Anda di halaman 1dari 49

SALINAN

PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN
DAN FASILITAS PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 88


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik, telah disusun Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal;
b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum mengenai
divestasi saham dan pemberian rekomendasi
keimigrasian bagi orang asing yang menjabat direksi
atau komisaris sebagai pemegang saham dan
rekomendasi keimigrasian bagi orang asing sebagai
pemegang saham, perlu pengaturan kembali ketentuan
mengenai pedoman dan tata cara perizinan dan fasilitas
penanaman modal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
-2-

menetapkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman


Modal tentang Perubahan atas Peraturan Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018
tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang


Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 90);
3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang
Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun
2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 210);
4. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 221);
5. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang
Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210);
6. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 39).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN
KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 6 TAHUN 2018
-3-

TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERIZINAN DAN


FASILITAS PENANAMAN MODAL.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 934)
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan diantara angka 19 dan angka 20 Pasal 1
disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka 19a, dan angka
22 Pasal 1 dihapus, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik oleh Penanam Modal Dalam
Negeri maupun Penanam Modal Asing, untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia.
2. Penanam Modal adalah perseorangan atau badan
usaha yang melakukan Penanaman Modal yang
dapat berupa Penanam Modal Dalam Negeri dan
Penanam Modal Asing yang selanjutnya dalam
Peraturan Badan ini dapat disebut sebagai Pelaku
Usaha.
3. Penanam Modal Dalam Negeri adalah perseorangan
warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia,
negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan Penanaman Modal di wilayah Negara
Republik Indonesia.
4. Penanam Modal Asing adalah perseorangan warga
negara asing, badan usaha asing, dan/atau
pemerintah asing yang melakukan Penanaman
Modal di wilayah Negara Republik Indonesia.
5. Penanaman Modal Dalam Negeri yang selanjutnya
disingkat PMDN adalah kegiatan menanam modal
-4-

untuk melakukan usaha di wilayah negara


Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam
Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri.
6. Penanaman Modal Asing yang selanjutnya
disingkat PMA adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh Penanam
Modal Asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
Penanam Modal Dalam Negeri.
7. Badan Koordinasi Penanaman Modal yang
selanjutnya disingkat BKPM adalah lembaga
pemerintah non-kementerian yang bertanggung
jawab di bidang Penanaman Modal, yang dipimpin
oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
8. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya
disingkat PTSP adalah pelayanan secara
terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai
dari tahap permohonan sampai dengan tahap
penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu.
9. PTSP Pusat di BKPM adalah Pelayanan terkait
Penanaman Modal yang menjadi kewenangan
Pemerintah diselenggarakan secara terintegrasi
dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan tahap penyelesaian
produk pelayanan melalui satu pintu di BKPM.
10. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online
Single Submission yang selanjutnya disebut
Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah non-
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang koordinasi penanaman
modal, yaitu BKPM.
11. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi, Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disebut DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
-5-

Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu kepala


daerah untuk penyelenggaraan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten/kota yang menyelenggarakan
fungsi utama koordinasi dibidang Penanaman
Modal di pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota.
12. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya
disingkat KEK adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu.
13. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
yang selanjutnya disingkat KPBPB adalah suatu
kawasan yang berada dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah
dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan
bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak
penjualan atas barang mewah, dan cukai.
14. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk
melakukan Penanaman Modal yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan
Pengusahaan KPBPB, atau Administrator KEK,
yang memiliki kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Fasilitas Penanaman Modal adalah segala bentuk
insentif fiskal dan nonfiskal serta kemudahan
pelayanan Penanaman Modal, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang
diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai
dan menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan
diberikan dalam bentuk persetujuan yang
dituangkan dalam bentuk surat/keputusan atau
pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen.
17. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
atau Online Single Submission yang selanjutnya
-6-

disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang


diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas
nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
18. Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh PTSP
Pusat di BKPM untuk dan atas nama menteri atau
pimpinan lembaga, setelah Pelaku Usaha
melakukan pendaftaran dan untuk memulai usaha
dan/atau kegiatan sampai sebelum pelaksanaan
komersial atau operasional dengan memenuhi
persyaratan dan/atau Komitmen.
19. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat
NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan
oleh Lembaga OSS setelah Pelaku Usaha
melakukan pendaftaran.
19a. Divestasi Saham adalah jumlah saham asing yang
harus ditawarkan untuk dijual kepada peserta
Indonesia.
20. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya
disingkat NPWP adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
21. Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
Secara Elektronik, yang selanjutnya disingkat
SPIPISE, adalah sistem elektronik pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan yang terintegrasi
antara BKPM dengan kementerian/lembaga
pemerintah non-kementerian yang memiliki
kewenangan Perizinan dan Nonperizinan, Badan
Pengusahaan KPBPB, Administrator KEK,
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota,
dan Instansi Penyelenggara PTSP di Bidang
Penanaman Modal.
-7-

22. Dihapus.
23. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan
yang terdiri atas Informasi Elektronik yang
dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Informasi Elektronik lainnya yang digunakan
sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
24. Hari adalah hari kerja sesuai yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
25. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing yang
selanjutnya disingkat KPPA adalah kantor yang
dipimpin perorangan warga negara Indonesia atau
warga negara asing yang ditunjuk oleh perusahaan
asing atau gabungan perusahaan asing di luar
negeri sebagai perwakilannya di Indonesia.
26. Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal atas nama Menteri Keuangan
tentang pemberian fasilitas atas impor
Mesin/barang modal serta barang dan bahan
adalah pemberian fasilitas bea masuk atas impor
Mesin/barang/barang modal serta barang dan
bahan untuk Penanaman Modal.
27. Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal atas nama Menteri Keuangan
tentang pemberian pembebasan atau keringanan
bea masuk dan/atau pembebasan pajak
pertambahan nilai atas impor barang untuk
kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara adalah pemberian fasilitas
pembebasan atau keringanan bea masuk dan/atau
pembebasan pajak pertambahan nilai atas impor
barang untuk kontrak karya dan perjanjian karya
pengusahaan pertambangan batubara.
28. Pimpinan Perusahaan adalah direksi yang
tercantum dalam anggaran dasar/akta pendirian
perusahaan atau perubahannya yang telah
mendapatkan pengesahan/pemberitahuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia bagi badan
-8-

hukum Perseroan Terbatas atau sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
selain badan hukum Perseroan Terbatas.
29. Pembangunan adalah pendirian perusahaan atau
pabrik baru untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa.
30. Pengembangan adalah pengembangan perusahaan
atau pabrik yang telah ada meliputi penambahan,
modernisasi, rehabilitasi, dan/atau restrukturisasi
dari alat-alat produksi termasuk mesin untuk
tujuan peningkatan jumlah, jenis, dan/atau
kualitas hasil produksi.
31. Mesin adalah setiap mesin, permesinan, alat
perlengkapan instalasi pabrik, peralatan atau
perkakas, dalam keadaan terpasang maupun
terlepas yang digunakan untuk Pembangunan atau
Pengembangan industri.
32. Barang dan Bahan adalah semua barang atau
bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang
digunakan sebagai bahan atau komponen untuk
menghasilkan barang jadi.
33. Industri Pembangkitan Tenaga Listrik adalah
kegiatan memproduksi dan menyediakan tenaga
listrik untuk kepentingan umum oleh setiap badan
usaha yang melakukan usaha dibidang penyediaan
tenaga listrik, tidak termasuk transmisi, distribusi,
dan usaha penunjang tenaga listrik.
34. Badan Usaha di Bidang Ketenagalistrikan adalah
setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
badan usaha swasta yang berbadan hukum
Indonesia, dan/atau koperasi, yang melakukan
usaha di bidang ketenagalistrikan, yang didirikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
35. Pemindahtanganan adalah pemindahan hak, alih
aset, perubahan penggunaan barang modal atau
-9-

