Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK INTI ATOM

1. Partikel Penyusun Inti


Partikel penyusun inti atom (nukleus) disebut sebagai nukleon adalah neutron dan
proton.

2. Simbol Unsur

3. Nuklida
a. Isotop
Memiliki nomor atom sama, tetapi memiliki nomor massa yang berbeda, atau
dengan kata lain unsur-unsur yang memiliki jumlah proton yang sama tetapi
jumlah neutron berbeda.
b. Isobar
Memiliki nomor massa sama tetapi nomor atomnya berbeda dengan kata lain
unsur yang berbeda jenis tetapi nomor massanya sama.
c. Isoton
Memiliki jumlah neutron sama tetapi nomor atomnya berbeda dengan kata lain
unsur yang berbeda jenis tetapi nilai nomor massa – nomor atom adalah sama.
Contoh :

4. Gaya dan Kestabilan Inti


a. Inti ringan (Z ≤ 20)
Nuklida ini mempunyai jumlah proton kurang dari 20. Nuklida ini stabil jika
𝑛
perbandingan neutron dan protonnya = 1 (𝑝 = 1)

Contoh : 5B10, 7N14, 10Ne20 dan 12Mg24


b. Inti berat (Z > 20)
𝑛
Nuklida mempunyai nomor atom lebih dari 20. Akan stabil dengan syarat 1 < 𝑝 <
𝑛 𝑛
1,6, dan tidak stabil jika 𝑝 < 1 serta 𝑝 > 1,6

Contoh : 45Rh103 dan 83Bi209


5. Energi Ikat Inti
Pada pembentukan inti ada sejumlah massa proton dan neutron yang hilang, berubah
menjadi energi yang mengikat proton dan neutron menjadi inti atom. Energi ini
disebut dengan Energi Ikat Inti (E)
E = Δm 931,5 MeV/sma
Dengan : Δm = defek massa (sma)
E = energi ikat inti (J)
1 sma = 1,6605402 × 10-27 kg
Sedangkan selisih antara massa proton dan neutron (massa nukleon) dengan massa
inti disebut Defek Massa (Δm)
Δm = Zmp + (A – Z) mn – mx
Dengan : mp = massa proton
mn = massa neutron
mx = massa inti atom
Energi ikat inti belum menggambarkan kestabilan suatu nuklida. Perkiraan tentang
kestabilan inti dapat dilakukan dengan memperhatikan energi ikat rata-rata per
nucleon (Eave) yang besarnya dapat dihitung melalui persamaan :

6. Reaksi Inti
Reaksi ini dapat terjadi jika suatu inti atom induk ditembak dengan partikel yang
berenergi dan menghasilkan inti baru/anak inti disertai dengan pelepasan sejumlah
energi yang sangat besar. Misalnya suatu reaksi inti dinyatakan menurut persamaan :
a+X→Y+b + E
Besarnya energi yang timbul dapat dicari dengan persamaan :
Q = {(ma + mX) – (mY + mb)} × 931 MeV/sma
Dengan : (ma + mX) = jumlah massa reaktan (sma)
(mY + mb) = jumlah massa produk (sma)
E = energi reaksi (MeV)
Q = energi yang timbul selama reaksi terjadi

Kita dapat melepaskan energi inti dengan 2 cara, yaitu :

a. Reaksi Fisi

Yaitu reaksi pembelahan inti atom berat menjadi inti atom baru yang lebih
ringan. Reaksi fisi yang terjadi secara beruntun disebut juga Reaksi Rantai. Reaksi
ini digunakan sebagai dasar pembuatan reaktor nuklir dan bom atom. Contoh :

