Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN

CAIRAN DENGAN KEJADIAN ASITES PADA


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI RS PKU
MUHAMMADIYAH UNIT II
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
UMU MARFUAH
201310201061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN DENGAN
KEJADIAN ASITES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH
UNIT II YOGYAKARTA1

Umu Marfuah2, Ruhyana3


INTISARI
Latar belakang: Pada pasien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan
pembatasan asupan cairan maka akan menyebabkan penumpukan cairan di bagian
sekitar tubuh yaitu diantaranya adalah muka, tangan, dan kaki. Penumpukan cairan
juga bisa terjadi di bagian daerah perut atau biasa disebut dengan (ascites). Asites
merupakan problem yang penting dan sering terjadi pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Asites akan berakibat pada pembesaran perut dan peningkatan berat
badan yang melebihi normal.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pembatasan
asupan cairan dengan kejadian asites pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan
pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 57 responden yang berada di
RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Teknik analisis data menggunakan
Kendall Tau.
Hasil: Berdasarkan hasil uji korelasi Kendall Tau menunjukkan nilai signifikan р
0,000 dan nilai koefisien korelasi 0,680
Simpulan: Terdapat hubungan antara kepatuhan pembatasan asupan cairan dengan
kejadian asites pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS
PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Saran: Penelitian ini menyarankan pasien yang menjalani hemodialisis masih
banyak dalam kategori kurang patuh dalam menjalani kepatuhan pembatasan asupan
cairan, diharapkan keluarga dan petugas kesehatan dapat meningkatkan informasi
mengenai pembatasan asupan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis
sehingga tidak akan terjadi komplikasi seperti edema, hipertensi, dan sesak nafas.

Kata kunci : Gagal Ginjal Kronik, Asites, Hemodialisis, Kepatuhan,


Pembatasan Cairan
Daftar Pustaka : 23 buku (2002-2015), 15 jurnal, 6 skripsi, 8 website
Jumlah halaman : xi, 72 halaman, 6 tabel, 2 gambar, 17 lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATI ON BETWEEN FLUID INTAKE LIMIT OBEDIENCE
AND ASITES INCIDENCE IN CHRONIC RENAL FAILURE PATIENT
HAVING HEMODIALYSIS AT UNIT II PKU MUHAMMADIYAH
HOSPITAL OF YOGYAKARTA1

Umu Marfuah2, Ruhyana3


ABSTRACT
Background: Chronic renal failure isa clinical syndrome caused by the decrease of
real function which is progressive, irreversible and chronic in nature. Patient swith
chronic renal failure who do not limit fluid intake will experience fluid accumulation
ins ome body parts suchas face, handsand feet. Fluid accumulation can be happened
in abdomen area or ascites.
Objective: The study is to investigate the correlation between fluid intake limit
obedience and asites in cidencein chronic renal failure patient having hemodialysis at
unit II PKU Muhammadiyah hospital of Yogyakarta
Research Method: The study used Descriptive Correlation with time aprroach of
cross sectional. The samples were taken by simple random sampling. The samples is
57 patient hemodialisis at RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. The data
analizing technique used Kendall Tau.
Result:Based on the result of Kendall Tau correlation test, it shows that the
significant value was р = 0.000 and the correlative coefficient value is 0.680.
Conclusion: There is a correlation between compliance liquid intake restrictions in
the ascites in patients kidney failure chronic hemodialisis at RS PKU
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Suggestion: This research suggests patients who underwent hemodialisis there are
many in the category less docile i operate in compliance restrictions liquid intake,
expected family and health workers can improve information about liquid intake
restrictions on patients who underwent hemodialisis so will not happen as edema
complications, hypertension, and shortness of breath.

