Anda di halaman 1dari 19

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI KONGNITIF PENILAIAN MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE) DI


BALAI REHABILITAS LANJUT USIA GAU MABAJI
KABUPATEN GOWA

OLEH:

KELOMPOK VIII

NS0618092 AFNI ARIF, S.Kep


NS0618103 FADILLAH, S.Kep
NS0618109 INDRIYANI LESTARI, S.Kep
NS0618135 NINIK ASNIMAR, S.Kep
NS0618139 NUR FADILLAH, S.Kep
NS0618158 RESKY NURFITRIANINGSIH.T, S.Kep
NS0618168 SAIDA SAHIR, S.Kep
NS0618173 SISKA, S.Kep
NS0618175 SITI DARNI MUIN, S.Kep
NS0618178 SRI WAHYUNI, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKSSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi
Kongnitif Penilaian Mini Mental State Exam (MMSE)“ Laporan ini berisikan
tentang preplaining terapi aktifitas kelompok yang akan diberikan oleh kelompok
lansia yang berada di ruang Sakura.
Diharapkan Laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi aktifitas kelompok, salah satunya terapi
kongnitif. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, 03 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang
dapat terjadi pada setiap orang. Dimana keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual . Aspek yang juga
mengalami penurunan secara degeneratif adalah fungsi kongnitif
(Kecerdasan/pikiran).
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan . Didalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
labolatorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku maladaptif. salah satu terapi kongnitif yaitu
menggunakan penilaian Mini Mental State Exam (MMSE).
Mini Mental State Exam (MMSE) merupakan alat pengkajian status
mental lansia untuk mengetahui keadaan umum tingkat lansia yang
menandakan lansia dalam keadaan sadar penuh terhadap kondisi dan keadaan
lansia terkait dengan proses penuaan yang dialaminya.
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah salah satu alat yang
paling umum untuk pemeriksaan penurunan kognitif pada dewasa tua dan
lanjut usia. MMSE dikembangkan untuk membedakan antara lanjut usia
dengan atau tanpa gangguan neuropsikiatri awal dalam proses penyakit.
dengan mengetahui lebih awal gangguan neuropsikiatri orang tersebut maka
dapat meningkatankan waktu pengobatan farmakologis dan nonfarmakologis
untuk menunda terjadinya gangguan neuropsikiatri tersebut terutama
gangguan kognitif. Hal ini juga digunakan selama masa tindakan pada pasien
yang mengalami gangguan kongnitif untuk menilai perkembangan penyakit.
MMSE mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menilai lima bidang fungsi
kognitif (orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat dan
bahasa) .
Salah satu balai yang ada di Sulawesi selatan yaitu balai rehabilitas lanjut
usia. jumlah lansia yang ada sebanyak 25 orang. sebagian besar lansia di balai
ini aktivitasnya dilakukan dengan bantuan. Dalam kesehariannya, sebagian
besar waktu lansia dihabiskan dengan melakukankegiatan yang tersedia di
balai rehabilitas lanjut usia. berdasarkan hasil observasi yang dilakuakan di
ruang Sakura didapatkan 50% mempunyai masalah utama penurunan daya
ingat dan kongnitif. dari fenomena tersebut kelompok tertarik untuk
melakukan terapi aktivitas kelompok dengan topik penilaian Mini Mental
State Exam.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi fungsi kognitif dan mental pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi
b. Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: registrasi
c. Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: perhatian dan kalkulasi
d. Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: mengingat kembali
e. Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: bahasa
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA


Pengkajian psikologis pada lansia meliputi :
1. Kondisi mental pasien, kecurigaan depresi, dan berbagai hal lainnya. Ada
beberapa tes yang dapat dipakai dalam melakukan pemeriksaan
psikologis pada lansia yaitu sebagai berikut :
a. FACT ( Fruit Animal Colour Town ).
b. DETEKSI TERHADAP DEPRESI.
c. Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE).
Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong
dalam mengevaluasi kesehatan lansia. Banyak bukti menunjukkan bahwa
gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali, hal ini disebabkan
tidak dilakukannya pengujuan status mental secara rutin. Diperkirakan 30
% sampai 80 % lansia yang mengalami demensia teridentifikasi melalui
pemeriksaan skrining status mental. Komponen MMSE yang dipengaruhi
usia adalah orientasi, recall dan bahasa sedangkan komponen MMSE
yang dipengaruhi tingkat pendidikan adalah orientasi, atensi-kalkulasi,
registrasi dan bahasa.

