Anda di halaman 1dari 63

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penulis akan membahas laporan kasus asuhan keperawatan pada anak

retardasi mental dengan membandingkan dua masalah keperawatan yang

sama yaitu gangguan penyesuaian individu pada An. K dan An. M di SLB

Yakut C Purwokerto yang sudah sesuai dengan kriteria sebagai subjek studi

kasus. Pengelolaan kasus dilakukan dalam lima kali kunjungan, untuk An. M

dilaksanakan dari 03-07 Januari 2019 di Desa Pasir Kulon RT 01 RW 02 dan

untuk An. K dilaksanakan pada 21-25 Maret 2019 di Desa Karang Nangka

RT 03 RW 04. Pengelolaan kasus menggunakan tahapan keperawatan yang

meliputi pengkajian, perumusan masalah, perencanaan keperawatan,

implementasi dan evaluasi, sebagai berikut:

1. Pengkajian

a. Identitas anak

Pengkajian pada anak pertama dan anak kedua dapat dilihat dalam

tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Identitas pada anak pertama dan kedua

Identitas Anak Anak 1 Anak 2


Nama An. K An. M
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Tempat, tanggal Banyumas, 12 Oktober Banyumas, 18 Agustus
lahir 2008 2003
Umur 10 Tahun 15 Tahun
Alamat Karang Nangka 03/04 Pasir Kulon 01/02
Pendidikan SDLB SDLB
Agama Islam Islam

55
56

b. Identitas orang tua

Pengkajian identitas orang tua anak pertama dan kedua dapat dilihat

dalam tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Identitas orang tua anak pertama dan anak kedua

Identitas Orang Tua Anak 1 Anak 2


Nama ayah/ibu Tn. N/ Ny. S Tn. S/ Ny. K
Pekerjaan ayah Buruh Penjahit
Pekerjaan ibu Pedagang Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ayah SD SMP
Pendidikan ibu SD SMP
Penghasilan/bulan Rp 1.000.000,- Rp 1.600.000,-
Alamat Karang Nangka 03/04 Pasir Kulon 01/02
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit anak pertama dan anak kedua dapat dilihat dalam

tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Riwayat penyakit anak pertama dan anak kedua

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


Keluhan utama Ibu An. K mengatakan Ibu An. M mengatakan
bahwa An. K kesulitan bahwa An. M
dalam beradaptasi mengalami kesulitan
dengan teman berinteraksi atau
seumurannya. berkomunikasi sehingga
sulit untuk
menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan
teman sebayanya.
Keluhan tambahan An. K yang mengalami An. M dalam aktivitas
keterlambatan bicara, kesehariannya dibantu
cepat bosan dalam oleh orang lain,
beraktivitas, sulit kesulitan
berkonsentrasi, kurang berkonsentrasi,
memperhatikan saat pandangan kurang jelas,
hiperaktif dan sulit
57

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


Proses pembelajaran, diam, serta suka
belum mampu menulis menarik-narik
dn membaca serta tidak temannya. Artikulasi
ada kontak mata saat An. M dalam berbicara
berkomunikasi, dalam tidak jelas. An. M juga
perawatan diri seperti terlihat kurang minat
makan, minum, mandi dalam mengikuti
dan berpakaian masih kegiatan sekolah.
dibantu.
Riwayat penyakit Saat ini An. K duduk di Saat ini An. M berusia
sekarang bangku kelas empat SD 15 tahun duduk di
di SLB Yakut C bangku kelas lima
Purwokerto. Ibu An. K SDLB SLB C Yakut
mengatakan dalam Purwokerto, dalam
perkembangan An. K, pertumbuhan An. M
An. K belum mampu tidak mengalami
berkomunikasi secara keterlambatan, berat
verbal dan tidak dapat badan 67 kg dan tinggi
bicara karena badan 160 cm.
keterlambatan Perkembangan kognitif
perkembangan. An. M tergolong
Perkembangan kognitif dibawah normal, An. M
An. K saat ini belum belum bisa membaca
mampu menulis dan dapat menulis
maupun membaca. dengan bimbingan.
Perawatan kebersihan
diri An. M masih perlu
bantuan orang lain
seperti melakukan
mandi, gosok gigi,
berpakaian, BAB dan
BAK. An. M dalam
berbicara kurang jelas
dalam pengucapannya.
Tn. H dan Ny. E selaku
guru kelas mengatakan
bahwa minat dalam
mengikuti kegiatan di
kelas masih kurang,
dibutuhkan
pendampingan setiap
melakukan aktivitas.
Riwayat penyakit Menurut hasil Ny. K mengatakan An.
dahulu wawancara dengan Ny. M lahir langsung
S setelah proses menangis dengan berat
melahirkan ada refleks badan 3500 gram dan
menangis dari An. K. panjang 60 cm. Ny. K
Anak terlahir dengan mengatakan dirinya
berat badan 3300 gram tidak mengetahui kalau
58

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


(gr) dan panjang 49 An. M memiliki
sentimeter (cm). perbedaan dalam
perkembangan dari
pada anak yang lainnya.
Penyakit waktu kecil Ny. S mengatakan An. Ny. K mengatakan saat
K sering keluar masuk An. M berumur 9 bulan
rumah sakit setelah pernah demam kejang
terkena epilepsi. dan tidak sadarkan diri.

Riwayat dirawat di Ny. S mengatakan saat An. M pernah dirawat


rumah sakit An. K berumur 3 bulan di Rumah Sakit
pernah dirawat selama Elisabeth selama 7 hari
3 hari karena diare di saat berusia 9 bulan
Rumah Sakit Kartini karena sempat tidak
dan saat berusia 7 sadarkan diri setelah
bulan pernah dirawat di panas tinggi dan sempat
RSUD Prof. Dr. koma selama 3 hari.
Margono Soekardjo
selama satu minggu
karena kejang demam,
setelah dilakukan
pemeriksaan EEG
ternyata An. K
mengalami epilepsi.
Obat-obatan yang Tn. N mengatakan Ny. K mengatakan
digunakan obat-obatan yang obat-obatan yang
dikonsumsi oleh An. K pernah dikonsumsi An.
adalah obat obat syaraf M adalah hanya obat-
atau obat-obatan untuk obatan untuk sakit yang
sakit yang dideritanya. dideritanya dan tidak
ada obat yang diminum
secara rutin.
Alergi Ny. S mengungkapkan Ny. K mengatakan An.
bahwa sejauh ini An. K M tidak mempunyai
tidak mempunyai alergi alergi terhadap
terhadap obat, makanan atau obat
makanan maupun apapun.
minuman.
Kecelakaaan Ny. S mengatakan An. Ny. K mengatakan
K tidak pernah bahwa An. M tidak
mengalami kecelakaan pernah mengalami
atau tertabrak apapun. kecelakaan.
Imunisasi Ny. S mengatakan An. Ny. K mengatakan An.
K mendapatkan M mendapatkan
imunisasi secara imunisasi secara
lengkap. Imunisasi lengkap. Imunisasi yang
yang didapatkan adalah didapatkan adalah
hepatitis saat berusia 0 hepatitis saat berusia 0
hari, BCG + Polio saat hari, BCG + Polio saat
59

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


berusia 1 bulan, berusia 1 bulan,
DPT/HB + Polio II saat DPT/HB + Polio II
berumur 2 bulan, saat berumur 2 bulan,
DPT/HB + Polio III saat DPT/HB + Polio III
berusia 3 bulan, saat berusia 3 bulan,
DPT/HB + Polio IV saat DPT/HB + Polio IV
berumur 4 bulan dan saat berumur 4 bulan
campak saat berumur 9 dan campak saat
bulan. berumur 9 bulan.
Riwayat keluarga Tn. N mengatakan jika Ny. K bercerita bahwa
salah satu kakak dari Ny. dirinya merupakan
S ada yang menderita anak terakhir dari 9
hal yang sama dengan bersaudara. Ny. K
An. K, namun sudah menceritakan
meninggal dunia akibat suaminya, Tn. S
tenggelam di sungai. merupakan anak
Pada tahun 2007 Tn. N pertama dari empat
dan Ny. S menikah dan bersaudara. Baik dari
di tahun 2008 Tn. N dan keluarga Ny. K dan
Ny. S dikaruniai anak Tn. S tidak ada yang
pertama yaitu An. K menderita retardasi
yang berjenis kelamin mental seperti An. M.
laki-laki. Saat ini An. K Dari pernikahan Ny. K
sudah berusia 10 tahun. dan Tn. S dikaruniai
tiga orang anak, anak
pertama sudah
menikah dan
mempunyai seorang
anak, anak kedua
meninggal karena
kejang saat berusia 10
tahun dan anak ketiga
yaitu An. M yang
sudah berusia 5 tahun.
Riwayat sosial Ny. S mengatakan An. K Ny. E selaku guru
adalah tipe anak yang yang mengajar An. M
cepat bosan, sulit untuk mengatakan bahwa
berkonsentrasi dan An. M adalah anak
hanya berisyarat jika yang tidak suka jika
menginginkan sesuatu, diberi tugas, sulit unuk
jika keinginannya belum berkonsentrasi,
dipenuhi maka An. K hiperaktif dan sering
akan merajuk kepada berteriak. An. M sudah
orangtuanya. An. K bisa berbicara hanya
merupakan anak yang saja kata yang
cukup aktif dengan diucapkan oleh An. M
berlarian kesana kemari. artikulasinya kurang
An. K akan marah jika jelas.
diledek oleh teman-
60

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Riwayat Penyakit Anak 1 Anak 2


temannya dan hanya
bisa menangis sembari
pulang ke rumah.

d. Pola fungsional Gordon

Pola fungsional gordon anak pertama (An. K) dan anak kedua (An.

M) dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Pola fungsional Gordon anak pertama dan anak kedua

Pola Fungsional
Anak 1 Anak 2
Gordon
1) Pola persepsi Data Subjekif (DS): Tn. Data Subjektif (DS):
kesehatan dan pola N mengatakan sebelum Ny. K mengatakan
manajemen melakukan tes psikologi kesehatan itu penting,
kesehatan di psikiater sebagai saat ada anggoa
syarat mendaftar masuk keluarga yang sakit
ke SLB, An. K pernah Ny. K memberikan
menjalani terapi wicara obat dan jika tidak ada
di RSUD Prof. Dr. perubahan maka
Margono Soekardjo diperiksakan ke dokter
namun sudah berhenti terdekat. Sebelum An.
karena keterbatasan M bersekolah, An. M
waktu Ny. S dan Tn. N pernah menjalani
sendiri. pengobatan herbal dan
Data Objekif (DO): terapi bicara selama
Saat ini Ny. S dan Tn. setengah tahun.
N hanya Data Objektif (DO):
menyekolahkan An. K An. M bersekolah di
di SLB Yakut C SLB C Yakut
Purwokerto dan tidak Purwokerto. Saat An.
melanjutkan terapi M sakit, Ny. K
wicara lagi. langsung membawa
An. M ke dokter
terdekat untuk
mendapat pengobatan.
2) Pola nutrisi DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
bahwa An. K adalah An. M makan 3 kali
anak yang tidak suka sehari dengan porsi
mengonsumsi sayur- sedang dan selalu
sayuran, An. K tidak habis. An. M jarang
mau makan jika ada makan sayur-sayuran,
sayur di piring makanan yang disukai
makannya. Makanan An. M
61