Keywords : Chronic renal failure, Ascites, Hemodialysis, Obedience,


Fluid Intake
Reference : 23 books (2006-2015), 15 journals, 6 theses, 8 website
Number of page : xi, 72 pages, 6 tabels, 2 figures, 17 appendices

1
Title of the Thesis
2
Student of School of Nursing Faculty of Health Science Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer of School of Nursing Faculty of Health Science ‘Aisyiyah University ofYogyakarta
PENDAHULUAN asites akan berakibat pada pembesaran
Penyakit gagal ginjal kronik perut dan peningkatan berat badan
atau biasa disebut CKD (chronic yang melebihi normal atau yang
kidney disease) saat ini masih menjadi semestinya. Oleh sebab itu
masalah yang besar, sebagaimana diperlukannya hemodialisis untuk
yang telah diprediksikan penderita mencegah kemungkinan komplikasi
gagal ginjal kronik akan mengalami yang terjadi (Hermono, 2007).
peningkatan bersamaan dengan Keberhasilan terapi hemodialisis juga
meningkatnya jumlah penderita tergantung pada kepatuhan pasien
diabetes dan hipertensi, dimana sekitar sendiri. Ada berbagai riset mengenai
1 dari 3 orang dewasa diabetes dan 1 kepatuhan pasien gagal ginjal kronik
dari 5 orang dewasa dengan hipertensi yang mendapat terapi hemodialisis
memiliki peluang CKD. Penanganan didapatkan hasil yang bervariasi.
CKD meliputi terapi konservatif, Dilaporkan ada 50 % pasien yang
terapi simptomatik, dan terapi menjalani hemodialisa tidak patuh
pengganti ginjal. Salah satu terapi dalam asupan cairan (Kartika, 2010).
pengganti ginjal adalah hemodialisa Pada pasien gagal ginjal kronik
dengan cara kerjanya memproses apabila tidak melakukan pembatasan
pengeluaran cairan dan produk limbah asupan cairan maka akan
dari dalam tubuh (Center for Desease menyebabkan penumpukan cairan di
Control, 2014). bagian sekitar tubuh yaitu diantaranya
Di seluruh dunia terdapat adalah muka, tangan, dan kaki.
sekitar 500 ribu jiwa yang mengalami Penumpukan cairan juga bisa terjadi di
gagal ginjal dan sekitar 1,5 juta jiwa bagian daerah perut atau biasa disebut
diantaranya harus menjalani terapi dengan (ascites). Penumpukan cairan
hemodialisa seumur hidupnya. Angka juga akan masuk ke dalam paru-paru
ini di perkirakan masih akan terus naik dan akan menyebabkan sesak nafas
dan pada tahun 2015 jumlahnya akan pada pasien, karena hal tersebut berat
di perkirakan lebih dari 650.000 kasus badan akan mengalami peningkatan
(Wijiati, 2014). yang cukup tajam Karena itulah
Gagal ginjal kronik disebabkan dianjurkan bagi pasien gagal ginjal
oleh penurunan fungsi ginjal yang kronik untuk membatasi asupan cairan
bersifat progresif, irreversible, dan yang masuk dalam tubuh. (YGDI,
bersifat menahun. Gagal ginjal tahap 2009)
akhir (end stage renal failure) adalah Pembatasan asupan cairan
stadium gagal ginjal yang dapat seringkali sulit dilakukan oleh pasien,
mengakibatkan kematian kecuali jika terutama jika pasien mengkonsumsi
dilakukan terapi pengganti yaitu obat-obatan yang menyebabkan
hemodialisa, dialysis peritoneal dan membran mukosa terasa kering seperti
transplantasi ginjal. Terapi diuretik, hal tersebut menyebabkan
hemodialisis harus dijalankan secara pasien akan sering haus dan
teratur agar dapat mempertahankan menimbulkan rasa ingin berusaha
fungsi ginjal yang stabil sehingga untuk minum (Potter & Perry, 2008).
tidak mengalami penyakit ginjal yang Kepatuhan adalah sejauh mana
semakin bertambah parah perilaku sesorang melakukan
(Suhardjono, 2006). pengobatan, baik dalam mengikuti
Asites merupakan problem perubahan gaya hidup atau mengikuti
yang penting dan sering terjadi pada program diit yang sudah di
pasien yang menjalani hemodialisa. rekomendasikan oleh tenaga medis.
Penimbunan cairan didalam perut atau Kepatuhan terhadap pembatasan
asupan cairan sangat diperlukan (independent variable) dan variabel