B. TEKNIK PENGKAJIAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA


Teknik pengkajian psikologis pada lansia meliputi :
1. Komunikasi
Untuk mengetahui fungsi konitif termasuk daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi terhadap realitas, kemampuan dalam menyelesaikan
masalah.
2. Perubahan umum yang terjadi
a. Penurunan daya ingat.
b. Proses pikir lambat.
c. Adanya perasaan sedih.
d. Merasa kurang perhatian.
3. Hal-hal yang perlu dikaji
a. Apakah lansia mengenal masalah utamanya?
b. Apakah lansia optimis memandang hidup?
c. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan?
d. Apakah lansia merasa dirinya dibutuhkan?
e. Bagaimana lansia mengatasi masalah/stres yang dialaminya?
f. Apakah lansia mudah menyesuaikan diri?
g. Apakah lansia mampu untuk menyesuaikan diri?
h. Apakah lansia menggali kesadaran?
i. Apakah harapan lansia saat ini dan masa datang?
Tes yang dapat dipakai dalam melakukan pemeriksaan psikologis pada lansia
adalah :
a. Pemeriksaan Status Mental Mini ( MMSE)
1) Tujuan
MMSE dirancang sebagai media pemeriksaan status mental
singkat serta standarisasi yang memungkinkan untuk membedakan
antara gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri.Mini-
mental state exam(MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi mental:
orientasi,regristrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali, dan
bahasa. Nilai kemungkinan adalah 30, dengan nilai 21 atau kurang
biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit
untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat
digunakan sendiri untuk tujuan dianostik, karena pemeriksaan mini
mental mengukur beratnya kerusakan kognitif dan
mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan
tindakan, ini suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien
yang berhibungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif
digunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang
mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati rendah umum pada
banyak orang. Instrumen yang digunakan yaitu lembar wawancara.
2) Pelaksanaan MMSE
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit.
Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua
profesi kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah
menerima instruksi untuk penggunaannya.
3) Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan
mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang
dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti
perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit
neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode
pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia.
Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan
sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi
epidemiologi skala besar demensia. Tes ini juga digunakan secara
luas pada praktik klinis dan kecermelangannya sebagai instrumen
skrining kognitif telah dibukt ikan dengan pencatuman bersama
dengan Diagnostic Interview Schedule (DIS), dalam studi National
Institute of Mental Health ECA dan oleh daftarnya yang menyebutkan
MMSE sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan untuk
kriteria diagnosis penyakit Alzheimer dikembangkan oleh konsorsium
National Institute of Neurological and Communication Disorders and
Stroke and the Alzheimer’s Disease and Related Disorders
Association (McKhann dkk, 1984).
Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini
memiliki tes retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik
berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit
Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat dibiaskan oleh
pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa
pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor
berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia.
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah
batasannya atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa
kemampuan kognitif yang terganggu di awal penyakit Alzheimer atau
gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya item verbal dan
memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment),
MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang
sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan
tinggi). Walaupun batasan- batasan ini mengurangi manfaat MMSE,
tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian
penurunan kognitif (Rush, 2000).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. ORIENTASI
1) Sekarang (tahun),( musim),( bulan),( tanggal) dan (hari) apa ?
2) Kita berada dimana ? ( negara), ( provinsi), (kota)
3) (rumah sakit ), (lantai/kamar).
a) Normal : Berorientasi terhadap orang tempat, dan waktu.
b) Penyimpangan : Tidak mampu memberikan data biografi
akurat (nama, alamat, tanggal lahir), tidak mampu
mengidentifikasi tahun musi, tanggal.
(catatan : bila tidak mampu mengingat tanggal, tentukan
petunjuk yang secara normal ada apa pada lingkungan klien
untuk orientasi).
2. REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda ( apel, meja, koin ) tiap benda
1detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut
dengan benar dan catat jumlah pengulangan.
3. ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang
benar. Hentikan setelah 5 jawaban atau suruh mengeja
terbalik”WAHYU” ( nilai diberikan pada huruf yang benar
sebelum kesalahan, misalnya nyahw = 2 nilai.
4. MENGINGAT KEMBALI
Pasien disuruh mengingat kembali 3 nama benda diatas.
5. BAHASA
1) Pasien disuruh menyebutkan nama benda ditunjukkan (
pensil, buku).
2) Pasien disuruh mengulang kata-kata : “namun”, “tanpa”,
“bila”.
3) Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan
dilantai”.
4) Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkan
mata anda”.
5) Pasien disuruh menulis dengan spontan.
6) Pasien disuruh menggambarkan sesuatu bentuk.

