Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro


ekonomi yang dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep
yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir dan
jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang
melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan
dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran
konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah
pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. (Dumairy, 1996:
114).
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-
barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada
yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan
kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan
produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan mengkonsumsi apa saja dan
jumlah beberapapun sepanjang: anggaran saya memadai dan saya memperoleh
kepuasan maksimum“.
Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu
memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan
pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan
nasional. Di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari
pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai
dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu

1
lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. (Sukirno,
2003 : 338). Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap
tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal
Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan
dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save, MPS). Pada
pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah
tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan,
walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut
pengeluaran konsumsi otonom (outonomous consumtion).
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan
sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak pada
latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka penyusun akan
meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi
masyarakat di Indonesia. Demikian latar belakang yang bisa kami sajikan
selanjutnya kami akan membahas secara rinci dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsumsi dan fungsi konsumsi itu?
2. Apa saja pendekatan teori konsumsi?
3. Apa saja Variabel Yang Mempengaruhi Konsumsi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konsumsi.
2. Mengetahui apa saja yang menjadi teori konsumsi.
3. Mengetahui apa yang mempengaruhi konsumsi tersebut.
4. Diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KONSUMSI

Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari


bahasa inggris ”Consumtion”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang
dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Teori Konsumsi
adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan
kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku
konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang
akan dibeli dalam berbagai situasi.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-
barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan
di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan
nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat
dinyatakan dalam persamaan : i. Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a
adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah
kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat
pendapatan nasional.
Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan
disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu
kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan
mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi
marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata. Kencondongan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah
inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai

3
perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat
dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average
Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara
tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada
ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan
menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan
menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan
menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save)
adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan
pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan
formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average
Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan
pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan
formula : APS = Yd. S.

B. PENDEKATAN TEORI KONSUMSI

The absolute income hypotesis (Jamehs Tobin)

Fungsi konsumsi dengan hypothesis pendapatan absolute

Menurut Absolute Income Hypothesis yang dikemukakan oleh James


Tobin, konsumsi ditentukan oleh tingkat pendapatan absolut sehingga hubungan
antara pendapatan dan konsumsi merupakan fungsi konsumsi jangka pendek.
Berdasarkan penelitian para ahli sebelumnya seperti Simon Kuznet (1946), fungsi
konsumsi jangka pendek dapat berubah sepanjang waktu sehingga menghasilkan
fungsi jangka panjang. Ada beberapa hal yang menyebabkan fungsi konsumsi
jangka pendek berubah yaitu; adanya migrasi penduduk dari desa ke kota, adanya

4
barang-barang produksi baru dalam perekonomian, dan adanya peningkatan
dalam kesejahteraan suatu bangsa. (Suparmoko, 1998: 58).
Simon Kuznets seorang ahli ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1946
mencoba menerangkan hubungan antara pengeluaran konsumsi masyarakat
dengan tingkat pendapatan nasional. Kesimpulan hasil studi empirisnya yaitu
membedakan antara fungsi konsumsi jangka pendek dengan fungsi konsumsi
jangka panjang.
a) Adanya migrasi atau urbanisasi penduduk dari desa ke kota, dan kita mengetahui
bahwa penduduk kota konsumsinya lebih tinggi dari pada konsumsi penduduk
desa. Dengan kata lain bagian pendapatan yang di konsumsikan oleh penduduk
kota proporsinya lebih tinggi daripada yang di belanjakan penduduk desa. Jadi
jelas migrasi/urbanisasi cenderung untuk meningkatkan konsumsi walaupun tidak
ada peningkatan pendapatan
b) Adanya barang-barang produksi baru dalam perekonomian. Walaupun
pendapatan konsumen tetap, namun bila ada barang-barang baru maka konsumen
akan terangsang untuk meningkatkan konsumsinya. Misalnya ada sabun cuci
baru, maka dapat diharapkan orang membeli produk baru lebih banyak daripada
sebelumnya. Demikian pula kaset/TV baru diharapkan bisa memberikan
kehidupan yang lebih baik sehingga masyarakat mau mengkonsumsi lebih
banyak.
c) Karena adanya peningkatan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Kesejahteraan ini
dapat dilihat dari tersedianya aktiva lancar terutama dalam bentuk uang tunai,
deposito di Bank, serta tabungan. Dengan meningkatnya kekayaan yang dikuasai
atau dimiliki masyarkat diharapkan konsumsi juga meningkat. Jadi kalau orang
merasa kaya biasanya konsumsinya menjadi bertambah tinggi.