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Pola Fungsional
Anak 1 Anak 2
Gordon
favorit dari An. K adalah bakso, sate dan
adalah mie goreng mie. Dalam sehari An.
instan. An. K minum 6- M minum 8-10 gelas
7 gelas per hari dan perhari.
makan 3 kali sehari DO: Berat badan An.
dengan porsi makan M 67 kg.
sedang. Saat makan An.
K masih disuapi oleh
ibunya dan untuk
minum An. K masih
menggunakan gelas dot
dan tidak mau diganti
dengan gelas apapun.
DO: An. K terlihat
disuapi saat makan dan
saat minum masih
menggunakan dot gelas
yang sudah dipakai
sejak An. K masih bayi.
An. K menghabiskan
makanan yang
disuapkan oleh ibunya.
An. K terliha kurus
dengan Berat Badan
(BB) 21 kilogram (kg).
3) Pola eliminasi DS: Tn. N mengatakan DS: Ny. K
An. K sudah tidak mengatakan dalam
mengompol saat BAK dan BAK An. M
berumur 7 tahun, saat lancar dan tidak ada
malam hari jika An. K gangguan. An. M
ingin Buang Air Kecil BAK kira-kira 4-6 kali
(BAK) An. K perhari berwarna
membangunkan Tn. N kuning jernih dan
untuk menemani. An. K sudah tidak
BAK dengan lancar 5-7 mengompol sejak
kali sehari dengan umur 8 tahun, untuk
warna kuning jernih dan BAB sehari sekali saat
Buang Air Besar (BAB) malam hari dengan
sekali sehari saat pagi konsistensi lunak dan
hari dengan konsistensi berwarna kecoklatan.
lembek kecoklatan. DO: An. M sudah bisa
Dalam proses BAK dan BAB dan BAK sendiri
BAB tidak terdapat namun untuk
hambatan ataupun membersihkannya
gangguan yang berarti. dibantu oleh ibu dan
DO: An. K belum bisa ayahnya.
BAK dan BAB secara
mandiri, masih dibantu
62

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Pola Fungsional
Anak 1 Anak 2
Gordon
oleh orang tuanya.
4) Pola istirahat dan DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
tidur An. K tidur dari pukul setelah pulang sekolah
18.30 sampai pukul An. M tidur siang
04.00 WIB dan tidak selama setengah jam,
tidur lagi. An. K saat malam hari An. M
melakukan tidur siang tidur selama 7 jam dari
hanya sesekali saja. pukul 22. 00 WIB
DO: An. K nampak sampai pukul 05.00
aktif dan banyak WIB.
bergerak saat tindakan DO: An. M terlihat
berlangsung dan tidak segar, aktif dan tidak ada
terlihat ada lingkaran lingkar hitam dibawah
hitam di kantung mata.
matanya.
5) Pola aktivitas dan DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. E selaku guru
latihan An. K belum mandiri kelas An. M mengatakan
dalam melakukan An. M sangat aktif dan
akivitas seperti tidak bisa diam suka
makan, minum, menarik-narik kerudung
mandi, berpakaian gurunya, tidak mau jika
maupun dalam hal diberi tugas. Ny. K
toilet training, dalam mengatakan An. M
hal tersebut An. K sudah mampu makan
masih dibantu oleh dan minum secara
Ny. S dan Tn. N. mandiri walupun masih
DO: An. K terlihat berantakan, untuk mandi
meminta bantuan saat dan berpakaian masih
ingin BAK dan dibantu oleh ayah
disuapi saat makan. ataupun ibunya,
sedangkan untuk BAK
dan BAB An. M bisa
sendiri hanya untuk
membersihkan organ
genetalia masih dibantu
orang lain.
DO: An. M hanya diam
saat diberi tugas oleh
guru dan
mengembalikannya ke
meja guru, An. M suka
berjalan keluar kelas
sebelum jam istirahat.
6) Pola persepsi dan DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
kognitif tidak ada gangguan bahwa An. M belum bisa
pada penglihatan dan berbicara dengan jelas.
pendengaran An. K, Pendengaran An. M
hanya saja An. K sulit tidak memiliki masalah,
63

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Pola Fungsional Anak 1 Anak 2


Gordon
untuk berkonsentrasi penglihatannya kurang
dan cepat bosan. jelas.
DO: An. K merespon DO: An. M terlihat
baik secara nonverbal belum dapat berbicara
saat dilakukan dengan jelas.
tindakan.
7) Pola reproduksi DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
dan seksual tidak ada gangguan An. M sudah
pada alat kelamin An. mengetahui jenis
K. kelaminnya dan sudah
DO: An. K berjenis disunat.
kelamin laki-laki. DO: An. K berjenis
kelamin laki-laki.
8) Pola koping DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
individu An. K jarang An. M akan berteriak
menangis di rumah, jika dipaksa melakukan
karena belum bisa sesuatu atau merasa
berbicara An. K terancam. An. M sangat
menggunakan bahasa dekat dengan Ny. K.
isyarat untuk DO: An. M berteriak
berkomunikasi dan saat didekati temannya
meminta bantuan dan berlari keluar
orang tuanya. mencari ibunya.
DO: An. K berangkat
sekolah diantar dan
ditunggui oleh Ny. S.
9) Pola persepsi dan DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
konsep diri An. K tidak bermain bahwa An. M suka
dengan teman mendengarkan lantunan
sebayanya dan lebih irama Al Qur’an dari
sering bermain di handphone milik ibunya
rumah pamannya serta dan sudah bisa mengaji
dengan anak yang walaupun artikulasinya
lebih kecil. tidak jelas.
DO: An. K sulit DO: An. M terlihat lebih
berkomunikasi dan senang saat
beradaptasi dengan mendengarkan lantunan
lingkungan. Al Qur’an di handphone
ibunya.
10) Pola peran dan DS: Ny. S bercerita DS: Ny. K mengatakan
hubungan bahwa An. K adalah An. M merupakan anak
anak satu-satunya dan ketiga dari tiga
hubungan dalam bersaudara, hubungan
keluarga juga dengan saudara sepupu
harmonis. dan teman-teman di
DO: An. K tinggal sekolah cukup baik.
bersama kedua orang DO: Ny. K terlihat
tuanya di sangat menyayangi
64

Tabel 4.4 (Lanjutan)

Pola Fungsional
Anak 1 Anak 2
Gordon
Desa Karang Nangka. An. M.
11) Pola nilai DS: Ny. S mengatakan DS: Ny. K mengatakan
keyakinan An. K beragama Islam. An. M beragama Islam,
DO: An. K tampak An. M dibesarkan di
diajari untuk menjawab lingkungan dengan
salam. syariat Islam, An. M
sedikit mampu
melafalkan doa-doa
walaupun artikulasinya
kurang jelas, Ny. K
berusaha tetap
mengajari An. M untuk
menghafalkan doa-doa
dan tentang agama
Islam.
An. M sedang
mendengarkan Al
Qur’an dari handphone
ibunya dan
menirukannya.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik anak pertama dan anak kedua dapat dilihat dalam

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Pemeriksaan fisik anak pertama dan anak kedua

Pemeriksaan Anak 1 Anak 2


Keadaan umum Baik Baik
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tanda-tanda vital Nadi (N) 96 x/menit, Nadi (N) 89 x/menit,
respirasi (RR): 23 respirasi (RR): 25
x/menit, suhu (S) 36.2 x/menit, suhu (S) 36.6
0 0
C. C.
Tinggi badan/berat 125 cm/ 21 kg 160 cm/67 kg
badan
Kepala Bentuk mesochepal. Mesochepal.
Rambut Pendek, berwarna Rambut hitam dengan
hitam dan bersih. kebersihan cukup.
Hidung Simetris, tidak ada Bersih, tidak ada
gangguan penciuman gangguan penciuman,
dan tidak ada polip. tidak ada polip dan
ada sekret.
65

Tabel 4.5 (Lanjutan)

Pemeriksaan Anak 1 Anak 2


Mata Bentuk simetris, Pupil isokhor, sklera
juling, pupil isokhor, tidak ikterik,
sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak
konjungtiva tidak anemis dan terdapat
anemis. benjolan kecil di atas
mata sebelah kiri.
Telingga Bersih, daun telinga Simetris, daun telinga
lebar, tidak ada lebar, tidak nampak
serumen dan tidak ada ada serumen, tidak ada
gangguan gangguan
pendengaran. pendengaran, tidak
mengeluarkan cairan
dari telinga.
Mulut Bersih, mukosa bibir Cukup bersih, mukosa
lembab dan tidak ada bibir lembab, sedikit
stomatitis. ada bau mulut, tidak
terdapat stomatitis,
kondisi mulut selalu
terbuka.
Gigi Bersih, tidak ada Terdapat karies gigi.
karies gigi.
Dada Dinding dada simeris. Dinding dada simetris.
Paru-paru Pengembangan paru- Suara vesikuler, tidak
paru kanan dan kiri ada wheezing dan
terlihat dan teraba ronkhi.
Kulit Turgor kulit baik, Turgor kulit baik,
warna kulit sawo warna kulit sedikit
matang dan terdapa gelap dan kuku bersih.
bekas luka gatal-gatal.
Ekstermitas CRT (Capillary Refill Ekstremitas atas cukup
Time) < 3 detik, tidak berisi, jari – jari tangan
ada edema disemua pendek dan gemuk,
ekstermitas dan akral jarak yang lebar antara
hangat. ibu jari dan jari
telunjuk, begitu juga
dengan ekstremitas
bawah, tidak ada
edema dan akral
hangat.

f. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang anak pertama dan anak kedua dapat dilihat

dalam tabel 4.6 berikut ini.


66

Tabel 4.6

Pemeriksaan penunjang anak pertama dan anak kedua

Anak 1 Anak 2
Pemeriksaan psikologis dilakukan Pemeriksaan psikologis dilakukan
pada tangga 9 pada tangga 11
November 2015. Oktober 2015.
a. Aspek kognitif a. Aspek kognitif
IQ grade VI (retardasi mental), IQ grade VI (retardasi mental),
kontak mata kurang optimal, kontak mata optimal,
kemampuan bicara kurang konsentrasi kurang,
optimal, atensi konsentrasi kemampuan bicara kurang
kurang optimal (mudah optimal.
beralih) dan konsep-konsep b. Aspek afektif
dasar: konsep warna (belum Percaya diri kurang optimal,
optimal), konsep bentuk kestabilan emosi kurang
(belum optimal), konsep angka optimal, penyesuaian diri
dan konsep menghitung (belum kurang optimal, sosialisasi
optimal) konsep huruf dan masih butuh pendampingan,
kemampuan baca-tulis (belum perawatan diri belum optimal.
optimal). c. Aspek motorik
b. Aspek afektif Motorik kasar cukup optimal,
Motivasi/ kemauan cukup motorik halus belum optimal.
optimal, kemandirian belum
optimal, sosialisasi kurang
optimal, kepercayaan diri
kurang optimal dan kestabilan
emosi kurang optimal.
c. Aspek motorik
Motorik kasar dan halus
kurang optimal.

g. Pemeriksaan tumbuh kembang

Pemeriksaan tumbuh kembang anak pertama dan anak kedua dapat

dilihat dalam tabel 4.8 sebagai berikut.

Tabel 4.7

Pemeriksaan tumbuh kembang anak pertama dan anak kedua


Riwayat Tumbuh
Anak 1 Anak 2
Kembang
Bahasa An. K belum dapat An. M sudah bisa
berkomunikasi secara berkomunikasi hanya
verbal karena saja masih kurang jelas
mengalami dalam pembawaanya.
keterlambatan
perkembangan dalam
67

Tabel 4.7 (Lanjutan)

Riwayat Tumbuh
Anak 1 Anak 2
Kembang
berbicara.
Motorik halus An. K belum bisa An. M sudah bisa
menulis baik angka menulis beberapa huruf
maupun huruf, An. K dan angka. An. M juga
juga belum mampu bisa menggambar
menggambar maupun beberapa bangun datar
membaca. An. K hanya seperti bentuk
bisa menulis dan lingkaran, persegi dan
menggambar coret- segitiga serta mewarnai
coretan tanpa arti. An. namun tidak rapi. An.
K sedikit bisa M belum bisa membaca
mewarnai hanya saja karena penglihatannya
dengan coret-coretan yang kurang jelas.
yang kurang rapih dan
tidak diselesaikan.
Motorik kasar An. K dapat berjalan Ny. K mengatakan An.
saat berusia 2 tahun. M dapat berjalan saat
Saat ini, An. K dapat berusia 3 tahun,
bergerak dengan aktif sekarang An. M dapat
dan dapat berjalan bergerak dengan bebas
secara mandiri tanpa dan aktif tanpa adanya
adanya bantuan, An. K hambatan.
juga mampu berlarian.
Sosial Ny. S mengatakan Ny. K mengatakan An.
bahwa An. K hampir M di sekolah jarang
tidak pernah bermain bermain dengan teman
dengan teman di kelasnya. Saat
sebayanya, An. K dirumah An. M sering
hanya bermain dengan bermain dengan teman
sepupunya yang yang lebih kecil
berusia 3 tahun dan darinya.
anak-anak yang lebih
kecil darinya.

