, sesak, terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi

dinding dada dan terdengar suara seperti mengorok (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).


Berikut adalah masalah keperawatan yang berbeda antara pasien 1 dan

pasien 2 :

a) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Menurut hasil analisa peneliti pada pasien 1 muncul masalah

keperawatan hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

pada kasus pasien 1 dengan Pneumonia diagnosa keperawatan

hipovolemia muncul karena berdasarkan data ditemukan tanda gejala

mayor dan minor seperti frekuensi nadi meningkat, turgor kulit

menurun, lemah, membrane mukosa kering, volume urin menurun dan

suhu tubuh meningkat. Sedangkan pada pasien 2 peneliti tidak

menegakkan diagnosa keperawatan hipovolemia berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif, karena saat pengkajian tidak di temukan tanda

gejala mayor dan minor seperti frekuensi nadi meningkat, turgor kulit

menurun, lemah, membrane mukosa kering, volume urin menurun dan

suhu tubuh meningkat.

Hipovolemia dapat terjadi akibat aktivitas C3 dan C5 akan

dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamine dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan

peningkatan permeanilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga cairan

dari intravakuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya perembesan

plasma akibat perembesan plasma terjadi pengurangan volume plasma

yang menyebabkan hipovolemia sehingga peneliti menegakkan

diagnosa keperawatan pada pasien 1 hipovolemia (Ngastiyah, 2014).


Hipovolemi adalah penurunan volume cairan intravaskuler,

interstisiel, dan atau intra seluler ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

b) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Menurut hasil analisa peneliti muncul masalah hipertermi

berhubungan dengan dehidrasi, pada kedua pasien dari hasil

pengkajian ditemukan data pada pasien 1 orang tua pasien

mengatakan anak demam mendadak sejak ± 1 minggu, sedangkan

pada pasien 2 orang tua mengatakan anak tidak demam, yang juga

mengalami demam sejak 4 hari yang lalu, keadaan umum pasien

sedang, GCS: 15 E4M6V5, kesadaran compos mentis, pada kedua

pasien saat dilakukan pengkajian sebelumnya sudah diberikan obat

penurun panas didapatkan hasil pengukuran tanda-tanda vital pasien 1

suhu: 38,2oC akral teraba hangat, pernafasan 52 x/menit teratur, nadi

120 x/menit teraba kuat teratur sedangkan pada pasien 2 peneliti tidak

menegakkan diagnosa hipertermi karena pada saat pengkajian pasien 2

tidak mengalami demam dengan suhu 36.6°C, akral teraba hangat,

pernapasan 40x/menit, nadi 145x/menit, dan pada saat pendataan

orang tua pasien mengatakan bahwa sebelum di rawat diruang mawar

anaknya sudah diberi obat antibiotic di IGD. Diagnosa yang di

tegakkan oleh peneliti pada pasien 1 adalah hipertermi, dan pada

pasien 2 tidak diangkat diagnose hipertermi dikarenakan pada saat

pengkajian tidak terdapat peningkatan suhu tubuh.


Menurut Widya (2015) substansi yang menyebabkan demam

disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen maupun endogen.

Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau

toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis

sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi

dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada

meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan

elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga

keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila

seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-

elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam

proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit

tersebut, sehingga kekurangan cairan dan elektrolit mempengaruhi

fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan

termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

Hipertemi adalah suhu tubuh meningkat di atas rentng normal tubuh (

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

c) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik

Menurut hasil analisa peneliti pada pasien 1 muncul masalah

keperawatan gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik, pada kasus pasien 1 dengan Pneumonia


diagnosa keperawatan gangguan tumbuh kembang muncul karena

berdasarkan data ditemukan tanda gejala mayor dan minor seperti

tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia

(fisik, bahasa, motoric, psikososial), pertumbuhan fisik terganggu, dan

pola tidur terganggu, dari hasil pengkajian orang tua pasien

mengatakan anaknya belum mampu merangkak, berdiri sesuai dengan

usianya, dan pada hasil CT-Scan pada tanggal 19 Maret 2019 di

dapatkan hasil hipoplasia cerebri dextra, sehingga anaknya lebih

sering berbaring dan hanya mampu didudukkan dengan kondisi

bersandar di dada ibunya. Sedangkan pada pasien 2 peneliti tidak

menegakkan diagnosa keperawatan gangguan tumbuh kembang

berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik, karena saat

pengkajian tidak di temukan tanda gejala mayor dan minor seperti

tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia

(fisik, bahasa, motorik, psikososial), pertumbuhan fisik terganggu, dan

pola tidur terganggu.