supaya pasien tidak mengalami edema akibat (dependent variable) yang
dan meningkatkan resiko terjadi pada objek penelitian
kardiovaskuler dan hipertensi dikumpulkan secara simultan, sesaat
(Barrnet, 2007). Upaya yang dapat atau satu kali saja dalam satu kali
dilakukan untuk meningkatkan waktu atau dalam waktu bersamaan
kepatuhan pasien dalam asupan cairan (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini
adalah pengontrolan pasien mengenai peneliti menguji hubungan kepatuhan
diit dan pembatasan asupan cairan pembatasan asupan cairan dengan
karena faktor tersebut sangatlah kejadian asites pada pasien gagal
penting dalam menentukan tingkat ginjal kronik.
kesejahteraan dan kesehatan bagi Populasi dalam penelitian ini
pasien hemodialisis (Neliya, 2012). adalah semua pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi
Hasil wawancara yang hemodilisis secara rutin di RS PKU
dilakukan dengan 20 pasien yang Muhammadiyah Unit II. Jumlah
menjalani hemodialisis didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah
data bahwa 16 dari 20 pasien yang 127 pasien.
menjalani hemodialisis kurang patuh Metode pengumpulan sampel
dalam pembatasan asupan cairan. Dari yang digunakan dalam penelitian ini
hasil pengisian kuisioner yang adalah probabillity sampling dengan
dilakukan pada pasien didapatkan data menggunakan metode simple random
bahwa 13 pasien tersebut selalu sampling dikatakan simple
minum air hangat setiap harinya, 5 (sederhana) karena pengambilan
pasien terkadang dapat mengendalikan anggota sampel dari populasi
atau menahan rasa haus, 4 pasien dilakukan secara acak tanpa
mengatakan sering minum kopi, susu, memperhatikan strata yang ada dalam
teh, air putih es atau air dingin. Dari populasi itu. Pengambilan sampel acak
wawancara keluarga, keluarga sederhana dapat dilakukan dengan
mengeluh jika pasien terlalu banyak cara undian, memilih bilangan dari
mengkonsumsi cairan maka akan daftar bilangan secara acak, dan
terjadi bengkak dibagian kaki dan sebagainya (Nursalam, 2014). Adapun
pembesaran perut, akibatnya pasien cara penelitian dengan menggunakan
merasa perutnya penuh. teknik simple random sampling yaitu
dengan cara mengumpulkan nama-
METODE PENELITIAN nama responden menjadi satu dan
Penelitian ini menggunakan kemudian diambil secara acak
penelitian non-experiment. Desain (Sugiyono, 2015).
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN
kuantitatif dengan pendekatan yang Pengumpulan data dilaksanakan di RS
digunakan dalam penelitian ini adalah PKU Muhammadiyah Unit II
cross sectional. Rancangan Yogyakarta pada tanggal 11-14
pendekatan waktu cross sectional September 2017 dengan mengambil
yaitu metode pengumpulan data yang pasien yang menjalani hemodialisis
digunakan pada satu saat (point time sejumlah 57 responden.
approach), dimana variabel sebab
Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di RS PKU
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 31 54,4
Perempuan 26 45,6
Jumlah 57 100 %
2 Usia
Dewasa Awal 3 5,3
Dewasa Akhir 8 14,0
Masa Lansia Awal 18 31,6
Masa Lansia Akhir 22 38,6
Masa Manula 6 10,5
Jumlah 57 100 %
3 Pekerjaan
Tidak bekerja dan pensiunan 26 45,6
Pedagan 3 5,3
Wiraswasta 8 14,0
Petani 4 7,0
PNS 4 7,0
Buruh 7 12,3
IRT 5 8,8
Jumlah 57 100%
31 orang (54,4%), karakteristik
Berdasarkan tabel 4.1 tentang responden berdasarkan usia terbanyak
distribusi frekuensi karakteristik yaitu 51-60 tahun sebanyak 22 orang
responden di RS PKU (38,6%), karakteristik responden
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta berdasarkan pekerjaan terbanyak yaitu
menunjukkan bahwa karakteristik pensiunan dan tidak bekerja 26 orang
responden berdasarkan jenis kelamin (45,6%), dan pekerjaan terendah yaitu
responden terbanyak yaitu laki - laki pedagang.

Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Pada Pasien yang Menjalani


Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan di RS


PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Frekuensi Persentase (%)
Patuh 11 19,3
Kurang Patuh 21 36,8
Tidak Patuh 25 43,9
Total 57 100
mayoritas pasien yang menjalani
Berdasarkan tabel 2 tentang hemodialisis tidak patuh yaitu sebesar
distribusi frekuensi kepatuhan 25 responden (43,9%), pada kategori
pembatasan asupan cairan pada pasien patuh sebanyak 11 responden (19,3%),
gagal ginjal kronik yang menjalani dan kurang patuh 21 responden
hemodialisis di RS PKU (36,8%)
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
menunjukkan bahwa
Kejadian Asites pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Asites di RS PKU Muhammadiyah Unit
II Yogyakarta
Asites Frekuensi Persentase (%)
Asites 34 59,6
Tidak Asites 23 40,4
Jumlah 57 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 tentang data yang diperoleh dari pasien


distribusi frekuensi kejadian asites mayoritas yang paling banyak
pada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami asites yaitu 34 responden
menjalani hemodialisis di RS PKU (59,6%) dan pada pasien yang tidak
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta asites sebesar 23 responden (40,4%).
menunjukkan bahwa

Tabel 4 Tabulasi Silang Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan dengan


Kejadian Asites pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Kepatuhan Asites Jumlah
pembatasan asupan Tidak asites Asites
cairan
f % F % F %

Patuh 5 8,8 6 10,5 11 19,3

Kurang patuh 4 7,0 17 29,8 21 36,8

Tidak Patuh 5 8,8 20 35,1 25 43,9

Jumlah 15 26, 42 73,7 57 100


3

Berdasarkan tabel 4 dapat


diketahui bahwa pasien yang tidak (29,8%), dan pasien asites patuh
mengalami asites dan mematuhi dalam pemenuhan asupan cairan
pembatasan asupan cairan sebanyak 5 sebanyak 6 responden (10,5%).
responden (8,8%), pasien yang tidak Adapun alasan mengapa pasien yang
mengalami asites yang kurang patuh patuh dan tidak patuh dalam
dalam kepatuhan pembatasan asupan pembatasan asupan cairan akan tetapi
cairan sebanyak 4 responden (7,0%), mengalami asites yaitu dikarenakan
dan pasien tidak asites yang tidak adanya faktor lain yang
patuh dalam kepatuhan pembatasan mempengaruhi asites selain
asupan cairan sebanyak 5 (8,8%). hemodialisis adalah hipertensi porta,
Adapun pasien yang asites tetapi tidak lama sakit dan asupan garam.
patuh dalam asupan cairan sebanyak
20 responden (35,1%), pasien asites
yang kurang patuh dalam asupan
cairan sebanyak 17 responden
Hasil uji Kendall Tau 0,680 yang berada pada rentang 0,600
menunjukkan besaran nilai signifikan sampai 0,799 mengindikasikan bahwa
(p) sebesar 0,000. Nilai signifikan adanya korelasi antara kepatuhan
yang besarnya dibawah 0,05 pembatasan asupan cairan dengan
mengidentifikasikan adanya kejadian asites bersifat kuat. nilai
hubungan yang signifikan antara korelasi yang bersifat positif artinya
variabel kepatuhan pembatasan asupan semakin patuh pasien dalam
cairan dengan variabel asites. Adapun pembatasan asupan cairan maka
nilai korelasi (r) yang bersifat kejadian asites akan semakin
positif mengindikasikan bahwa berkurang pada pasien yang menjalani
hubungan yang terjadi bersifat hemodialisis dengan gagal ginjal
positif dan nilai korelasi (r) sebesar kronik.