2. Analisa data

Analisa data pada pengelolaan kasus retardasi mental dengan masalah

keperawatan gangguan penyesuaian individu dapat dilihat secara dalam

tabel 4.8 berikut ini.


68

Tabel 4.8

Analisa data pada anak pertama dan anak kedua

No Data Fokus Penyebab Masalah


Anak 1
1. DS: Ny. S mengatakan bahwa An. K Inteligensia yang Gangguan
kesulitan dalam beradaptasi rendah penyesuaian
dengan teman seumurannya. individu
An. K yang mengalami (00210)
kesulitan beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan
lingkungannya disebabkan
karena tidak ada komunikasi
secara verbal karena
keterlambatan
perkembangannya. An. K juga
cepat bosan dalam berakivitas.
Guru An. K mengatakan saat
di kelas An. K kurang
memperhatikan pelajaran.
DO: An. K terlihat sulit
berkonsentrasi dan tidak ada
kontak mata dengan orang lain
saat diajak berkomunikasi.
2. DS: Ny. S mengatakan An. K belum Gangguan Hambatan
mampu berkomunikasi secara perkembangan komunikasi
verbal dan tidak dapat bicara verbal
karena keterlambatan (00051)
perkembangan.
DO: Tidak ada kontak mata dengan
orang lain saat diajak
berkomunikasi. An. K
mengeluarkan suara hanya saat
terawa saja.
Anak 2
1. DS: Ny. K mengatakan bahwa An. M Inteligensia yang Gangguan
mengalami kesulitan rendah penyesuaian
berinteraksi atau berkomunikasi individu
sehingga sulit untuk (00210)
menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan teman
sebayanya. An. M sulit untuk
berkonsentrasi dan mempunyai
pandangan yang kurang jelas.
Tn. H dan Ny. E selaku guru
kelas mengatakan bahwa minat
dalam mengikuti kegiatan di
kelas masih kurang, dibutuhkan
pendampingan setiap
melakukan aktivitas. Ny. E
selaku guru yang mengajar
69

Tabel 4.8 (Lanjutan)

No Data Fokus Penyebab Masalah


An. M mengatakan bahwa An. M
adalah anak yang tidak suka jika
diberi tugas. An. M merupakan tipe
anak yang cepat bosan dalam
pembelajaran. Saat dirumah An. M
sering bermain dengan teman yang
lebih kecil darinya.
DO: An. M terlihat kurang minat dalam
mengikuti kegiatan sekolah. An. M
yang sering keluar kelas sebelum
jam istirahat. An. M hanya diam
saat diberi tugas oleh guru dan
mengembalikannya ke meja guru.
2. DS: Ny. K mengatakan bahwa An. M Kendala Hambatan
mengalami kesulitan berinteraksi komunikasi interaksi
atau berkomunikasi dengan orang sosial
lain. Ny. K mengatakan An. M (00052)
sudah bisa berbicara hanya saja kata
yang diucapkan oleh
An. M artikulasinya kurang jelas
dan penglihatannya kurang jelas.
Ny. K mengatakan An. M di
sekolah jarang bermain dengan
teman di kelasnya.
DO: An. M berteriak saat didekati
temannya. An. M sering bermain
dengan teman yang lebih kecil
darinya.

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada pengelolaan asuhan

keperawatan pada An. K dan An. M berdasarkan data hasil pengkajian

yang penulis lakukan, maka penulis mengambil fokus diagnosa gangguan

penyesuaian individu berhubungan dengan intelegensia yang rendah dan

berdasarkan pada data An. K dan An. M ditemukan diagnosa

keperawatan lain yaitu hambatan komunikasi verbal pada An. K dan

hambatan interaksi sosial pada An. M.


70

4. Perencanaan

Perencanaan pengelolaan kasus pada An. K dan An. M dengan masalah

keperawatan gangguan penyesuaian individu dapat dilihat pada tabel 4.9

sebagai berikut.

Tabel 4.9

Tabel perencanaan keperawatan pada anak pertama dan anak kedua

Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Anak 1
1. Gangguan penyesuaian individu NIC: Peningkatan Sosialisasi
(00210) berhubungan dengan (5100)
intelegensia yang rendah. a. Anjurkan peningkatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keterlibatan dalam hubungan
keperawatan selama 5 hari kunjungan yang sudah mapan.
diharapkan klien dapat berbaur dengan b. Anjurkan kesabaran dalam
teman-temannya. pengembangan hubungan.
NOC: Keterlibatan sosial (1503) c. Tingkatkan hubungan
Skala dengan orang-orang yang
No Kriteria Hasil memiliki minat dan tujuan
Awal Tujuan
1 Berinteraksi 2 5 yang sama.
dengan teman d. Anjurkan kegiatan sosial dan
dekat masyarakat.
e. Tingkatkan berbagi masalah
2 Berinteraksi 2 5 umum dengan orang lain.
dengan tetangga f. Anjurkan kejujuran dalam
3 Berinteraksi 3 5 mempresentasikan diri
dengan anggota sendiri kepada orang lain.
keluarga g. Tingkatkan keterlibatan
4 Berinteraksi 2 5 dalam minat yang sama
dengan anggota sekali baru.
kelompok kerja h. Anjurkan penghormatan
5 Berpartisipasi 1 5 terhadap hak-hak orang lain.
sebagai anggota i. Fasilitasi penggunaan alat
gereja (tempat bantu defisit sensorik seperti
ibadah) kacamata dan alat bantu
6 Berpartisipasi 1 5 dengar.
dalam aktivitas j. Anjurkan partisipasi dalam
gereja (tempat kelompok atau kegiatan-
ibadah) kegiatan reminiscene
7 Berpartisipasi 2 5 individu.
dalam aktivitas k. Fasilitasi partisipasi pasien
yang dalam kelompok
terorganisir mendongeng.
8 Berpartisipa si 2 5 l. Rujuk pasien pada kelompok
dalam organisasi keterampilan interpersonal
71

Tabel 4.9 (Lanjutan)

Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Anak 1
atau program dimana
Skala pemahaman mengenai
No Kriteria Hasil
Awal Tujuan transaksi dapat ditingkatkan.
9 Berpartisipasi 1 5 m. Izinkan pengujian terhadap
sebagai relawan keterbatasan interpersonal.
10 Berpartisipasi 3 5 n. Berikan umpan baik
dalam aktivitas mengenai perbaikan dalam
waktu luang perawatan penampilan
11 Berpartisipasi 2 5 pribadi atau kegiatan-
sebagai tim kegiatan lainnya.
olahraga o. Bantu meningkatkan
kesadaran pasien mengenai
Anak 2
kekuatan dan keterbatasan-
2. Gangguan penyesuaian individu keterbatasan dalam
(00210) berhubungan dengan berkomunikasi dengan orang
intelegensia yang rendah. lain.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan p. Lakukan bermain peran
keperawatan selama 5 hari kunjungan dalam rangka berlatih
diharapkan klien dapat berbaur dengan meningkatkan keterampilan
teman-temannya. dan teknik komunikasi.
NOC: Keterlibatan sosial (1503) q. Berikan model peran yang
Skala mengekspresikan kemarahan
No Kriteria Hasil
Awal Tujuan dengan tepat.
1 Berinteraksi 2 5 r. Konfrontasi pasien mengenai
dengan teman adanya gangguan penilaian,
dekat disaat yang tepat.
2 Berinteraksi 2 5 s. Minta dan harapkan
dengan tetangga komunikasi verbal.
3 Berinteraksi 3 5 t. Berikan umpan balik positif
dengan anggota saat pasien bersedia
keluarga menjangkau orang lain.
4 Berinteraksi 2 5 u. Anjurkan pasien untuk
dengan anggota mengubah lingkungan,
kelompok kerja seperti pergi ke luar untuk
5 Berpartisipasi 3 5 jalan-jalan atau ke bioskop.
sebagai anggota v. Fasilitasi masukan pasien
gereja (tempat dan perencanaan kegiatan di
beribadah) masa depan.
Berpartisipa si w. Anjurkan perencanaan
6 dalam aktivitas 3 5 kelompok kecil untuk
gereja (tempat kegiata-kegiatan khusus.
beribadah) x. Jelajahi kekuatan dan
7 Berpartisipasi 2 5 kelemahan yang ada pada
dalam aktivitas jaringan hubungan-
yang hubungan saat ini.
terorganisir
8 Berpartisipasi 2 5
72

Tabel 4.9 (Lanjutan)

Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Anak 2

Skala
No Kriteria Hasil
Awal Tujuan
dalam organisasi
9 Berpartisipasi 2 5
sebagai relawan
10 Berpartisipasi 3 5
dalam aktivitas
waktu luang
dengan orang
lain
11 Berpartisipasi 2 5
sebagai tim
olahraga
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3.Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
73

5. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 3 Januari 2019 sampai 7 Januari 2019 untuk An. M dan pada tanggal 21 Maret

2019 berakhir pada 25 Maret 2019 untuk An. K dalam asuhan keperawatan gangguan penyesuaian individu.

Tabel 4.10

Implementasi keperawatan pada anak pertama dan anak kedua

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
I An. K a. Membina hubungan 08.15 a. Ny. Y selaku wali 08.30 a. Ny. E selaku guru
pada saling percaya dengan kelas paham kelas
Kamis, 21 wali kelas dengan dengan maksud dan mempersilahkan
Maret menjelaskan maksud tujuan mahasiswa penulis untuk
2019 dan dan tujuan kunjungan dan An. K mau langsung menangani INES
An. M serta kepada anak 1 berjabat tangan, An. M. Respon An.
pada dan 2 dengan berjabat hanya diam saja M kepada penulis
Kamis, 03 tangan mengenalkan saat ditanya saat berkenalkan diri
Januari diri dan menanyakan namanya. ke adalah menarik
2019 nama kepada anak 1 tangan penulis.
dan 2.
b. Melakukan 08.30 b. Ny. Y mengatakan 08.40 b. Menurut Tn. H dan
wawancara dengan An. K merupakan Ny. E selaku guru
wali kelas untuk anak yang sulit kelas mengatakan
pengkajian mengenai beradaptasi dengan bahwa minat dalam INES
perilaku anak selama lingkungan dan mengikuti kegiatan
74

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
pembelajaran di kelas. jarang di kelas masih
berkomunikasi kurang, dibutuhkan
dengan teman- pendampingan setiap
temannya. melakukan aktivitas.
Ny. E selaku guru
yang mengajar An.
M mengatakan
bahwa An. M adalah
anak yang tidak suka
jika diberi tugas.
c. Membina hubungan 08.55 c. Ny. S, ibu An. K 08.55 c. Ny. K, ibu dari An.
saling percaya dengan mau mengulurkan M paham dan
keluarga dengan tangannya untuk mengerti apa yang
berjabat tangan dan berjabat tangan dan penulis sampaikan. INES
berkenalan dengan ibu berkenalan serta
anak serta mengatakan paham
menjelaskan maksud dengan yang
dan tujuan dari dijelaskan penulis
pengelolaan kasus. mengenai maksud
dan tujuan
pengelolaan kasus.
d. Meminta persetujuan 09.00 d. Ny. S mengatakan 09.05 d. Ny. K bersedia An.
keluarga untuk bersedia An. K M dijadikan sebagai
menjadi responden dijadikan sebagai responden dalam INES
75