The relative income hypothesis (James Duessenberry)

Fungsi konsumsi dengan hyptesis pendapatan relatif

James Duessenberry dalam bukunya income,and the theory of consumer


behavior7 mengemukakan pendapatnya bahwa pengeluaran konsumsi suatu

5
masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendaatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak
akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk terpaksa mengurangi besarnya
saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah.
Akan tetai bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan mengenai saving akan
bertambah dengan pesatnya. Kenyataan ini akan terus kita jumpai sampai tingkat
pendapatan tertinggi yang telah pernah tercapai dicapainya lagi. Sesudah puncak
dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambah pendapatan akan banyak
menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di pihak
lain, bertambanya saving tidak begitu cepat.

Pada gambar 12,7 , garis LC merupakan fungsi konsumsi jangka panjang,


sedangkan garis-garis SC merupakan fungsi konsumsi jangka pendek. Setiap
puncak pendapatan yang dicapai memiliki fungsi konsumsi jangka pendeknya
sendiri-sendiri. Ketika pendapatan mencapai puncaknya pada tingkat pendapatan
nasional sebesar Y1, besarnya pengeluaran masyarakat untuk konsumsi adalah
sebesar Y1 P1. Kalau kemudian pendapatan menurun menjadi Y0 konsumsi akan
berkurang. Akan tetapi berkurangnya tidak menjadi Y0 P0 akan tetapi menjadi Y0
K1. Untuk dapat tercapainya tingkat konsumsi setinggi ini, besar saving terpaksa
sangat diperkecil; yaitu semula P1 S1, sekarang menjadi K1 S0. Kalau pada
periode berikutnya pendapatan kembali lagi meningkat, konsumsi pun akan
kembali bertambah besar pula. Akan tetapi bertambahnya konsumsi ini tidak
begitu cepat. Sebab bertambahnya konsumsi ini melalui garis SC1, yaitu dari K1
menuju ke P1. Kalau pendapatan sudah mencapai puncak pendapatan yang telah
pernah dicapainya (yaitu Y1) dengan konsumsinya sebesar Y1 P1, pengeluaran
konsumsi akan bertambah dengan cepat, yaitu melalui garis LC. Hal ini berarti
bahwa bertambahnya pendapatan tidak banyak menambah saving. Kalau
bertambahnya pendapatan terhenti pada Y2 dan kemudian

6
Menurun, maka menurunnya pengeluaran untuk konsumsi tidak mengikuti jejak
yang dilalui semula; yaitu dalam arti tidak melalui garis LC, akan tetapi melalui
garis SC2. Kalau pendapatan menurun hingga Y1, besar konsumsi sekarang tidak

lagi sebesar Y1 P1, melainkan sebesar Y1 K2. Bahkan kalau pendapatan menurun
lebih lanjut sehingga garis Y=Y terlampaui, maka masyarakat akan melakukan
dissaving, oleh karena pengeluaran konsumsinya kemudian lebih besar daripada
pendapatan yang mereka terima. Kalau misalnya pendapatan menurun menjadi
sebesar Y0, maka pengeluaran untuk konsumsinya akan sebesar Y0 S0. Dengan
pendapatan tinggi Y0 S0, besar saving adalah sebesar 0. Kalau kembali
pendapatan nasional naik lagi, jumlah pengeluaran konsumsi akan bertambah
melalui garis SC2. Kalau pendapatan bertambah mencapai puncak pendapatan
yang telah dicapainya, yaitu Y2,maka berubahnya jumlah pengeluaran untuk
konsumsi akan melalui garis LC, dimulai dari titik P2. Demikian seterusnya.

