Bab III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA PDF
Bab III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAANNYA PDF
3.1
Keadaan seimbang mekanis : Sistem berada dalam keadaan seimbang mekanis, apabila
resultan semua gaya (luar maupun dalam) adalah nol
Keadaan seimbang kimiawi : Sistem berada dalam keadaan seimbang kimiawi, apabila
didalamnya tidak terjadi perpindahan zat dari bagian yang satu ke bagian yang lain
(difusi) dan tidak terjadi reaksi-reaksi kimiawi yang dapat mengubah jumlah partikel
semulanya ; tidak terjadi pelarutan atau kondensasi.
Sistem itu tetap komposisi maupun konsentrasnya.
Keadaan seimbang termal : sistem berada dalam keadaan seimabng termal dengna
lingkungannya, apbiala koordinat-kooridnatnya tidak berubah, meskipun sistem
berkontak dengan ingkungannnya melalui dinding diatermik. Besar/nilai koordinat
sisterm tidak berubah dengan perubahan waktu.
r r
Tanpa B dengan B
r
r Mi r
M=∑ =0 M≠0
V
r
Tanpa B , sepotong kristal paramagnetik tidak memiliki apa yang dinamai
r r
kemagnetan atau magnetisasi M , karena masing-masing µ berorientasi acak :
r
r r ∑ µi
∑ µ i = 0 dan M ≅ V = 0
[M] ≅ µ = Am3 = A
2
V m m
r
Dengan medan luar, ∑ µ i ≠ 0 , karena setiap magnet elementer sedapat mungkin
r
akan berusaha menjajarkan diri dengan medan magnet luar, hingga M = 0 .
r
Magnetisasi M merupakan koordinat ke-2 sistem paramagnetik
Catatan :
r r
Pada posisi M // B , sistem memiliki energi yang minimuum (sekesil-kecilnya),
maka berupa susunan yang stabil diantara susunan atau orientasi lain.
r
Karena itu energi yang menggambarkan interaksi antara medan magnet B dan
r
sebuah magnet µ adalah :
rr
E = −µ.B = −µ.B cos θ
r r
µ // B = E Pan = −µBCos 0 0 = −µB
r r
µ ⊥ B = E ⊥ = −µBCos 90 0 = 0
r r
µ // B = E a .p = −µBCos 180 0 = +µB
Teori langevin
Menghasilkan persamaan keadaan :
M=n µL(x )
Teori brilouin
Brilouin dengan menggunakan teori kuantum dan fisika statistik mendapatkan
persamaan keadaaan :
M = nµgB(x )
2J + 1 g (2J + 1)
B(x ) =
1 gx
Coth x − Coth
1 2 2 2
µB
x= ; g dan J adalah konstanta fisika atom tertentu.
kT
n seperti dalam rumus langevin adalah jumlah magnet elementer persatuan volum
µB
Untuk keadaan fisis dengan x = <<1, maka kedua fungsi L(x) maupun B(x)
kT
menghasilkan :
x nµ 2 B R
M = nµ = disebut persamaan Currie M = c
3 3k T T
Melainkan agak tegeser, hingga atom (molekul) menyerupai dipol listrik kecil.
r
Benda dielektrik secara kesluruhan memiliki apa yang disebut polarisasi P , yang
secara termodinamis merupakan salsah satu koordinat sistem dielektrik.
r
Koordinat yang lain tentunya medan listrik ε , karena mereka saling
mempengaruhi.