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
dalam penyusunan responden dan pengelolaan kasus
laporan kasus dengan menandatangani penulis dan
penandatanganan informed concent. menandatangani surat
informed concent. persetujuan.
e. Mengkaji ibu untuk 09.15 e. Ny. S menjawab 09.10 e. Ny. K mengatakan
mendapatkan data semua peranyatan bahwa An. M
tentang anak dengan dan mengatakan mengalami kesulitan
menanyakan biodata bahwa An. K berinteraksi atau INES
dan riwayat kesehatan sekarang kesulitan berkomunikasi
anak dari dalam beradaptasi atau sehingga sulit untuk
kandungan sampai menyesuaikan diri menyesuaikan diri
sekarang. dengan dengan lingkungan
lingkungannya dan teman
disebabkan karena sebayanya. An. M
tidak ada sulit untuk
komunikasi secara berkonsentrasi dan
verbal karena mempunyai
keterlambatan pandangan yang
perkembangannya. kurang jelas. An. M
merupakan tipe anak
yang cepat bosan
dalam pembelajaran.
Saat dirumah An. M
sering bermain
76

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
dengan teman yang
lebih kecil darinya.
Ny. K mengatakan
An. M sudah bisa
berbicara hanya saja
kata yang diucapkan
oleh An. M
artikulasinya kurang
jelas. Ny. K
mengatakan An. M di
sekolah jarang
bermain dengan
teman di kelasnya.
f. Melakukan 10.00 f. Saat dilakukan 09.35 f. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik pemeriksaan An. K pemeriksaan fisik,
pada anak. sedikit kaku. An.M banyak
bergerak sehingga INES
penulis mengalami
sedikit kesulitan.
g. Meminta dan 10.15 g. An. K hanya diam 09.50 g. Kata yang terucap
mengharapkan dan tidak dari An. M saat
komunikasi verbal mengatakan apapun diajak berbicara
dengan cara karena mengalami adalah “ulu ala” INES
menginstruksikan yang berarti “bu guru
77

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
kepada anak untuk keterlambatan galak”, An. M
bicara pelan (NIC: berbicara. mengucapkan dengan
Peningkatan keras.
Sosialisasi, intervensi
s).
h. Menganjurkan untuk 11.30 h. An. K nampak 10.00 h. An. M masih
mengungkapkan lebih tenang saat terdengar berbicara
kemarahan dengan diminta untuk tidak “ulu ala” namun
tidak berteriak berteriak. dengan suara yang
INES
berhubungan dengan lebih lirih.
intervensi
memberikan model
peran yang
mengekspresikan
kemarahan dengan
tepat (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
q).
i. Melakukan kontrak 11.45 i. Ny. Y mengizinkan 11.45 i. Ny. E sangat senang
dengan guru bahwa dilakukan terapi dan
besok akan bermain peran. memperbolehkan
melakukan terapi jika penulis akan
bermain peran. melakukan bermain INES
78

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
peran untuk An. M.
I An. K a. Mempersiapkan 09.00 a. Ruang kelas, anak- 09.00 a. Ruang kelas, media
pada peralatan satuan anak, media sudah dan peserta sudah siap
Jumat, 22 acara bermain peran siap. di ruang kelas lima
Maret untuk anak-anak SDLB Yakut C INES
2019 dan kelas empat dan lima Purwokerto.
An. M SDLB SLB Yakut C
pada Purwokerto untuk
Jumat, 04 memfasilitasi anak
Januari dalam partisipasi
2019 kelompok
mendongeng (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
g dan k).
b. Melakukan bermain 09.30 b. Bermain peran 09.15 b. An. M terlihat duduk
peran dalam rangka diikuti oleh An. K disebelah sisi kanan
berlatih dan teman-teman kelas dengan tenang.
meningkatkan sekelasnya.
INES
keterampilan dan
teknik komunikasi
(NIC: Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
p).
79

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
c. Memulai terapi 09.40 c. An. K mendapat 09.30 c. An. M mendapat
bermain dengan bagian memainkan media yang
permainan untuk peran sebagai bergambar bendera
mendapatkan bagian seorang guru, An. merah putih, An. M
yang siapa yang akan K mau maju dengan temannya INES
memainkan peran kedepan walau menceritakan saat
sebagai intervensi dari hanya berdiri dan upacara terdapat
peningkatan tidak mengucapkan bendera merah putih.
keterlibatan dalam sepatah kata. Namun yang
hubungan yang sudah diucapkan An. M
mapan dan anjuran hanya kata “ah dan
kejujuran dalam ih” yang berarti
mempresentasikan “merah dan putih”.
diri sendiri kepada INES
orang lain (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
a dan f).
d. Memberikan tepuk 10.00 d. An. K kembali 09.55 d. An. M terlihat
tangan kepada anak duduk di tempat senang saat teman-
sebagai umpan balik duduknya. temannya
positif saat pasien memberikan tepuk
bersedia menjangkau tangan untuknya. INES
orang lain (NIC:
80

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
t).
e. Menganjurkan 10.10 e. An. K duduk 10.10 e. An. M Nampak
penghormatan dengan tenang dan mengalamun saat
terhadap hak-hak memperhatikan ke temannya mendapat
orang lain dengan depan kelas. giliran untuk INES
cara meminta anak memainkan peran.
untuk memperhatikan
temannya yang
sedang memainkan
peran di depan (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
h).
f. Menanyakan 10.25 f. Anak-anak 10.25 f. An. M terlihat
bagaimana perasaan mengatakan senang berteriak senang
setelah dilakukannya bisa bermain dan sembari berkata “a”
bermain peran kepada An. K terlihat yang berarti “ya” An. INES
anak anak sebagai terawa senang serta M merasa senang.
umpan baik mengenai tidak berkata.
perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi dan
81

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
berhubungan dengan
intervensi untuk
ungkap pertanyaan
dimana anak dapat
menjawab dengan
menggunakan
jawaban sederhana ya
atau tidak (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
n).
g. Melakukan kontrak 11.45 g. Ny. S mengatakan 11.30 g. Ny. K mengatakan
dengan anak dan dengan senang hati bahwa penulis boleh
keluarga untuk mempersilakan jika berkunjung ke rumah
melakukan kunjungan penulis melakukan jika mau. INES
ke rumah untuk kunjungan rumah.
pertemuan berikutnya.

I An. K a. Melakukan kunjungan 12.30 a. Ny. S dan Tn. N 11.30 a. Ny. K menyambut
pada ke rumah An. K menyambut dengan kehadiran penulis
Sabtu, 23 dengan sopan dan hangat kedatangan dengan ramah dan
Maret santun. penulis. hangat serta INES
2019 dan mempersilakan
An. M penulis untuk duduk.
82

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
pada b. Menanyakan kepada 12.40 b. Ny. S mengatakan 11.40 b. Ny. K mengatakan
Sabtu, 05 keluarga sejak kapan saat An. k berusia 7 penyebab dari
Januari dan penyebab yang tahun kondisi An. M
2019 keluarga ketahui memeriksakannya sekarang adalah
tentang anak yang ke psikiater dan demam saat An. M INES
menderita retardasi mengatakan An. K berusia sembilan
mental. mempunyai riwayat bulan.
epilepsi.
c. Melakukan 12.50 c. Ny. S mengatakan 11.45 c. Ny. K mengatakan
pendidikan kesehatan paham dan ternyaa paham dengan apa
yang meliputi banyak hal yang yang disampaikan
pengertian, penyebab, dapat yang menjadi oleh penulis. INES
klasifikasi, penyebab dari
penatalaksanaan dan retardasi mental.
pencegahan dari
retardasi mental.
d. Meningkatkan 13.30 d. Ny. S mengatakan 12.15 d. Ny. K mengatakan
hubungan dengan selalu berangkat ke alasan An. M masuk
orang-orang yang sekolah dan ke SLB adalah agar
memiliki minat dan berusaha mengikuti An. M dapat bermain INES
tujuan yang sama kegiatan di kelas dan berkomunikasi
dengan menganjurkan terkecuali saat An. dengan anak-anak
agar anak rajin K atau Ny. S yang sama dengan
berangkat dan sedang sakit. An. M, karena di
83

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
mengikuti rumah An. M lebih
pembelajaran di SLB sering bermain
(NIC: Peningkatan dengan anak-anak
Sosialisasi, intervensi normal yang lebih
c). kecil darinya.
e. Menganjurkan 13.50 e. Ny. S mengatakan 12.20 e. Ny. K mengatakan
keluarga untuk bahwa terkadang An. M sangat senang
memodifikasi mengajak An. K jika di ajak untuk
lingkungan dengan pergi ke kolam pergi ke alun-alun
INES
mengajak pergi ke renang untuk dan bermain
luar untuk jalan-jalan rekreasi. gelembung-
(NIC: Peningkatan gelembung.
Sosialisasi, intervensi
u).
f. Menganjurkan 13.55 f. Ny. S kooperatif 12.30 f. Jika ada pengajian,
kegiatan sosial dan dan mengatakan Ny. K mengajak An.
masyarakat dengan paham serta akan M untuk ikut agar
menyarankan orang lebih sering bisa bertemu dengan
INES
tua agar lebih sering mengajak An. K banyak orang.
mengajak anak saat ada arisan.
bersosialisasi saat ada
acara dimasyarakat
(NIC: Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
84

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
d).
g. Menanyakan apakah 14.00 g. Ny. S mengatakan 12.40 g. Di sekolah An. M
anak sering bermain An. K lebih sering jarang bermain
dengan teman atau bermain dengan dengan teman-
tidak untuk anak-anak yang temannya dan di INES
menjelajahi kekuatan lebih kecil darinya. rumah lebih sering
dan kelemahan yang bermain dengan anak
ada pada jaringan yang lebih kecil
hubungan-hubungan darinya.
saat ini (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
x).
h. Melakukan kontrak 14.10 h. Ny. S menyetujui 13.45 h. Ny. K
waktu dengan anak kontrak waktu yang memperbolehkan
dan orang tua untuk akan datang pada penulis untuk
pertemuan Minggu, 24 Maret melakukan INES
berikutnya. 2019. kunjungan lagi pada
hari Minggu, 06
Januari 2019.
I An. K a. Membina hubungan 09.00 a. Ibu An. K senang 09.00 a. Ny. K mengawali
pada saling percaya dengan saat mahasiswa pembicaraan dengan
Minggu, anak dan datang dan Ny. S ramah.
21 Maret mengajaknya menceritakan INES
85

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
2019 dan berbincang-bincang mengenai An. K.
An. M dengan ibu.
pada b. Menganjurkan 09.10 b. Ny. S mengatakan 09.15 b. An. M lebih tenang
Minggu, kesabaran dalam paham sembari dan tidak berteriak-
06 Januari pengembangan mengelus-elus teriak lagi saat
2019 hubungan dengan kepala An. K. bertemu penulis. INES
teman-temannya
dengan memotivasi
untuk tidak berteriak
saat marah (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
b).
c. Meganjurkan orang 09.30 c. Orang tua An. K 09.20 c. Ny. K mengatakan
tua untuk lebih sering menerima saran akan sering
mengajak anak yang dianjurkan mengajak An. M
berkomunikasi agar oleh penulis dan berkomunikasi dan INES
dapat mengungkapkan akan lebih sering mengajari An. M
kesulitan yang dialami lagi mengajak An. mengaji sebagai
(NIC: Peningkatan K mengobrol dan pondasinya.
Sosialisasi, intervensi mengajari An. K
e). untuk berbicara.
d. Menganjurkan 10.10 d. Ny. S menerima 09.30 d. Ny. K mengatakan
partisipasi anak dalam saran dari penulis An. M sering pergi
86

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
kelompok saat dan akan ke masjid saat adzan
kegiatan belajar di meningkatkan berkumandang untuk
sekolah atau kegiatan kegiatan kelompok sholat berjamaah dan
masyarakat dengan untuk An. K. mengaji.
INES
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
j dan w).
e. Membantu 10.25 e. An. K sudah mulai 09.45 e. An. M mulai
meningkatkan mau menatap memanggil penulis
kesadaran pasien pandangan orang dengan panggilan
mengenai kekuatan lain dan mendekat “kakak” walau INES
dan keterbatasan- ke penulis. artikulasinya masih
keterbatasan dalam belum jelas.
berkomunikasi
dengan orang lain
dengan cara mengajak
anak berkominukasi
(NIC: Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
o).
f. Melakukan kontrak 10.45 f. Ny. S menyetujui 10.30 f. Ny. K dengan senang
waktu dengan An. K kontrak waktu yang hati mempersilakan
87