Menurut Halodoc (2019) gangguan tumbuh kembang dapat

terjadi karena mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti obat anti

kejang dan antiretrovirus), lahir prematur, tinggal di daerah yang

kurang paparan sinar matahari, bayi yang lahir dari ibu hamil dengan

kondisi kekurangan vitamin D, dan kelainan bawaan. Gangguan

tumbuh kembang pada pasien 1 dialami karena adanya kelainan

bawaan saat lahir, yaitu hipoplasia, hipoplasia adalah penurunan


jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan penurunan

jaringan atau organ, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil atau

mengalami pengecilan. Hipoplasia dapat juga mengenai semua bagian

tubuh, dapat mengenai salah satu dari sepasang organ atau bahkan

dapat mengenai kedua organ yang berpasangan (Armanyadi, 2013).

Pada terjadinya hipoplasia anak lebih sering berbaring hal ini karena

anak mengalami ketidakmampuan fisik, orang tua pasien 1

mengatakan bahwa anaknya hanya bisa berbaring saja, hal ini yang

mengakibatkan terjadinya gangguan pernapasan, yaitu pneumonia

hipostatik. Pneumonia hipostatik atau pneumonia tirah baring adalah

pneumonia yang terjadi karena kongesti paru lama, misal penderita

penyakit menahun yang berbaring lama (FKUI, 2005).

d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Menurut hasil analisa peneliti pada pasien 1 muncul masalah

keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, pada kasus pasien 1 dengan Pneumonia diagnosa

keperawatan defisit pengetahuan muncul karena berdasarkan data

ditemukan tanda dan gejala mayor dan minor seperti menanyakan

masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

dan menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah. Hasil

pengkajian, orangtua pasien mengatakan ia tidak mengetahui apa

penyakit yang diderita anaknya, penyebab, tanda dan gejala penyakit

anaknya. Sedangkan pada pasien 2 peneliti tidak menegakkan


diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi, karena saat pengkajian tidak di temukan

tanda gejala mayor dan minor seperti menanyakan masalah yang

dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, dan

menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.

e) Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan peningkatan leukositosis.

Menurut hasil analisa peneliti pada pasien 2 muncul masalah

keperawatan resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan pertahanan

tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan peningkatan

leukositosis, pada kasus pasien 2 dengan Pneumonia diagnosa

keperawatan resiko infeksi muncul karena berdasarkan data ditemukan

tanda gejala mayor dan minor seperti

3. Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses

keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi

arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk

bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan.

Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan perlu keterlibatan

keluarga dan orang terdekat pasien atau pasien untuk memaksimalkan

perencanaan tindakan keperawatan tersebut (Asmadi, 2008). Berdasarkan

kasus pasien 1 dan pasien 2, tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

intervensi yang telah peneliti susun.


Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua

pasien dengan masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif

berhubungan dengan penumpukan sputum di alveoli berdasarkan kriteria

hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriterial hasil: suara

napas bersih, tidak ada dyspnea, nadi dan respirasi dalam batas normal,

tidak terdengar suara ronkhi. Rencana tindakan dalam diagnose bersihan

jalan napas tidak efektif meliputi: Observasi tanda-tanda vital, atur posisi

untuk memaksimalkan fungsi paru, auskultasi suara napas tambahan,

lakukan fisioterapi dada, monitor status respirasi dan oksigen, lakukan

tindakan nebulizer dengan berikan terapi sesuai indikasi yaitu nebulizer

ventolin 1 respul + Nacl cc/8 jam selama ±15 menit, lakukan tindakan

suction bila perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua

pasien dengan masalah keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan

dengan kelemahan otot pernapasan berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah pola

napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil: tidak ada sesak, tidak

ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada retraksi dinding dada. Rencana

tindakan dalam diagnose pola napas tidak efektif meliputi: kaji frekuensi

dan kedalaman pernapasan, monitor vital sign, auskultasi bunyi napas,

kolaborasi dengan pemberian oksigen 1 Lpm/menit dengan nasal kanul, dan


kolaborasi dalam pemberian obat terapi ampicillin 250 mg dan gentamisin

35 mg tim medis.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dengan masalah keperawatan hipovolemia berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah hipovolemia dapat

teratasi dengan kriteria hasil kebutuhan cairan terpenuhi, nadi dalam batas

normal, mukosa bibir lembab, suhu tubuh dalam batas normal, pasien tidak

lemas. Rencana tindakan dalam diagnose hipovolemii meliputi: Monitoring

status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi yang adekuat) secara

tepat, Atur catatan intake dan output cairan secara akurat, Beri cairan yang

sesuai, Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan (hipertermi,

infeksi, muntah dan diare), dan lakukan 5 benar pemberian terapi infuse

(benar obat, dosis, pasien, rute, frekuensi).

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dengan masalah keperawatan hipertermi berhubungan dengan dengan

dehidrasi berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi

dengan kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada kejang.

Rencana tindakan dalam diagnose hipertermi meliputi: kompres

menggunakan air hangat pada bagian ubun-ubun, axilla, dan daerah lipatan,

tingkatkan intake cairan dan nutrisi, monitor suhu setiap 3 jam, monitor
intake dan output,berikan terapi sesuai indikasi yaitu infus D5 ¼ NS 27

Tpm dan injeksi paracetamol 0.7 cc/4jam.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dengan masalah keperawatan Gangguan tumbuh kembang berhubungan

dengan efek ketidakmampuan fisik berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah

Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan

fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil: pasien tidak nampak lelah, nutrisi

anak terpenuhi, ibu paham mengenai tumbuh kembang pada anak. Rencana

tindakan dalam diagnose gangguan tumbuh kembang meliputi: lakukan

pemijatan pada anak, kaji tumbuh kembang pasien, kaji status gizi anak,

latih klien untuk baring, tengkurap dan berjalan, edukasi ibu mengenai

proses tumbuh kembang anak, gizi anak, dan penyakit anak.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1

dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dapat teratasi

dengan kriteria hasil: ibu pasien paham mengenai penyakit yang diderita

anaknya, ibu paham mengenai pentingnya imunisasi lengkap untuk anak.

Rencana tindakan dalam diagnose defisit pengetahuan meliputi: Kaji tingkat

pengetahuan keluarga tentang penyakit anak, berikan informasi mengenai

perkembangan kesehatan pasien, berikan pendidikan kesehatan tentang


penyakit yang di derita, dan beritahu mengenai pentingnya pemberian

imunisasi secara lengkap bagi anak.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 2

dengan masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan

Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan

peningkatan leukosit berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah resiko infeksi

dapat teratasi dengan kriteria hasil: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi,

jumlah leukosit dalam batas normal. Rencana tindakan dalam diagnose

resiko infeksi meliputi: pantau tanda-tanda vital dengan ketat, khususnya

selama awal terapi, batasi pengunjung bila perlu, tunjukkan/dorong teknik

mencuci tangan yang baik dan benar, berikan antibiotic bila perlu, dan

dorong masukkan nutrisi yang cukup.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2

dilakukan di waktu yang berbeda yaitu pada pasien 1 dilakukan pada

tanggal 08 s/d 09 April 2019 di ruang mawar dan di lanjutan perawatan di

rumah/homecare pada tanggal 11 April 2019 sedangkan pada pasien 2

dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 s/d 12 April 2019 di


ruang mawar. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di

buat dan di sesuaikan dengan masalah keperawatan yang di temukan pada

pasien.

