Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

PELAYANAN GIZI
BLUD UPTD PUSKESMAS PURWAHARJA 2

PEMERINTAH KOTA BANJAR


DINAS KESEHATAN
BLUD UPTD PUSKESMAS PURWAHARJA 2
Jln. Siliwangi No. 149 Telp. 0265-2731713
Email : puskesmaspurwaharja2@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, besaran masalah gizi pada
balita di Indonesia yaitu 17,7% diantaranya 5,7% gizi buruk dan 13,8% gizi kurang; gizi
lebih 8%, stunting (pendek) 30,8%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat
angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan
dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai
saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak
benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil
Riskesdas 2013 anemia pada ibu hamil sebesar 48,9 %.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu
gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan
kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas
Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi
dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sector
terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas
dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat
dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat
Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung
juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung.
Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan
masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di
Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status
gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya system pelayanan gizi yang komprehensif di Puskesmas yang menjadi
dasar bagi pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu dalam mengatasi masalah gizi
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas Purwaharja 2.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pelayanan gizi diluar gedung yang berkualitas di Puskesmas dan
jejaringnya.
b. Terlaksananya pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi yang baik di
Puskesmas.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini adalah Penyelenggaraan
Pelayanan gizi di dalam maupun luar gedung di wilayah kerja BLUD UPTD Puskesmas
Purwaharja 2.
.
D. Batasan Operasional
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/ terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-
pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan
dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/ klien dan
lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi
ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang
diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan
dilakukannya.
6. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun
Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi
Gizi/Diploma III Gizi
7. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat
inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau
gizi.
8. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
9. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll.
10. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung
11. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 30 Permenkes Nomor 23 Tahun 2014 tentang Tenaga Gizi
disebutkan bahwa tenaga gizi yang diijinkan memiliki kompetensi dan kewenangan dalam
memberikan pelayanan gizi setelah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Berikut ini Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan realisasi tenaga
upaya gizi yang ada di Puskesmas Purwaharja 2 adalah

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Pelayanan Pendidikan diploma III Lulusan D III Akademi Gizi


Gizi
Gizi
B. Distribusi Ketenagaan
BLUD UPTD Puskesmas Purwaharja 2 memiliki dua orang tenaga gizi yang
mempunyai peran dan fungsi dalam pelayanan gizi sebagai berikut:
1. Ruang Pelayanan Gizi yang menjalankan fungsi asuhan gizi yang terstandar sesuai
dengan standar Puskesmas.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan dari program gizi sudah terdapat di rencana tahunan dan KAP
Program Gizi.
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruang Konseling Terpadu

Keterangan :

= Pintu = Meja kerja dan konseling

= Jendela = Lemari dokumen

= Lemari brosur dan leaflet

= Wastafel

Pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dilakukan oleh Penanggung


jawab program Gizi yang menempati ruang yang bersebelahan dengan ruang MTBS
dan Gudang Umum, berada dalam satu ruang dengan ruang Gizi dan ruang promkes
Puskesmas Purwaharja 2. Adapun pelaksanaan rapat koordinasi program Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dilakukan di ruang rapat khusus UKM.
Sedang kegiatan luar gedung petugas dapat mengunjungi sasaran dengan ikut
kegiatan ke posyandu, posbindu, sekolah dan kegiatan lain yang bersifat dan
berhubungan dengan program gizi.
 Ukurang ruang konseling terpadu
a. Luas ruangan 3 m x 6 m
b. Pintu Ukuran 3 m x 1 m
c. Atap dan langit-langit kuat dan berwarna terang, mudah dibersihkan dan
ketinggian dari lantai 2,5 m.
d. Dinding terbuat dari material keras, rata dan tidak berpori, tidak silau, kedap air
dan mudah dibersihkan.
e. Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan.
f. Pintu dan jendela lebar dan dapat dibuka secara maksimal.
 Prasarana
a. Ventilasi cukup dan sirkulasi udara terjaga.
b. Pencahayaan cukup terang
Skema Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan :

PASIEN DATANG

LOKET PENDAFTARAN

LABABORATORIUM BP / KIA / GIGI

KLINIK TERPADU

APOTEK

PASIEN PULANG
B. Standart Fasilitas
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan pelayanan gizi BLUD UPTD Puskesmas
Purwaharja 2 memiliki penunjang yang harus dipenuhi :
Kegiatan Pelayanan Sarana Prasana
Gizi
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Pencatatan Kegiatan
- Timbangan Dewasa dan Bayi
Dalam Gedung - Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Leaflet
- Alat peraga/ Food Model
- Buku panduan : penuntun diet, pedoman
pelayanan gizi Puskesmas
- Leaflet, Lembar balik, Materi Materi
Penyuluhan : Gizi untuk ibu hamil, gizi
untuk ibu menyusui
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur Tinggi badan
- Vitamin A, tablet Fe
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

A. Lingkup Kegiatan

1. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung

Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan
kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam
puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu
pelayanan gizi rawat jalan konseling dan pelayanan gizi PONED.

2. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung

Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan
hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung.
Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif
serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa
kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang
dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:

1) Edukasi Gizi/ Pendidikan Gizi


a. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Institusi Pendidikan, Kelas Ibu, Kelas
Balita dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya
tenaga promosi kesehatan, antara lain:
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
Puskesmas
2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
3) Melakukan penimbangan
4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja
Puskesmas
6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.

3. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A


a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin
A dapat berjalan dengan baik
b. Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
vitamin A antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia
12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas.
e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:
1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan
dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
2) Balita 12-59bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
3) Bayi dan Balita Sakit
Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis
sesuai umur
4) Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.

4. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil


dan Ibu Nifas
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD
untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil
melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
c. Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan sampai
masa nifas
b) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

5. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUS
a. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran
b. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:
1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi TTD
secara mandiri.
2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga gizi
puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan
melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran.
3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
Puskesmas.
4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS a)
Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu b) Pengobatan:
1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

6. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan


a. MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian
Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah
rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara
bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran
MP-ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam
rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI
lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi
puskesmas dalam hal ini adalah:
1. Merencanakan menu MP-ASI lokal
2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal
3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan
1. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
KEK (Kurang Energi Kronik).
2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat gizi
dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein.
3. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat gizi
dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
5. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI
dan PMT-Bumil KEK antara lain:
1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah
kerja Puskesmas.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil
KEK wilayah kerja Puskesmas.
7. Surveilence Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi
Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat
kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan
tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam
melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian
Kesehatan
Tujuan:
1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait
3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan (bentuk,
sasaran, dan tempat)
b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
2) Data konsumsi makanan
3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui,
pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan
tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan
penggunanaan data
2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi
di posyandu
4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
5) Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak
usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta
lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
a) Tujuan:
(1)Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat
sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan dalam 1
kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di wilayah
kerja Puskesmas.
3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi
Buruk
a) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk di suatu wilayah
pada kurun waktu tertentu
b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
a) Tujuan : Memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat.
Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.
b) Sasaran : rumah tangga

8. Kerjasama lintas sektor dan lintas program


a. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
b. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas Pendidikan,
Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian,
tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas
program adalah:
1) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
2) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
3) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
4) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasilan kerjasama
5) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
6) Membuat laporan hasil kerjasama

B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan Pelayanan Gizi. Ada
tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
meyakinan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program
kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari pejabat pembuat keputusan
dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dana atau fasilitas lain..
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan
dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat berasal
dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat.
Tujuannnya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan.
Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya,
bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk dana sehat, terbentuk pos
obat desa, dan sebagainya.

C. Langkah Kegiatan
a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian gizi
b.Penentuan diagnosis gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi. Apabila
tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran
Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA),
Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis
kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan
lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu
secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat
gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan
bantuan food model
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil
pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi
lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, factor penyebab,
serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi
dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian
Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan
Kementerian Kesehatan RI, 2011.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien untuk
menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan
makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium.
(b) Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
perbaikan gizi dan kesehatan.
(c) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling gizi
terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
konseling aktivitas fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan
konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan, keberhasilan
pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet
yang telah ditetapkan
3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negative
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta
6) Evaluasi hasil:
a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan
selanjutnya.
b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil
kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data
hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.

Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
2. Perkembangan diagnosis gizi
3. Perubahan perilaku dan sikap

b) Pelayanan Gizi Pasien PONED


Intervensi gizi pada pelayanan gizi pasien poned mencakup edukasi pemberian makan
pasien oleh keluarga pasien, pamantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian
jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi poned merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan, perubahan
diet dan konseling
4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi

Tahapan pelayanan gizi poned diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga
kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi atau tidak. Skrining
gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru.
Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan
memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab
melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi:
1) Data Antropometri
2) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
3) Data Riwayat Gizi
4) Data Laboratorim

2) Penentuan Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa
menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi
lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab,
tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat
merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI
2014, atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan.

3) Pelaksanaan Intervensi Gizi


Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah
perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam
rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
1) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta kemampuan
pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang
(energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor
stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan
status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan laboratorium.

2) Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling gizi meliputi
hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan, keamanan
pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara pemberian makanan sesuai keluhan dan
kondisi klinis pasien, kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling adalah untuk
mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
masalah gizi yang dihadapi.

3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di BLUD UPTD Puskesmas Purwaharja 2 merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, edukasi keluarga pasien, pemesanan
makan pada keluarga pasien sesuai perencanaan menu,penyiapan makanan oleh tenaga
gizi, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan makanan di BLUD
UPTD Puskesmas Purwaharja 2 tidak dilaksanakan secara reguler.

(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di PONED BLUD UPTD Puskesmas Purwaharja 2


Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas sama dengan yang dilakukan di PONED
BLUD Puskesmas Purwaharja 2. Alur penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar
di bawah ini:

Edukasi Pada Pemesanan Penyiapan dan


Keluarga Makanan pada pemorsian makanan
Pasien keluarga yang dibawa pasien
pasien sesuai
standar menu

Distribusi Makanan
pada pasien

Gambar 1. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap

(2) Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di PONED BLUD UPTD Puskesmas
Purwaharja 2 adalah pasien pasca melahirkan
(4) Mekanisme Penyelenggaraan Makanan
1. Pemesanan
Petugas gizi melakukan perencanaan menu, lalu melakukan edukasi pada keluarga
pasien dan memesan makanan pada keluarga pasien sesuai dengan master menu,
sehingga pasien membawa makanan yang dipesan sesuai dengan menu. Petugas
gizi melakukan pengecekan kesesuaian makanan yang dibawa.
2. Penyiapan
Petugas gizi menyiapkan dan melakukan pemorsian makanan yang sudah dipesan
3. Distribusi
Petugas gizi memonitor menu makanan sesuai dengan yang dipesan dan petugas
gizi mendistribusikan makanan pada pasien.

4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Inap


Setelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi, penentuan
diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya adalah monitoring
evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah
memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan
penyembuhan dan status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan
gizi rawat inap antara lain:
1) Perkembangan data antropometri
2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis
4) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan
5) Perkembangan diagnosis gizi
6) Perubahan perilaku dan sikap
7) Perubahan diet
Pemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan,
bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual, mutah, keadaan
klinis, defekasi, perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan
dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien.
.
3
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi


direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pelayanan gizi yang akan dilaksanakan.
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator program gizi
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator program
gizi berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini
lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of
Action ).

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN/ SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan gizi perlu diperhatikan


keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya pencegahan resiko terhadap
sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan gizi perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Pelayanan gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Pelayanan Gizi
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lintas program setiap bulan sekali dan
lintas sector 3 bulan sekali.

BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan terait pelayanan gizi dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.Keberhasilan pelayanan gizi
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya peningkatan
pelayanan gizi di Pusesmas Karanganyar

Anda mungkin juga menyukai