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
dan orangtua An. K akan datang pada penulis jika besok
untuk pertemuan Senin, 25 Maret akan melakukan
berikutnya. 2019 pukul 13.00 kunjungan kembali.
WIB. INES
I An. K a. Melakukan kunjungan 13.00 a. Ny. S menyambut 14.30 a. Ny. K dan An. M
pada ke rumah anak dengan dengan ramah menyambut
Senin, 25 sopan dan santun. kedatangan penulis kedatangan penulis
Maret untuk berkunjung. dengan ramah dan
INES
2019 dan senyum yang hangat.
An. M b. Mengonfrontasi 13.25 b. An. K terlihat 14.40 b. An. M akan berteriak
pada pasien mengenai berteriak jika ada jika ada hal yang
Senin, 07 adanya gangguan sesuatu yang dia membuatnya takut.
Januari penilaian tentang hal tidak suka.
INES
2019 yang dianggapnya
mengancam (NIC:
Peningkatan
Sosialisasi, intervensi
r).
c. Menganjurkan 13.35 c. Ny. S mengatakan 15.00 c. Ny. K mengatakan
pengujian terhadap untuk kedepannya akan memeriksakan
keterbatasan akan mencoba psikis An. M lagi
interpersonal pada melakukan untuk mengetahui
INES
ahlinya (NIC: pemeriksaan lagi perkembangan dari
Peningkatan kepada An. K. An. M.
88

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
Sosialisasi, intervensi
m).
d. Mengevaluasi hasil 14.25 d. Perhatian Tn. n dan 15.35 d. An. M lebih berani
tindakan selama 5 Ny. S tertuju pada untuk tampil di
hari, meminta anak An. K. An. K mau depan umum, lebih
untuk menggambar mewarnai gambar jarang berteriak, INES
salah satu buah dan buah hanya dengan lebih berkonsentrasi
mewarnainya, coretan-coretan mampu
meminta anak untuk dengan warna yang menyebutkan
menyebutkan nama tidak sesuai dan beberapa warna dan
buah dan warnanya, belum mampu mampu menulis
serta mengevaluasi menyebutkan nama dengan bimbingan
ibu mengenai cara serta warnanya, Ny. K. Ny. K akan
menangani anak An. K hanya terus berusaha untuk
keterlambatan bicara mengeluarkan memperlancar cara
dan mendiskusikan suara yang belum berbicara An. M
besama orangtua jelas. Ny. S secara agamis.
mengenai rujukan mengatakan akan
pada terapis (NIC: lebih sering
Peningkatan mengajak
Sosialisasi, intervensi berkomunikasi dan
v). mengajari An. K
berbicara secara
perlahan. Namun,
89

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Hari, Respon
Dx Tindakan Keperawatan Paraf
tanggal Waktu Anak 1 Waktu Anak 2
jika untuk kembali
menjalani terapi
wicara, keluarga
An. K belum
menyanggupinya.
e. Melakukan terminasi 14.50 e. Keluarga An. K 15.50 e. Ny. K merasa senang
kepada anak dan merasa senang, dan karena penulis sering
keluarga. berterima kasih berkunjung dan
karena telah melatih membantu melatih
INES
An. K dalam An. M untuk bisa
berkomunikasi dan beradaptasi dan
memotivasi untuk berinteraksi dengan
tampil di depan lingkungan sekitar.
umum.
f. Mengucapkan terima 15.00 f. Keluarga An. K f. Ny. K berdoa
kasih atas bantuannya merasa senang dan 16.00 semoga ilmu yang
selama proses berterima kasih dimiliki penulis akan INES
pengelolaan. serta memotivasi bermanfaat bagi
penulis. banyak orang.
90

6. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan gangguan penyesuaian individu pada An. K dan An. M dapat dilihat dalam table 4.11 sebagai

berikut.

Tabel 4.11

Evaluasi keperawatan pada anak pertama dan anak kedua

Hari, Catatan Perkembangan


Dx Paraf
tanggal Anak 1 Anak 2
Anak 1 I S: Ny. S mengatakan An. K mau membantunya S: Ny. K mengatakan An. M sudah mampu
(An. K) memasak di dapur untuk mengambilkan membaur dengan teman-temannya.
Senin, 07 bumbu-bumbu masakan. O: An. M lebih berani untuk tampil di depan
Januari O: An. K terlihat lebih konsentrasi dari hari umum dan lebih berkonsentrasi.
2019 sebelumnya saat mewarnai gambar. A: Masalah gangguan penyesuaian individu INES
Anak 2 A: Masalah gangguan penyesuaian individu (00210) teratasi sebagian dengan indikator
(An. M) teratasi sebagian dengan indikator sebagai sebagai berikut:
Senin, 25 berikut:
Maret NOC: Keterlibatan Sosial (1503) NOC: Keterlibatan sosial (1503)
2019. Skala Skala
No Kriteria Hasil No Kriteria Hasil
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
1 Berinteraksi 1 Berinteraksi
dengan teman 2 5 3 dengan teman 2 5 3
dekat dekat
2 Berinteraksi 2 Berinteraksi
2 5 3 2 5 3
dengan tetangga dengan tetangga
91

Tabel 4.11 (Lanjutan)

Hari, Catatan Perkembangan


Dx Paraf
tanggal Anak 1 Anak 2

Skala Skala
No Kriteria Hasil No Kriteria Hasil
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
3 Berinteraksi 3 Berinteraksi
dengan anggota 3 5 4 dengan anggota 3 5 4 INES
keluarga keluarga
4 Berinteraksi 4 Berinteraksi
dengan anggota 2 5 3 dengan anggota 2 5 3
kelompok kerja kelompok kerja
5 Berpartisipasi 5 Berpartisipasi
sebagai anggota sebagai
1 5 1 3 5 4
gereja (tempat anggota gereja
ibadah) (tempat ibadah)
6 Berpartisipasi 6 Berpartisipasi
dalam aktivitas dalam aktivitas
1 5 1 3 5 4
gereja (tempat gereja (tempat
ibadah) ibadah)
7 Berpartisipasi 7 Berpartisipasi
dalam aktivitas dalam aktivitas
2 5 3 2 5 3
yang yang
terorganisir terorganisir
8 Berpartisipasi 8 Berpartisipasi
dalam 2 5 2 dalam 2 5 2
organisasi organisasi
92

Tabel 4.11 (Lanjutan)

Hari, Catatan Perkembangan


Dx Paraf
tanggal Anak 1 Anak 2

Skala Skala
No Kriteria Hasil No Kriteria Hasil
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
9 Berpartisipasi 9 Berpartisipasi
1 5 1 1 5 1
sebagai relawan sebagai relawan INES
10 Berpartisipasi 10 Berpartisipasi
dalam aktivitas dalam aktivitas
waktu luang 3 5 4 waktu luang 3 5 4
dengan orang dengan orang
lain lain
11 Berpartisipasi 11 Berpartisipasi
sebagai tim 2 5 2 sebagai tim 2 5 3
olahraga olahraga
P: Pertahankan intervensi pada keluarga: P: Pertahankan intervensi pada keluarga:
1. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang 1. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang
yang memiliki minat dan tujuan yang yang memiliki minat dan tujuan yang
sama dalam kesehariannya. sama dalam kesehariannya.
2. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat 2. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat
dalam kesehariannya. dalam kesehariannya.
3. Anjurkan kejujuran dalam 3. Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri sendiri kepada mempresentasikan diri sendiri kepada
orang lain dalam kesehariannya. orang lain dalam kesehariannya.
4. Anjurkan partisipasi dalam kelompok atau 4. Anjurkan partisipasi dalam kelompok atau
kegiatan-kegiatan reminiscene individu kegiatan-kegiatan reminiscene individu
93

Tabel 4.11 (Lanjutan)

Hari, Catatan Perkembangan


Dx Paraf
tanggal Anak 1 Anak 2
dalam kesehariannya. dalam kesehariannya.
5. Berikan umpan baik mengenai perbaikan 5. Berikan umpan baik mengenai
dalam perawatan penampilan pribadi atau perbaikan dalam perawatan penampilan
kegiatan-kegiatan lainnya dalam pribadi atau kegiatan-kegiatan lainnya
kesehariannya. dalam kesehariannya. INES
6. Berikan model peran yang 6. Berikan model peran yang
mengekspresikan kemarahan dengan tepat mengekspresikan kemarahan dengan
dalam kesehariannya. tepat dalam kesehariannya.
7. Berikan umpan baik mengenai perbaikan 7. Minta dan harapkan komunikasi verbal
dalam kesehariannya. dalam kesehariannya.
8. Berikan umpan balik positif saat pasien 8. Berikan umpan balik positif saat pasien
bersedia menjangkau orang lain dalam bersedia menjangkau orang lain dalam
kesehariannya. kesehariannya.
9. Minta dan harapkan komunikasi verbal
dalam kesehariannya.
94

B. Pembahasan

Penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi antara teori dan

laporan kasus asuhan keperawatan anak retardasi mental dengan fokus studi

gangguan penyesuaian individu di SLB Yakut C Purwokerto pada An. K dan

An. M. Penulis melakukan tindakan selama 5 kali kunjungan pada setiap

anak. Anak pertama (An. K) dilakukan pada 21 Maret-25 Maret 2019 dan

anak kedua (An. M) dilakukan kunjungan pada 3 Januari- 7 Januari 2019.

1. Pengkajian

Pengkajian identitas pada anak pertama yaitu An. K, berjenis

kelamin laki-laki dan lahir di Banyumas, 12 Oktober 2008, sehingga saat

ini berusia 10 tahun. An. K tinggal di Karang Nangka RT 03 RW 04,

bersama dengan kedua orangtuanya. Ayah An. K bernama Tn. N berusia

43 tahun dan Ibu An. K bernama Ny. S berusia 40 tahun. Tn. N dan Ny. S

berasal dari suku Jawa bangsa Indonesia, beragama islam, pendidikan

terakhir Tn. N adalah SD dan pendidikan terakhir Ny. S sama yaitu SD.

Tn. N bekerja sebagai buruh sedangkan Ny. S bekerja sebagai pedagang.

Penghasilan keluarga Tn. N kurang lebih Rp 1.000.000, - /bulan.

Identitas pada anak kedua, yaitu An. M yang berusia 15 tahun dan

berjenis kelamin laki-laki. An. M lahir di Banyumas, 18 Agustus 2003.

An. M tinggal di Pasir Kulon RT 01 RW 02 Karang Lewas, Ayah An. M

yaitu Tn. S berusia 46 tahun dan Ny. K berusia 50 tahun. Tn. S dan Ny. K

berasal dari suku Jawa bangsa Indonesia, beragama islam, pendidikan

terakhir Tn. S dan Ny. K adalah SMP. Tn. S bekerja sebagai penjahit
95

sedangkan Ny. K bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan

Tn. S Rp 1.600.000, -/bulan. An. M tinggal bersama kedua orang tuanya.

Pengkajian identitas pada An. K dan An. M terdapat perbedaan

pada nama, tempat tanggal lahir, usia, alamat, nama orang tua, pekerjaan

ayah, pendidikan orang tua dan penghasilan keluarga per bulan. Sesuai

dengan teori pengkajian gangguan penyesuaian individu pada anak

retardasi mental yaitu kaji dan dokumentasikan tentang identitas anak

nama, umur perlu dipertanyakan untuk interpretasi tingkat perkembangan

anak yang sudah dicapai sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Nama

orang tua harus diketahui, alamat untuk mempermudah komunikasi,

kondisi lingkungan dan komunitas untuk mengetahui epidemologi. Umur,

pendidikan dan pekerjaan serta pendapatan orang tua untuk pendekatan

anamnesis dalam memperoleh data yang akurat, menggambarkan tingkat

status sosial dan pola asuh, asah serta asih yang menjadi penyebab

retardasi mental. Agama dan suku menilai perilaku tentang kesehatan dan

penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan dan tradisi yang dapat

menunjang atau menghambat perilaku sehat (Muttaqin, 2008 dalam

Keyle, 2014).