The permanent hypothesis (Milton Friedman)


Fungsi konsumsi dengan hyptesis pendapatan permanen

Dalam buku yang diterbitkan pada tahun 1957, Milton Friedman


menawarkan hipotesis pendapatan-permanen (permanent-income) untuk
menjelaskan perilaku konsumsi. Hipotesis pendapatan permanen Friedman

7
melengkapi hipotesis daur-hidup Modigliani, keduanya menggunakan teori
Konsumen Irving Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi seharusnya tidak
hanya bergantung pada pendapatan sekarang. Tapi tidak seperti hipotesis daur-
hidup, yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti pola reguler selama masa
hidup seseorang, hipotesis pendapatan permanen menekankan bahwa manusia
mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke
tahun.

Hipotesis

Friedman menyatakan bahwa kita memandang pendapatan Y sebagai jumlah


dari dua unsur, pendapatan permanen YP dan pendapatan transitoris YT yaitu

Y = YP + YT

Pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk


terus bertahan di masa depan. Pendapatan transitoris adalah bagian pendapatan
yang tidak diharapkan untuk terus bertahan.Bedanya, pendapatan permanen
adalah pendapatan rata-rata, sedangkan pendapatan transitoris adalah deviasi acak
dari rata-rata.

Contoh :

 Maria, yang meraih gelar sarjana hukum, berpenghasilan lebih banyak


tahun ini daripada John, yang tamatan SMA. Pendapatan Maria yang lebih
tinggi berasal dari pendapatan permanen yang lebih tinggi, karena
pendidikannya akan terus memberikan gaji lebih tinggi1.
 Sue, seorang petani jeruk Florida, berpenghasilan lebih kecil dari biasanya
tahun ini karena salju menghancurkan tanamannya. Bill petani jeruk
California, berpenghasilan lebih banyak dari biasanya karena salju di
Florida mendongkrak harga jeruk. Pendapatan Bill yang lebih tinggi

1
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 415-417

8
berasal dari pendapatan transitoris yang lebih tinggi, karena tidak seperti
Sue, ia harus menghadapi cuaca yang baik tahun depan.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pendapatan yang berbeda
memiliki derajat keberlangsungan yang berbeda.Pendidikan yang baik
memberikan pendapatan yang lebih tinggi secara permanen, sedangkan cuaca
yang baik hanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi secara transitoris.
Friedman menyimpulkan bahwa kita seharusnya memandang fungsi
konsumsi sebagai mendekati C = αYP
Di mana α adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen
yang dikonsumsikan. Hipotesis pendapatan-permanen, sebagaimana ditunjukkan
oleh persamaan ini, menyatakan bahwa konsumsi adalah proporsional terhadap
pendapatan permanen
Hipotesis pendapatan-permanen memecahkan teka-teki konsumsi yang
menyatakan bahwa fungsi konsumsi Keynesian standar menggunakan variabel
yang salah. Menurut hupotesis pendapatan-permanen, konsumsi bergantung pada
pendapatan permanen tetapi banyak studi tentang fungsi konsumsi berusaha
menghubungkan konsumsi dengan pendapatan sekarang.
APC = C/Y = αYP/Y

Menurut hipotesis pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata


tergantung pada rasio pendapatan permanen terhadap pendapatan sekarang.2

Bila pendapatan sekarang secara temporer naik di atas pendapatan permanen,


kecenderungan mengkonsumsi rata-rata secara temporer turun, bila pendapatan
sekarang turun di bawah pendapatan permanen, kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata secara temporer naik.
Hipotesis pendapatan-permanen ditemukan pada model pilihan abtar-
waktu Fisher (Fisher’s model intertemoporal choice). Hipotesis ini membangun
gagasan bahwa konsumen yang berpandangan ke deapan mendasarkan keputusan
konsumsi mereka tidak hanya pada pendapatan sekarangnya, tetapi juga

2
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 417-418

9
pendapatan yang mereka harapkan di masa depan. Jadi, hipotesis pendapatan-
permanen menyatakan bahwa konsumsi bergantung pada ekspektasi seseorang.