Mesin, untuk kegiatan lain di luar kegiatan usaha,


diekspor, atau penghapusan dari aset perusahaan.
36. Pemindahtanganan pada Sektor Pertambangan
adalah pemindahan hak, alih aset, penjualan,
tukar-menukar, hibah, atau penghapusan dari aset
perusahaan.
37. Ekspor Kembali adalah pengeluaran barang impor
eks-fasilitas pembebasan atau keringanan bea
masuk dan/atau pembebasan pajak pertambahan
nilai untuk kontrak karya atau perjanjian karya
pengusahaan pertambangan batubara dari daerah
pabean sesuai ketentuan kepabeanan di bidang
ekspor.
38. Wajib Pajak adalah badan usaha yang melakukan
Penanaman Modal baik yang berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum.
39. Laporan Kegiatan Penanaman Modal yang
selanjutnya disingkat LKPM adalah laporan
mengenai perkembangan realisasi Penanaman
Modal dan permasalahan yang dihadapi Pelaku
Usaha yang wajib dibuat dan disampaikan secara
berkala.

2. Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf d dihapus, sehingga


Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Ruang lingkup pengaturan layanan dalam
Peraturan Badan ini meliputi layanan Perizinan
dan layanan Fasilitas Penanaman Modal serta
pengawasan atas pemenuhan komitmen Perizinan
Berusaha.
(2) Layanan Perizinan dan layanan Fasilitas
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup perizinan sebagai berikut:
a. sektor energi dan sumber daya mineral,
subsektor Ketenagalistrikan, yaitu:
1. izin panas bumi; dan
- 10 -

2. penugasan survei pendahuluan dan


eksplorasi panas bumi;
b. mineral, subsektor minyak dan gas bumi,
yaitu:
1. izin pemanfaatan data minyak dan gas
bumi;
2. izin survei;
3. Izin Usaha penyimpanan minyak dan gas
bumi;
4. Izin Usaha pengolahan minyak dan gas
bumi;
5. Izin Usaha pengangkutan minyak dan gas
bumi;
6. Izin Usaha niaga umum minyak dan gas
bumi; dan
7. izin kantor perwakilan asing subsektor
minyak dan gas bumi;
c. sektor energi dan sumber daya mineral,
subsektor mineral dan batubara, yaitu
1. Izin Usaha pertambangan eksplorasi;
2. pengakhiran Izin Usaha pertambangan
karena pengembalian;
3. Izin Usaha pertambangan operasi
produksi khusus untuk pengangkutan
dan penjualan dan perpanjangannya;
4. Izin Usaha pertambangan operasi
produksi dan perpanjangannya;
5. Izin Usaha pertambangan operasi
produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian dan
perpanjangannya;
6. izin sementara untuk melakukan
pengangkutan dan penjualan;
7. Izin Usaha pertambangan operasi
produksi untuk penjualan; dan
8. Izin Usaha jasa pertambangan dan
perpanjangannya;
- 11 -

d. Dihapus.
e. fasilitas kepabeanan dan perpajakan, yaitu:
1. pemberian fasilitas importasi Mesin,
barang modal dan bahan bagi
penanaman modal sektor industri dan
industri yang menghasilkan jasa;
2. pemberian fasilitas importasi mesin,
barang modal sektor ketenagalistrikan;
3. pemberian fasilitas importasi mesin,
barang modal untuk kontrak karya dan
perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara;
4. pengusulan fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan
(tax holiday); dan
5. pengusulan fasilitas pajak penghasilan
badan untuk penanaman modal di
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau
di daerah-daerah tertentu (tax allowance);
dan
f. bidang Penanaman Modal, yaitu:
1. izin KPPA;
2. izin pembukaan kantor cabang untuk
sektor sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
dengan ketentuan Izin Usaha diterbitkan
oleh PTSP Pusat di BKPM;
3. rekomendasi pemberian visa tinggal
terbatas sebagai pemegang saham;
4. rekomendasi alih status izin tinggal
kunjungan menjadi izin tinggal terbatas;
dan
5. rekomendasi alih status izin tinggal
terbatas menjadi izin tinggal tetap.
(3) Perizinan Penanaman Modal selain perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan melalui sistem OSS sesuai dengan
- 12 -

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah yang


mengatur mengenai perizinan berusaha
terintergrasi secara elektronik.
(4) Pengawasan atas pemenuhan komitmen Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup pengawasan atas pemenuhan komitmen
yang disampaikan oleh Pelaku Usaha pada waktu
memohon Perizinan Berusaha melalui sistem OSS.

3. Ketentuan Pasal 6 ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 6


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
(1) Perusahaan PMA dikualifikasikan sebagai usaha
besar, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan, wajib melaksanakan
ketentuan, persyaratan nilai investasi dan
permodalan untuk memperoleh Perizinan
Penanaman Modal.
(2) Perusahaan dengan kualifikasi usaha besar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha berdasarkan laporan keuangan
terakhir; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) berdasarkan laporan keuangan
terakhir.
(3) Perusahaan PMA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan
nilai investasi, yaitu:
a. total nilai investasi lebih besar dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
diluar tanah dan bangunan;
- 13 -

b. nilai modal ditempatkan sama dengan modal


disetor, paling sedikit Rp2.500.000.000,00
(dua miliar lima ratus juta rupiah);
c. persentase kepemilikan saham dihitung
berdasarkan nilai nominal saham; dan
d. Nilai nominal saham sebagaimana dimaksud
dalam huruf c, untuk masing-masing
pemegang saham paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dihapus.
(5) Nilai investasi sebagaimana dimaksud ayat (2)
dan/atau ayat (3) harus dipenuhi Perusahaan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
terhitung setelah tanggal Perusahaan memperoleh
Izin Usaha.
(6) Penanam Modal dilarang membuat perjanjian
dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa
kepemilikan saham dalam perseroan terbatas
untuk dan atas nama orang lain.

