Anda di halaman 1dari 3

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tidak ternilai jasanya dalam

penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan
percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha-usaha
kesehatan (Malole, 1989).
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa
bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai fartor, yaitu :
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri adalah umur, jenis kelamin, bobot
badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan,dan cara
pemeliharaan. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon
hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak
wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan
penyimpangan hasil. Di samping itu, cara pemberian senyawa bioaktif terhadap
hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif
yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang
digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan
digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif
dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi
terlebih dahulu kemudian sifat fisiologi yang berpengaruh.
a. Distribusi.
b. Absorpsi suatu senyawa bioaktif di samping ditentukan oleh sifat senyawa
bioaktifnya sendiri juga ditentukan oleh sifat/keadaan daerah kontak mula oleh
senyawa bioaktif dengan tubuh. Sifat–sifat fisiologis seperti jumlah suplai darah dan
keadaan biokimia daerah kontak mula senyawa bioaktif dengan tubuh menentukan
proses absorpsi senyawa bioaktif yang bersangkutan. Jumlah senyawa bioaktif yang
akan mencapai sasaran kerjanya dalam jangka waktu tertentu akan berbeda.
c. Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif menentukan daerah kontak mula senyawa
bioaktif dengan tubuh dan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
senyawa bioaktif. Penanganan umum beberapa hewan coba berbeda dengan bahan
kimia yang merupakan bahan mati, percobaan dengan hewan percobaan yang hidup
memerlukan perhatian dan penganan/perlakuan yang khusus (Malole, 1989).
Cara Penanganan Hewan Coba
Mencit (Mus musculus) adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di
dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah
ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan
bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi
aktivitasnya.
Cara Memegang mencit
Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan
menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan kiri
dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat / setegang mungkin. Ekor
dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan
(Malole, 1989).
Cara Pemberian Obat
Berbagai cara pemberian perlakuan terhadap hewan coba dapat dilakukan dengan cara:
1. Cara pemberian oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi
jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian
perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus
kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara
peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang
mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam
saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan
kematian (Thomson, E.B, 1985).

2. Cara pemberian intra peritoneal


Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya
tegang.Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen yaitu dengan
menunggingkan mencit atau tikus Jarum disuntikkan sehingga membentuk sudut 46
derajat dengan abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah (linea alba) untuk
menghindari agar tidak mengenai organ di dalam peritoneum (Thomson, E.B , 1985).
3. Cara pemberian subkutan:
Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di
antara jempol kemudian jarum di masukan di bawah kulit di antara kedua jari tersebut
(Thomson, E.B , 1985).
4. Cara pemberian intramuskular
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha (Thomson, E.B,
1985) .
5. Cara pemberian intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang
individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk
memudahkan penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau
dengan air hangat cara lain Masukkan hewan ke dalam “holder” sehingga ekor terjulur ke
luar. Obat disuntikkan pada vena ekor (vena lateral) dengan terlebih dahulu vena ekor di
dilatasi menggunakan alkohol atau xylol (Thomson, E.B , 1985).

Anda mungkin juga menyukai