Robert Hall adalah ekonom pertama yang menderivasikan implikasi dari


ekspektasi rasional terhadap konsumsi.Ia menunjukkan bahwa jika hipotesis
pendapatan-permanen benar, dan jika konsumen mempunyai ekspektasi rasional,
maka perubahan-perubahan dalam konsumsi sepanjang waktu seharusnya tidak
dapat diprediksi. Bila perubahan-perubahan dalam variabel tidak dapat diprediksi,
variabel tersebut dikatakan mengikuti jalan acak (random walk).Menurut Hall,
kombinasi hipotesis pendapatan-permanen dan ekspektasi rasional menunjukkan
bahwa konsumsi mengikuti jalan acak.

Hal beralasan sebagai berikut.Menurut hipotesis pendapatan-permanen,


konsumen menghadapi pendapatan yang berfluktuasi dan berusaha memperlancar
konsumsi mereka sepanjang waktu.Pada suatu saat, konsumen memilih konsumsi
berdasarkan ekspektasi sekarang dari pendapatan kehidupan mereka.Sepanjang
waktu, mereka mengubah konsumsi karena mereka menerima berita yang
menyebabkan mereka merevisi ekspektasi mereka.3

Sebagai contoh, orang yang mendaptakan promosi yang tidak diharapkan


akan menaikkan konsumsi, sedangkan orang yang mengalami demosi yang tidak
diharapkan akan mengurangi konsumsi. Dengan kata lain, perubahan dalam
konsumsi mencerminkan “kejutan” terhadap pendapatan seumur hidup. Jika
konsumen secara optimal menggunakan seluruh informasi yang tersedia maka
mereka seharusnya hanya dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa yang seutuhnya
tidak dapat diprediksi.Karena itu, perubahan-perubahan dalam konsumsi mereka
seharusnya tidak dapat diprediksi pula.4

3
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 219-420
4
Ibid hal.219-402

10
The Life Cycle Hypotesis (Albert Ando dan Richad Brumberg and Fraco
modigliani)

Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup


Dalam seri kertas kerja yang ditulis pada tahun 1950-an, Franco
Modigliani dan kolaboratornya Albert Ando dan Richad Brumberg menggunakan
model perilaku konsumen untuk mempelajari fungsi konsumsi. Satu tujuan
mereka adalah memecahkan teka-teki konsumsi yaitu, menjelaskan adanya bukti
yang saling bertentangan ketika fungsi konsumsi Keynes dimasukkan ke dalam
data. Menurut model Fisher, konsumsi bergantung pada pendapatan kehidupan
seseorang. Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis
selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat
menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa
hidup ketika pendapatan rendah. Interprestasi perilaku konsumsi ini mendasari
hipotesis daur-hidup (life-cycle hypothesis)-nya.5

Hipotesis

Satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan sesorang


adalah masa pensiun. Kebanyakan orang merencanakan akan berhenti bekerja
pada usia kira-kira 65 tahum, dan mereka berharap akan menerima penghasilan
ketika pensiun. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupan mereka mengalami
perubahan besar, sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka.Untuk
mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orang-orang harus menabung
selama masa-masa kerja mereka. Mari kita lihat apakah motif untuk menabung ini
berpengaruh pada fungsi konsumsi.