IV. Dawai tegang
Dawai yang diberi tegangan juga dapat dilihat sebagai suatu sistem
termodnamika. Adapun koordinat-koordinatnya (besaran yang ikut menentukan
keadaannya) ialah
σ : Tegangan dalam kawat (N)
L : panjang kawat (m)
T : Suhu (K)
Persamaan keadaannya : misalnya : σ = konst. (L - L 0 ) f (T )
F L − L0
Yang tak lain adalah hukum hooke : = E
A L0
f(T) : fungsi suhu yang rumit
V. Selaput tipis (thin layer), misalnya minyak diatas air
Apabila dilihat sebagi sistem termodinamika, maka besaran yang ikut menentukan
keadaannya ialah :
γ : Tegangan permukaan N = J 2
m m
A : luas lapisan m2
T : suhu K
Definisi koorinat intensif adalah koordinat yang besarnya tidak bergantung pada ukuran
sistem;
Koordinat ekstensif adalah koordinat yang besarnya ditentukan ukuran sistem
Int Ekst
Sistem hidrostatik P,T V
r r
Sistem paramagnetik B ,T M
r r
Zat dielektrik ε, T P
Dawai tegang σ ,T L
Selaput tipis γ ,T A
Sel listrik
ε ,T Z
3.2
Perhatikan sistem hidrostatik dengan persamaan keadan f(P,V,T)=0. Apabila V di anggap
variabel tak bebas (secara fisis ini lebih bermakna daripada beranggapan P ataupun T
sebagai variabel tak bebas), persamaan diatas dapat ditulis :
∂V ∂V
V=V(T,P) sehingga dV = dT + dP
∂T P ∂P T
∂V
dT : Perubahan volum apabila suhu diubah sebanyak dT sedangkan P dijaga tetap
∂T P
∂V
dP : Perubahan volum apabila suhu diubah sebanyak dP sedangkan T dijaga tetap
∂P T
dV : Perubahan volum apabila suhu dan tekanan diubah = perubahan total volum
Maka dari itu, persamaan (3-8) sebenarnya menggambarkan suatu proses yang dialami
sistem, yakni dimana keadaan sistem berubah dari keadaan semula (P,V,T) menjadi
keadaan (P+dP,V+dV,T+dT). Karena perubahan yag dialami ini kecil-kecil saja, maka
disebut proses infinit.
Perhatikan dua besaran fisis penting berikut ini :
1 ∂V
βP ≅ : Peubahan relatif volume apabila suhu diubah sedangkan tekanan tidak.
V ∂T P
: disebut koefesien muai kubik (Isobarik); bersatuan K-1.
1 ∂V
kT ≅ − : Perubahan relatif volum apabila tekanan diubah, sedangkan suhu
V ∂P T
tidak.
: disebut komprebilitas (Isotermik); satuan Pa-1.
Perhatikan tanda ‘minus’ pada definisi. Mengapa tanda ini disisipkan ?
Ada besaran ke-3 yang penting
1 ∂P Modulus volum/benda
K = = − V : ; bersatuan Pa
k ∂V T (dahulu berlambang B)
Catatan
- Besaran-besaran diatas jelas merupakan fungsi koordinat, tetapi dalam batas-batas
perubahan yang tidak terlalu besar, mereka sering boleh dianggap konstanta
- Apa arti fisi apabila sesuatu perubahan zat memiliki besaran-besaran tersebut
besar sekali ? kecil sekali ? nol ?
- Besaran-besaran ini dapat ditentukan lewat eksperimen
- Carilah β ,k dan K untuk beberapa sistem dari buku
Secara umum
β naik dengan naiknya suhu, tetapi menurun terhadap tekanan.
K naik sedikit dengan naiknya suhu, tetapi menurun terjhadap tekanan.
Dapatkah anda kemukakan sebab-sebab fisis perilaku β dan k ini ?
Soal : gas pada tekanan tetap P0 dipanaskan dari T1 ke T2. Berapakah perubahan volum
yang terjadi ? Cari ungkapan matematiknya
Jawab
Karena ∆V yang dicari, persamaan keadaan gas kita tulis sebagai :
V=V(P,T).
∂V ∂V
Maka : dV = dT + dP
∂T P ∂P P
Karena P tetap, maka dP=0 hingga :
∂V T2 ∂V
dVP = dT → VP = P0 = ∫T dT
∂T P 1 ∂T
P
Integrasi ini dapat diselesaikan apabila :
V=V(P,T) diketahui (Persamaan keadaan)
∂V
Misalkan untuk gas ideal : =
nR
(T2 − T1 )
∂T P0 P0
1
Contoh : mol gas ideal pada tekanan tetap 1 atm mengalami kenaikan suhu sebesar
2,1
10 kelvin
Berapakah perubahan volumnya ?
Jawab
1
n= mo l, dengan R=8,4 Jmol-1K-1 dan P0 = 1 atm ≅ 100 kpa diperoleh
2,1
∆V =
8,4
(10) ≈ 10 − 4 m 3
(2,1)(100x10 3 )
3.3
Sudah kita pelajari bahwa dengan mengetahui persamaan keadaan, maka diferensiasi
parsial dapat kita cari.
Sebaliknya, apakah persamaan keadaan dapat diperoleh dari pengetahuan tentang
diferensial parsial ?
Dapat ! asal yang diketahui adalah 2 diferensial parsial yang merupakan pasangan
Contoh :
3aT 2 b
Dari sistem kimiawi diketahui β = dan k = dimana a dan b adalah tetapan. (apa
v V
satuannya ?)