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah

bersihan jalan napas tidak efektif pada kedua pasien. Tindakan yang

dilakukan sesuai dengan perencanaan pada kedua pasien, tindakan

keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 yaitu pemberian

nebulizer per 8 jam, menurut penelitian Desi Aisyarini (2016) pengaruh

pemberian nebulizer terhadap batuk berlendir didalam tenggorokan di

ruang anggrek RSUD Dr. Moewardi Surakarta, setelah memberikan

tindakan pemberian nebulizer terhadap batuk berlendir pasien yang

mengalami jalan napas tidak efektif sama dengan teori, karena pada saat

pemberian nebulizer akan mengencerkan lendir dibantu oleh fisioterapi

dada seperti postural drainase, dalam penelitian Gita Marini (2011)

didapatkan data bahwa mayoritas responden setelah dilakukan fisioterapi

berada pada level no deviation from normal range (tidak ada

penyimpangan dari kisaran normal) setelah dilakukan fisioterapi. Tindakan

lain yang didapat dilakukan yaitu pemberian suction bila perlu untuk

mempermudah keluarnya dahak.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selanjutnya diberikan obat

antibiotic dan cairan IV, pada pasien 1 diberikan antibiotik cefotaxime 250

mg 3 x 1 dan cairan D5 ¼ NS 27 cc/jam, sedangkan pasien 2 diberikan


obat meropenem 3 x 80 mg dan cairan D5 ¼ NS 0.1 cc/jam, serta dorong

minum air putih dan ASI esklusif.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pola napas tidak

efektif pada kedua pasien yaitu pemberian oksigen dimana kedua pasien

mendapatkan terapi oksigen 1 Lpm. Menurut penelitian Arief, dkk (2013)

pengaruh pemberian oksigen dengan pola napas tidak efektif di RSUD

Bangil Pasuruan, setelah memberikan oksigen selama sesak disimpulkan

bahwa berpengaruh pada kebutuhan oksigen karena pada pasien

pneumonia banyak memenuhi kebutuhan oksigenasi dan merupakan dasar

yang berperan sebagai proses metabolisme dalam sel. Menurut peneliti

melakukan pemberian oksigen dengan pasien yang mengalami pola napas

tidak efektif sama dengan teori yaitu membantu kebutuhan oksigenasi dan

memaksimalkan pernapasan serta memperberat kerja napas.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien 1

yaitu dengan memonitoring status hidrasi, mengatur intake dan output dan

memberikan cairan yang sesuai yaitu memonitor keadaan umum anak,

mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan ibu pasien untuk

memberikan asi dan air putih serta diberikan terapi infus D5 ¼ NS 27

cc/jam.

Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi

pada anak terdiri dari 2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik.

Terapi suportif pada penderita pneumonia berupa pergantian cairan


intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak ialah

pemberian cairan kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Sedangkan

untuk terapi simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya

terapi antipiretik. Pada terapi antipiretik, data hasil penelitian

menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian paracetamol sebanyak 58

penderita (78.38%).

Berdasarkan analisa peneliti, pelaksanaan implementasi dorong

pasien untuk minum dan kolaborasi pemberian obat dan cairan intra vena

(IV) sesuai dengan teori. Karena kekurangan cairan pada tubuh akan

menyebabkan anak menjadi syok hipovolemik.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

hipertermi berhubungan dengan dehidrasi pada pasien 1 yaitu melakukan

kompres hangat pada lipatan aksila dan paha. Menurut penelitian Sri

Purwanti, dkk (2008) pengaruh kompres hangat terhadap perubahan suhu

tubuh pada pasien anak hipertermia di ruang rawat inap RSUD

Dr.Moewardi Surakarta, setelah memberi tindakan kompres hangat selama

10 menit dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kompres hangat terhadap

perubahan suhu tubuh.

