PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. (Sukirno,
2003 : 338). Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula
pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap
tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal
Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan
dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal to Save, MPS). Pada
pengeluaran konsumsi rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah
tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan,
walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut
pengeluaran konsumsi otonom (outonomous consumtion).
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan
sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak pada
latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka penyusun akan
meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi
masyarakat di Indonesia. Demikian latar belakang yang bisa kami sajikan
selanjutnya kami akan membahas secara rinci dalam pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsumsi dan fungsi konsumsi itu?
2. Apa saja pendekatan teori konsumsi?
3. Apa saja Variabel Yang Mempengaruhi Konsumsi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konsumsi.
2. Mengetahui apa saja yang menjadi teori konsumsi.
3. Mengetahui apa yang mempengaruhi konsumsi tersebut.
4. Diajukan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KONSUMSI
3
perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat
dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average
Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara
tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada
ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan
menggunakan formula : APC = Yd.C
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan
menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan
menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save)
adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan
pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan
formula : MPS = Yd.SΔ.
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average
Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan
pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan
formula : APS = Yd. S.
4
barang-barang produksi baru dalam perekonomian, dan adanya peningkatan
dalam kesejahteraan suatu bangsa. (Suparmoko, 1998: 58).
Simon Kuznets seorang ahli ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1946
mencoba menerangkan hubungan antara pengeluaran konsumsi masyarakat
dengan tingkat pendapatan nasional. Kesimpulan hasil studi empirisnya yaitu
membedakan antara fungsi konsumsi jangka pendek dengan fungsi konsumsi
jangka panjang.
a) Adanya migrasi atau urbanisasi penduduk dari desa ke kota, dan kita mengetahui
bahwa penduduk kota konsumsinya lebih tinggi dari pada konsumsi penduduk
desa. Dengan kata lain bagian pendapatan yang di konsumsikan oleh penduduk
kota proporsinya lebih tinggi daripada yang di belanjakan penduduk desa. Jadi
jelas migrasi/urbanisasi cenderung untuk meningkatkan konsumsi walaupun tidak
ada peningkatan pendapatan
b) Adanya barang-barang produksi baru dalam perekonomian. Walaupun
pendapatan konsumen tetap, namun bila ada barang-barang baru maka konsumen
akan terangsang untuk meningkatkan konsumsinya. Misalnya ada sabun cuci
baru, maka dapat diharapkan orang membeli produk baru lebih banyak daripada
sebelumnya. Demikian pula kaset/TV baru diharapkan bisa memberikan
kehidupan yang lebih baik sehingga masyarakat mau mengkonsumsi lebih
banyak.
c) Karena adanya peningkatan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Kesejahteraan ini
dapat dilihat dari tersedianya aktiva lancar terutama dalam bentuk uang tunai,
deposito di Bank, serta tabungan. Dengan meningkatnya kekayaan yang dikuasai
atau dimiliki masyarkat diharapkan konsumsi juga meningkat. Jadi kalau orang
merasa kaya biasanya konsumsinya menjadi bertambah tinggi.
5
masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendaatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Ia berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak
akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk terpaksa mengurangi besarnya
saving. Kalau pendapatan bertambah lagi, konsumsi mereka juga akan bertambah.
Akan tetai bertambahnya tidak begitu besar. Sedangkan mengenai saving akan
bertambah dengan pesatnya. Kenyataan ini akan terus kita jumpai sampai tingkat
pendapatan tertinggi yang telah pernah tercapai dicapainya lagi. Sesudah puncak
dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambah pendapatan akan banyak
menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di pihak
lain, bertambanya saving tidak begitu cepat.
6
Menurun, maka menurunnya pengeluaran untuk konsumsi tidak mengikuti jejak
yang dilalui semula; yaitu dalam arti tidak melalui garis LC, akan tetapi melalui
garis SC2. Kalau pendapatan menurun hingga Y1, besar konsumsi sekarang tidak
lagi sebesar Y1 P1, melainkan sebesar Y1 K2. Bahkan kalau pendapatan menurun
lebih lanjut sehingga garis Y=Y terlampaui, maka masyarakat akan melakukan
dissaving, oleh karena pengeluaran konsumsinya kemudian lebih besar daripada
pendapatan yang mereka terima. Kalau misalnya pendapatan menurun menjadi
sebesar Y0, maka pengeluaran untuk konsumsinya akan sebesar Y0 S0. Dengan
pendapatan tinggi Y0 S0, besar saving adalah sebesar 0. Kalau kembali
pendapatan nasional naik lagi, jumlah pengeluaran konsumsi akan bertambah
melalui garis SC2. Kalau pendapatan bertambah mencapai puncak pendapatan
yang telah dicapainya, yaitu Y2,maka berubahnya jumlah pengeluaran untuk
konsumsi akan melalui garis LC, dimulai dari titik P2. Demikian seterusnya.
7
melengkapi hipotesis daur-hidup Modigliani, keduanya menggunakan teori
Konsumen Irving Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi seharusnya tidak
hanya bergantung pada pendapatan sekarang. Tapi tidak seperti hipotesis daur-
hidup, yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti pola reguler selama masa
hidup seseorang, hipotesis pendapatan permanen menekankan bahwa manusia
mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke
tahun.
Hipotesis
Y = YP + YT
Contoh :
1
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 415-417
8
berasal dari pendapatan transitoris yang lebih tinggi, karena tidak seperti
Sue, ia harus menghadapi cuaca yang baik tahun depan.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pendapatan yang berbeda
memiliki derajat keberlangsungan yang berbeda.Pendidikan yang baik
memberikan pendapatan yang lebih tinggi secara permanen, sedangkan cuaca
yang baik hanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi secara transitoris.