Seorang konsumen yang mengharapkan hidup selama T tahun, memiliki kekayaan


W, dan mengharapkan mengahsilkan pendapatan Y sampai ia pension selama R
tahun dari sekarang.6

5
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413
6
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413

11
Sumber daya kehidupan konsumen terdiri dari kekayaan awal W dan
penghasilan kehidupan R x Y. (Untuk mempermudah, kita mengasumsikan
tingkat bunga sebesar nol: jika tingkat bunga lebih besar dari nol, kita perlu
memperhitungkan bunga tabungan). Konsumsi bisa membagi sumber daya
seumur hidupnya diantara tahun-tahun sisa hidupnya. Kita asumsikan bahwa ia
ingin mencapai jalur konsumsi yang paling halus selama hidupnya. Karena itu, ia
membagi total W + RY ini secara sama di antara T tahun dan setiap tahun
mengkonsumsi.

C = (W + RY)/T.

Kita bisa menulis fungsi konsumsi seseorang sebagai

C = (1/T)W + (R/T)Y.

Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi bergantung pada pendapatandan


kekayaan. Pendapatan ekstra sebesar $1 per tahun meningkatkan konsumsi
sebesar $0,60 per tahun,dan kekayaan ekstra senilai $1 meningkatkan konsumsi
sebesar $0,02 per tahun.

Jika setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka
konsumsii agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual.Biasanya, konsumsi
agregat bergantung pada kekayaan dan pendapatan. Oleh karena itu,
perekonomian adalah

C = 𝛼𝑊 + 𝛽𝑌

Di mana parameter 𝛼 adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari


kekayaan dan parameter 𝛽 adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari
pendapatan.

Implikasi

Gambar 16-11 menunjukkan hubungan antara konsumsi dan pendapatan yang


diprediksi oleh model daur-hidup.Untuk tingkat kekayaan W tertentu, model

12
tersebut menghasilkan fungsi konsumsi konvensional yang serupa dengan fungsi
konsumsi yang ditunjukkan dalam gambar 16-1. Namun demikian, ingatlah
bahwa perpotongan (intercept) fungsi konsumsi.7

yang menunjukkan apa yang akan terjadi dengan konsumsi jika pendapatan terus
menurun ke tingkat nol, bukanlah nilai tetap

seperti dalam gambar 16-1. Perpotongan disini adalah 𝛼 W dan, dengan demikian
beergantung pada tingkat kekayaan.

Model daur-hidup dari perilaku konsumen ini dapat memcahkan teka-teki


konsumsi. Menurut fungsi konsumsi daur-hidup., kecenderungan mengkonsumsi
marjinal adalah

C/Y=𝛼(𝑊/𝑌) + 𝛽

Karena kekayaan tidak variasi secara proporsional dengan pendapatan dari orang
ke orang atau dari tahun ke tahun, kita seharusnya menemukan bahwa tingginya
pendapatan terkait dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang rendah.
Ketika meneliti data antar individu atau selama periode waktu yang singkat.

Gambar 16-11

β
1

αv

7
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413-414

13
Selama periode waktu tersebut, kekayaan dan pendapatan tumbuh sekaligus, yang
menghasilkan rasio W/Y konstan dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata
konstan.

Agar titik yang sama kelihatan berbeda, perhatikanlah bagaimana fungsi


konsumsi berubah sepanjang waktu. Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 16-
11, untuk setiap tingkat kekayaan tertentu, fungsi konsumsi daur-hidup
tampaknya seperti disarankan Keynes.8

Tapi fungsi ini hanya berlaku dalam jangka pendek ketika kekayaan konstan.
Dalam jangka panjang, ketika kekayan naik, fungsi konsumsi bergeser ke atas,
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 16-2.Pergeseran ke atas ini mencegah
turunnya kecenderungan mengkonsumsi marginal ketika pendapatan naik.Dengan
demikian, Modigliani menjawab teka-teki konsumsi yang diberikan oleh data
Simon Kuznets.