Menurut peneliti melakukan kompres hangat terhadap pasien yang

mengalami hipertermi sama dengan teori, karena pada saat kompres denga

air hangat akan membuat pembuluh darah melebar sehingga panas akan

keluar dan bukan masuk lagi ke dalam tubuh. Tindakan keperawatan yang

dilakukan selanjutnya diberikan obat dam cairan IV (paracetamol, cairan


IV D5 ¼ NS pada pasien 1 diberikan 27 cc/jam) dorong konsumsi cairan

setiap jam 11/2-2 liter dalam 24 jam (air putih, susu asi).

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan

fisik pada pasien 1 yaitu dengan memberikan penjelasan kepada keluarga

tentang tumbuh kembang anak, status gizi anak, mengedukasi pentingnya

pemberian imunisasi pada anak dan melatih pasien untuk duduk.

Menurut penelitian Kurniawaty (2018), penatalaksaan pemberian

imunisasi dasar sangat penting diberikan pada bayi langsung maupun tidak

langsung misalnya melalui penyuluhan, televisi, internet, mengenai

pentingnya pemberian imunisasi dasar pada anak untuk mencegah

terjadinya penyakit menular, sehingga anak lebih sehat atau status sehat

asupan makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi pun terserap dengan

baik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi pada pasien 1 sesuai dengan intervensi dan keluarga mengerti

atas anjuran yang diberikan perawat serta pendidikan kesehatan akan

diterapkan pada anak.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan Ketidakadekuatan

pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan peningkatan

leukositosis pada pasien 2 sesuai intervensi dan tidak ada tanda-tanda


infeksi yang terjadi serta keluarga mampu menerapkan teknik aseptic

sebelum kontak dengan pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Suara,Mahyar, dkk (2010) evaluasi keperawatan terdiri

dalam beberapa komponen yaitu, tanggal dan waktu dilakukan

evaluasi keperawatan, diagnosa keperawatan, dan evaluasi

keperawatan. Evaluasi keperawatan ini dilakukan dalam bentuk SOAP

(subjektif, objektif, assessment, dan planning).

Menurut Dermawan D (2012) evaluasi adalah proses

keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara

proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif

tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari

penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan

selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Hasil evaluasi yang sudah di dapatkan setelah perawatan selama

tiga hari pada pasien 1 dan tiga hari pada pasien 2 selama tiga hari.

Bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum di

alveoli adalah pada pasien 1 teratasi pada hari ketiga pada tanggal 11

April 2019, sedangkan pada pasien 2 masalah bersihan jalan napas

terasi pada hari ke tiga, sesuai dengan kriteria hasil suara napas bersih,

tidak ada sispnea, nadi dan pernapasan dalam batas normal, dan tidak

terdengar suara ronkhi.


Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnose keperawatan pola

napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan

pada pasien 1 dapat teratasi pada hari ke dua pada tanggal 09 April

2019 dan hasil evaluasi pada diagnose keperawatan hipovolemia pada

pasien 2 teratasi pada hari ke tiga tanggal 12 April 2019, sesuai

dengan kriteria hasil yaitu tidak ada sesak, tidak ada pernapasan

cuping hidung dan tidak ada retraksi dinding dada.

Hasil evaluasi yang diapatkan pada diagnose keperawatan

hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien

1 teratasi pada hari kedua tanggal 09 April 2019, sesuai dengan

kriteria hasil kebutuhan cairan terpenuhi, nadi dalam batas normal,

mukosa bibir lembab, suhu tubuh dalam batas normal, dan pasien

nampak tidak lemas.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan

hipertermi berhubungan dengan dehidrasi pada pasien 1 teratasi di

hari kedua tanggal 09 April 2019, sesuai dengan kriteria hasil suhu

tubuh dalam batas normal, dan tidak ada kejang.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan

gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik pada pasien 1 teratasi pada hari ke tiga tanggal