Pengkajian terhadap tingkat pendidikan orang tua berpengaruh

terhadap pola asuh anak. Ayah dan ibu An. K berpendidikan terakhir SD,

sedangkan ayah dan ibu An. M berpendidikan terakhir SMP. Pendidikan

orang tua dapat mempengaruhi terhadap status pekerjaan orang tua dan

pendapatan orang tua. Pendapatan orang tua juga mampu mempengaruhi

tumbuh kembang anak. Telah didapatkan data pendapatan keluarga pada


96

An. K yakni Rp 1.000.000, -/bulan dan pendapatan keluarga An. M yakni

Rp. 1.600.000, -/bulan. Oleh karena itu, dalam proses pengelolaan kasus

An. K dan An. M, An. M lebih banyak peningkatan dalam skala akhir.

Sesuai dengan teori pertumbuhan, perkembangan dan kebutuhan

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, karena kemiskinan selalu berkaitan

dengan kekurangan makanan, lingkungan yang buruk dan ketidaktahuan

serta pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting

dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka

orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang

cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,

pendidikan dan sebagainya (Soetjiningsih, 2016).

Pengkajian yang dilakukan penulis kepada An. K dan An. M

terdapat kesamaan keluhan utama yaitu mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan diri atau beradaptasi. Data yang didapat dari pengkajian

riwayat penyakit dahulu terdapat persamaan bahwa An. K dan An. M

sama-sama mempunyai riwayat kejang deman saat kecil. Pemeriksaan

penunjang yang dilakukan berupa tes psikologi untuk mengetahui tingkat

perkembangan psikis anak dan tingkat intelegensia anak.

Riwayat kesehatan keluarga didapatkan berdasarkan hasil

wawancara dan data genogram keluarga Tn. N dan Ny. S terdapat

anggota keluarganya yang mengalami retardasi mental yaitu kakak Ny. S

dan dari keluarga Tn. S dan Ny. K tidak adanya penyakit keturunan dan

penyakit menular, hal ini dikarenakan faktor penyebab retardasi mental

bukan hanya faktor keturunan saja yang menjadi faktor utamanya, tetapi

juga pola asuh dan faktor kesehatan baik anak maupun keluarga. Menurut
97

Prabowo (2014), faktor yang potensial berperan dalam terjadinya

retardasi mental adalah faktor organik dan non organik. Faktor non

organik, terdiri dari kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis, faktor

sosiokultural, interaksi anak dan pengasuh yang tidak baik dan

penelantaran anak. Faktor organik faktor prakonsepsi, faktor prenatal,

faktor perinatal dan faktor postnatal.

Pola fungsional gordon terdiri dari sebelas komponen yaitu: (1)

Pola persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan. (2) Pola

metabolik nutrisi. (3) Pola eliminasi. (4) Pola aktivitas dan latihan. (5)

Pola istirahat dan tidur. (6) Pola persepsi kognitif. (7) Pola konsep diri

dan persepsi diri. (8) Pola peran dan hubungan. (9) Pola sexualitas. (10)

Pola koping dan toleransi stress. (11) Pola keyakinan. Dalam pengkajian

pola tersebut, penulis mendapatkan data bahwa An. K dan An. M

mengalami masalah pada pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola

persepsi kognitif, pola koping dan toleransi stress dan pola persepsi dan

konsep diri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ny. S didapatkan data bahwa

An. K tidak bermain dengan teman sebayanya dan lebih sering bermain di

rumah pamannya serta dengan anak yang lebih kecil. Selain itu, Ny. S

mengatakan An. K jarang menangis di rumah, karena belum bisa

berbicara An. K menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dan

meminta bantuan orang tuanya. Dalam pola aktivitas dan latihan Ny. S

mengatakan An. K belum mandiri dalam melakukan akivitas seperti

makan, minum, mandi, berpakaian maupun dalam hal toilet training,

dalam hal tersebut An. K masih dibantu oleh Ny. S dan Tn. N. Selain itu
98

Tn. N mengatakan An. K sudah tidak mengompol saat berumur 7 tahun,

saat malam hari jika An. K ingin Buang Air Kecil (BAK) An. K

membangunkan Tn. N untuk menemani. An. K BAK dengan lancar 5-7

kali sehari dengan warna kuning jernih dan Buang Air Besar (BAB)

sekali sehari saat pagi hari dengan konsistensi lembek kecoklatan. Dalam

proses BAK dan BAB tidak terdapat hambatan ataupun gangguan yang

berarti. Ny. S mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan dan

pendengaran An. K, hanya saja An. K sulit untuk berkonsentrasi dan

cepat bosan.

Data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara yang penulis

lakukan pada Ny. S bahwa An. M dalam BAK dan BAB lancar dan tidak

ada gangguan. An. M BAK kira-kira 4-6 kali perhari berwarna kuning

jernih dan sudah tidak mengompol sejak umur 8 tahun, untuk BAB sehari

sekali saat malam hari dengan konsistensi lunak dan berwarna

kecoklatan. Ny. E selaku guru kelas An. M mengatakan An. M sangat

aktif dan tidak bisa diam suka menarik-narik kerudung gurunya, tidak

mau jika diberi tugas. Ny. K mengatakan An. M sudah mampu makan

dan minum secara mandiri walaupun masih berantakan, untuk mandi dan

berpakaian masih dibantu oleh ayah ataupun ibunya, sedangkan untuk

BAK dan BAB An. M bisa sendiri hanya untuk membersihkan organ

genetalia masih dibantu orang lain. Dalam pola persepsi kognitif Ny. K

mengatakan bahwa An. M belum bisa berbicara dengan jelas.

Pendengaran An. M tidak memiliki masalah, penglihatannya kurang jelas.

Berdasarkan Prabowo (2010) dalam Situmeang, Bigjuni & Lolong

(2016)) retardasi mental merupakan salah satu contoh yang dapat ditemui
99

berbagi tempat, dengan karakteristik penderitanya memiliki tingkat

kecerdasan atau IQ (Intelligence Quotien) di bawah rata-rata dengan IQ

kira-kira 70 atau lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi, mengurus diri sendiri, kemampuan untuk mengambil

keputusan sendiri, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

Pengkajian pada anak dengan retardasi mental perlu dilakukan

pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap (head

to toe). Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada An. K dan An. M

ditemukan adanya masalah. Pada An. K ditemukan mata yang juling dan

pada An. M ditemukan adanya gangguan penglihatan dan karies gigi.

Menurut teori Muhith (2013) bahwa pemeriksaan fisik pada anak

retardasi mental biasanya tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dari

anak-anak pada umumnya. Namun pada beberapa kasus retardasi mental

dengan gangguan kromosom seperti syndrom down akan dijumpai ciri-

ciri yang khas pada pemeriksaan fisik seperti, wajah yang lebar, hidung

pesek atau tumpul dan lebar, mata miring, lubang mata sempit dan sipit,

sering kali matanya juling, mulut menganga terbuka, lidahnya lebar dan

lunak dan biasanya selalu menjulur keluar, namun diantara An. K dan An.

M tidak terdapat ciri-ciri terjadi syndrom down).

Pelaksanaan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis

menunjukkan tidak hanya muncul data tentang gangguan penyesuaian

individu pada kedua anak, tetapi ditemukan juga data hambatan interaksi

pada An. M dan data hambatan komunikasi verbal pada An. K.

Keterbatasan penulis dalam pengkajian asuhan keperawatan anak

retardasi mental dengan gangguan penyesuaian individu adalah belum


100

adanya pemeriksaan IQ terbaru dari anak dikarenakan orang tua belum

mempunyai kesempatan untuk memeriksakan ulang. Implikasi penulis

hendaknya memeriksakan anak ke ahlinya khususnya ke psikolog

mengenai masalah retardasi mental yang dialami agar didapatkan data

yang lebih spesifik mengenai kondisi kesehatan anak saat ini.

2. Diagnosa keperawatan

Data subjektif dan objektif yang didapatkan pada pengkajian An. K

dan An. M yang menderita retardasi mental terdapat masalah

keperawatan gangguan penyesuaian individu. Menurut Herdman &

Kamitsuru (2015) gangguan penyesuaian individu merupakan penurunan

kemampuan untuk mendukung pola respon yang positif terhadap situasi

yang berbahaya atau kritis.

Gangguan penyesuaian individu memiliki batasan karakteristik

(Herdman & Kamitsuru, 2015), antara lain: depresi (mudah tersinggung,

merasa sedih, mengalami gangguan tidur, sulit berkonsetrasi, kehilangan

minta, keulitan berinteraksi, gelisah dan lemas), gangguan status

kesehatan (anak menderita penyakit kronis seperti gangguan limfatik,

gangguan sistem saraf, gangguan peredaran darah dan masalah kesehatan

pecernaan yang membuat anak tumbuh lebih lambat), harga diri rendah

(menolak dirinya sendiri, sulit mengontrol tindakan, tidak menyukai hal

baru, tidak yakin akan kemampuan diri, kurang memiliki nilai dan selalu

merasa khawatir serta ragu-ragu), isolasi sosial (menyendiri, tidak

berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata, kegagalan

dalam berinteraksi dan kurang aktivitas fisik serta verbal), malu


101

(menghindari kontak mata dengan orang lain, tidak banyak bicara dan

tidak memiliki keberanian untuk tampil di depan umum), merasa

bersalah (menyalahkan diri sendiri, menghukum diri sendiri, merasa

diawasi, terus mengkritik orang lain dan menanamkan sikap kalah),

penurunan minat dalam aktivitas akademik (kurang memperhatikan

pelajaran, tingkah laku yang berubah-ubah dari hari ke hari, banyak

mengeluh tentang kesulitan yang dialami, menunjukan kesulitan saat

mendengar dan melihat), penurunan minat dalam aktivitas pendidikan

(malas pergi ke sekolah, sulit meghadapi tes keterampilan membaca

standar dan perkembangan akademik yang rendah), perbaruan

peningkatan distres (kecemasan, kesedihan dan cepat marah), dan

strategi koping tidak efektif (perilaku cenderung merusak, menarik diri

dan tidak mampu menyelesaikan masalah).

Faktor yang berhubungan dengan gangguan penyesuaian individu

(Herdman & Kamitsuru, 2015), antara lain: demografik yang

meningkatkan peluang salah menyesuaikan diri, gangguan psikologis,

gender wanita, intelegensia yang rendah, kekerasan dalam lingkungan,

kerentanan, ketidakkonsistenan menjadi orang tua, masalah ekonomi,

pemajanan pada kekerasan, pengendalian impuls yang buruk, penyakit

mental orang tua, penyalahgunaan zat, status etnik minoritas, tingkat

pendidikan ibu rendah dan ukuran keluarga yang besar.

Hasil yang didapatkan berdasarkan batasan karakteristik menurut

Herdman & Kamitsuru (2015) dapat disimpulkan bahwa An. K dan An.

M mengalami gangguan penyesuaian individu berhubungan dengan


102

intelegensia yang rendah. Intelegensia yang rendah yang dialami anak

retardasi mental dikarenakan kemampuan mental yang tidak mencukupi

yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang

dianggap normal (Soetjiningsih, 2006 dalam Prabowo, 2014).

Keterbatasan penulis dalam melakukan perumusan diagnosa

keperawatan gangguan penyesuaian individu adalah penulis tidak

mendapatkan data gangguan status kesehatan fisik pada An. K dan An.

M sesuai dengan batasan karakteristik gangguan penyesuaian individu

menurut Herdman dan Kamitsuru (2015), dikarenakan An. K dan An. M

anak tidak menderita penyakit kronis seperti gangguan limfatik,

gangguan sistem saraf, gangguan peredaran darah dan masalah

kesehatan pecernaan yang membuat anak tumbuh lebih lambat sehingga

penulis tidak bisa mengobservasi akibat dari gangguan status kesehatan

dalam penyesuaian diri anak. Implikasi dari masalah tersebut yaitu

sebagai seorang perawat seharusnya bisa mendapatkan data yang cukup

mengenai batasan karakteristik gangguan penyesuaian individu untuk

menegakan diagnosa tersebut.