Model daur-hidup membuat banyak prediksi lain pula. Yang paling


penting, model itu memprediksi tabungan yang bervariasi selama kehidupan
seseorang. Jika seseorang memilai masa dewasanya tanpa kekayaan, ia akan
mengakumulasi kekayaan selama masa-masa kerjanya dan mengkonsumsi
kekayaannya selama masa-masa pensiun. Gambar 16-13 menggambarkan
pendapatan, konsumsi, dan kekayaan

Gambar 16-12

αw2

αw1

8
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 414-415

14
Gambar 16-13

Kekayaan

Pendapatan

Tabungan

Konsumsi
Dissaving

Awal Pensiun Akhir Kehidupan

Konsumen selama masa dewasanya.Menurut hipotesis daur hidup, karena orang-


orang ingin memperlancar konsumsi selama hidupnya, kaum muda yang
sedangbekerja menabung, sedangkan kaum tua yang pensiun menghabiskan
tabungan (dissaving).

C. VARIABLE YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI

Faktor-faktor yang cukup besar peranannya dalam menentukan besar kecilnya


pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ialah:

a. Distribusi pendapatan nasional


b. Benyaknya kekayaan masyarakat
c. Banyaknya barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
d. Kebijaksanaan financial perusahaan-perusahaan
e. Kebijaksanaan perusahaan-perusahaan dalam pemasaran
f. Ramalan daripada masyarakat akan adanya perubahan tingkat harga

Dalam hubungannya dengan fungsi konsumsi yang kita nyatakan dalam bentuk
persamaan C = Cₒ + cY atau C = Cₒ + cY D, dapat kita katakana bekerjanya

15
factor-faktor seperti kita sebutkan diatas akan terlihat dalam bentuk berubahnya
atau bergesernya fungsi konsumsi tersebut.

Dengan kata lain nilai daripada intercept atau angka konstan Cₒ dan atau tingginya
angka marginal propensity to consume c akan mengalami perubahan sebagai
akibat daripada bekerjanya salah satu, beberapa atau keseluruhan daripada factor-
faktor diatas.9

9
Reksoprayitno,Soediyono , Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE, 2000)hal 160

16
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam hasil karya Keynes, fisher, modiglani, dan friedman, kita melihat
kemajuan pandangan tentang perilaku konsumen. Keynes menyatakan bahwa
konsumsi sangat bergantung pada pendapatan sekarang.Karena itu, para ekonom
menyatakan bahwa konsumen memahami kalau mereka menghadapi keputusan
antar-waktu. Konsumen menatap sumber daya dan kebutuuhan masa depan
mereka, yang mennjukkan fungsi konsumsi yang lebih kompleks disbanding
fungsi konsumsi yang Keynes berikan.

Keynes menyarankan bentuk fungsi konsumsi

Konsumsi=f (Pendapatan Sekarang)

Sedangkan studi terbaru menyarankan

Konsumsi = f (Pendapatan Sekarang, Kekayaan, Pendapatan Masa Depan yang


Diharapkan, Tingkat Bunga).

Dengan kata lain, pendapatan sekarang hanya merupakan satu determinan dari
konsumsi agregat.

Para ekonom terus memperdebatkan kepentingan relative dari determinan


konsumsi ini.Para ekonom kadang-kadang tidak sepakat tentang kebijakan
ekonomi karena meraka mengasumsikan fungsi konsumsi yang berbeda.

B. SARAN

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah ini. Meskipun


penulisan ini jauh dari sempurna tapi minimal penulis telah
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis butuh saran dan kritikan demi kesempurnaan
makalah ini dan bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik dari
pada sebelumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Reksoprayitno, Soediyono, EKONOMI MAKRO, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,


2000

N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi , Jakarta: Erlangga, 2000

http://wardahcheche.blogspot.com/2013/05/teori-konsumsi.html

http://rahmantsani.blogspot.com/2011/10/teori-
konsumsi.html?_escaped_fragment_

18

Anda mungkin juga menyukai