92U
235
+ 0n1 → 92U236 → 56Ba144 + 36Kr89 + 30n1 + ℽ
b. Reaksi Fusi

Yaitu penggabungan beberapa inti ringan menjadi inti yang lebih berat,
disertai pemancaran energi. Energi yang dihasilkan dari reaksi fusi lebih besar
daripada energi yang dihasikan reaksi fisi. Reaksi fusi hanya dapat terjadi dalam
keadaan suhu yang sangat tinggi (sekitar 108⁰ C). Reaksi ini terjadi pada matahari
dan bom hidrogen. Contoh :
1H
2
+ 1H2 → 2He3 + 0n1 + energi

7. Spektrum Atom Hidrogen


1/ λ = R(1/22 – 1/n2)

Dengan : λ = panjang gelombang spektrum atom hidrogen


R = konstanta Rydberg = 1,097 × 107 m-1
n = bilangan kuantum utama = 3, 4, 5,...
Beberapa spektrum lain yang dihasilkan oleh atom hidrogen yaitu :
a. Deret Lyman (deret ultraviolet/ultraungu)
Deret Lyman berisi spektrum transisi elektron dari kulit lebih luar (n = 2, 3, 4…)
menuju n = 1

b. Deret Balmer (deret cahaya tampak)


Deret Balmer berisi spektrum transisi elektron dari kulit lebih luar (n = 3, 4, 5….)
menuju n = 2

c. Deret Paschen (deret inframerah I)


Deret Paschen berisi spektrum transisi elektron dari kulit lebih luar (n = 4, 5, 6…)
menuju n =3

d. Deret Bracket (deret Inframerah II)


Deret Bracket berisi spektrum transisi elektron dari kulit lebih luar (n = 5, 6, 7…)
menuju n = 4

e. Deret Pfund (deret inframerah III)


Deret Pfund berisi spektrum transisi elektron dari kulit lebih luar (n = 6, 7, 8…)
menuju n = 5

Besar panjang gelombang foton yang dilepas atau diserap elektron saat berpindah
lintasan :
1/ λ = E1/hc (1/nA2 – 1/nB2)
Dengan : λ = panjang gelombang cahaya
E1 = energi ground state yaitu energi elektron pada kulit terendah
(-13,6 eV)
h = konstanta Planck (6,626 × 10-34 J s)
En = energi elektron pada kulit ke-n (-13,6/n2 eV)
RADIOAKTIVITAS
Yaitu gejala terpancarnya partikel-partikel radioaktif akibat peluruhan inti dalam rangka
menuju inti stabil. Peluruhan ini dapat terjadi karena buatan manusia, yaitu dengan cara
menembak suatu inti dengan partikel lain. Inti-inti yang mengalami peluruhan disebut Inti
Radioaktif. Sedangkan sinar yang dipancarkan disebut Sinar Radioaktif.

1. Sinar-Sinar Radioaktif

Berdasarkan partikel penyusunnya, sinar radioaktif dibagi menjadi tiga, yaitu sinar
α , β dan γ

a. Radiasi Alfa (Sinar α)

Terbentuk saat unsur radioaktif memancarkan partikel α dan membentuk unsur


baru dalam proses yang disebut peluruhan alfa (alfa decay). Sinar ini ditemukan
secara bersamaan dengan penemuan fenomena radioaktivitas, yaitu peluruhan inti
atom yang berlangsung secara spontan, tidak terkontrol, dan menghasilkan radiasi.
Berikut ini adalah sifat alamiah dari sinar α :
 Sinar α merupakan inti He
 Dapat menghitamkan pelat film yang dilewatinya (yang berarti memiliki daya
ionisasi)
 Dapat dibelokkan diantara medan listrik maupun medan magnet
 Daya ionisasi sinar α paling kuat daripada sinar β dan γ
 Mempunyai daya tembus paling lemah diantara sinar radioaktif lainnya
 Mempunyai jangkauan beberapa cm di udara dan 10-2 mm di dalam logam

b. Radiasi Beta (Sinar β)

Inti tidak stabil yang memiliki jumlah neutron lebih banyak daripada jumlah
protonnya akan memancarkan partikel β. Pada peristiwa pemancaran β, terbentuk
sinar β yang dapat berupa elektron (bermuatan listrik negatif) atau berupa positron
(bermuatan listrik positif). Berikut ini beberapa sifat alamiah sinar β :

 Sinar β merupakan elektron berenergi tinggi berasal dari inti atom bukan dari
kulit atom dan bermuatan 1,6 × 10-19 C
 Dapat dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet
 Mempunyai daya tembus yang lebih kuat dari sinar α
 Mempunyai daya ionisasi yang lebih lemah dari sinar α
 Laju di udara ± 0,32c sampai 0,9c
 Jangkauan di udara dan logam lebih jauh dibanding sinar α

c. Radiasi Gamma (Sinar γ)

Merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar dari inti atom


dengan energi yang sangat tinggi yang tidak memiliki massa maupun muatan
(tereksitasi). Peluruhan sinar γ tidak menyebabkan perubahan nomor atom
maupun massa atom. Sinar γ memiliki beberapa sifat alamiah berikut ini :

 Tidak dapat membelok diantara medan listrik maupun medan magnet karena
tidak bermuatan listrik
 Mempunyai daya tembus yang terkuat
 Mempunyai daya ionisasi paling lemah
 Merupakan radiasi gelombang elektromagnetik sehingga lajunya sama dengan
laju cahaya
 Sinar γ yang mengenai bahan dapat mengakibatkan efek fotolistrik dan
hamburan Compton
2. Interaksi Sinar Radioaktif dengan Bahan
a. Serapan atau Pelemahan
Jika seberkas sinar radioaktif dengan intensitas I0 dilewatkan pada sebuah keping
dengan tebal x, intensitas sinar radioaktif itu akan melemah secara eksponensial
sesuai persamaan :
I = Io e-µx
Dengan : Io = intensitas radiasi mula-mula (W/m2)
I = intensitas radiasi setelah melewati material (W/m2)
µ = koefisien atenuasi/pelemahan (m-1)
x = tebal materi/bahan (m)
e = 2,71828
b. Ketebalan Paruh (Half-Thickness) atau HVL
Jika intensitas sinar radioaktif setelah melewati bahan menjadi setengah intensitas
mula-mula. Tebal keping bahan yang mengakibatkan intensitas yang keluar
setengah dari semula dinamakan lapisan harga paruh (half value layer = HVL)
atau ketebalan paruh (Half-Thickness)
X1/2 = 0,693/ µ
Dengan : X1/2 = tebal paruh (m)
µ = keofisien pelemahan (m-1)
3. Peluruhan Radioaktif
Yaitu perubahan secara spontan dari satu nuklida induk menjadi satu nuklida anak
yang mungkin bersifat radioaktif atau tidak dengan memancarkan satu atau lebih
partikel/foton
a. Aktivitas Radioaktif
Proses peluruhan radioaktif akan terus berlangsung hingga dihasilkan inti yang
stabil. Laju peluruhan inti radioaktif disebut sebagai aktivitas radioaktif

Satuan R dalam SI dinyatakan dalam Becquerel (Bq). Pada kenyataannya,


aktivitas radioaktif sangat tinggi sehingga digunakan satuan lain seperti Curie dan
Rutherford
1 becquerel = 1 Bq = 1 peluruhan/s
1 curie = 1 Ci = 3,7 × 1010 Bq
1 rutherford = 1 Rd = 106 Bq
b. Peluruhan Inti
Aktivitas radioaktif menyebabkan perbedaan jumlah partikel sebelum dan sesudah
reaksi peluruhan. Hubungan antara jumlah partikel sebelum dan sesudah
peluruhan dirumuskan sebagai berikut :

c. Waktu Paruh (Half-Time)


Jika jumlah partikel menjadi setengah partikel mula-mula. Waktu yang diperlukan
dalam proses tersebut disebut Waktu Paruh
T1/2 = 0,693/λ
Dengan : T1/2 = waktu paruh (s)
λ = konstanta laju peluruhan

Anda mungkin juga menyukai