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaa adalah prnyusunan rencana tindakan keperawatan yang

dilakukan untuk menangani masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

(Sunaryo, dkk, 2016). Perencanaan yang ditetapkan pada kasus

pengelolaan gangguan penyesuaian individu berhubungan dengan


103

intelegensia yang rendah berpedoman pada NOC untuk menentukan

kriteria hasil (Moorhead, 2016) dan intervensi NIC (Bulechek, 2016).

Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada An. K dan An. M

bertujuan untuk menyelesaikan masalah gangguan penyesuaian individu

berhubungan dengan intelegensia yang rendah dengan harapan setelah

dilakukannya 5 kali kunjungan dalam pengelolaan keperawatan An. K

dan An. M dapat meningkatkan penyesuaian diri dalam berbaur dengan

teman-temannya dengan NOC: Keterlibatan Sosial, yaitu:

a. Berinteraksi dengan teman dekat.

b. Berinteraksi dengan tetangga.

c. Berinteraksi dengan anggota keluarga.

d. Berinteraksi dengan anggota kelompok kerja.

e. Berpatisipasi sebagai anggota gereja (tempat ibadah).

f. Berpartisipasi dalam aktivitas gereja (tempat ibadah).

g. Berpartisipasi dalam aktivitas yang terorganisir.

h. Berpartisipasi sebagai petugas dalam organisasi.

i. Berpartisipasi sebagai relawan.

j. Berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dengan orang lain.

k. Berpartisipasi sebagai tim olahraga.

Intervensi keperawatan yang penulis lakukan berdasarkan NIC

(Bulechek, 2016), antara lain:

a. Anjurkan peningkatan keterlibatan dalam hubungan yang sudah

mapan.

b. Anjurkan kesabaran dalam pengembangan hubungan.


104

c. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki minat dan

tujuan yang sama.

d. Anjurkan kegiatan sosial dan masyarakat.

e. Tingkatkan berbagi masalah umum dengan orang lain.

f. Anjurkan kejujuran dalam mempresentasikan diri sendiri kepada

orang lain.

g. Tingkatkan keterlibatan dalam minat yang sama sekali baru.

h. Anjurkan penghormatan terhadap hak-hak orang lain.

i. Fasilitasi penggunaan alat bantu defisit sensorik seperti kacamata dan

alat bantu dengar.

j. Anjurkan partisipasi dalam kelompok atau kegiatan-kegiatan

reminiscene individu.

k. Fasilitasi partisipasi pasien dalam kelompok mendongeng.

l. Rujuk pasien pada kelompok keterampilan interpersonal atau program

dimana pemahaman mengenai transaksi dapat ditingkatkan.

m. Izinkan pengujian terhadap keterbatasan interpersonal.

n. Berikan umpan baik mengenai perbaikan dalam perawatan

penampilan pribadi atau kegiatan-kegiatan lainnya.

o. Bantu meningkatkan kesadaran pasien mengenai kekuatan dan

keterbatasan-keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

p. Lakukan bermain peran dalam rangka berlatih meningkatkan

keterampilan dan teknik komunikasi.

q. Berikan model peran yang mengekspresikan kemarahan dengan tepat.

r. Konfrontasi pasien mengenai adanya gangguan penilaian, disaat yang

tepat.
105

s. Minta dan harapkan komunikasi verbal.

t. Berikan umpan balik positif saat pasien bersedia menjangkau orang

lain.

u. Anjurkan pasien untuk mengubah lingkungan, seperti pergi ke luar

untuk jalan-jalan atau ke bioskop.

v. Fasilitasi masukan pasien dan perencanaan kegiatan di masa depan.

w. Anjurkan perencanaan kelompok kecil untuk kegiata-kegiatan khusus.

x. Jelajahi kekuatan dan kelemahan yang ada pada jaringan hubungan-

hubungan saat ini.

Kesimpulan dari perencanaan yang dilakukan penulis selama 5 hari

telah sesuai dengan teori yang ditetapkan menurut pedoman pada NOC

(Moorhead, 2016) dan NIC (Bulechek, 2016) sehingga diharapkan

intervensi yang telah ditetapkan dapat mengatasi masalah keperawatan

gangguan penyesuaian individu pada An. K dan An. M dengan optimal.

Intervensi keperawatan yang disarankan untuk mengatasi masalah

gangguan penyesuaian individu menurut Bulechek, Butcher, Dochterman,

dan Wagner (2016), meliputi bantu kontrol marah, manajemen perilaku,

peningkatan koping, fasilitasi perasaan bersalah, manajemen alam

perasaan, peningkatan ketahanan, peningkatan harga diri, peningkatan

sosialisasi, perawatan penggunaan zat terlarang, manajemen lingkungan:

pencegahan kekerasan, inspirasi harapan, pengaturan tujuan saling

menguntungkan, fasilitasi tanggung jawab diri dan dukungan kelompok.

Namun, dari 14 NIC yang disarankan untuk mengatasi masalah gangguan

penyesuaian individu, penulis hanya mengambil satu intervensi yaitu

peningkatan sosialisasi karena untuk mengatasi masalah gangguan


106

penyesuaian individu terdapat 14 NIC, sedangkan masing-masing NIC

mempunyai aktivitas yang cukup banyak. Sebagai contoh NIC yang

diambil penulis berupa bantuan peningkatan sosialisasi aktivitasnya

berjumlah 24 item yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan asuhan

keperawatan anak retardasi mental dengan fokus studi gangguan

penyesuaian individu, sementara waktu yang disediakan untuk

pengelolaan asuhan keperawatan hanya 3-5 hari. Implikasi untuk

mengatasi masalah gangguan penyesuaian individu sebaiknya semua NIC

yang disarankan untuk menyelesaikan masalah defisi gangguan

penyesuaian individu, hendaknya direncakan untuk pengelolaan

penerapan kasus, sehingga dengan rencana yang meliputi berbagai aspek

yang berjumlah 14 item NIC diharapkan dapat mengatasi secara optimal

pada anak retardasi mental dengan gangguan penyesuaian individu.

4. Implementasi

Penulis melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan

keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun untuk

meningkatkan penyesuaian diri dalam berbaur dengan teman-temannya.

Implementasi dilakukan selama 5 kali kunjungan untuk kedua anak,

untuk anak pertama (An. K) dilakukan pada 21 Maret sampat 25 Maret

2019 sedangkan untuk anak kedua (An. M) dilakukan pada 3 Januari

sampai 7 Januari 2019. Implementasi yang penulis lakukan pada An. K

dan An. M dengan gangguan penyesuaian individu, ialah:

a. Menganjurkan peningkatan keterlibatan dalam hubungan yang sudah

mapan, dengan cara melakukan bermain peran.


107

Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam berinteraksi

dengan orang lain, karena adanya keterbatasan intelektual yang

dialaminya. Keterbatasan intelektual tersebut mengakibakan anak

tunagrahita mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan norma dan cara berinteraksi. Sehingga, anak

tunagrahita berat seringkali mengalami masalah dalam penyesuaian

sosial. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan keterlibatan

hubungan yang sudah mapan pada anak tunagrahita (Cahyani, 2016).

b. Menganjurkan kesabaran dalam pengembangan hubungan, dengan

cara menggunakan media atau alat peraga saat pembelajaran agar

anak tidak mudah bosan.

c. Meningkatkan hubungan dengan orang-orang yang memiliki minat

dan tujuan yang sama, dengan cara menganjurkan untuk rajin

berangkat dan mengikuti kegiatan yang ada di SLB.

Menurut Somantri dalam Susanto (2018), anak retardasi mental

mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari,

kemampuan intelektual dan penyesuaian diri yang menyebabkan

kurang mampu bergaul dengan teman sebaya yang normal, sehingga

anak sering dikucilkan, akibatnya anak bergaul dengan teman yang

lebih muda dan mengurangi kegiatannya sampai menarik diri. Hal ini

menunjukkan bahwa anak retardasi mental mempunyai kesulitan

mendasar dalam hal sosialisasi dan bahkan komunikasi. Oleh karena

itu dibutuhkan adanya hubungan dengan orang yang memiliki

keterbatasan yang sama.


108

d. Menganjurkan kegiatan sosial dan masyarakat, dengan menyarankan

orang tua untuk lebih sering mengajak anak keluar dan bersosialisasi

dengan tetangga.

e. Meningkatkan berbagi masalah umum dengan orang lain, dengan cara

menganjurkan orang tua untuk lebih sering mengajak anak

berkomunikasi agar anak mau terbuka.

Ibu dalam membimbing anak retardasi mental untuk mencapai

suatu penyesuaian diri sebagai landasan awal dalam menghadapi

kehidupan masyarakat yang lebih luas diantaranya yaitu, memberikan

dorongan pada anak yang berkaitan dengan berbagai keterampilan

yang harus dimiliki, membimbing anak untuk mengendalikan tingkah

lakunya yang nantinya dapat mendorong anak mampu berhubungan

dengan orang lain dan saling berbagi masalah serta yang terpenting

adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar (Fithria,

2012).

f. Menganjurkan kejujuran dalam mempresentasikan diri sendiri kepada

orang lain, melalui bermain peran.

Self-perception merupakan kumpulan dari keyakinan dan

perasaan yang anak miliki terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini

sangat berpengaruh pada perkembangan emosi, perilaku dan

penyesuaian diri anak di lingkungan sosial. Anak-anak biasanya

menilai dirinya masih dalam bentuk sederhana, contohnya “Aku


109

sudah bisa memakai baju sendiri” atau “Aku punya teman banyak”

dengan jujur (Hastuti, 2016).

g. Meningkatkan keterlibatan dalam minat yang sama sekali baru,

dengan cara melakukan terapi bermain peran.

h. Menganjurkan penghormatan terhadap hak-hak orang lain, dengan

cara meminta anak untuk memperhatikan temannya yang sedang

bermain peran.

Anak tunagrahita tidak mengetahui bagaimana cara yang benar

bergaul dengan teman-temannya, misalnya melakukan aktivitas untuk

menjahili temannya, mereka merasa senang bila menggangu orang

lain termasuk gurunya, berbicara pada guru dengan bahasa yang tidak

sopan, suka menggertak baik ucapan maupun perbuatan, bersikap

menyerang dan merusak fasilitas sekolah (dengan menendang kursi

dan tidak menaati peraturan sekolah). Penyesuaian diri merupakan

variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan

dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta menegaskan hubungan

yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial (Wati, 2012).

i. Menganjurkan partisipasi dalam kelompok atau kegiatan-kegiatan

reminiscene individu.

j. Memfasilitasi partisipasi pasien dalam kelompok mendongeng,

dengan cara mempersiapkan satuan acara bermain peran untuk anak.

Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang

sifatnya produktif, sehingga menjadi bagian penting dari keterampilan

berbicara. Sebuah dongeng dapat menciptakan imajinasi tentang


110

karakter, lingkungan, maupun tentang orang lain di dalam diri anak-

anak. Anak-anak yang suka mendengarkan dongeng biasanya kaya

akan imajinasi. Ketika anak mendengar dongeng yang dibacakan dan

melihat gambar-gambar tersebut, maka anak akan belajar

berkomunikasi dan menambah wawasannya dari gambar-gambar

tersebut (Wulandari, 2015).

k. Mengizinkan pengujian terhadap keterbatasan interpersonal, dengan

cara menganjurkan untuk memeriksakan kepada ahlinya.

l. Memberikan umpan baik mengenai perbaikan dalam perawatan

penampilan pribadi atau kegiatan-kegiatan lainnya, dengan

memvalidasi perasaan anak.

m. Membantu meningkatkan kesadaran pasien mengenai kekuatan dan

keterbatasan-keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain,

dengan cara mengajak anak untuk berkomunikasi.

n. Melakukan bermain peran dalam rangka berlatih meningkatkan

keterampilan dan teknik komunikasi.

Menurut Iten (2017) melalui metode bermain peran anak akan

dibawa ke dunia permainan yang penuh petualangan seakan-akan

mereka sedang menjadi aktor dari sebuah film yang disukainya. Anak

dapat melakukan dan mengekspresikan berbagai hal yang ia

kehendaki dalam perannya tanpa takut salah atau ada yang

memarahinya. Mereka akan larut dalam tokoh yang diperankannya.