Friedman menyimpulkan bahwa kita seharusnya memandang fungsi
konsumsi sebagai mendekati C = αYP
Di mana α adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen
yang dikonsumsikan. Hipotesis pendapatan-permanen, sebagaimana ditunjukkan
oleh persamaan ini, menyatakan bahwa konsumsi adalah proporsional terhadap
pendapatan permanen
Hipotesis pendapatan-permanen memecahkan teka-teki konsumsi yang
menyatakan bahwa fungsi konsumsi Keynesian standar menggunakan variabel
yang salah. Menurut hupotesis pendapatan-permanen, konsumsi bergantung pada
pendapatan permanen tetapi banyak studi tentang fungsi konsumsi berusaha
menghubungkan konsumsi dengan pendapatan sekarang.
APC = C/Y = αYP/Y
2
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 417-418
9
pendapatan yang mereka harapkan di masa depan. Jadi, hipotesis pendapatan-
permanen menyatakan bahwa konsumsi bergantung pada ekspektasi seseorang.
3
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 219-420
4
Ibid hal.219-402
10
The Life Cycle Hypotesis (Albert Ando dan Richad Brumberg and Fraco
modigliani)
Hipotesis
5
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413
6
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413
11
Sumber daya kehidupan konsumen terdiri dari kekayaan awal W dan
penghasilan kehidupan R x Y. (Untuk mempermudah, kita mengasumsikan
tingkat bunga sebesar nol: jika tingkat bunga lebih besar dari nol, kita perlu
memperhitungkan bunga tabungan). Konsumsi bisa membagi sumber daya
seumur hidupnya diantara tahun-tahun sisa hidupnya. Kita asumsikan bahwa ia
ingin mencapai jalur konsumsi yang paling halus selama hidupnya. Karena itu, ia
membagi total W + RY ini secara sama di antara T tahun dan setiap tahun
mengkonsumsi.
C = (W + RY)/T.
C = (1/T)W + (R/T)Y.
Jika setiap orang dalam perekonomian merencanakan konsumsi seperti ini, maka
konsumsii agregat serupa dengan fungsi konsumsi individual.Biasanya, konsumsi
agregat bergantung pada kekayaan dan pendapatan. Oleh karena itu,
perekonomian adalah
C = 𝛼𝑊 + 𝛽𝑌
Implikasi
12
tersebut menghasilkan fungsi konsumsi konvensional yang serupa dengan fungsi
konsumsi yang ditunjukkan dalam gambar 16-1. Namun demikian, ingatlah
bahwa perpotongan (intercept) fungsi konsumsi.7
yang menunjukkan apa yang akan terjadi dengan konsumsi jika pendapatan terus
menurun ke tingkat nol, bukanlah nilai tetap
seperti dalam gambar 16-1. Perpotongan disini adalah 𝛼 W dan, dengan demikian
beergantung pada tingkat kekayaan.
C/Y=𝛼(𝑊/𝑌) + 𝛽
Karena kekayaan tidak variasi secara proporsional dengan pendapatan dari orang
ke orang atau dari tahun ke tahun, kita seharusnya menemukan bahwa tingginya
pendapatan terkait dengan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata yang rendah.
Ketika meneliti data antar individu atau selama periode waktu yang singkat.
Gambar 16-11
β
1
αv
7
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 413-414
13
Selama periode waktu tersebut, kekayaan dan pendapatan tumbuh sekaligus, yang
menghasilkan rasio W/Y konstan dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata
konstan.
Tapi fungsi ini hanya berlaku dalam jangka pendek ketika kekayaan konstan.
Dalam jangka panjang, ketika kekayan naik, fungsi konsumsi bergeser ke atas,
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 16-2.Pergeseran ke atas ini mencegah
turunnya kecenderungan mengkonsumsi marginal ketika pendapatan naik.Dengan
demikian, Modigliani menjawab teka-teki konsumsi yang diberikan oleh data
Simon Kuznets.
Gambar 16-12
αw2
αw1
8
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2000)hal 414-415
14
Gambar 16-13
Kekayaan
Pendapatan
Tabungan
Konsumsi
Dissaving
Dalam hubungannya dengan fungsi konsumsi yang kita nyatakan dalam bentuk
persamaan C = Cₒ + cY atau C = Cₒ + cY D, dapat kita katakana bekerjanya
15
factor-faktor seperti kita sebutkan diatas akan terlihat dalam bentuk berubahnya
atau bergesernya fungsi konsumsi tersebut.
Dengan kata lain nilai daripada intercept atau angka konstan Cₒ dan atau tingginya
angka marginal propensity to consume c akan mengalami perubahan sebagai
akibat daripada bekerjanya salah satu, beberapa atau keseluruhan daripada factor-
faktor diatas.9
9
Reksoprayitno,Soediyono , Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE, 2000)hal 160
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam hasil karya Keynes, fisher, modiglani, dan friedman, kita melihat
kemajuan pandangan tentang perilaku konsumen. Keynes menyatakan bahwa
konsumsi sangat bergantung pada pendapatan sekarang.Karena itu, para ekonom
menyatakan bahwa konsumen memahami kalau mereka menghadapi keputusan
antar-waktu. Konsumen menatap sumber daya dan kebutuuhan masa depan
mereka, yang mennjukkan fungsi konsumsi yang lebih kompleks disbanding
fungsi konsumsi yang Keynes berikan.
Dengan kata lain, pendapatan sekarang hanya merupakan satu determinan dari
konsumsi agregat.
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://wardahcheche.blogspot.com/2013/05/teori-konsumsi.html
http://rahmantsani.blogspot.com/2011/10/teori-
konsumsi.html?_escaped_fragment_
18