1 ∂V 1 ∂V
Karena β = dan k = − lah yang diketahui, maka jelas variabel bebas
V ∂T P V ∂P T
adalah T dan P, hingga persamaan keadan yang kita peroleh dengan mengadakan
integrasi parsial akan berbentuk :
V=V(T,P)
Solusi berjalan sebagai berikut
1 ∂V 3aT 2 ∂V
β= = , maka = 3aT
2
V ∂T P V ∂T P
1 ∂V b ∂V
k=− = , maka = −b
V ∂P T V ∂P T
Kita periksa dahulu apakah syarat euler terpenuhi ! Bila tidak, maka persamaan keadaan
tidak ada, jadi tidak perlu kita cari.
Apabila syarat Euler terpenuhi, maka V=V(T,P) harus dapat ditemukan
∂ ∂V ∂
(
= 3aT = 0
2
)
∂P T ∂T P ∂P T
Sama
∂ ∂V ∂
= (− b ) = 0
∂
P
T ∂P T ∂T P
Euler terpenuhi, maka persamaan keadaan V=V(T,P) dapat dicari.
Ada tiga jalan mendapatkan persamaan keadaan :
Cara 1 : dengan mengintegrasikan salah satu diferensial parsial
Misalnya
∂V
∂
2
[ ]
= 3aT → dV = 3aT dT P → ∫ dVP = 3a ∫ T dT Ini disebut diferensial
2 2
T P
parsial
V = aT 3 + f (P saja ) + C1 , dimana f(P) adalah suatu fungsi dari P saja, yang masih harus
kita tentukan dan C1 adalah konstanta.
(Apa satuannya ?)
∂V df
dari V ini dapat diperoleh = , maka =-b hingga df=-b atau f=-bp+C2. ini
∂P T dP
diisikan dalam fungsi V diatas, maka :
V=aT3-bp+C1+C2=aT3-bp+C3. Apa satuan C3?
Catatan :
Hasil suatu pengintegrasian tanpa batas selalu dapat dicek kembali apakah betul atau
tidak, dengan mendiferensiasi kembali. Kita dapat juga mulai dengan diferensial parsial
yang lain :
∂V
= −b → [dV = −bdP]T . Setelah diintegrasi, dihasilkan V=-bP+aT +C6 tepat sama
3
∂P T
dengan tadi, kecuali mungkin nilai konstantanya. Apa satuan dari konstanta C6 ?.
β=
1 ∂V
=
V ∂T P
3aT 2
V
[ ]
, maka dV = 3aT 2 dT P ; setelah diintegrasikan diperoleh
V = aT 3 + f (P ) + C 7 . Dilain fihak :
1 ∂V
= , maka [dV = -bdP]T ; pengintegrasian menghasilkan : V=-
b
k=−
V ∂P T V
bP+g(T)+C8.
Kedua fungsi diatas haruslah sama, bahkan identik. Dapatlah disimpulkan bahwa f(P)=-
bP dan g(T)=aT3 dan C7=C8=C9 hingga persamaan keadaan yang diceri itu ialah :
V=aT3-bP+C9 seperti tadi.
Cara 3 : Mengintegrasi dV antara titik (Ti,Pi) ke titik (T,P) melalui jalan yang
menguntungkan, yang dapat dipilih sendiri. Hal ini diperkenankan, karena dV telah
terbukti adalah diferensial eksak.
Misalkah dipilih jalan yang terdiri atas dua cabang :
(1)
} (2 )
}
(Ti , Pi ) → (T, Pi ) →(T, P )
Cabang pertama adalah proses isobarik, sedangkan cabang kedua menggambarkan proses
isotermik.
dV , isikan dV = V(βdT - kdP )
TP TP i TP
∫Ti Pi
dV = ∫
Ti Pi
dV + ∫
Ti Pi
=∫
TPi
Ti Pi
TP
Ti Pi
(
3aT 2 dT + − ∫ bdP = aT 3 − aTi + (− bP + bPi )
3
)
atau V(T,P)-V(TI,PI)=(aT3-bP)-(aTi3-bPi). Dapat disimpulkan V(T,P)=aT3-bp+C seperti
diatas.
Contoh diferensial tak eksak : fungsi tak dapat ditentukan
dP = ydx − xdy
1442443
tidak memenuhi syarat Euler
∂P
→ = y → dPy + ydx → P = yx + f (y ) + C 1
∂x y
∂P
= x → dPx = − xdy → P = − yx + g (x ) + C 2
∂y x
identifikasi :
C1 boleh dianggap adalah C2 f(y) dan g(x)=0, tetapi tak mungkin xy=-xy