Kemampuan anak untuk menyesuaikan ujaran sesuai dengan konteks

sosial dan linguistik merupakan perkembangan yang penting supaya


111

anak mampu berkomunikasi secara efektif diberagam konteks.

Kegiatan bermain peran, selain anak belajar berbicara dan

mengomunikasikan pemikirannya, anakpun belajar menyimak apa

yang disampaikan teman-temannya serta melihat dan memerhatikan

berbagai peran yang dimainkan. Bermain peran akan membantu

pengembangan aspek emosional, sosial, mental, intelektual, moral

agama dan fisik anak, karena dalam bermain peran, selain anak di

tuntut untuk mampu bertutur secara verbal, anak-anak pun di tuntut

untuk mampu mengkomunikasikan gagasannya melalui bahasa

tubuhnya.

o. Memberikan model peran yang mengekspresikan kemarahan dengan

tepat, dengan cara menganjurkan untuk mengungkapkan kemarahan

dengan tidak berteriak.

p. Mengonfrontasi pasien mengenai adanya gangguan penilaian, disaat

yang tepat, dengan cara mengobservasi anak saat ada hal yang

menurutnya mengancam.

q. Meminta dan harapkan komunikasi verbal, dengan cara

menginstruksikan untuk bicara pelan.

r. Memberikan umpan balik positif saat pasien bersedia menjangkau

orang lain, dengan cara memberikan penghargaan berupa tepuk

tangan.

Supriyono (2010) menggunakan Terapi Perilaku dengan

menggunakan reinforcement positif sebagai sarana untuk melatih

kemandirian penderita retardasi mental tersebut. Menggunakan terapi


112

behavior dalam melatih kemandirian dikarenakan terapi ini adalah

terapi yang paling sederhana yang dapat dipergunakan untuk

penderita retardasi dimana melatih kemampuan dasar yang dapat

berguna bagi pengembangan kemandirian dari penderita retardasi

mental tersebut. Perkembangan dewasa yang mengalami retardasi

mental khususnya orang tua dalam usaha meningkatkan menjadi lebih

baik dalam hal ini lebih mandiri dari keadaan sekarang, diantaranya

menggunakan teknik reinforcement positif pada dewasa yang

mengalami retardasi mental.

s. Menganjurkan pasien untuk mengubah lingkungan, seperti pergi ke

luar untuk jalan-jalan atau ke bioskop.

Penelitian Ratih (2013) dalam Setyarini (2016) menjelaskan

bahwa dengan penerapan metode karyawisata memiliki dampak yang

signifikan terhadap keterampilan bercerita anak tunagrahita ringan.

Hal tersebut terbukti dengan peningkatan keterampilan bercerita

dalam berbagai aspek yaitu keberanian, intonasi, keruntutan cerita,

kelancaran saat bercerita, kesesuaian isi dengan tema atau topik.

Sehingga dapat diasumsikan bahwa metode karyawisata memiliki

dampak yang signifikan terhadap hasil belajar IPS tentang mengenal

tempat-tempat kegiatan ekonomi pada anak tunagrahita ringan Kelas

IV di SDLB-C Negeri Banyuwangi.

t. Memfasilitasi masukan pasien dan perencanaan kegiatan di masa

depan, dengan membuat jadwal untuk dilakukannya bermain peran di

rumah.
113

u. Menganjurkan perencanaan kelompok kecil untuk kegiata-kegiatan

khusus.

v. Menjelajahi kekuatan dan kelemahan yang ada pada jaringan

hubungan-hubungan saat ini, dengan cara bertanya kepada orang tua

mengenai kegiatan bermain anak dengan teman sebayanya.

Implementasi yang dilakukan penulis pada An. K dan An. M

dari 24 intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan NIC:

Pengingkatan Sosialisasi (5100) ada 2 intervensi yang tidak penulis

lakukan yaitu fasilitasi penggunaan alat bantu defisit sensorik seperti

kacamata dan alat bantu dengar dan rujuk pasien pada kelompok

keterampilan interpersonal atau program dimana pemahaman

mengenai transaksi dapat ditingkatkan. Intervensi fasilitasi

penggunaan alat bantu defisit sensorik seperti kacamata dan alat bantu

dengar, tidak bisa diterapkan pada An. K karena tidak ada indikasi

gangguan penglihatan dan pendengaran. Sedangkan pada An. M

masih memungkinkan untuk diterapkan karena An. M mengalami

penglihatan yang kurang jelas, namun perlu adanya kolaborasi untuk

pemeriksaan lebih lanjut terkait gangguan penglihatannya. Indikasi

penggunaan alat bantu sensorik adalah adanya gangguan pada

penglihatan maupun pendengaran. Intervensi rujuk pasien pada

kelompok keterampilan interpersonal atau program dimana

pemahaman mengenai transaksi dapat ditingkatkan, belum bisa

diterapkan pada kedua anak karena perlu adanya profesi lain yang

terlibat didalamnya.
114

Kesimpulan dari implementasi yang penulis lakukan

berpedoman pada teori intervensi, sehingga implementasi dalam

pengelolaan kasus asuhan keperawatan gangguan penyesuaian

individu pada An. K dan An. M sudah bisa dilakukan semua oleh

penulis selama 5 kali kunjungan.

Keterbatasan penulis dalam pengelolaan kasus adalah tidak bisa

melakukan implementasi secara maksimal dalam setiap item aktivitas

dan penguasaan teori karena anak yang dikelola adalah anak dengan

berkebutuhan khusus yaitu retardasi mental dimana anak dengan

retardasi mental memiliki keterbatasan kemampuan kognitif yang

berbeda dengan anak normal. Menurut Videbeck (2008) dalam

Sumiatin (2014) mengemukakan bahwa retardasi mental adalah

kondisi dimana kecerdasan seseorang jauh di bawah rata-rata dengan

IQ dibawah 70 atau 75 sebelum usia 18 tahun ditandai dengan

keterbatasan intelegensi, ketidakcakapan terhadap komunikasi sosial,

perawatan diri, kesehatan serta keamanan. Implikasi dalam

pelaksanaan implementasi diantaranya sebagai seorang perawat

hendaknya setiap saat selalu berlajar dan mengembangkan diri untuk

mengaplikasikan ilmunya dalam pengelolaan kasus, sehingga dapat

mengelola kasus secara komprehensif dan optimal, serta harus

menguasai teknik dan komunikasi pada anak khususnya anak dengan

kebutuhan khusus dan menguasai teknik komunikasi secara umum.

Sehingga, dengan komunikasi yang baik dapat menghasilkan data dan


115

masalah yang ada pada anak untuk dilakukan perencanaan, dan

implementasi yang baik.

5. Evaluasi

Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukannya tindakan

keperawatan terkait dengan masalah gangguan penyesuaian individu

berhubungan dengan intelegensia yang rendah pada An. K yang

dilaksanakan pada 21 Maret sampat 25 Maret 2019 dengan hasil

berdasarkan NOC yaitu: (1) berinteraksi dengan teman dekat (skala

indikator awal 2 dengan skala indikator akhir3), (2) berinteraksi dengan

tetangga (skala indikator awal 2 dengan skala indikator akhir 3), (3)

berinteraksi dengan anggota keluarga (skala indikator awal 3 dengan

skala indikator akhir 4), (4) berinteraksi dengan anggota kelompok kerja

(skala indikator awal 2 dengan skala indikator akhir 3), (5) berpatisipasi

sebagai anggota gereja (tempat ibadah) (skala indikator awal1 dengan

skala indikator akhir 1), (6) berpartisipasi dalam aktivitas gereja (tempat

ibadah) (skala indikator awal 1 dengan skala indikator akhir 1), (7)

berpartisipasi dalam aktivitas yang terorganisir (skala indikator awal 2

dengan skala indikator akhir 3), (8) berpartisipasi sebagai petugas dalam

organisasi (skala indikator awal 2 dengan skala indikator akhir 2), (9)

berpartisipasi sebagai relawan (skala indikator awal 1 dengan skala

indikator akhir 1), (10) berpartisipasi dalam aktivitas waktu luang dengan

orang lain (skala indikator awal 3 dengan skala indikator akhir 4), (11)

berpartisipasi sebagai tim olahraga (skala indikator awal 2 dengan skala

indikator akhir 2).


116

Indikator evaluasi pada An. M yang telah dilakukan tindakan

keperawatan pada 6 Januari sampai 7 Januari 2019, yakni: (1)

berinteraksi dengan teman dekat (skala indikator awal 2 dengan skala

indikator akhir 3), (2) berinteraksi dengan tetangga (skala indikator awal

2 dengan skala indikator akhir 3), (3) berinteraksi dengan anggota

keluarga (skala indikator awal 3 dengan skala indikator akhir 4), (4)

berinteraksi dengan anggota kelompok kerja (skala indikator awal 2

dengan skala indikator akhir 3), (5) berpatisipasi sebagai anggota gereja

(tempat ibadah) (skala indikator awal 3 dengan skala indikator akhir 4),

(6) berpartisipasi dalam aktivitas gereja (tempat ibadah) (skala indikator

awal 3 dengan skala indikator akhir 4), (7) berpartisipasi dalam aktivitas

yang terorganisir (skala indikator awal 2 dengan skala indikator akhir 3),

(8) berpartisipasi sebagai petugas dalam organisasi (skala indikator awal

2 dengan skala indikator akhir 2), (9) berpartisipasi sebagai relawan

(skala indikator awal 1 dengan skala indikator akhir 1), (10) berpartisipasi

dalam aktivitas waktu luang dengan orang lain (skala indikator awal 3

dengan skala indikator akhir 4), (11) berpartisipasi sebagai tim olahraga

(skala indikator awal 2 dengan skala indikator akhir 4).

Hasil evaluasi menunjukan keberhasilan yang kurang optimal

karena tidak semuanya bisa mencapai sesuai skala akhir tujuan. Pada An.

K dan An. M dari 11 kriteria yang ada, sama-sama mengalami

peningkatan skala akhir tetapi belum semuanya mencapai skala tujuan

yaitu 5. An. K terdapat 2 kriteria yang dikatakan berhasil sebagaian

karena skala akhir yang dicapai adalah 4, ada 4 kriteria yang kurang

mencapai tujuan yaitu dengan skala akhir 3 dan ada 5 kriteria yang tidak
117

mencapai tujuan karena hasil akhirnya tetap sama dengan skala awal.

Sedangkan pada An. M terdapat 4 kriteria yang dikatakan berhasil

sebagaian karena skala akhir yang dicapai adalah 4, ada 5 kriteria yang

kurang mencapai tujuan yaitu dengan skala akhir 3 dan ada 2 kriteria

yang tidak mencapai tujuan karena hasil akhirnya tetap sama dengan

skala awal.

Hasil evaluasi menunjukan adanya perbedaan hasil yang dicapai

oleh An. K dan An. M yang belum sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan yang

dimiliki oleh anak dan dukungan dari keluarga anak retardasi mental,

karena menurut Syahda (2018) dukungan dan lingkungan keluarga secara

langsung berpengaruh dalam membantu mendidik dan melatih serta

mengembangkan perilaku adaptasi sosial dimana potensi intelektualnya

bisa tumbuh dengan baik dan mampu menghadapi kehidupan yang

realistis dan objektif.

Keterbatasan penulis dalam melakukan evaluasi asuhan

keperawatan anak retardasi mental dengan fokus studi gangguan

penyesuaian individu di SLB Yakut C Purwokerto adalah ada

kemungkinan kesalahan persepsi penulis dalam menentukan skala sesuai

dengan kriteria yang sudah ditentukan. Hal ini dapat menyebabkan

pencapaian evaluasi yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan

karena persepsi masing-masing orang berbeda. Oleh karena itu, perlu

adanya pembelajaran tentang persamaan persepsi untuk penentuan skala

kriteria, sehingga skala kriteria itu dianggap valid dan reliabel.

Anda mungkin juga menyukai