PEMBAHASAN sebagai salah satu penyebab terjadinya


Tujuan penelitian ini yaitu gagal ginjal kronik.
untuk mengetahui hubungan Sejalan dengan teori Smeltzer
kepatuhan pembatasan asupan cairan & Bare (2002), bahwa seseorang yang
dengan kejadian asites pada pasien berusia 40 tahun keatas mengalami
yang menjalani hemodialisis di RS penurunan laju filtrasi glomerulus
PKU Muhammadiyah Unit II (FLG) secara progresif sampai usia 70
Yogyakarta. tahun, kurang lebih 50% dari
Berdasarkan tabel 1 diketahui normalnya. Seiring dengan
bahwa secara keseluruhan responden pertambahan usia, fungsi ginjal pun
yang berjenis kelamin laki-laki dapat menurun. Fungsi tubulus
sebanyak 31 responden (54,4%). termasuk kemampuan reabsorbsi dan
Penelitian ini sejalan dengan pemekatan juga berkurang, hal
penelitian yang dilakukan oleh tersebut menyebabkan terjadinya
Nurhayati (2011) bahwa mayoritas penyakit gagal ginjal, sehingga banyak
jenis kelamin pada pasien gagal ginjal pasien gagal ginjal yang berusia lebih
kronik yang menjalani hemodialisis dari 40 tahun.
adalah laki-laki adalah sebanyak 50
responden (52,6%) dan perempuan Berdasarkan hasil yang telah
sebanyak 45 orang (47,4%). Angka digambarkan pada tabel 2 diketahui
kejadian gagal ginjal kronik pada laki- bahwa kepatuhan pembatasan asupan
laki lebih tinggi dibandingkan dengan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
perempuan. Menurut Ganong dalam yang menjalani hemodialisis di RS
Rahmawati (2014) bahwa laki-laki PKU Muhammadiyah Unit II
beresiko terkena gagal ginjal kronik Yogyakarta kepatuhan pembatasan
dari pada perempuan, karena asupan cairan pada pasien
perempuan memiliki hormon estrogen hemodialisis pada kategori tidak
lebih banyak. Hormon estrogen dapat patuh yaitu sebesar 25 responden
mempengaruhi kadar kalsium dalam (43,9%), pada kategori patuh
tubuh dengan menghambat sebanyak 11 responden (19,3%), dan
pembentukan cytokhine tertentu untuk kurang patuh 21 responden (36,8%).
menghambat pembentukan osteoklas Pada pasien gagal ginjal kronik
agar tidak berlebihan menyerap yang tidak mematuhi pembatasan
tulang, sehingga kadar kalsium asupan cairan akan mengalami
seimbang. Kalsium memiliki efek penumpukan cairan sehingga
protektif dengan mencegah oksalat menyebabkan edema paru dan
yang bisa membentuk batu ginjal hipertropi pada ventrikel kiri
(Smeltzer & Bare, 2002). SIMPULAN DAN SARAN
Penumpukan cairan dalam Simpulan
tubuh menyebabkan fungsi kerja 1. Kepatuhan pembatasan asupan
jantung dan paru-paru menjadi lebih cairan pada pasien gagal ginjal
berat, yang berakibat pada respon fisik kronik yang menjalani
pasien cepat lelah dan sesak, aktivitas hemodialisis di RS PKU
fisik juga mengalami gangguan baik Muhammadiyah Unit II
saat aktivitas ringan maupun sedang. Yogyakarta sebagian tidak patuh
Kepatuhan sendiri merupakan derajat dalam pembatasan asupan cairan
dimana pasien mengikuti anjuran sebanyak 25 orang (43,9%)
klinis dari petugas kesehatan yang 2. kejadian asites pada pasien gagal
mengobatinya, Sejauh mana perilaku ginjal kronik yang menjalani
pasien sesuai dengan ketentuan yang hemodialisis di RS PKU
diberikan oleh tenaga kesehatan Muhammadiyah Unit II
(Syakira, 2009). Yogyakarta menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil korelasi sebagian responden mengalami
Kendall Tau antara variabel kejadian asites sebesar 34 orang
pembatasan asupan cairan dengan (59,6%)
kejadian asites pada pasien gagal 3. Ada hubungan yang bermakna
ginjal kronik yang menjalani antara kepatuhan pembatasan
hemodialisis di RS PKU asupan cairan dengan kejadian
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta asites pada pasien gagal ginjal
didapatkan nilai korelasi sebesar 0, kronik yang menjalani
680 dengan taraf signifikan р sebesar hemodialisis di RS PKU
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah Unit II
kepatuhan pembatasan asupan cairan Yogyakarta.
dengan kejadian asites pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani Saran
hemodialisis dalam kategori kuat yang 1. Bagi Institusi Pendidikan
berada pada rentang 0,600 sampai Pengetahuan tentang kepatuhan
0,799. Koefisien korelasi sebesar pembatasan asupan cairan dengan
0,680 menunjukkan angka korelasi kejadian asites pada pasien
positif yang artinya semakin patuh hemodialisis yang diperoleh dari
pasien dalam pembatasan asupan institusi melalui kajian pustaka
cairan maka kejadian asites akan dan materi perkuliahan belum
semakin berkurang pada pasien yang sepenuhnya dibahas secara luas,
menjalani hemodialisis dengan gagal sehingga bagi institusi pendidikan
ginjal kronik. Hasil uji statistik lebih banyak memberikan kajian
menunjukkan nilai р 0,000 maka р< pustaka dan pengembangan ilmu
0,05 : Ha diterima, Ho ditolak berarti keperawatan tentang kepatuhan
terdapat korelasi yang bermakna pembatasan asupan cairan dengan
antara dua variabel yang diuji dan kejadian asites pada pasien
dapat disimpulkan bahwa hipotesis hemodialisis.
diterima. Hasil penelitian 2. Bagi Institusi Rumah Sakit
menunjukkan bahwa ada hubungan Hasil penelitian tentang kepatuhan
kepatuhan pembatasan asupan cairan pembatasan asupan cairan dan
dengan kejadian asites pada pasien kejadian asites pada pasien gagal
gagal ginjal kronik yang menjalani ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RS PKU hemodialisis ini diharapkan dapat
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. sebagai masukan tentang
pengendalian asupan cairan, cairan yang berlebihan merupakan
sehingga bagi rumah sakit dapat faktor terjadinya asites dan
memberikan informasi dan diharapkan keluarga dan petugas
mengidentifikasi masalah kesehatan dapat meningkatkan
kepatuhan pembatasan asupan informasi mengenai pembatasan
cairan dan asites dengan upaya asupan cairan pada pasien yang
meningkatkan pelayanan menjalani hemodialisis sehingga
kesehatan pada pasien gagal ginjal tidak akan terjadi komplikasi
kronik yang menjalani seperti edema, hipertensi, dan
hemodialisis sehingga dapat sesak nafas.
memberikan terapi secara 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
maksimal. Diharapkan dapat mengembangkan
3. Bagi Responden penelitian selanjutnya yang
Pasien yang menjalani berhubungan dengan kepatuhan
hemodialisis masih banyak dalam pembatasan asupan cairan dan
kategori tidak patuh dalam asites dengan variabel lain yang
menjalani kepatuhan pembatasan belum diteliti.
asupan cairan, karena asupan