Untuk menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental : orientasi,


registrasi, dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa dapat menggunakan
Mini Mental State Exam (MMSE).
Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, dan nilai 21 atau kurang
menunjukkan adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyeledikan
lanjut.
Mini Mental State Wxam (MMSE)
N Aspek Nilai
Nilai pasien Pertanyaan
O kognitif max
1 Orientasi Menyebutkan dengan benar
 (Tahun)
5  (Musim)
 (Tanggal)
 (Hari)
 (Bulan) apa sekarang ?

Dimana Sekarang kita berada?


 (Negara bagian)

5  (Propinsi)
 (Kabupaten)

2. Registrasi Nama 3 objek : 1 detik untuk


mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan klien
ketiga objek setelah anda telah
mengatakan. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar.
3 Kemudian ulangi sampai ia
mempelajari ketiganya.
Jumlahkan percobaan dan catat
Contoh 3 nama objek
(kursi,meja,kertas)
Percobaan : ..............................
..................................................

3 Perhatian Meminta klien berhitung


5
dan mulai dari 100.kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Contoh 1. 100.93,…..,….,
4 Mengingat Meminta untuk mengulang
ketiga objek di atas
Berikan 1 poin untuk setiap
3 kebenaran
1. Kursi
2. Meja
3. ………
5 Bahasa Menanyakan kepada klien
tentang benda (sambil
2 menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
1 ada jika,dan,atau,tetapi
Klien menjawab : dan,atau,
tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah yang terdiri dari 3
langkah ambil ballpoint di
tangan anda, ambil kertas,
1
menulis saya mau tidur
1. Ambil ballpoint
2. Ambil kertas
3. Penghapus
Perintahkan klien untuk hal
3 berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
1 menulis atau kalimat satu
kalimat
Perintahkan pada klien untuk
1
Menyalin gambar
Nilai Total 30
Ketetangan :

24-30 : Normal

17-23 : Probable (berpeluang) gangguan kognitif

0-16 : Definitif (pasti) gangguan kognitif.