4. Di antara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) Pasal,


yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6A
(1) Kewajiban Divestasi Saham Perusahaan PMA yang
telah ditetapkan pada surat persetujuan dan/atau
Izin Usaha sebelum berlakunya Peraturan Badan
ini, tetap mengikat dan harus dilaksanakan sesuai
dengan jangka waktu yang ditetapkan.
(2) Kewajiban Divestasi sesuai dengan sektor usaha
bagi perusahaan PMA tetap harus melaksanakan
ketentuan divestasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Divestasi Saham sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dapat dilakukan kepada
warga negara Indonesia atau badan usaha
Indonesia yang modal saham seluruhnya dimiliki
warga negara Indonesia melalui kepemilikan
- 14 -

langsung sesuai dengan kesepakatan para pihak


dan/atau pasar modal dalam negeri.
(4) Kepemilikan langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) bagi warga negara Indonesia atau
badan usaha Indonesia paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) untuk
masing-masing pemegang saham.
(5) Kepemilikan pada pasar modal dalam negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
(6) Kewajiban Divestasi Saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
dengan dasar dokumen akta yang menyatakan
kesepakatan para pihak terkait pelaksanaan
kewajiban Divestasi Saham.
(7) Kepemilikan saham peserta Indonesia akibat dari
pelaksanaan Divestasi Saham, setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia, dapat dijual kembali kepada
perseorangan warga negara Indonesia/
perseorangan warga negara asing/badan usaha
Indonesia/badan usaha asing dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(8) Kewajiban Divestasi Saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat tidak dilaksanakan
apabila di dalam dokumen akta perusahaan, para
pemegang saham menyepakati:
a. untuk Perusahaan PMA yang tidak 100%
(seratus persen) sahamnya dimiliki oleh
asing, pihak Indonesia menyatakan bahwa
tidak menghendaki/menuntut kepemilikan
saham sesuai dengan ketentuan Divestasi
Saham yang tercantum didalam surat
persetujuan dan/atau Izin Usaha; atau
b. untuk Perusahaan PMA yang 100% (seratus
- 15 -

persen) sahamnya dimiliki oleh asing, para


pemegang saham menyatakan tidak
mempunyai komitmen/perjanjian dengan
pihak Indonesia manapun untuk menjual
saham.
(9) Dalam hal kewajiban Divestasi Saham tidak
dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(6), para pemegang saham/perusahaan
bertanggung jawab apabila dikemudian hari ada
pihak-pihak Indonesia yang menuntut
dilaksanakannya kewajiban Divestasi Saham
tersebut.
(10) Dalam hal perubahan kepemilikan saham untuk
pelaksanaan kewajiban Divestasi Saham
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah selesai
dilakukan, Perusahaan wajib melakukan
perubahan data melalui Sistem OSS.

5. Ketentuan Pasal 48 diubah, sehingga Pasal 48 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 48
(1) Rekomendasi pemberian visa tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a
merupakan persyaratan untuk memperoleh
persetujuan visa tinggal terbatas.
(2) Rekomendasi pemberian visa tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada:
a. orang asing sebagai pemegang saham yang
menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan; dan
b. orang asing sebagai pemegang saham yang
tidak menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan.
(3) Orang asing sebagai pemegang saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi kriteria,
yaitu:
- 16 -

a. sebagai pemegang saham dan menjabat


sebagai direksi atau komisaris perusahaan
dengan ketentuan kepemilikan saham paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
Rupiah) atau yang setara dalam mata uang
dollar Amerika Serikat yang tercantum dalam
akta; atau
b. sebagai pemegang saham dan tidak sebagai
direksi atau komisaris perusahaan dengan
ketentuan kepemilikan saham paling sedikit
Rp1.125.000.000,00 (satu miliar seratus dua
puluh lima juta Rupiah) atau yang setara
dalam mata uang dollar Amerika Serikat yang
tercantum dalam akta.
(4) Permohonan rekomendasi pemberian visa tinggal
terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan secara luring ke BKPM, menggunakan
formulir permohonan tercantum dalam Lampiran
XLIX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini, dengan melengkapi
persyaratan tercantum pada Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(5) Rekomendasi pemberian visa tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
paling lambat 3 (tiga) Hari sejak diterimanya
permohonan yang lengkap dan benar.
(6) Bentuk rekomendasi pemberian visa tinggal
terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran L yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

6. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 49
(1) Rekomendasi alih status izin tinggal kunjungan
menjadi izin tinggal terbatas sebagaimana
- 17 -

dimaksud dalam Pasal 47 huruf b merupakan


persyaratan untuk memperoleh persetujuan alih
status izin tinggal kunjungan menjadi izin tinggal
terbatas.
(2) Rekomendasi alih status izin tinggal kunjungan
menjadi izin tinggal terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
a. orang asing sebagai pemegang saham yang
menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan; dan
b. orang asing sebagai pemegang saham yang
tidak menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan.
(3) Orang asing sebagai pemegang saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi kriteria,
yaitu:
a. sebagai pemegang saham dan menjabat
sebagai direksi atau komisaris perusahaan
dengan ketentuan kepemilikan saham paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
Rupiah) atau yang setara dalam mata uang
dollar Amerika Serikat yang tercantum dalam
akta; atau
b. sebagai pemegang saham dan tidak sebagai
direksi atau komisaris perusahaan dengan
ketentuan kepemilikan saham paling sedikit
Rp1.125.000.000,00 (satu miliar seratus dua
puluh lima juta Rupiah) atau yang setara
dalam mata uang dollar Amerika Serikat yang
tercantum dalam akta.
(4) Permohonan rekomendasi alih status izin tinggal
kunjungan menjadi izin tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
secara luring ke BKPM, menggunakan formulir
permohonan tercantum dalam Lampiran LI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini, dengan melengkapi
- 18 -

persyaratan tercantum pada Lampiran III yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.
(5) Rekomendasi alih status izin tinggal kunjungan
menjadi izin tinggal terbatas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan paling lambat 3
(tiga) Hari sejak diterimanya permohonan yang
lengkap dan benar.
(6) Bentuk rekomendasi alih status izin tinggal
kunjungan menjadi izin tinggal terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran LII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

7. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga Pasal 50 berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Rekomendasi alih status izin tinggal terbatas
menjadi izin tinggal tetap sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf c merupakan persyaratan
untuk memperoleh persetujuan alih status izin
tinggal terbatas menjadi izin tinggal tetap.
(2) Rekomendasi alih status izin tinggal terbatas
menjadi izin tinggal tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan kepada:
a. orang asing sebagai pemegang saham yang
menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan; dan
b. orang asing sebagai pemegang saham yang
tidak menjabat sebagai direksi atau komisaris
perusahaan.
(3) Orang asing sebagai pemegang saham sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi kriteria,
yaitu:
a. sebagai pemegang saham dan menjabat
sebagai direksi atau komisaris perusahaan
dengan ketentuan kepemilikan saham paling
- 19 -

sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar


Rupiah) atau yang setara dalam mata uang
dollar Amerika Serikat yang tercantum dalam
akta; atau
b. sebagai pemegang saham dan tidak sebagai
direksi atau komisaris perusahaan dengan
ketentuan kepemilikan saham paling sedikit
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar Rupiah)
atau yang setara dalam mata uang dollar
Amerika Serikat yang tercantum dalam akta.
(4) Permohonan rekomendasi alih status izin tinggal
terbatas menjadi izin tinggal tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan secara luring ke
BKPM, menggunakan formulir permohonan
tercantum dalam Lampiran LIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini,
dengan melengkapi persyaratan tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
(5) Rekomendasi alih status izin tinggal terbatas
menjadi izin tinggal tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan paling lambat 3 (tiga) Hari
sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan
benar.
(6) Bentuk rekomendasi alih status izin tinggal
terbatas menjadi izin tinggal tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
LIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Badan ini.

8. Di antara Pasal 50 dan Pasal 51 disisipkan 1 (satu)


Pasal, yakni Pasal 50A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 50A
Dalam hal orang asing sebagai pemegang saham, baik
sebagai direksi atau komisaris yang tidak memenuhi
kriteria kepemilikan saham sebagaimana dimaksud
- 20 -

dalam Pasal 48 ayat (3), Pasal 49 ayat (3) dan Pasal 50


ayat (3), permohonan izin penggunaan tenaga kerja
asing disampaikan terlebih dahulu kepada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan sebagai dasar:
a. pemberian persetujuan visa tinggal terbatas;
b. pemberian persetujuan alih status izin tinggal
kunjungan menjadi izin tinggal terbatas atau
perpanjangan izin tinggal terbatas; dan
c. pemberian persetujuan alih status izin tinggal
terbatas menjadi izin tinggal tetap atau
perpanjangan izin tinggal tetap,
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia
dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi.

9. Mengubah Lampiran III Peraturan Badan Koordinasi


Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal, sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

10. Mengubah Lampiran XLIX Peraturan Badan Koordinasi


Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas
Penanaman Modal, sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

Pasal II
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 21 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


Pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Juli 2019

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

THOMAS TRIKASIH LEMBONG

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 821


- 22 -

LAMPIRAN I
PERATURAN BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN
KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 6
TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN DAN TATA
CARA PERIZINAN DAN FASILITAS
PENANAMAN MODAL

PERSYARATAN PERIZINAN DAN FASILITAS PENANAMAN MODAL


No. Jenis Perizinan dan Persyaratan
Fasilitas
1. Izin KPPA 1. Rekaman anggaran dasar (article of
association) dalambahasa Inggris atau
terjemahannya dalam bahasa Indonesia;
2. Surat penunjukan (Letter of Appointment)
diketahui KBRI/Atase Perdagangan
setempat/IIPC setempat;
3. Surat Permohonan (Letter of Intent)
diketahui KBRI/Atase Perdagangan
setempat/IIPC setempat;
4. Surat Pernyataan (Letter of Statement) dari
Kepala Kantor Perwakilan yang
menyatakan kesediaan untuk tinggal dan
hanya bekerja sebagai Kepala Kantor
Perwakilan, tanpa melakukan kegiatan
bisnis lainnya di Indonesia diketahui
KBRI/Atase Perdagangan setempat/IIPC
setempat;
5. Surat Keterangan (Letter of Reference) dari
KBRI/Atase Perdagangan setempat/IIPC
setempat;
6. Bukti diri Kepala Kantor Perwakilan:
a. jika WNA: paspor
- 23 -

b. jika WNI: KTP dan NPWP;


7. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2
lembar (berwarna);
8. Surat kuasa bila pengajuan permohonan
tidak dilakukan secara langsung oleh
pimpinan perusahaan;
9. Dalam hal perpanjangan KPPA, ditambah
dengan:
a. Izin KPPA yang dimiliki
b. Laporan KPPA
c. Dokumen pendukung perpanjangan
10. Apabila ada perubahan, ditambah dengan:
a. Izin KPPA yang dimiliki
b. Laporan KPPA
c. Dokumen pendukung perubahan
2. Izin Kantor Cabang 1. Akta dan SK Perusahaan Induk
2. NPWP Perusahaan Induk
3. Izin Usaha Perusahaan Induk
4. Akta pembukaan kantor cabang dan
pengangkatan kepala kantor cabang
5. KTP dan NPWP Kepala Kantor Cabang
6. Surat Pernyataan tentang lokasi usaha
Kantor Cabang
7. Dalam hal Perubahan kantor cabang,
lampirkan:
a. Izin Kantor cabang yang dimiliki
b. Laporan Realisasi Kegiatan Kantor
Cabang
c. Dokumen pendukung perubahan
3. Fasilitas Bea Masuk 1. Formulir permohonan fasilitas atas impor
atas Impor Mesin mesin ditandatangani di atas meterai
cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan
dan stempel perusahaan, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
- 24 -

dilakukan secara langsung oleh


direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Akta Pendirian Perusahaan;
4. Salinan Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
5. Salinan Izin Usaha (khusus untuk
permohonan dalam rangka
restrukturisasi/modernisasi/rehabilitasi);
6. Salinan NPWP yang telah divalidasi dan
tanda terima pengajuan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (untuk pembangunan industri)
atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak/PPKP;
7. Daftar Mesin yang meliputi antara lain
jenis, HS Code, spesifikasi teknis, negara
muat, jumlah dan harga perkiraan secara
rinci per pelabuhan tempat pemasukan;
8. Uraian proses produksi yang
mencantumkan jenis bahan baku
dilengkapi dengan diagram alir (flow chart)
khusus industri pengolahan atau uraian
ringkas bidang usaha bagi industri jasa;
9. Kalkulasi kapasitas mesin produksi yang
disesuaikan dengan jenis produksi di
dalam Pendaftaran Penanaman Modal/Izin
Prinsip/Izin Investasi baik baru, perluasan,
maupun perubahan atau Izin Usaha
(khusus untuk permohonan dalam rangka
(restrukturisasi/modernisasi/rehabilitasi);
10. Denah tata letak mesin pabrik atau gambar
teknis gedung/bangunan untuk industri
yang menghasilkan jasa;
- 25 -

11. Data teknis atau brosur mesin;


12. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir; dan
13. Izin atau Surat Rekomendasi:
a. bagi perusahaan perkebunan kelapa
sawit terpadu dengan industri
pengolahannya harus dilengkapi dengan
Rekomendasi Teknis Menteri Pertanian
cq. Dirjen Perkebunan yang telah
dimiliki;
b. bagi perusahaan industri karet menjadi
sheet, lateks pekat, crumb rubber, harus
dilengkapi dengan Rekomendasi Teknis
Menteri Pertanian cq. Dirjen Perkebunan
yang telah dimiliki;
c. bagi perusahaan perkebunan tebu
terpadu dengan industri pengolahannya
harus dilengkapi dengan Rekomendasi
Teknis Menteri Pertanian cq. Dirjen
Perkebunan yang telah dimiliki;
d. Izin Prinsip khusus perusahaan
pertambangan dilengkapi dengan Izin
Usaha Pertambangan (IUP) dan bagi
perusahaan jasa pertambangan
dilengkapi dengan Izin Usaha Jasa
Pertambangan (IUJP) dan Kontrak Kerja
dengan pemilik IUP;
e. IUP sebagaimana dimaksud pada angka
4 harus sudah berstatus clean and clear
dari Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM); dan/atau;
f. Kementerian teknis lainnya yang terkait
4. Perubahan 1. Formulir permohonan perubahan fasilitas
Penetapan Fasilitas atas impor mesin disertai penjelasan
Bea Masuk atas alasan perubahan fasilitas impor mesin
Impor Mesin tersebut, ditandatangani di atas meterai
- 26 -

cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan


dan stempel perusahaan, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar Mesin yang meliputi antara lain
jenis, HS Code, spesifikasi teknis, negara
muat, satuan, jumlah dan harga perkiraan
secara rinci per pelabuhan tempat
pemasukan;
4. Salinan Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
5. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
mesin dan/atau perubahannya;
6. Uraian proses produksi yang
mencantumkan jenis bahan baku
dilengkapi dengan diagram alir (flow chart)
khusus industri pengolahan atau uraian
ringkas bidang usaha bagi industri jasa;
7. Kalkulasi kapasitas mesin produksi
disesuaikan dengan jenis dan kapasitas
produksi di dalam Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun perubahan jika
ada perubahan kapasitas;
8. Denah tata letak mesin pabrik atau gambar
teknis gedung/bangunan untuk industri
yang menghasilkan jasa;
9. Data teknis (Invoice, Packing List, Bill of
- 27 -

Lading (B/L) atau Airways Bill/AWB,


kontrak) atau brosur mesin;
10. Izin atau Surat Rekomendasi dari
kementerian teknis apabila diperlukan;
11. Rekapitulasi realisasi impor mesin; dan
12. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
5. Perpanjangan Jangka 1. Formulir permohonan perpanjangan jangka
Waktu Fasilitas Bea waktu fasilitas atas impor mesin disertai
Masuk atas Impor penjelasan alasan belum selesainya
Mesin realisasi impor mesin tersebut,
ditandatangani di atas meterai cukup oleh
direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
mesin dan/atau perubahannya;
4. Salinan Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
5. Rekapitulasi realisasi impor mesin; dan
6. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
6. Rekomendasi 1. Formulir permohonan rekomendasi
Pemindahtangan pemindahtanganan atas mesin berfasilitas
dalam Rangka yang sudah diimpor, ditandatangani di atas
Ekspor Kembali atas meterai cukup oleh direksi/pimpinan
Mesin Berfasilitas perusahaan dan stempel perusahaan,
- 28 -

yang sudah Diimpor sebagaimana diatur dalam Peraturan


Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar mesin yang meliputi antara lain
jenis, spesifikasi teknis, jumlah, satuan
unit dan negara tujuan; dan
4. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentangpembebasan bea masuk atas impor
mesin yang dimiliki.
5. Surat pernyataan bermaterai yang
ditandatanganioleh pimpinan Kontraktor
yang menyatakan bahwabarang yang akan
dipindahtangankan:
a. tidak diagunkan/dijaminkan kepada
pihak lain;
b. tidak dalam sengketa dengan pihak
lain;dan/atau
c. masih dalam penguasaan perusahaan.
7. Pindah Lokasi atas 1. formulir permohonan pindah lokasi atas
Mesin Berfasilitas mesin berfasilitas disertai penjelasan
yang sudah Diimpor alasan pindah lokasi atas mesin berfasilitas
tersebut, ditandatangani di atas meterai
cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan
dan stempel perusahaan, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
- 29 -

3. Daftar mesin yang meliputi antara lain


jenis, spesifikasi teknis, jumlah dan satuan
unit yang dirinci per lokasi proyeknya yang
mengalami perubahan; dan
4. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
mesin yang dimiliki.
8. Fasilitas Bea Masuk 1. Formulir permohonan fasilitas atas impor
atas Impor Barang barang dan bahan, ditandatangani di atas
dan Bahan meterai cukup oleh direksi/pimpinan
perusahaan dan stempel perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Izin Usaha/Izin Perluasan;
4. Salinan NPWP yang telah divalidasi;
5. Daftar Barang dan Bahan yang meliputi
antara lain jenis, HS Code, spesifikasi
teknis, negara muat, jumlah dan harga
perkiraan secara rinci per pelabuhan
tempat pemasukan;
6. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
mesin yang dimiliki;
7. Uraian proses produksi yang
mencantumkan jenis bahan baku
dilengkapi dengan diagram alir (flow chart)
khusus industri pengolahan atau uraian
ringkas bidang usaha bagi industri jasa;
8. Kalkulasi kebutuhan barang dan bahan
(balance material) untuk produksi yang
- 30 -

disesuaikan dengan jenis produksi di


dalam Izin Usaha/Izin Perluasan;
9. Data teknis atau brosur Barang dan
Bahan;
10. Rekomendasi kementerian teknis terkait
dan Laporan Capaian Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari surveyor
independen, khusus untuk permohonan
fasilitas impor bahan baku dengan jangka
waktu 4 (empat) tahun;
11. Laporan realisasi impor mesin dengan
menyampaikan bukti-bukti berupa
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
mencantumkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang Pembebasan Bea
Masuk atas impor mesin dan telah
diberikan persetujuan pengeluaran barang
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
12. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir;
13. Surat Pernyataan bermaterai; dan
14. Bukti pembelian mesin impor di dalam
negeri khusus untuk permohonan fasilitas
impor bahan baku terhadap pembelian
mesin impor di dalam negeri.
9. Perubahan 1. Formulir permohonan perubahan fasilitas
Penetapan Fasilitas atas impor barang dan bahan disertai
Bea Masuk atas penjelasan alasan perubahan fasilitas
Impor Barang dan impor barang dan bahan tersebut,
Bahan ditandatangani di atas meterai cukup oleh
direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
- 31 -

dilakukan secara langsung oleh


direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar Barang dan Bahan yang meliputi
antara lain jenis, HS Code, spesifikasi
teknis, negara muat, jumlah dan harga
perkiraan secara rinci per pelabuhan
tempat pemasukan;
4. SalinanKeputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
barang dan bahan yang dimiliki;
5. Uraian proses produksi yang
mencantumkan jenis bahan baku
dilengkapi dengan diagram alir (flow chart)
khusus industri pengolahan atau uraian
ringkas bidang usaha bagi industri jasa;
6. Kalkulasi kebutuhan barang dan bahan
(balance material) untuk produksi yang
disesuaikan dengan jenis produksi di
dalam Izin Usaha/Izin Perluasan;
7. Kartu Kendali Barang dan Bahan (jika
diperlukan);
8. Data teknis atau brosur Barang dan
Bahan;
9. Laporan realisasi impor barang dan bahan
dengan menyampaikan bukti-bukti berupa
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
mencantumkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang Pembebasan Bea Masuk
atas impor Barang dan Bahan dan telah
diberikan persetujuan pengeluaran barang
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
atau Rekomendasi dari Kementerian
Perindustrian Tentang Tingkat Komponen
Dalam Negeri;
- 32 -

10. Rekapitulasi realisasi impor barang dan


bahan; dan
11. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
10. Perpanjangan 1. Formulir permohonan perpanjangan jangka
Jangka Waktu waktu fasilitas atas impor barang dan
Fasilitas Bea Masuk bahan disertai penjelasan alasan belum
atas Impor Barang selesainya realisasi impor barang dan
dan Bahan bahan tersebut, ditandatangani di atas
meterai cukup oleh direksi/pimpinan
perusahaan dan stempel perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
barang dan bahan yang dimiliki;
4. Salinan Izin Usaha/Izin Perluasan;
5. Rekapitulasi realisasi impor barang dan
bahan;
6. Kartu Kendali Barang dan Bahan (jika
diperlukan); dan
7. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
11. Fasilitas bea masuk 1. Formulir permohonan fasilitas atas impor
atas impor barang barang modal, ditandatangani di atas
modal meterai cukup oleh direksi/pimpinan
perusahaan dan stempel perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
- 33 -

pengurusan permohonan yang tidak


dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
4. Salinan NPWP yang telah divalidasi;
5. Daftar Barang Modal yang meliputi antara
lain jenis, HS Code, spesifikasi teknis,
negara muat, jumlah dan harga perkiraan
secara rinci per pelabuhan tempat
pemasukan;
6. Rekomendasi disertai dengan Rencana
Impor Barang (RIB) kebutuhan proyek yang
telah disetujui dan ditandasahkan oleh
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan,
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;
7. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(IUPTL) yang diberikan oleh Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral atau
pemerintah provinsi, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagalistrikan;
8. Dalam hal permohonan fasilitas diajukan
oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (3) huruf b dan c,
permohonan harus dilampiri dengan
perjanjian jual beli tenaga listrik (Power
Purchase Agreement (PPA)) atau perjanjian
sewa guna usaha (Finance Lease
Agreement (FLA)) dengan PT PLN (Persero).
9. Dalam hal permohonan fasilitas diajukan
- 34 -

oleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 61 ayat (3) huruf d,
permohonan harus dilampiri dengan
perjanjian jual beli tenaga listrik (Power
Purchase Agreement (PPA)) dengan
pemegang IUPTL yang memiliki wilayah
usaha.
10. Kalkulasi kapasitas mesin produksi yang
disesuaikan dengan jenis produksi di
dalamPendaftaran Penanaman Modal/Izin
Prinsip/Izin Investasi baik baru,
perluasan, maupun perubahan;
11. Data teknis atau brosur mesin; dan
12. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
12. Perubahan 1. Formulir permohonan perubahan fasilitas
Penetapan Fasilitas atas impor barang modal disertai
Bea Masuk atas penjelasan alasan perubahan fasilitas
Impor Barang Modal impor barang modal tersebut,
ditandatangani di atas meterai cukup oleh
direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar Barang Modal yang meliputi antara
lain jenis, HS Code, spesifikasi teknis,
negara muat, jumlah dan harga perkiraan
secara rinci per pelabuhan tempat
pemasukan;
4. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
- 35 -

barang modal yang dimiliki;


5. Rencana Impor Barang Perubahan (RIBP)
kebutuhan proyek yang telah disetujui dan
ditandasahkan oleh Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral;
6. Kalkulasi kapasitas barang modal produksi
yang disesuaikan dengan jenis dan
kapasitas produksi di dalam Pendaftaran
Penanaman Modal/Izin Prinsip/Izin
Investasi baik baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
7. Data teknis atau brosur mesin; dan
8. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
13. Perpanjangan Jangka 1. Formulir permohonan perpanjangan jangka
Waktu waktu fasilitas atas impor barang modal
Fasilitas Bea Masuk disertai penjelasan alasan belum selesainya
atas Impor Barang realisasi impor barang modal tersebut,
Modal ditandatangani di atas meterai cukup oleh
direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
perusahaan, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
barang modal yang dimiliki;
4. Laporan realisasi impor; dan
5. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
14. Rekomendasi 1. Formulir permohonan rekomendasi
- 36 -

Pemindahtanganan pemindahtanganan atas barang modal


dalam Rangka berfasilitas yang sudah diimpor,
Ekspor Kembali atas ditandatangani di atas meterai cukup oleh
Barang Modal direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
Berfasilitas yang perusahaan, sebagaimana diatur dalam
sudah Diimpor Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar barang modal yang meliputi antara
lain jenis, spesifikasi teknis, jumlah,
satuan unit dan negara tujuan; dan
4. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
barang modal yang dimiliki.
5. Surat pernyataan bermaterai yang
ditandatangani oleh pimpinan Kontraktor
yang menyatakan bahwa barang yang akan
dipindahtangankan:
a. tidak diagunkan/dijaminkan kepada
pihak lain;
b. tidak dalam sengketa dengan pihak lain;
dan/atau
c. masih dalam penguasaan perusahaan.
15. Fasilitas Pembebasan 1. Formulir permohonan fasilitas atas impor
atau barang, ditandatangani di atas meterai
Keringanan Bea cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan
Masuk dan/atau dan stempel perusahaan, sebagaimana
Pembebasan Pajak diatur dalam Peraturan Kepala BKPM;
Pertambahan Nilai 2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
- 37 -

sebagaimana diatur dalam Peraturan


Kepala BKPM;
3. Salinan Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun
perubahan/Nomor Induk Berusaha (NIB);
4. Salinan NPWP yang telah divalidasi;
5. Daftar Mesin yang meliputi antara lain
jenis, HS Code, spesifikasi teknis, negara
muat, jumlah dan harga perkiraan secara
rinci per pelabuhan tempat pemasukan.
6. Surat Rekomendasi Masterlist dari
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral; dan
7. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
16. Perubahan 1. Formulir permohonan perubahan fasilitas
Keputusan atas impor barang disertai penjelasan
Pembebasan atau alasan perubahan fasilitas impor barang
Keringanan Bea tersebut, ditandatangani di atas meterai
Masuk dan/atau cukup oleh direksi/pimpinan perusahaan
Pembebasan Pajak dan stempel perusahaan, sebagaimana
Pertambahan Nilai diatur dalam Peraturan Kepala BKPM;
atas Impor Barang 2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Daftar Mesin yang meliputi antara lain
jenis, HS Code, spesifikasi teknis, negara
muat, jumlah dan harga perkiraan secara
rinci per pelabuhan tempat pemasukan;
4. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
- 38 -

barang yang dimiliki;


5. Surat Rekomendasi dari Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;
6. Laporan realisasi impor barang di tahun
berjalan; dan
7. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
17. Perpanjangan Jangka 1. Formulir permohonan perpanjangan jangka
Waktu waktu fasilitas atas impor barang disertai
Pembebasan atau penjelasan alasan belum selesainya
Keringanan Bea realisasi impor barang tersebut,
Masuk dan/atau ditandatangani di atas meterai cukup oleh
Pembebasan Pajak direksi/pimpinan perusahaan dan stempel
Pertambahan Nilai perusahaan, sebagaimana diatur dalam
atas Impor Barang Peraturan Kepala BKPM;
2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
direksi/pimpinan perusahaan,
sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kepala BKPM;
3. Salinan Keputusan Menteri Keuangan
tentang pembebasan bea masuk atas impor
barang yang dimiliki;
4. Surat Rekomendasi dari Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;
5. Laporan realisasi impor barang di tahun
berjalan; dan
6. Tanda terima penyampaian LKPM periode
terakhir.
18. Rekomendasi 1. Formulir permohonan rekomendasi
Pemindahtanganan, pemindahtanganan atas barang berfasilitas
- 39 -

Ekspor Kembali, yang sudah diimpor, ditandatangani di atas


atau Pemusnahan meterai cukup oleh direksi/pimpinan
atas Barang Impor perusahaan dan stempel perusahaan,
yang Mendapatkan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Fasilitas Kepala BKPM;
Pembebasan atau 2. Surat kuasa bermaterai cukup untuk
Keringanan Bea pengurusan permohonan yang tidak
Masuk dan/atau dilakukan secara langsung oleh
Pembebasan Pajak direksi/pimpinan perusahaan,
Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam Peraturan
atas Impor Barang Kepala BKPM;
3. fotokopi KK dan PKP2B yang
mencantumkan ketentuan mengenai
pemberianfasilitas kepabeanandan/atau
perpajakan;
4. fotokopi Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pemberian fasilitas pembebasan
atau keringanan bea masuk dan/atau
pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas
barang yang dipindahtangankan beserta
Lampiran Keputusan Menteri Keuangan
dimaksud yang mencantumkan barang
yang akan dipindahtangankan/ekspor
kembali/pemusnahan;
5. fotokopi pemberitahuan impor barang yang
telah mendapatkan nomor pendaftaran;
6. daftar barang yang akan
dipindahtangankan/ekspor
kembali/pemusnahan;
7. surat pernyataan bermaterai yang
ditandatangani oleh pimpinan Kontraktor
yang menyatakan bahwa barang yang akan
dipindahtangankan:
a. tidak diagunkan/dijaminkan kepada
pihak lain;
b. tidak dalam sengketa dengan pihak lain;
- 40 -

dan/atau
c. masih dalam penguasaan perusahaan;
8. surat keterangan dari instansi terkait dan
dilampiri dengan bukti-bukti yang
mendukung keadaan kahar (force majeure),
dalam hal Pemindahtanganan dilakukan
karena keadaan kahar (force majeure);
9. Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas pembebasan atau
keringanan bea masukdan/atau
pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas
nama pihak yang menerima
Pemindahtanganan, dalam hal
dipindahtangankan kepada sesama
penerima fasilitas pembebasan atau
keringanan bea masuk dan/atau
pembebasan Pajak Pertambahan Nilai; dan
10. foto barang yang akan
dipindahtangankan/ekspor
kembali/pemusnahan.
19. Permohonan 1. surat Permohonan Fasilitas Pajak
Fasilitas Pajak Penghasilan Badan/Tax Allowance yang
Penghasilan ditandatangani di atas materai cukup oleh
Badan/Tax pengurus Wajib Pajak;
Allowance 2. surat kuasa bermaterai cukup;
3. rekaman Pendaftaran Penanaman
Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi baik
baru, perluasan, maupun perubahan yang
diterbitkan oleh BKPM atau DPMPTSP
Provinsi, DPMPTSP Kabupaten/Kota, atau
Nomor Induk Berusaha (NIB);
4. rekaman NPWP Badan yang telah
divalidasi;
5. rekaman akta pendirian badan usaha dan
perubahannya dilengkapi dengan
pengesahan/persetujuan dari Menteri
- 41 -

Hukum dan HAM atau Pengadilan Negeri;


6. rincian aktiva tetap yang dipisahkan antara
aktiva tetap yang dapat memperoleh
fasilitas pajak penghasilan dan yang tidak
dapat memperoleh fasilitas pajak
penghasilan sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai pelaksanaan
Peraturan Pemerintah yang mengatur
fasilitas pajak penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-daerah
Tertentu;
7. penjelasan sumber pembiayaan investasi
perusahaan disertai dokumen-dokumen
pendukungnya; dan
8. penjelasan tentang pemenuhan
persyaratan kualitatif yang diatur dalam
Peraturan Menteri Teknis mengenai
pelaksanaan Peraturan Pemerintah yang
mengatur fasilitas pajak penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha
Tertentu dan/atau di Daerah-daerah
Tertentu.
20. Rekomendasi 1. Rekaman Konfirmasi Status Wajib Pajak
Pemberian Visa (KSWP) Perusahaan
Tinggal Terbatas 2. Rekaman identitas penanggung
jawab/penjamin perusahaan:
a. jika direksi/komisaris:
1) WNA: paspor, izin tinggal yang
masih berlaku, NPWP, dan KSWP
2) WNI: KTP, NPWP, dan KSWP
b. jika Manajer Personalia (harus WNI):
KTP, NPWP, KSWP, dan Surat
Pengangkatan sebagai Manajer
Personalia
- 42 -

3. Rekaman paspor orang asing sebagai


pemegang saham yang dimohonkan
4. Surat Kuasa:
a. Penandatanganan Permohonan bila
permohonan tidak dilakukan oleh
penanggung jawab perusahaan
b. Pengurusan Permohonan bila
pengajuan permohonan tidak dilakukan
secara langsung oleh penanggung jawab
perusahaan
21. Rekomendasi 1. Rekaman Konfirmasi Status Wajib Pajak
Pemberian Alih (KSWP) Perusahaan
Status Izin Tinggal 2. Rekaman identitas penanggung
Kunjungan menjadi jawab/penjamin perusahaan:
Izin Tinggal Terbatas a. jika direksi/komisaris:
1) WNA: paspor, izin tinggal yang
masih berlaku, NPWP, dan KSWP
2) WNI: KTP, NPWP, dan KSWP
b. jika Manajer Personalia (harus WNI):
KTP, NPWP, KSWP, dan Surat
Pengangkatan sebagai Manajer
Personalia
3. Rekaman Izin Tinggal Kunjungan dan
paspor orang asing sebagai pemegang
saham yang alih status Izin Tinggal
4. Surat Kuasa:
a. Penandatanganan Permohonan bila
permohonan tidak dilakukan oleh
penanggung jawab perusahaan
b. Pengurusan Permohonan bila
pengajuan permohonan tidak dilakukan
secara langsung oleh penanggung jawab
perusahaan
22. Rekomendasi 1. Rekaman Konfirmasi Status Wajib Pajak
Pemberian Alih (KSWP) Perusahaan
Status Izin Tinggal 2. Rekaman identitas penanggung
- 43 -

Terbatas Menjadi Izin jawab/penjamin perusahaan:


Tinggal Tetap a. jika direksi/komisaris:
1) WNA: paspor, izin tinggal yang
masih berlaku, NPWP, dan KSWP
2) WNI: KTP, NPWP, dan KSWP
b. jika Manajer Personalia (harus WNI):
KTP, NPWP, KSWP, dan Surat
Pengangkatan sebagai Manajer
Personalia
3. Rekaman KITAS 3 tahun terakhir, NPWP,
KSWP, dan paspor orang asing sebagai
pemegang saham yang alih status Izin
Tinggal
4. Surat Kuasa:
a. Penandatanganan Permohonan bila
permohonan tidak dilakukan oleh
penanggung jawab perusahaan
b. Pengurusan Permohonan bila
pengajuan permohonan tidak dilakukan
secara langsung oleh penanggung jawab
23. Pemberian Pelayanan 1. Bidang Usaha Hilir Minyak dan Gas
Cepat Perizinan a. Persyaratan administratif terdiri atas:
Berusaha 3 (Tiga) 1) profil perusahaan;
Jam terkait 2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Infrastruktur di 3) Akta Pendirian Perusahaan dan
Sektor Energi dan perubahannya yang telah
Sumber Daya mendapatkan pengesahan dari
Mineral instansi yang berwenang;
4) Pendaftaran Penanaman Modal/Izin
Prinsip/Izin Investasi baik baru,
perluasan, maupun perubahan yang
diterbitkan oleh BKPM atau
DPMPTSP Provinsi, DPMPTSP
Kabupaten/Kota, dan/atau Nomor
Induk Berusaha (NIB)
5) Surat Keterangan Domisili
- 44 -

Perusahaan;
6) persetujuan prinsip dari Pemerintah
Daerah mengenai lokasi untuk
pembangunan fasilitas dan sarana;
7) surat pernyataan tertulis di atas
meterai mengenai:
a) kesanggupan memenuhi aspek
keselamatan operasi, kesehatan
kerja dan pengelolaan lingkungan
hidup, serta pengembangan
masyarakat setempat;
b) kesediaan dilakukan inspeksi di
lapangan;
c) kesanggupan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku kesanggupan
menerima penunjukan dan
penugasan dari Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral untuk
menyediakan Cadangan Bahan
Bakar Nasional dan pemenuhan
Bahan Bakar di dalam negeri
khusus untuk permohonan Izin
Usaha Sementara Penyimpanan
Minyak Bumi/BBM/LPG,
Pengolahan Minyak Bumi, dan
Niaga Umum Minyak Bumi/BBM
b. Persyaratan teknis terdiri atas:
1) untuk Izin Usaha Sementara
Penyimpanan Minyak
Bumi/BBM/Hasil
Olahan/LPG/CNG/LNG, adalah
sebagai berikut:
a) Studi Kelayakan Pendahuluan
(Preliminary Feasibility Study);
b) kesepakatan jaminan dukungan
- 45 -

pendanaan atau surat jaminan


dukungan pendanaan lainnya;
c) rencana jenis, jumlah dan
kapasitas, serta lokasi sarana
penyimpanan;
d) rencana tata pelaksanaan
pembangunan fasilitas dan sarana
penyimpanan dengan jangka
waktu pembangunan paling lama
3 (tiga) tahun; dan
e) rencana produk dan standar serta
mutu produk yang akan disimpan.
f) Khusus untuk penyimpanan LPG
dilengkapi dengan:
(1) rencana rancang bangun dan
spesifikasi teknis
fasilitas/sarana penyimpanan
LNG termasuk dermaga
dan/atau pelabuhan bongkar
muat LNG, konfigurasi dari
proses regasifikasi dan teknologi
serta pipa transmisi dan/atau
distribusi gas yang akan
digunakan; dan
(2) kesepakatan (MoU) jaminan
pasokan LNG.
2) untuk Izin Usaha Sementara
Pengolahan Minyak Bumi/Gas
Bumi/Hasil Olahan adalah sebagai
berikut:
a) Studi Kelayakan Pendahuluan
(Preliminary Feasibility Study);
b) kesepakatan (MoU) jaminan
dukungan pendanaan atau surat
jaminan dukungan pendanaan
lainnya;
- 46 -

c) rencana pembangunan fasilitas


dan sarana pengolahan termasuk
konfigurasi kilang dan teknologi
proses yang digunakan dengan
jangka waktu pembangunan paling
lama 5 (lima) tahun;
d) kesepakatan (MoU) jaminan
pasokan bahan baku Minyak
Bumi/Gas Bumi/Hasil Olahan;
e) rencana produksi, standar dan
mutu produk, serta pemasaran
produksi.
f) Khusus untuk pengolahan gas
bumi yang menghasilkan produk
hasil pengolahan khusus LNG
dilengkapi dengan kesepakatan
(MoU) jaminan penjualan produk
hasil pengolahan khusus LNG
3) untuk Izin Usaha Sementara Niaga
Umum Minyak Bumi/BBM/Hasil
Olahan adalah sebagai berikut:
a) Studi Kelayakan Pendahuluan
(Preliminary Feasibility Study);
b) Surat Kepemilikan Fasilitas atau
Kontrak Perjanjian Sewa Menyewa
sarana dan fasilitas Niaga Umum
Minyak Bumi/BBM/Hasil Olahan
yang dinotarialkan;
c) surat keterangan rencana fasilitas
niaga yang digunakan pada
kegiatan usaha niaga umum
Minyak Bumi/BBM/Hasil Olahan;
d) rencana pembangunan fasilitas
dan sarana niaga dan teknologi
yang digunakan dengan jangka
waktu pembangunan paling lama
- 47 -

3 (tiga) tahun;
e) kesepakatan (MoU) jaminan
dukungan pendanaan;
f) kesepakatan (MoU) Jaminan
Pasokan Minyak Bumi/BBM/Hasil
Olahan yang diniagakan;
g) rencana standar dan mutu Minyak
Bumi/BBM/Hasil Olahan yang
akan diniagakan;
h) rencana merek dagang Minyak
Bumi/BBM/Hasil Olahan yang
akan diniagakan;
i) rencana wilayah niaga, konsumen
(besar), dan pengecer.

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

THOMAS TRIKASIH LEMBONG


- 48 -

LAMPIRAN II
PERATURAN BADAN KOORDINASI
PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN
KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 6
TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN DAN TATA
CARA PERIZINAN DAN FASILITAS
PENANAMAN MODAL

BENTUK FORMULIR REKOMENDASI VISA TINGGAL TERBATAS PENANAMAN


MODAL

Nomor : Jakarta,
Lampiran : -
Hal : Formulir Permohonan Rekomendasi Pemberian Rekomendasi
Visa Tinggal Terbatas sebagai Pemegang Saham

Kepada Yang Terhormat


Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
Jl. ………………………………..
Jakarta Selatan 12940

Permohonan ini diajukan oleh yang bertanda tangan di bawah ini,


perkenankan kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Data Perusahaan:
a. Nama : PT…………………………………………………….
NPWP : ……………………………………………………….
Alamat : (alamat kantor dan alamat industri/pabrik)
b. Penanggung Jawab Perusahaan/Direksi (sesuai Akte Perubahan
Direksi akhir)
Nama : ……………………………………………………….
Jenis & Nomor Identitas : ……………………………….
Alamat : ……………………………………………………..
c. Nomor Pendaftaran Penanaman Modal/Izin Prinsip/Izin
Investasi/Nomor Induk Berusaha : ……………………
d. Nomor Izin Usaha : (bila sudah ada)
e. Akte Anggaran Dasar Perseroan :
 Nomor Akte Pendirian : ……………………………….
 Nomor Akte Perubahan Direksi akhir : …………….
 Nomor Akte Perubahan Saham Akhir : …………….
2. Data Identitas Pemegang Saham sebagai berikut : ………….
Nama : ………………………………………………
Warga Negara : ………………………………………………
No. Paspor : ………………………………………………
Masa Berlaku Paspor : s.d tanggal ……………………………….
Pemegang Saham : USD. ………………………………………
- 49 -

Akta Referensi : No………Notaris…………… Tanggal…………


SK Menteri Hukum dan Ham No…………………
Izin Prinsip Referensi : No.……………………Tanggal………….
3. PERNYATAAN
Bahwa saya, nama : ..., dalam kapasitas saya sebagai Direktur PT /
Kuasa Direksi... dengan ini menyatakan :
Bahwa permohonan ini dibuat dengan benar, ditandatangani oleh yang
berhak di atas meterai yang cukup, dan saya menyatakan bahwa saya
menjamin dan bertanggungjawab secara hukum atas :
a. Keaslian seluruh dokumen yang disampaikan,
b. Kesesuaian seluruh rekaman/fotokopi data yang disampaikan
dengan dokumen aslinya, dan
c. Keaslian seluruh tandatangan yang tercantum dalam permohonan.

….……………..,……….,20……
Meterai Rp. 6.000,-
...........Jabatan, cap perusahaan..........
Nama terang, tanda tangan,

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

THOMAS TRIKASIH LEMBONG

Anda mungkin juga menyukai