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Kartika (2010). Jurnal Kepatuhan
Penelitian Suatu Pendekatan Paien Gagal Ginjal yang
Praktik. Jakarta: Rineka Mendapat Terapi Hemodialisis
Cipta.
Neliya, S. W. (2012). Hubungan
Ayu Rahmawati. (2014). Hubungan Pengetahuan Tentang Asupan
dukungan keluarga dengan Cairan dan Cara
kepatuhan pembatasan Pengendalian Asupan Cairan
asupan cairan pada pasien terhadap Penambahan Berat
gagal ginjal kronik yang Badan. Jurnal Nursing
menjalani hemodialisis di Studies
RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta. Nursalam. (2014). Metodologi
Skripsi tidak dipublikasikan. Penelitian Ilmu Keperawatan.
STIKES Aisyiyah Yogyakarta. Jakarta: Salemba Medika.

Barnet (2007). Chronic Kidney Potter, P.A., &Perry, A.G. (2006).


Disease. New York: National Buku Ajar Fundamental
Kidney Foundation. Keperawatan, Konsep, Proses
dan Praktik, Volume 2 Edisi 4.
Center for Dieses Control and
(Komalasari, R, Evriyanti, D,
Prevention. (2014).
Noviestari, E, dkk,
Http://www.cdc.gov. Diakses
Penerjemah) Jakarta: EGC
pada 30 Januari 2017.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, (2002),
Hermono, O.K.(2007). Sirosis Hati,
Buku Ajar Medikal Bedah
Buku ajar Ilmu Penyakit Hati
Edisi 8 Volume 2,
Ed 1. Jayabadi: hal: 335-
Diterjemahkan: Kuncara, H.Y,
344
dkk, EGC, Jakarta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardjono. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
Ketiga. FK UI, Jakarta.
Syakira, G. (2009) Konsep Kepatuhan
dalam http://syakira-blog-
blogspot.com. Diakses tanggal
18 September 2017
Wijiati, S (2014). Gambaran Konsep
Diri Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani
Hemodialisis Di Unit
Hemodialisis Rumah Sakit
Kota Makassar, Jurnal.
YGDI, (2009). Dialysis.
httpp://www.ygdi.org/_kidneyd
iseases.php?view=_dialysis.
Diakses tanggal 2 Februari
2017.

Anda mungkin juga menyukai