BAB III
TERAPI KONGNITIF PENILANIAN MINI MENTAL STATE EXAM
(MMSE)

A. Uraian Struktur Kegiatan


1. Analis Situasi
a) Topik :Terapi kongnitif Penilaian Mini Mental State Exam
(MMSE)
b) Hari/Tangga : Jumat, 03 Agustus 2019
c) Tempat : Ruangan Sakura Balai Rehabilitas Lanjut Usia
d) Waktu : 12.30-13.00 Wita
e) Targat : 2 Orang
B. Sasaran
Pasien di ruang sakura
C. Media
1. Lembar Penilaian MMSE
2. Pulpen
D. Metode
Diskusi dan tanya jawab sesuai dengan format penilaian MMSE
E. Perorganisasian
1. Leader : Fadillah, S.Kep
2. Co Leader : Sri Wahyuni, S.Kep
3. Observer : Saidah Sahir, S.Kep dan Nur Fadillah, S.Kep
4. Fasilitator : Siti Darni Muin, S.Kep
Siska, S.Kep
Afni Arif, S.Kep
Indriani Lestari, S.Kep
Resky Nurfitrianingsih, S.Kep
Ninik Asnimar, S.Kep
F. Uraian Struktur Tugas
1. Lerader
a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c. Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e. Menjelaskan permainan
2. Co-Leader
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas
kelayan
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan musik)
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi kelayan yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role play bagi kelayan selama kegiatan
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal kelayan selama kegiatan
berlangsung
G. Setting Tempat

Keterangan:
: Leader
: Co-Leader
: Observer
: Fasilitator
: Pasien
H. Proses Pelaksanaan

Tahap dan Kegiatan Respon yang


No
Waktu diharapkan
1. Pra Interaksi  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
(5 menit) mengucapkan salam.  Memperhatikan
 Perkenalan  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari  Menyetujui kontrak
kegiatan waktu
 Kontrak waktu
2. Interaksi  Menanyakan tentang:  Menjawab
( 20 menit) a. aspek kognitif dari fungsi
mental: orientasi
b. aspek kognitif dari fungsi
mental: registrasi
c. aspek kognitif dari fungsi
mental: perhatian dan
kalkulasi
d. aspek kognitif dari fungsi
mental: mengingat
e. aspek kognitif dari fungsi
mental: bahasa
3. Terminasi  Menjelaskan hasil dari  Memperhatikan
(5 menit) penilaian MMSE
 Salam terapeutik  Membalas salam
I. KRITERIA EVALUASI
1. Metode: Melakukan diskusi dan tanya jawab sesuai dengan format
penilaian MMSE
2. Evalusi input
a. Tim berjumlah 10 orang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 6 fasilitator
dan 2 observer
b. Rungan Tidak terlalu luar
c. Tidak ada kesulitan dalam memilih yang sesuai dengan kriteria untuk
melakukan terapi aktifitas kelompok menilaian mini mental state exam
3. Evaluasi proses
a. Co-Leader membuka acara terapi aktifitas kelompok
b. Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan
c. Fasilitator menempatkan diri ditengah-tengah klien
d. Pasien aktif menjawab setiap pertanyaan
e. Selama kegiatan berlangsung tidak terjadi penyimpangan dari tujuan
yang ditetapkan
f. Petugas dapat menanyakan setiap pertanyaan dengan baik dan mudah
dimengerti
4. Evaluasi Output
Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok terapi kongnitif dengan 2
klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah:
a. Klien dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai akhir
b. Klien dapat meningkatkan kongnitifnya
c. Klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungan (mau
berinteraksi dengan perawat/ klien lain).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mengalami masalah
keperawatan yang sama. Tindakan keperawatan yang ditunjukkan pada
sistem klien, baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
merupakan upaya yang menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami berikan kepada
para pembaca adalah kami harap dalam pembuatan laporan selanjutnya
pembaca dapat memperdalam lagi ilmu tentang keperawatan gerontik dan
terapi aktivitas kelompok lansia karena dalam laporan kami tentunya masih
banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M., & Sandu, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


Andi Offset.

Dewi S.R (2012) Buku

Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish

Ekasari M.F, Dkk (2018) Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia, Konsep Dan
Berbagai Strategi Intervensi. Malang:Wineka Media
Lampiran I
Foto Dokumentasi Kegiatan TAK dan Kunjungan BRLU Gau Mabaji Kab.
Gowa.

Anda mungkin juga menyukai