11 April 2019, sesuai dengan kriteria hasil yaitu pasien nampak tidak

lemah, nutrisi anak terpenuhi, dan ibu nampak paham mengenai

tumbuh kembang.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnose keperawatan

defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

pada pasien 1 teratasi pada hari ke tiga yang dilanjutkan dengan

homecare tanggal 12 April 2019, sesuai dengan kriteria hasil yaitu ibu

paham mengenai penyakit yang diderita anaknya dan ibu paham

pentingnya imunisasi lengkap pada anak.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnose keperawatan

resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan peningkatan leukosi

pada pasien 2 teratasi pada hari ketiga tanggal 12 April 2019, sesuai

dengan kriteria hasil yaitu pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi,

dan jumlah leukosit dalam batas normal.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien 1 dan

klien 2 dengan penyakit Pneumonia di ruang Mawar RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Kalimantan Timur peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapat dari dua kasus yang sama yaitu

pengkajian klien 1 pada tanggal 08 April 2019 dan pengkajian pada klien

2 pada tanggal 10 April 2019. Pada kasus ditemukan data adanya gejala

yang sama yaitu pada klien 1 mengalami sesak napas, batuk bedahak,

terdengar suara mengorok, terdapar retraksi dinding dada dan pernapasan

cuping hidung selama 2 hari dan klien 2 mengalami demam selama 2

hari. Namun terdapat perbedaan keluhan pada klien 1 dan 2 yaitu pada

klien 1 di temukan data klien mengalami hipertermi, pasien 1 hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital 38,2 °C selama 1 hari dan pasien

mengalami hipovolemi ditandai dengan mukosa bibir kering, turgor kulit

> 2 detik, tidak mau menyusu. Sedangkan pada pasien 2 pada saat

dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada demam

dan anaknya nampak selalu tenang, dan sering menyusu ASI.


2. Diagnosa Keperawatan

Seperti yang dikemukakan beberapa para ahli sebelumnya daftar

diagnose keperawatan pada bab dua di temukan kesenjangan dengan

kasus nyata yang didapat pada kedua klien dengan Pneumonia.

Kesenjangan tersebut yaitu dari enam diagnose keperawatan berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh para ahli, pada klien 1 ada satu diagnosa

yang tidak muncul yaitu intoleransi aktivitas, terdapat satu diagnosa

keperawatan yang tidak sesuai dengan teori yang ditemukan pada klien 1

yaitu gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik. Sedangkan pada klien 2 terdapat satu diagnose

keperawatan yang tidak sesuai dengan teori yaitu resiko infeksi.

3. Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua klien dengan

teori hampir semua intervensi setiap diagnose dapat sesuai dengan

kebutuhan klien.

4. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kasus ini di laksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua klien

dengan Pneumonia.

5. Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada

klien 1 berdasarkan kriteria yang peneliti susun terdapat enam diagnosa


keperawatan yang telah teratasi dengan baik sesuai rencana yaitu

bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sputum di alveoli, pola napas tidak efektif berhubungan dengan

kelemahan otot pernapasan, hipovolemi berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif, hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, gangguan tumbuh

kembang berhubungan efek ketidakmampuan fisik, dan defisit nutrisi

berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Sedangkan pada klien 2

terdapat tiga diagnosa keperawatan yang di tegakkan, yaitu bersihan

jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum di

alveoli, pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot

pernapasan, dan resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan tubuh sekunder (vaksinasi tidak adekuat) dan peningkatan

leukosit.

B. Saran

1. Bagi penulis

Hasil penelitian yang peneliti dapatkan dapat menjadi acuan dan

menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian pada pasien dengan Pneumonia.

2. Bagi perawat ruangan

Studi kasus ini yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan Pneumonia di ruang Mawar RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Kalimantan Timur dapat menjadi acuan bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif.


Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan memberikan

promosi kesehatan tentang pneumonia pada klien dan keluarga agar

dampak dari penyakit ini bisa di cegah lebih lanjut.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Menambah keluasan ilmu dalam keperawatan pada klien dengan

pneumonia berkembang setiap tahunnya dan juga memacu pada peneliti

selanjutnya menjadikan acuan dan menjadi bahan pembandingan dalam

melakukan penelitian pada klien dengan pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai